BAB III BEBAN PENDINGINAN
3.6. Psychometric Chart
Psychrometric chart merupakan suatu diagram yang menunjukkan sifat termal dari udara basah. Sifat-sifat termal dari udara dibedakan menjadi 2, yaitu sensibel dan laten. Dalam uraian berikut akan dipaprkan contoh penggunaan diagram psychometric.
Dalam hal ini akan diambil dua buah contoh penggunaan diagram psikometri, yaitu AHU pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
3.6.1 AHU I pada lantai I
AHU I pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta digunakan untuk mendinginkan ruang kamar standar room (16 kamar), Jatinom Indonesia Restaurant, Pandan Sari Coffee Shop, sebagian koridor, Shop I, dan Shop II. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data-data yang telah diketahui
Dari data-data udara yang ada, dapat ditentukkan titik-titik sebagai berikut :
Titik A : kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 95oF, dan WB (Wet Bulb) = 82,4oF
Titik B : kondisi udara dalam ruang rancangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF, dan RH = 50%
Kemudian, dari titik A dan titik B dihubungkan dengan sebuah garis. 2. Menghitung nilai RSHF (Room Sensible Heat Factor)
RSHG dan RLHG. RSHF dapat dihitung dengan persamaan 3.8.
=
...(3.8) Dengan :RSHG = Room Sensible Heat Gain RLHG = Room Latent Heat Gain
RTHG = Room Total Heat gain atau (RSHG + RLHG)
Nilai RSHG dan RLHG merupakan penjumlahan dari beberapa ruangan yang didinginkan oleh AHU I lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
RSHG :
Standar room (16 kamar) = 63701,89 BTU/hr Jatinom Indonesia Restaurant = 32711,70 BTU/hr Pandan Sari Coffee Shop = 49279,79 BTU/hr Sebagian koridor = 7734,84 BTU/hr Shop I = 10563,37 BTU/hr Shop II = 10563,37 BTU/hr Maka RSHG total = 174554,96 BTU/hr
RLHG:
Standar room (16 kamar) = 4480 BTU/hr Jatinom Indonesia Restaurant = 26659,19 BTU/hr
Pandan Sari Coffee Shop = 22755,24 BTU/hr Sebagian koridor = 1950 BTU/hr Shop I = 3110 BTU/hr Shop II = 3110 BTU/hr Maka RLHG total = 62064,43 BTU/hr
174554,96 ⁄
174554,96 ⁄ 62064,43 ⁄ 0,73
Kemudian dari RSHF ditarik garis lurus (1) sehingga melalui titik acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis RSHF didapat dengan menggambar garis lurus yang sejajar dengan garis (1) melalui titik B.
3. Menentukan suhu permukaan koil pendingin (titik D)
Diasumsikan suhu air pendingin yang keluar dari chiller adalah 10 atau 50 , sehingga dapat dianggap bahwa suhu permukaan koil pendingin pada AHU sama dengan suhu air pendingin yang keluar dari
chiller, yaitu 50 .
4. Menghitung GSHF (Grand Sendible Heat factor)
GSHF digunakan untuk memperoleh coil Process line. GSHF merupakan perbandingan antara TSH dengan jumlah TSH dan TLH. GSHF dapat dilhitung dengan persamaan 3.9.
Dengan :
TSH = Total Sensibel Heat TLH = Total Latent Heat GTH = Grand Total Heat
Sama seperti pada perhitungan RSHF, nilai TSH dan TLH merupakan penjumlahan dari beberapa ruangan yang didinginkan oleh AHU I lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
TSH :
Standar room (16 kamar) = 74261,89 BTU/hr Jatinom Indonesia Restaurant = 46571,70 BTU/hr Pandan Sari Coffee Shop = 63139,79 BTU/hr Sebagian koridor = 9714,84 BTU/hr Shop I = 13863,37 BTU/hr Shop II = 13863,37 BTU/hr Maka TSH total = 221414,96 BTU/hr
TLH :
Standar room (16 kamar) = 45388,80 BTU/hr Jatinom Indonesia Restaurant = 90579,19 BTU/hr Pandan Sari Coffee Shop = 86675,24 BTU/hr Sebagian koridor = 9620,4 BTU/hr Shop I = 15894 BTU/hr Shop II = 15894 BTU/hr
Maka TLH total = 264051,64 BTU/hr
221414,96 ⁄
221414,96 ⁄ 264051,64 ⁄ 0,45
Kemudian dari GSHF ditarik garis lurus (2) sehingga melalui titik acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis GSHF didapatkan dengan menggambar garis lurus sejajar dengan garis (2) melalui titik suhu permukaan koil pendingin (titik D).
