i
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat sarjana S-1
Diajukan oleh :
SIMEON HERMAWAN
NIM : 065214021
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
FINAL PROJECT
As partitial fulfillment of the requirement
to obtain the Sarjana Teknik degree
in Mechanical Engineering
by
SIMEON HERMAWAN
Student Number : 065214021
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
vi
Perancangan sistem pengkondisian udara dilakukan untuk memperoleh
temperatur, kelembaban, kebersihan, kesejukan udara dan pendistribusian udara
yang nyaman pada gedung Hotel. Pada Tugas Akhir ini penulis menggunakan
Hotel Santika Premiere Yogyakarta sebagai gedung Hotel yang akan dirancang.
Pengkondisian udara yang dirancang adalah lantai I Hotel Santika Premiere
Yogyakarta. Sistem pengkondisian udara yang digunakan dalam perancangan ini
menggunakan sistem air-udara. Sistem air-udara ini menggunakan AHU (Air
Handling Unit) dan FCU (Fan Coil Unit). Komponen utama pada mesin
pendingin/refrigerasi adalah evaporator, kompresor, katup ekspansi, kondenser.
Komponen pendukung sistem pengkondisian udara yang digunakan adalah
pompa, air cooled chiller, AHU, dan FCU. Refrigeran yang digunakan adalah
R-22.
Perhitungan beban pendinginan untuk gedung Hotel Santika Premiere
Yogyakarta lantai I diperoleh sebesar 72,71 TR. Pada perancangan sistem
pengkondisian udara ini menggunakan Air Cooled Chiller Carrier 30 GTN 080,
AHU I Carrier 39G 1724, AHU II Carrier 39G 1118, AHU III 39G 0914, FCU
viii
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala
rahmat dan anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir merupakan sebagian persyaratan yang wajib ditempuh oleh
setiap mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tugas Akhir ini juga merupakan wujud
pemahaman dari hasil belajar mahasiswa selama mengikuti kegiatan perkuliahan
di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas mengenai perancangan sistem
pengkondisian udara (AC) untuk Hotel Santika Yogyakarta. Dalam Tugas Akhir
tersebut penulis merancang ulang sistem pengkondisian udara pada lantai 1 Hotel
Santika Yogyakarta dengan menggunakan sistem AC sentral.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini melibatkan banyak
pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Budi Sugiharto, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3.
Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
4.
Budi Setyahandana, S.T., M.T., Dosen Pembimbing Akademik.
ix
membiayai penulis dalam menyelesaikan kuliah dan Tugas Akhir ini.
8.
Adik penulis Tabita Hermayani dan Hana Hermantriani yang selalu
memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9.
Teman akrab penulis, Maria Karina Metta Hanjani yang selalu memberikan
dorongan semangat, menghibur di kala susah, dan memberikan motivasi
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
10.
Nona Ria, wanita yang sekarang berada di relung hatiku, yang menjadi
inspirasi, dan semangatku di dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
11.
Teman-teman seperjuangan kelompok TA, FX. Hatminto Widhi Kuncoro, dan
Evan terimakasih atas sumbangan pemikiran di dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
12.
Teman-teman Teknik Mesin 2006, adik-adik Teknik Mesin angkatan 2007.
13.
Seluruh staf pengajar Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata
Dharma yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada kami
14.
Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah
ikut membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang
perlu diperbaiki dalam Tugas Akhir ini, untuk itu kami mengharapkan masukan
x
Yogyakarta, Maret 2010
xi
TITLE PAGE
... ii
HALAMAN PENGESAHAN
... iii
HALAMAN PERSETUJUAN
... iv
HALAMAN PERNYATAAN
... v
ABSTRAK
... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
... vii
KATA PENGANTAR
... viii
DAFTAR ISI
... x
DAFTAR TABEL
... xii
DAFTAR GAMBAR
... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 2
1.3. Manfaat ... 3
1.4. Langkah Perancangan ... 3
xii
2.3. Sistem Penyegaran Udara ... 8
2.4. Mesin Pendingin Dengan Siklus Kompresi Uap ... 11
2.5. Faktor Pertimbangan Dalam Pemilihan Sistem Penyegaran Udara... 17
2.6. Komponen Utama Mesin Pendingin/Refrigerasi ... 18
2.7. Komponen Pendukung Dalam Sistem Penyegaran Udara... 26
2.8. Refrigeran ... 28
2.9. Sistem Perpipaan...29
BAB III BEBAN PENDINGINAN
3.1. Kalor Sensibel ... 31
3.2. Kalor Laten ... 32
3.3. Kondisi Umum Bangunan... 32
3.4. Rumus yang Digunakan Dalam Perhitungan Beban Pendinginan... 39
3.5. Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai I Hotel Santika
Premiere Yogyakarta ... 43
3.6. Psychometric Chart ... 120
BAB IV PEMILIHAN AIR COOLED CHILLER, AHU, dan FCU
4.1. Air Cooled Chiller... 139
xiii
5.1. Sistem Perpipaan yang Digunakan ... 158
5.2. Debit Air Pendingin Melalui Unit Penyegar Udara ... 159
5.3. Perhitungan Sistem Perpipaan Lantai I Hotel Santika Premiere
Yogyakarta ... 161
5.4. Perhitungan Head Pompa Lantai I Hotel Santika Premiere
Yogyakarta ... 175
5.5. Sistem Ducting Lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta ... 177
BAB VI LANGKAH-LANGKAH MENGHEMAT ENERGI PADA HOTEL
6.1. Langkah-langkah Menghemat Energi Pada Hotel ... 189
6.2. Pemeliharaan Rutin Terhadap Mesin AC/Chiller ... 200
BAB VII KESIMPULAN
7.1. Kesimpulan ... 202
xiv
Tabel 3.2. Maximum Solar Heat Gain Factors Untuk Kaca ... 48
Tabel 3.3. Shading Coefficients Untuk Kaca ... 49
Tabel 3.4. Cooling Load Factors Untuk Kaca Dengan Interior Shading ... 50
Tabel 3.5. Sensible and Laten Heat Gain Pada Manusia... 52
Tabel 3.6. CFM Untuk Ventilasi... 53
Tabel 3.7. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Standar Room ... 55
Tabel 3.8. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Deluxe Room ... 61
Tabel 3.9. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Suite Room ... 67
Tabel 3.10. Heat Gain From Restaurant Appliances ... 70
Tabel 3.11. Properties of Common Foods ... 73
Tabel 3.12. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Jatinom
Indonesia Restaurant ... 76
Tabel 3.13. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Pandan Sari
Coffee Shop ... 83
Tabel 3.14. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Samudera Bar,
Lobby, dan Receptionist... 89
Tabel 3.15. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Ruang
Ardiyanto Batik ... 95
xv
Tabel 4.1. Jenis-jenis Air Cooled Chiller Carrier 30GTN,GTR ... 141
Tabel 4.2. Spesifikasi Air Cooled Chiller Tipe 30GTN-080, pada 50 Hz... 142
Tabel 4.3. Cooling Capacity pada Frekuensi 50 Hz ... 143
Tabel 4.4. Jenis-jenis AHU Carrier 39 G... 147
Tabel 4.5. Spesifikasi FCU 42CMX,C/V-2ROW... 154
Tabel 5.1. Hasil Perhitungan Laju Aliran Pendingin ... 161
Tabel 5.2. Equivalent Feet of Pipe for Fitting and Valves... 166
Tabel 5.3. Tabel Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop Untuk
Perpipaan Jalur 1 ... 168
Tabel 5.4. Tabel Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop Untuk
Perpipaan Jalur 2... 172
Tabel 5.5. Recommended maximum duct velocity for low velocity system
(FPM) ... 179
Tabel 5.6. Tabel Perhitungan Friction Loss Dan Ukuran Ducting AHU I ... 185
Tabel 5.7. Tabel Perhitungan Friction Loss Dan Ukuran Ducting AHU II ... 187
Tabel 5.8. Tabel Perhitungan Friction Loss Dan Ukuran Ducting AHU III... 188
xvi
Gambar 1.2. Hotel Santika Premiere Yogyakarta... 5
Gambar 2.1. Sistem Air-Udara ... 9
Gambar 2.2. Sistem Udara Penuh ... 10
Gambar 2.3. Sistem Air Penuh ... 11
Gambar 2.4. Siklus Kompresi Uap ... 13
Gambar 2.5. Diagram P-h ... 14
Gambar 2.6. Kompresor Torak ... 19
Gambar 2.7. Langkah Kerja Kompresor... 21
Gambar 2.8. Kondenser Berpendingin Udara... 23
Gambar 2.9. Flooded Evaporator dan Direct Expansion Evaporator ... 25
Gambar 2.10. Pemisah Minyak Pelumas Dengan Penyaring ... 27
Gambar 3.1. Denah Gedung Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai I ... 33
Gambar 3.2. Sistem Pengkondisian Udara Di Dalam Ruang ber- AC ... 125
Gambar 3.3. Diagram Psikometri Untuk AHU I Lantai I
Hotel Santika Premiere Yogyakarta... 126
Gambar 3.4. Diagram Psikometri Untuk AHU II Lantai I
Hotel Santika Premiere Yogyakarta... 132
Gambar 3.5. Diagram Psikometri Untuk AHU III Lantai I
Hotel Santika Premiere Yogyakarta... 138
xvii
Gambar 4.5. FCU 42 CMX, C/V-2ROW ... 156
Gambar 5.1. Two Pipe Direct Return System... 159
Gambar 5.2. Grafik Friction Loss Untuk Air Dalam Pipa Tembaga ... 165
Gambar 5.3. Sistem Perpipaan Lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta .... 167
Gambar 5.4. Sistem Perpipaan Lantai I Hotel Santika Yogyakarta Jalur 1 ... 170
Gambar 5.5. Sistem Perpipaan Lantai I Hotel Santika Yogyakarta Jalur 2 ... 174
Gambar 5.6. Friction Loss For Air Flow in Galvanized Steel Round Duct... 180
Gambar 5.7. Equivalent Round Duct Sizes... 181
Gambar 5.8. Sistem Ducting Lantai I Hotel Santika Yogyakarta AHU I... 182
Gambar 5.9. Sistem Ducting Lantai I Hotel Santika Yogyakarta AHU II... 183
1.1
Latar Belakang
Pada masa sekarang ini tuntutan kebutuhan hidup makin lama makin banyak.