Hasil penggambaran Psychometric Chart AHU I pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 3.2. Dari gambar Psychometric yang telah dilakukan, diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Titik A merupakan kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 95oF, WB (Wet Bulb) = 82,4oF, dan RH = 59%.
2. Titik B merupakan kondisi udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF, dan RH = 50%.
3. Titik C merupakan kondisi udara campuran antara udara segar dari lingkungan dengan udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 92oF, WB (Wet Bulb) = 80oF, dan RH = 60%.
4. Titik D merupakan suhu permukaan koil pendingin, yaitu 50oF. 5. Titik E merupakan kondisi udara setelah melalui koil pendingin,
yaitu 53oF dan RH = 100%.
Letak dari masing-masing titik dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Sistem pengkondisian udara di dalam ruang ber-AC
Keterangan :
A : kondisi udara luar
B : kondisi udara di dalam ruangan ber-AC
C : kondisi udara hasil campuran udara luar dengan udara dari dalam ruang ber-AC
D : suhu permukaan koil pendingin
3.6.2 AHU II pada lantai I
AHU II pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta digunakan untuk mendinginkan ruang kamar standar room (3 kamar), deluxe room, Samudera Bar Lounge, Lobby, dan Receptionist, Ardiyanto Batik, Batik Gentong. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data-data yang telah diketahui
Dari data-data udara yang ada, dapat ditentukkan titik-titik sebagai berikut :
Titik A : kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 95oF, dan WB (Wet Bulb) = 82,4oF
Titik B : kondisi udara dalam ruang rancangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF, dan RH = 50%
Kemudian, dari titik A dan titik B dihubungkan dengan sebuah garis. 2. Menghitung nilai RSHF (Room Sensible Heat Factor)
RSHF merupakan perbandingan antara RSHG dengan jumlah antara RSHG dan RLHG. RSHF dapat dihitung dengan persamaan 3.8.
=
...(3.8) Dengan :RSHG = Room Sensible Heat Gain RLHG = Room Latent Heat Gain
Nilai RSHG dan RLHG merupakan penjumlahan dari beberapa ruangan yang didinginkan oleh AHU II lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
RSHG :
Standar room (3 kamar) = 12379,75 BTU/hr Deluxe room = 5504,53 BTU/hr Samudera Bar, Lobby, Receptionist= 45965,05 BTU/hr Ardiyanto Batik = 10928,87 BTU/hr Batik Gentong = 10928,87 BTU/hr Maka RSHG total = 85707,07 BTU/hr
RLHG:
Standar room (3 kamar) = 840 BTU/hr Deluxe room = 560 BTU/hr Samudera Bar, Lobby, Receptionist= 18100 BTU/hr Ardiyanto Batik = 3110 BTU/hr Batik Gentong = 3110 BTU/hr Maka RLHG total = 25720 BTU/hr
85707,07 ⁄
85707,07 ⁄ 25720 ⁄ 0,77
Kemudian dari RSHF ditarik garis lurus (1) sehingga melalui titik acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis RSHF didapat dengan menggambar garis lurus yang sejajar dengan garis (1) melalui titik B.
3. Menentukan suhu permukaan koil pendingin (titik D)
Diasumsikan suhu air pendingin yang keluar dari chiller adalah 10 atau 50 , sehingga dapat dianggap bahwa suhu permukaan koil pendingin pada AHU sama dengan suhu air pendingin yang keluar dari
chiller, yaitu 50 .
4. Menghitung GSHF (Grand Sendible Heat factor)
GSHF digunakan untuk memperoleh coil Process line. GSHF merupakan perbandingan antara TSH dengan jumlah TSH dan TLH. GSHF dapat dilhitung dengan persamaan 3.9.
=
...(3.9)Dengan :
TSH = Total Sensibel Heat TLH = Total Latent Heat GTH = Grand Total Heat
Sama seperti pada perhitungan RSHF, nilai TSH dan TLH merupakan penjumlahan dari beberapa ruangan yang didinginkan oleh AHU II
lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
TSH :
Standar room (3 kamar) = 14359,75 BTU/hr Deluxe room = 6824,53 BTU/hr Samudera Bar, Lobby, Receptionist= 62597,05 BTU/hr Ardiyanto Batik = 14228,87 BTU/hr Batik Gentong = 14228,87 BTU/hr
Maka TSH total = 112239,07 BTU/hr
TLH :
Standar room (3 kamar) = 8510,40 BTU/hr Deluxe room = 5673,60 BTU/hr Samudera Bar, Lobby, Receptionist= 94804 BTU/hr Ardiyanto Batik = 15894 BTU/hr Batik Gentong = 15894 BTU/hr Maka TLH total = 140776 BTU/hr
112239,07 ⁄
Kemudian dari GSHF ditarik garis lurus (2) sehingga melalui titik acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis GSHF didapatkan dengan menggambar garis lurus sejajar dengan garis (2) melalui titik suhu permukaan koil pendingin (titik D).
Hasil penggambaran Psychometric Chart AHU II pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 3.2. Dari gambar Psychometric yang telah dilakukan, diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Titik A merupakan kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 95oF, WB (Wet Bulb) = 82,4oF, dan RH = 59%.
2. Titik B merupakan kondisi udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF, dan RH = 50%.
3. Titik C merupakan kondisi udara campuran antara udara segar dari lingkungan dengan udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 93oF, WB (Wet Bulb) = 80,6oF, dan RH = 60%.
4. Titik D merupakan suhu permukaan koil pendingin, yaitu 50oF. 5. Titik E merupakan kondisi udara setelah melalui koil pendingin,
3.6.3 AHU III pada lantai I
AHU III pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta digunakan untuk mendinginkan ruang kamar standar room (13 kamar), suite room, dan sebagian koridor. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data-data yang telah diketahui
Dari data-data udara yang ada, dapat ditentukkan titik-titik sebagai berikut :
Titik A : kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 95oF, dan WB (Wet Bulb) = 82,4oF
Titik B : kondisi udara dalam ruang rancangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF, dan RH = 50%
Kemudian, dari titik A dan titik B dihubungkan dengan sebuah garis. 2. Menghitung nilai RSHF (Room Sensible Heat Factor)
RSHF merupakan perbandingan antara RSHG dengan jumlah antara RSHG dan RLHG. RSHF dapat dihitung dengan persamaan 3.8.
=
...(3.8)Dengan :
RSHG = Room Sensible Heat Gain RLHG = Room Latent Heat Gain
RTHG = Room Total Heat gain atau (RSHG + RLHG)
Nilai RSHG dan RLHG merupakan penjumlahan dari beberapa ruangan yang didinginkan oleh AHU III lantai I Hotel Santika Premiere
Yogyakarta.
RSHG :
Standar room (13 kamar) = 52628,91 BTU/hr Suite room = 7217,14 BTU/hr Sebagian koridor = 9562,34 BTU/hr Maka RSHG total = 69408,39 BTU/hr
RLHG:
Standar room (13 kamar) = 3640 BTU/hr Suite room = 840 BTU/hr Sebagian koridor = 1950 BTU/hr Maka RLHG total = 6430 BTU/hr
69408,39 ⁄
69408,39 ⁄ 6430 ⁄ 0,91
Kemudian dari RSHF ditarik garis lurus (1) sehingga melalui titik acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis RSHF didapat dengan menggambar garis lurus yang sejajar dengan garis (1) melalui titik B.
3. Menentukan suhu permukaan koil pendingin (titik D)
Diasumsikan suhu air pendingin yang keluar dari chiller adalah 10 atau 50 , sehingga dapat dianggap bahwa suhu permukaan koil
pendingin pada AHU sama dengan suhu air pendingin yang keluar dari
chiller, yaitu 50 .