Salah satu dari sekian banyak kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan rasa
nyaman di dalam beraktivitas. Kenyamanan di dalam beraktivitas dapat dicapai
dengan tersedianya lingkungan yang bersih, sejuk, dan bebas dari polusi. Tentu
keadaan yang seperti ini sudah sangat jarang ditemukan di lingkungan tempat
tinggal kita, khususnya daerah perkotaan.
Dalam kondisi seperti ini, manusia dituntut untuk aktif di dalam berbagai
macam kegiatan/aktivitas. Akan tetapi, dengan keadaan udara yang panas, kotor,
dan kurangnya suplai oksigen yang kita hirup dalam udara akan menyebabkan
manusia lebih cepat lelah, mengantuk, malas beraktivitas, dan sangat
dimungkinkan timbulnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saluran
pernapasan.
Udara kotor dapat disebabkan karena adanya berbagai macam polusi udara.
Polusi udara ini dapat disebabkan dari berbagai macam sumber, yaitu asap
knalpot kendaraan bermotor, asap rokok, asap dari pabrik-pabrik yang beroperasi,
Berbagai macam upaya telah dilakukan manusia untuk mengurangi udara
panas dan kotor. Salah satunya dengan menggunakan AC(Air Conditioning), yang
dapat digunakan pada berbagai macam bangunan dan kendaraan. AC pada
bangunan dapat berupa AC central atau AC split. Untuk bangunan dengan ukuran
yang besar, seperti rumah sakit, bank, perkantoran, hotel, supermarket, mall dll
lebih cocok menggunakan AC central, tetapi untuk bangunan dengan ukuran kecil
ataupun sedang akan lebih cocok menggunakan AC split.
Gedung Hotel Santika Premiere Yogyakarta merupakan salah satu gedung
yang berperan penting dalam mobilitas pengunjung atau turis/wisatawan asing
maupun domestik dengan berbagai keperluan/kegiatan. Oleh karena itu, untuk
mendukung seluruh kegiatan di dalamnya, maka sirkulasi udara di dalam gedung
hotel harus dibuat sedemikian rupa sehingga pengunjung di dalamnya merasa
nyaman dan betah.
1.2
Tujuan
1.
Mengkondisikan udara dalam suatu ruangan pada suhu yang nyaman.
2.
Mengkondisikan udara dalam suatu ruangan pada RH (kelembaban) tertentu.
3.
Mengkondisikan ruangan agar udara segar tercukupi.
4.
Menjaga agar udara di dalam ruangan bersih dan terbebas dari polusi, baik itu
6.
Membuang udara kotor yang ada dalam ruangan.
7.
Mengatur sistem aliran udara dalam udara sehingga kondisi udara baik suhu
dan kelembabannya merata.
1.3
Manfaat
1.
Membuat pengunjung merasa nyaman untuk beristirahat di dalam kamar.
2.
Membuat pengunjung merasa betah di dalam hotel.
3.
Memberikan suplai udara segar pada pengunjung hotel.
4.
Meningkatkan produktivitas para staff Hotel Santika Yogyakarta.
1.4
Langkah perancangan
1.
Menentukan gedung yang akan dijadikan sebagai latar perancangan.
2.
Mengetahui atau menggambar terlebih dahulu denah ruangan.
3.
Melakukan perhitungan beban pendinginan dalam setiap ruangan.
4.
Menentukan
air cooled chiller yang akan digunakan sesuai beban
pendinginan.
5.
Menentukan AHU (Air Handling Unit) dan FCU (Fan Coil Unit)
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam perancangan ini adalah merancang ulang sistem
pengkondisian udara (AC) yang diperuntukkan bagi Hotel Santika Premiere
Yogyakarta yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No.19 Yogyakarta.
Sistem pengkondisian yang dipilih adalah sistem AC sentral,
¾
AC sentral ini dirancang menggunakan mesin pendinginan udara (Air
Cooled Chiller), AHU (Air Handling Unit), dan FCU (Fan Coil Unit)
¾
Air Cooled Chiller, AHU, dan FCU yang akan digunakan pada rancangan
ini sudah terdapat dipasaran.