4. Menghitung GSHF (Grand Sendible Heat factor)
GSHF digunakan untuk memperoleh coil Process line. GSHF merupakan perbandingan antara TSH dengan jumlah TSH dan TLH. GSHF dapat dilhitung dengan persamaan 3.9.
=
...(3.9) Dengan :TSH = Total Sensibel Heat TLH = Total Latent Heat GTH = Grand Total Heat
Sama seperti pada perhitungan RSHF, nilai TSH dan TLH merupakan penjumlahan dari beberapa ruangan yang didinginkan oleh AHU III lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
TSH :
Standar room (13 kamar) = 61208,91 BTU/hr Suite room = 9197,14 BTU/hr Sebagian koridor = 11542,34 BTU/hr Maka TSH total = 81948,39 BTU/hr
TLH :
Standar room (13 kamar) = 36878,40 BTU/hr Suite room = 8510,4 BTU/hr Sebagian koridor = 9620,4 BTU/hr Maka TLH total = 55009,2 BTU/hr
81948,39 ⁄
81948,39 ⁄ 55009,2 ⁄ 0,6
Kemudian dari GSHF ditarik garis lurus (2) sehingga melalui titik acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis GSHF didapatkan dengan menggambar garis lurus sejajar dengan garis (2) melalui titik suhu permukaan koil pendingin (titik D).
Hasil penggambaran Psychometric Chart AHU III pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 3.2. Dari gambar Psychometric yang telah dilakukan, diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Titik A merupakan kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 95oF, WB (Wet Bulb) = 82,4oF, dan RH = 59%.
2. Titik B merupakan kondisi udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF, dan RH = 50%.
3. Titik C merupakan kondisi udara campuran antara udara segar dari lingkungan dengan udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) =
83,4oF, WB (Wet Bulb) = 70,5oF, dan RH = 55%.
4. Titik D merupakan suhu permukaan koil pendingin, yaitu 50oF. 5. Titik E merupakan kondisi udara setelah melalui koil pendingin,
4.1 Air Cooled Chiller
Air Cooled Chiller adalah mesin yang digunakan untuk mendinginkan air
dengan menggunakan suatu refrigeran tertentu. Air hangat yang masuk ke evaporator
air cooled chiller akan mengenai pipa-pipa dingin yang didalamnya mengalir
refrigerant, sehingga air yang keluar dari air cooled chiller dengan suhu yang rendah.
Air dingin tersebut ditampung terlebih dahulu di Header Supply sebelum dialirkan
dengan menggunakan pompa, yang kemudian digunakan untuk mendinginkan koil
pendingin yang terletak di dalam unit pendingin, yang biasa dikenal dengan istilah
AHU (Air Handling Unit) dan FCU (Fan Coil Unit). Dalam hal ini, pompa berperan
penting dalam mengalirkan air dingin karena jika tidak ada pompa, maka air tidak
akan mengalir menuju AHU atau FCU.
Untuk memilih air cooled chiller digunakan beban pendinginan total dari keseluruhan
ruangan. Dengan data beban pendinginan sebagai berikut :
RTHG (Room Total Heat Gain) :
¾ Standard Room : 240608,11 BTU/hr : 20,05 Tons
¾ Deluxe Room : 12498,13 BTU/hr : 1,04 Tons
¾ Suite Room total : 17707,54 BTU/hr : 1,48 Tons
¾ Jatinom Restaurant Indonesia : 137150,89 BTU/hr : 11,43 Tons
¾ Pandan Sari Coffee Shop : 149815,03 BTU/hr : 12,48 Tons
¾ Samudera Bar Lounge, Lobby, Receptionist: 157401,05BTU/hr :13,12 Tons
¾ Ardiyanto Batik : 30122,87 BTU/hr : 2,51 Tons
¾ Batik Gentong : 30122,87 BTU/hr : 2,51 Tons
¾ Shop I : 29757,37 BTU/hr : 2,48 Tons
¾ Shop II : 29757,37 BTU/hr : 2,48 Tons
¾ Koridor : 37536,14 BTU/hr : 3,13 Tons
Maka RTHG Total : 72,71 Tons
Dari perhitungan beban pendinginan yang telah dilakukan, diperoleh total beban
pendinginan sebesar 72,71 TR atau 872520 BTU/hr. Apabila diketahui 1 kW = 3410
BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada air cooled chiller adalah 255,87 kW.
Dari besar beban pendinginan yang telah dihitung, maka air cooled chiller yang akan
digunakan dapat dipilih sesuai dengan Tabel 4.1.
Dengan demikian, air cooled chiller yang akan digunakan adalah Air Cooled Chiller
buatan Carrier Unit 30GTN 080 dan memiliki spesifikasi dan dimensi ukuran yang
ditunjukkan pada Tabel 4.2, Tabel 4.3, dan Gambar 4.1.
Gammbar 4.1 Dimens (Product Data si Ukuran Air C Carrier Interna Cooled Chiller T ational Sdn. Bdn Tipe 30 GTN-08 n. Malaysia) 0
4.2 AHU (Air Handling Unit)
Air Handling Unit tersedia dengan kapasitas antara 2000-1.000.000
m3/jam, dalam berbagai ukuran sesuai dengan standar yang diberikan oleh pabrik
pembuatnya. Ada dua jenis air handling unit, yaitu jenis vertikal dan jenis horisontal. Jenis kipas udara yang digunakan tergantung dari volume udara dan tekanan yang diinginkan. Kipas udara yang banyak dipakai adalah jenis daun berganda (multiblade). Koil udara dibuat dari pipa bersirip plat; dalam hal tersebut pipa dibuat dari tembaga, sedangkan sirip dibuat dari aluminium. Ada dua jenis koil udara, satu untuk pendinginan dan yang lain untuk pemanasan; namun, dapat dipergunakan satu koil udara saja yang dapat dipakai untuk pendinginan dan pemanasan.
Untuk memilih Air Handling Unit digunakan beban pendinginan total dari keseluruhan ruangan yang akan dikondisikan oleh AHU I, AHU II, dan AHU III.
4.2.1 AHU I
Dengan data beban pendinginan sebagai berikut :
TSH :
Standar room (16 kamar) = 74261,89 BTU/hr
Jatinom Indonesia Restaurant = 46571,70 BTU/hr
Pandan Sari Coffee Shop = 63139,79 BTU/hr
Sebagian koridor = 9714,84 BTU/hr
Shop I = 13863,37 BTU/hr
Maka TSH total = 221414,96 BTU/hr
TLH :
Standar room (16 kamar) = 45388,80 BTU/hr
Jatinom Indonesia Restaurant = 90579,19 BTU/hr
Pandan Sari Coffee Shop = 86675,24 BTU/hr
Sebagian koridor = 9620,4 BTU/hr
Shop I = 15894 BTU/hr
Shop II = 15894 BTU/hr
Maka TLH total = 264051,64 BTU/hr
RTHG (Room Total Heat Gain) = TSH + TLH
= 221414,96 BTU/hr + 264051,64 BTU/hr = 485466,6 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 485466,6 BTU/hr. Jika diketahui 1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada AHU (Air Handling Unit) adalah 142,36 kW. AHU yang akan digunakan dapat dipilih sesuai Tabel 4.4 dan Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Gambar grafik pemilihan AHU
Dengan demikian, AHU yang akan digunakan adalah Carrier 39G 1724. AHU ini dapat dilihat pada Gambar 4.3.
4.2.2 AHU II
Dengan data beban pendinginan sebagai berikut :
TSH :
Standar room (3 kamar) = 14359,75 BTU/hr
Deluxe room = 6824,53 BTU/hr
Samudera Bar, Lobby, Receptionist= 62597,05 BTU/hr
Ardiyanto Batik = 14228,87 BTU/hr
Batik Gentong = 14228,87 BTU/hr
Maka TSH total = 112239,07 BTU/hr
Gambar 4.3 AHU Carrier 39G
TLH :
Standar room (3 kamar) = 8510,40 BTU/hr
Deluxe room = 5673,60 BTU/hr
Samudera Bar, Lobby, Receptionist= 94804 BTU/hr
Ardiyanto Batik = 15894 BTU/hr
Batik Gentong = 15894 BTU/hr
Maka TLH total = 140776 BTU/hr
RTHG (Room Total Heat Gain) = TSH + TLH
= 112239,07 BTU/hr + 140776 BTU/hr = 253015,07 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 253015,07 BTU/hr. Jika diketahui 1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada AHU (Air Handling Unit) adalah 74,2 kW. AHU yang akan digunakan dapat dipilih sesuai Tabel 4.4. dan Gambar 4.2.