¾
Temperatur udara lingkungan yang terletak diluar dan didalam ruangan
dianggap tetap (tidak berubah terhadap waktu).
Gambar 1.2 Hotel Santika Premiere Yogyakarta
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Mekanisme Perpindahan Kalor
Panas didefinisikan sebagai bentuk energi yang berpindah antara dua sistem yang
dikarenakan perbedaan temperatur. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari,
kalor sering digunakan untuk mengartikan tenaga dalam (energi internal).
Dalam termodinamika, kalor dan energi internal adalah dua hal yang berbeda, energi
adalah suatu sifat tetapi kalor bukan merupakan sifat. Suatu benda mengandung energi
tetapi bukan kalor, energi berhubungan dengan suatu keadaan sedangkan kalor
berhubungan dengan proses. Maka dalam termodinamika, kalor berarti heat transfer.
Perpindahan kalor (heat transfer) adalah energi sebagai hasil dari perbedaan
temperatur. Adapun mekanisme perpindahan kalor dapat terjadi secara konduksi,
konveksi, dan radiasi.
2.1.1. Perpindahan Kalor Secara Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses mengalirnya kalor dari
2.1.2. Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor yang
disebabkan karena adanya fluida yang mengalir. Perpindahan kalor
konveksi dapat terjadi secara alami (natural convection) dan secara paksa
(forced convection). Konveksi alami terjadi karena adanya fluida yang
mengalir tanpa ada sumber gerakan dari luar. Sedangkan konveksi paksa
terjadi karena adanya sumber gerakan dari luar yang menyebabkan fluida
mengalir, misalnya kipas, pompa, kompresor, blower, dan sebagainya.
2.1.3. Perpindahan Kalor Secara Radiasi
Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan panas oleh adanya
gerakan gelombang elektromagnetik. Pads perpindahan panas konduksi
dan konveksi memerlukan adanya media, tetapi pads perpindahan kalor
2.2. Tujuan Penyegaran Udara
Tujuan dari penyegaran udara adalah supaya temperatur, kelembaban,
kebersihan dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat
yang diinginkan.
2.3. Sistem Penyegaran Udara
Jenis sistem penyegaran udara yang digunakan dalam perancangan adalah
sistem air-udara. Adapun sistem penyegaran udara lainnya adalah sistem udara
penuh dan sistem air penuh.
2.3.1. Si stem Air-Udara
Dalam sistem air-udara, seperti terlihat pada Gambar 2.1, unit
koil-kipas udara atau unit induksi dipasang di dalam ruangan yang akan
disegarkan. Air dingin (dalam hal pendinginan) atau air panas (dalam hal
pemanasan) dialirkan ke dalam unit tersebut, sedangkan udara ruangan
dialirkan melalui unit tersebut sehingga menjadi dingin atau panas.
Selanjutnya, udara tersebut bersirkulasi di dalam ruangan. Demikian pula
untuk keperluan ventilasi, udara luar yang telah didinginkan dan
dikeringkan atau udara luar yang telah dipanaskan dan dilembabkan
dialirkan dari mesin penyegar sentral ke ruangan yang akan disegarkan.
ukuran pipa yang diperlukan untuk memindahkan kalor yang sama, adalah
lebih kecil.
Seperti terlihat pada Gambar 2.1, untuk sistem air-udara jumlah
pemasukan udara ke dalam ruangan biasanya sama dengan jumlah udara
luar untuk ventilasi atau jumlah udara yang dikeluarkan dari ruangan.
Udara luar tersebut di atas, didinginkan dan dikeringkan, atau dipanaskan
dan dilembabkan dan termasuk sebagian dari beban kalor ruangan. Udara
tersebut dinamai udara primer. Pada umumnya, sebagian dari kalor
sensibel dari ruangan diatasi oleh unit ruangan, sedangkan kalor laten
diatasi oleh udara primer.
2.3.1. Si stem Udara Penuh
Pada sistem udara penuh campuran udara luar dan udara ruangan
didinginkan dan dilembabkan, kemudian dialirkan kembali ke dalam
ruangan melalui saluran udar a
(ducti ng).
Mesin pendingin dari sistem
udara penuh terletak di dalam ruangan yang akan disegarkan.