4.2.3 AHU III
Dengan data beban pendinginan sebagai berikut :
TSH :
Standar room (13 kamar) = 61208,91 BTU/hr
Suite room = 9197,14 BTU/hr
Sebagian koridor = 11542,34 BTU/hr
Maka TSH total = 81948,39 BTU/hr
TLH :
Standar room (13 kamar) = 36878,40 BTU/hr
Suite room = 8510,4 BTU/hr
Sebagian koridor = 9620,4 BTU/hr
Maka TLH total = 55009,2 BTU/hr
RTHG (Room Total Heat Gain) = TSH + TLH
= 81948,39 BTU/hr + 55009,2 BTU/hr = 136957,59 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 136957,59 BTU/hr. Jika diketahui 1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada AHU (Air Handling Unit)
adalah 40,16 kW. AHU yang akan digunakan dapat dipilih sesuai Tabel 4.4 dan Gambar 4.2.
Dengan demikian, AHU yang akan digunakan adalah Carrier 39G 0914.
1.2 FCU (Fan Coil Unit)
FCU (Fan Coil Unit) adalah penyegar udara kecil yang dipergunakan di dalam ruangan, terdiri dari kipas udara, motor listrik, koil udara dan saringan udara yang terletak dalam satu kotak. Di dalam unit ini, udara ruangan yang diisap masuk diatur temperatur serta kelembabannya, kemudian dimasukkan kembali ke dalam ruangan. Unit ini dapat merupakan jenis lantai atau jenis langit-langit, yang dapat diletakkan di atas lantai atau digantungkan pada langit-langit, atau ditanamkan di dalamnya.
Pada perancangan ini FCU (Fan Coil Unit) akan diletakkan pada ruang kamar tidur saja, yaitu pada standar room, deluxe room, dan suite room.
Untuk memilih Fan Coil Unit digunakan beban pendinginan pada satu kamar standar room, deluxe room, dan suite room.
4.3.1 Standar Room
Data beban pendinginan :
TSH :
Standar room (1kamar) = 4749,52 BTU/hr
TLH :
Standar room (1 kamar) = 2836,80 BTU/hr
Maka TLH total = 2836,80 BTU/hr
RTHG (Room Total Heat Gain) = TSH + TLH
= 4749,52 BTU/hr + 2836,80 BTU/hr = 7586,32 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 7586,32 BTU/hr. Jika diketahui 1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada FCU (Fan Coil Unit) adalah 2,22 kW = 2200 W. FCU yang akan digunakan dapat dipilih sesuai Tabel 4.5.
(S Tabe Shanghai Ton el 4.5. Spesif nghui Carrie fikasi FCU 4 er Air-Condi 42CMX,C/V itioning Equ V-2ROW uipment Co.,LLTD)
(S
Gambar 4. Shanghai Tongh
4 Dimensi Ukur hui Carrier
Air-ran FCU 42CM -Conditioning E
MX,C/V-2ROW Equipment Co.,LLTD)
Dengan demikian, FCU yang akan digunakan adalah Carrier 42 CMX 003.
4.3.2 Deluxe Room
Data beban pendinginan :
TSH :
Deluxe room (1kamar) = 6824,53 BTU/hr
Maka TSH total = 6824,53 BTU/hr
TLH :
Deluxe room (1 kamar) = 5673,60 BTU/hr
Maka TLH total = 5673,60 BTU/hr
RTHG (Room Total Heat Gain) = TSH + TLH
= 6824,53 BTU/hr + 5673,60 BTU/hr = 12498,13 BTU/hr
Gambar 4.5 FCU 42CMX,C/V-2ROW
Diperoleh beban pendinginan sebesar 12498,13 BTU/hr. Jika diketahui 1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada FCU (Fan Coil Unit) adalah 3,66 kW = 3660 W. FCU yang akan digunakan dapat dipilih sesuai Tabel 4.5. Dengan demikian, FCU yang akan digunakan adalah Carrier 42 CMX 004.