Gambar 2.2 Sistem Udara Penuh
2.3.2. Sistem Air Penuh
Pada sistem air penuh air dingin dialirkan melalui FCU untuk
penyegaran udara. FCU diletakkan di dalam ruangan yang akan
Gambar 2.3 Sistem Air Penuh
2.4. Mesin Pendingin Dengan Siklus Kompresi Uap
2.4.1. Proses Siklus Kompresi Uap
Mesin pendingin dengan siklus kompresi uap menggunakan empat
komponen utama yaitu: kompresor, kondensor, katup ekspansi dan
evaporator. Sistem ini menggunakan kompresor untuk mengalirkan
refrigeran yang ada di dalam sistem. Kompresor mengisap uap refrigeran
keadaan uap dan bertemperatur rendah. Di dalam kompresor, tekanan
refrigeran dinaikkan sehingga memudahkan pencairannya kembali. Energi
yang diperlukan untuk kompresi diberikan oleh motor listrik yang
menggerakkan kompresor. Uap refrigeran yang bertekanan dan
bertemperatur tinggi pada akhir kompresi dapat dengan mudah dicairkan
dengan mendinginkannya dengan air pendingin atau dengan udara
lingkungan temperatur normal. Di mana uap refrigeran melepaskan kalor
laten pengembunannya kepada air pendingin atau udara pendingin di dalam
kondenser, sehingga mengembun dan menjadi cair.
Selama refrigeran mengalami perubahan dari fasa uap ke fasa cair, terdapat
campuran refrigeran dalam fasa uap dan cair, tekanan pengembunan dan
temperatur pengembunannya konstan.
Kalor yang dikeluarkan di dalam kondenser adalah jumlah kalor yang
diperoleh dari udara yang mengalir melalui evaporator (kapasitas
pendinginan) dan kerja (energi) yang diberikan oleh kompresor kepada
refrigeran. Uap refrigeran menjadi cair sempurna di dalam kondensor,
kemudian dialirkan ke dalam pipa evaporator melalui katup ekspansi.
Dalam hal ini, temperatur refrigeran cair biasanya 5-10 °F lebih rendah dari
temperatur refrigeran cair jenuh pada tekanan kondensasinya. Temperatur
Untuk menurunkan tekanan dari refrigeran cair bertekanan tinggi yang
dicairkan di dalam kondensor supaya dapat mudah menguap maka
dipergunakan alai yaitu katup ekspansi atau pipa kapiler. Diameter dalam
dan panjang dari katup ekspansi ditentukan berdasarkan besarnya
perbedaan tekanan yang diinginkan, antara bagian yang bertekanan tinggi
dan bagian yang bertekanan rendah, dan jumlah refrigeran yang
bersirkulasi.
Tekanan cairan refrigeran yang keluar dari katup ekspansi didistribusikan
secara merata ke dalam pipa evaporator. Di dalam evaporator, refrigeran
akan menguap dan menyerap kalor dari udara ruangan yang dialirkan
melalui permukaan luar dari pipa evaporator. Apabila udara didinginkan di
bawah titik embun, maka air yang ada dalam udara, akan mengembun pada
permukaan evaporator.
Cairan refrigeran diuapkan secara berangsur-angsur karena menerima kalor
laten penguapan, selama mengalir di dalam pipa evaporator. Selama proses
penguapan, di dalam pipa akan terdapat campuran refrigeran dalam fasa
cair dan gas. Oleh sebab itu, biasanya dilakukan pemanasan lanjut
(superheating) sebesar 5 - 10
oF lebih tinggi dari uap jenuh, agar refrigeran
masuk ke kompresor semuanya berwujud gas. Selanjutnya refrigeran
masuk ke dalam kompresor dan siklus tersebut terjadi secara
berulang-ulang. Tujuan lain dari subcooling dan superheating adalah untuk
menaikkan nilai COP (Coefficient of Performance).
Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap yang ditunjukkan pada
Gambar 2.5. sebagai berikut :
1 - 2 : Proses kompresi berlangsung di kompresor
2 - 4 : Proses pelepasan kalor dan pengembunan refrigeran
4 - 5 : Proses pendinginan lanjut (subcooling)
5 - 6 :Proses penurunan tekanan (throtling) berlangsung di katup ekspansi
6 - 1 : Proses penguapan berlangsung di evaporator
2.4.2. Perhitungan Siklus Kompresi Uap
Perhitungan siklus kompresi uap dengan berdasarkan diagram P – h dapat
menentukan besarnya daya kompresor yang diperlukan dan COP yang
dihasilkan oleh mesin pendingin. Daya kompresor yang diperlukan untuk
mengkondisikan udara pada temperatur tertentu adalah :
W
komp= . (h
2-h
1) (BTU/menit)……….. (2.1)
keterangan :
: massa aliran refrigeran (lb/menit)
Refrigeration Effect (RE) adalah
RE = h6-h1 (BTU/Ib) ………(2.2)
Keterangan :
h
6: besarnya entalpi pada saat masuk evaporator (BTU/lb)
Kalor yang diserap evaporator adalah :
Q
in=
r(h
1-h
5) (BTU/mnt)………..(2.3)
Dari persamaan (2.2) dan (2.3), maka laju aliran massa refrigeran dapat ditulis :
lb/menit … … … . 2.4
Kalor yang dilepas kondenser adalah
Q
out=
(h
2—h
4) (BTU/mnt) ………..(2.5)
Keterangan :
h4 : besarnya entalpi pada saat sebelum masuk proses subcooling
(BTU/1b)
COP yang dihasilkan oleh mesin pendingin adalah :
2.5. Faktor Pertimbangan Dalam Pemilihan Sistem Penyegaran Udara
Sistem penyegaran udara untuk kenyamanan manusia dirancang agar
temperatur, kelembapan, kebersihan dan pendistribusian udara dapat
dipertahankan pada keadaan yang diinginkan. Oleh sebab itu, perancangan harus
mempertimbangkan faktor-faktor dalam pemilihan sistem penyegaran udara.