4.3.3 Suite Room
Data beban pendinginan :
TSH :
Suite room (1kamar) = 9197,14 BTU/hr
Maka TSH total = 9197,14 BTU/hr
TLH :
Suite room (1 kamar) = 8510,4 BTU/hr
Maka TLH total = 8510,4 BTU/hr
RTHG (Room Total Heat Gain) = TSH + TLH
= 9197,14 BTU/hr + 8510,4 BTU/hr = 17707,54 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 17707,54 BTU/hr. Jika diketahui 1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada FCU (Fan Coil Unit) adalah 5,19 kW = 5190 W. FCU yang akan digunakan dapat dipilih sesuai Tabel 4.5. Dengan demikian, FCU yang akan digunakan adalah Carrier 42 CMX 006.
Bab V
Rancangan Sistem Perpipaan dan Ducting
5.1 Sistem Perpipaan Yang Digunakan
5.1.1 Two Pipe Direct Return
Sistem ini juga disebut sistem kembali langsung. Sistem ini bertujuan untuk memperoleh air dingin yang sama pada saat masuk ke setiap unit pendingin udara. Siistem ini menggunakan dua buah pipa utama, yaitu masing-masing pipa mendapatkan fungsi yang berlainan, yang satu sebagai pipa suplai dan yang satunya menjadi pipa balik.
Two pipe system ini diberikan untuk kontrol dan servis terpisah dari tiap-tiap unit terminal. Dan karena suhu air suplai sama pada tiap-tiap-tiap-tiap unit, sistem ini
dapat digunakan untuk berbagai macam ukuran instalasi. Two pipe system sering
digunakan untuk sistem dalam skala besar. Sehingga biaya perawatannya pun jauh
lebih besar dari one pipe system, maka biaya yang dibutuhkan pun semakin mahal.
Sistem dengan dua pipa ini disebut direct return system karena saluran balik
untuk mengalirkan air kembali ke generator menggunakan jalur yang terdekat. Skema sistem ini dapat dilihat pada Gambar 5.1.
5.2 Debit Air Pendingin Melalui Unit Penyegar Udara
Setelah dilakukan perhitungan pada Bab III, maka dapat diketahui beban pendingin keseluruhan pada grdung Hotel Santika Yogyakarta adalah sebesar 872520 BTU/hr. Dengan demikian, laju aliran air pendingin yang masuk pada setiap unit penyegar udara dapat dihitung meggunakan persamaan:
Q = 500 x GPM x TC ………(5.1)
(Air Conditioning Principles and System, Edward G. Pita, Eq 5.2)
Dengan:
Q = beban pendingin, BTU/hr
GPM = laju aliran air pendingin
TC = Tempeature Change (perubahan temperatur)
Gambar 5.1 Two Pipe Direct Return System
Sistem pengkondisian udara lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta ini dirancang menggunakan menggunakan 37 unit penyegar udara, yaitu 34 buah FCU dan 3 buah AHU. Setiap unit mempunyai beban pendinginan yang berbeda-beda sehingga debit air yang masuk juga berberbeda-beda-berbeda-beda.
Temperatur air dingin yang keluar water chiller menuju ke unit-unit penyegar udara adalah 10 C ( 50 F) sedangkan yang masuk ke dalam water chiller temperaturnya adalah 15 C ( 59 F). Dengan demikian dapat dihitung laju aliran air dingin yang masuk ke setiap unit penyegar udara.
Pada pemompaan jalur 1, AHU I digunakan untuk mendinginkan 16 Standard Room, Jatinom Indonesia Restoran, Pandan Sari Coffee Shop, sebagian
koridor, Shop I, dan Shop II dan pada jalur 1 terdapat 16 FCU yang digunakan