Adapun faktor-faktor pemilihan sistem penyegaran udara meliputi :
a.
Faktor kenyamanan
Kenyamanan pada sistem penyegaran udara yang dirancang ditentukan oleh
beberapa parameter, antara lain : aliran udara, kebersihan udara, bau, kualitas
ventilasi, tingkat kebisingan dan interior ruangan. Tingkat keadaan pada
sistem penyegaran udara dirancang dapat diatur dengan sistem pengaturan
yang ada pada mesin penyegar udara.
b.
Faktor ekonomi
Dalam proses pemasangan, operasi dan perawatan, serta sistem pengaturan
yang digunakan harus diperhitungkan pula segi-segi ekonominya. Oleh sebab
itu, dalam perancangan sistem penyegaran udara harus mempertimbangkan
c.
Faktor operasi dan perawatan
Pemilihan sistem penyegaran udara yang paling disukai adalah sistem yang
mudah dipahami konstruksi, susunan dan cara menjalankannya. Beberapa
faktor pertimbangan operasi dan perawatan meliputi :
−
Konstruksi sederhana
−
Tahan lama
−
Mudah direparasi jika terjadi kerusakan
−
Mudah perawatannya
−
Dapat fleksibel melayani perubahan kondisi operasi
−
Efisiensi tinggi
2.6. Komponen Utama Mesin Pendingin/Refrigerasi
Komponen utama dari mesm pendingin/refrigerasi terdiri dari kompresor,
kondenser, katup ekspansi dan evaporator.
2.6.1. Kompresor
Dalam sistem penyegaran udara, fungsi dari kompresor adalah
untuk mengalirkan dan menaikkan tekanan refrigeran dalam mesin
pendingin agar dapat berlangsung proses pendingin. Kompresor terdiri
dari beberapa jenis, yaitu :
−
Kompresor torak (reciprocating compressor)
−
Kompresor sentrifugal (centrifugal compressor)
−
Kompresor hermetik (hermetic compressor)
−
Kompresor semi hermetik
Perancangan penyegaran udara ini akan digunakan jenis kompresor torak
(reciprocating compressor) dengan pertimbangan efisiensi tinggi, tidak
berisik, dan umur pakai lebih panjang. Pada Gambar 2.6. menunjukkan
konstruksi dari kompresor torak.
Gambar 2.6. kompresor torak
Adapun cara kerja kompresor torak sebagai berikut :
Lubang yang dilalui refrigeran menuju ke kompresor dan dari kompresor
dikontrol oleh katup masuk (suction valve) dan katup keluar (discharge
saluran keluar (discharge) dan dapat masuk melalui saluran masuk
(suction).
Pada saat torak bergerak ke bawah (menjauhi dari katup masuk) maka
tekanan di dalam silinder menjadi berkurang lebih kecil dibanding tekanan
di atasnya, dengan demikian refrigeran akan dapat mendorong katup
masuk ke sebelah dalam dan mengalirlah refrigeran masuk ke dalam
silinder kompresor.
Pada saat gerak katup ke atas dan katup tertutup (karena telah dicapai
keseimbangan) tekanan di dalam silinder naik sedikit demi sedikit sesuai
dengan jarak yang sudah ditempuh torak. Akibat daya dorong ke atas
maka uap refrigerant terkompresikan sehingga sanggup mendorong katup
Gambar 2.7. Langkah kerja kompresor
Berdasarkan Gambar 2.7. torak berada di titik mati atas, katup masuk
(suction valve) dan katup keluar (discharge valve) tertutup. Katup keluar
(discharge valve) tertutup karena gaya tekan dari luar terhadapnya,
sedangkan katup masuk (suction valve) tertutup karena tekanan yang ada
pada ruang antara (clearance) kepala kepala torak dengan tutup silinder.
Jika torak bergerak ke bawah tekanan di dalam silinder menjadi menurun
karena volumenya membesar. Pada saat tekanannya lebih kecil dari
tekanan masuk, katup saluran masuk terbuka dan uap akan mengalir
masuk ke dalam silinder. Kejadian ini akan terus terjadi sampai torak
mencapai titik mati bawah. Setelah mencapai titik mati bawah, katup
masuk akan tertutup lagi karena gaya pegas.yang bekerja padanya.
Pada saat tekanan uap tersebut lebih besar dari gays pegas pada katup
keluar
(discharge valve) maka katup keluar akan terbuka dan uap akan
mengalir ke dalam kondenser.
2.6.2. Kondenser
Fungsi dari kondenser adalah untuk mendinginkan atau mengembunkan
uap refrigeran di dalam sistem penyegaran udara sehingga refrigeran
tersebut
berubah fase menjadi cair. Jumlah kalor yang dilepaskan oleh
kondenser ke media pendingin merupakan jumlah kalor yang diterima dari
evaporator dan kalor akibat kompresi oleh kompresor. Berdasarkan media
pendinginannya, kondenser dibagi menjadi 3 macam yaitu :
−
Kondenser berpendinginan udara (air cooled)
−
Kondenser berpendinginan air (water cooled)
−
Kondenser jenis campuran (evaporative)
Gambar 2.8. Kondenser berpendinginan udara
Kondenser berpendinginan udara menggunakan udara yang berada
disekitar kondenser untuk mendinginkan koil-koil kondenser. Kondenser
jenis pada umumnya memiliki fan dibagian atas untuk mensirkulasikan
udara melewati koil-koil kondenser. Kondenser ini memiliki biaya
perawatan yang lebih murah dan pengoprasiannya mudah. Kondenser tipe
ini harus dipasang pada bagian atap gedung, supaya mendapatkan udara
pendingin yang cukup.
2.6.3. Katup Ekspansi
Fungsi dari katup ekspansi adalah untuk menurunkan tekanan cairan
banyak digunakan adalah
1. Katup ekspansi otomatis termostatik
2. Katup ekspansi manual
3. Katup ekspansi tekanan konstan
4. Pipa kapiler
5. Orifice plates
2.6.4. Evaporator
Fungsi dari evaporator adalah untuk menyerap kalor pada suatu produk
yang akan didinginkan serta untuk menguapkan cairan refrigeran yang ada
di dalam sistem penyegaran udara. Temperatur refrigeran di dalam
evaporator selalu lebih rendah daripada temperatur sekelilingnya, sehingga
kalor yang ada di sekelilingnya dapat diserap oleh refrigeran. Evaporator
menguapkan cairan refrigeran juga bertujuan agar tidak merusak
kompresor.
Terdapat dua jenis evaprorator yang sering digunakan pada water chiller
yaitu :
- flooded evaporator
- direct expansion evaporator
2.7.
Komponen Pendukung Dalam Sistem Penyegaran Udara
2.7.1. Pompa
Dalam hal ini, pompa berfungsi untuk mensirkulasikan air dingin ke dalam
ruangan yang akan dikondisikan udaranya serta untuk memompakan air
dari dan ke evaporator untuk didinginkan. Pada perancangan penyegaran
udara ini digunakan pompa sentrifugal, dengan pertimbangan perawatan
dan pengoprasiannya yang mudah.
2.7.2. Kipas dan Blower
Kipas berfungsi untuk menghisap udara dari luar atau ke luar ruangan.
Blower juga mempunyai fungsi yang sama, hanya saja blower mampu
menghisap udara dalam kapasitas yang sangat besar.
2.7.3. Pemisah Minyak Pelumas
Kompresor torak merupakan salah satu jenis kompresor yang
membutuhkan pelumasan untuk mengurangi gesekan antara bagian ring
piston dan dinding silinder. Pelumas (refrigerator oil) yang digunakan
untuk melumasi kompresor akan bercampur dengan refrigeran. Pelumas
akan mengganggu proses perpindahan kalor yang terjadi di evaporator dan
kondenser.
Untuk mencegah terjadinya minyak pelumas ikut masuk ke dalam
minyak pelumas di antara kompresor dan kondenser. Pemisah tersebut akan
memisahkan pelumas dari refrigeran dan akan mengalirkannya kembali ke
dalam ruang engkol kompresor.
Gambar 2.10. Pemisah minyak pelumas dengan penyaring
Minyak yang terpisah tersebut akan berkumpul di bagian bawah dari
pemisah minyak pelumas. Apabila permukaan minyak pelumas telah
mencapai suatu ketinggian tertentu, minyak pelumas tersebut akan
mengalir ke dalam ruang engkol kompresor secara otomatik, yaitu apabila
pelampung mencapai suatu posisi tertentu.
2.7.4. Saringan
Saringan berfungsi sebagai penyaring kotoran yang akan mengganggu.
Kotoran yang ada di dalam refrigeran yang bersirkulasi dapat menempel
2.8. Refrigeran
Refrigeran adalah suatu zat yang mudah diubah bentuknya dari gas menjadi
cair atau sebaliknya, dipakai untuk menyerap kalor dari evaporator dan
membuang kalor di kondenser.
Dalam pemilihan refrigeran, sifat-sifat refrigeran yang perlu diperhatikan adalah
1.
Tekanan evaporator dan tekanan kondenser diusahakan lebih besar dari
tekanan atmosfir untuk mencegah udara masuk dan memudahkan mencari
kebocoran.
2.
Mempunyai viskositas yang rendah.
3.
Tidak beracun dan berbau merangsang.
4.
Tidak mudah terbakar dan mudah meledak.
5.
Tidak bersifat korosif.
6.
Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah.
7.
Mempunyai susunan kimia yang stabil, tidak terurai jika dimampatkan
(dikompesi), diembunkan dan diuapkan mempunyai kalor laten yang besar
agar kalor penguapan yang terjadi di evaporator besar sehingga dapat
menyerap kalor dalam jumlah yang besar pula dan refrigeran yang
bersirkulasi sedikit.
8.
Hemat energi
2.9. Sistem Perpipaan
2.9.1. Sistem Perpipaan Pada Refrigeran
Dalam menentukan ukuran pipa refrigeran perlu diperhatikan faktor-faktor
yang berhubungan dengan ekonomi dan kerugian akibat gesekan (friction
loss). Jika dilihat dari segi ekonomi tentunya dipilih ukuran pipa sekecil
mungkin, akan tetapi dari segi lain akan dijumpai beberapa kerugian yang
akan timbul akibat kerugian gesek, baik pada pipa suction maupun pada
pipa discharge, yang nantinya akan mempengaruhi kapasitas sistem. Selain
itu, adanya penurunan tekanan (pressure drop) pada liquid line akan
menyebabkan refrigeran cair mengalir tidak lancar dengan konsekuensi
katup ekspansi tidak akan bekerja normal.
2.9.2. Sistem Perpipaan Pada Air Dingin Dan Udara Dingin
Kunci keberhasilan dari sistem pendinginan adalah sebagian besar
tergantung pada perencanaan sistem perpipaan. Dalam pemasangan
perpipaan diusahakan tidak terlalu banyak belokan dan sambungan guna
untuk mengurangi timbulnya kerugian gesekan (friction loss) dan kerugian
tekanan (pressure loss) yang tedadi.
Pipa-pipa pada yang mengalir air dingin atau udara dingin untuk
menyegarkan ruangan harus diisolasi karena ada perbedaan temperatur
antara air dingin atau udara dingin dengan udara luar. Tujuan lain dari
dinding pipa. Bahan isolasi pipa dapat mengunakan asbestos, serat kaca,
magnesium karbida, kalsium silikat, busa polistilen dan bulu binatang
ternak. Untuk mencegah perembesan air embun melalui isolasi maka
permukaan luar isolasi biasanya dilapisi dengan aluminium koil.
Dalam perancangan sistem penyegaran udara, beban pendinginan merupakan h a l y a n g p a l i n g p e n t i n g . U n t u k m e m p e r o l e h k e n y a m a n a n m a k a b e b a n pendinginan perlu diperhitungkan. Beban pendinginan yang dihitung juga akan menentukan sistem perpipaan dan ukuran
ducting dari sistem penyegaran udara.
Sumber beban pendinginan suatu ruangan ada, 2 macam yaitu beban kalor sensibeldan beban kalor laten.Beban kalor sensibeladalah beban karena kalor
yang dilepas atau diperlukan untuk merubah temperatur. Sedangkan beban kalor laten adalah beban karena kalor yang dilepas atau diperlukan untuk berubah fase.
3.1. Kalor Sensibel
Kalor sensibelsuatu ruangan dapat ditimbulkan oleh 1. Manusia
2. Penyinaran matahari
3. Udara luar yang masuk ke ruangan
5. Benda yang bertemperatur tinggi, seperti kopi, air panas, dan makanan yang dibawa ke dalam ruangan.
6. Perbedaan suhu permukaan dinding luar dengan permukaan dinding dalam.
3.2. Kalor Laten
Kalor latensuatu ruangan dapat ditimbulkan oleh: 1. Manusia.
2. Udara luar yang masuk ke dalam ruangan.
3. Perbedaan kelembaban udara luar dan udara ruangan (ventilasi). 4. Adanya perubahan fase zat yang terjadi di dalam ruangan.
3.3. Kondisi Umum Bangunan
Hotel Santika Premiere terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 19 Yogyakarta pada 7,48o LS dan 110,22o BT. Untuk memudahkan perhitungan beban pendinginan, kondisi udara Yogyakarta dianggap sama dengan kondisi udara Jakarta. Kota Jakarta terletak pada 6o LS dan 107o BT.
3. 3. 2. Lantai I
Sistem penyegaran udara yang digunakan pada lantai I adalah sistem udara penuh dan siste m air penuh. Pada siste m udara penuh menggunakan AHU (dengan peletakkan AHU berada di luar ruangan yang dikondisikan), sedangkan sistem air penuh menggunakan FCU (dengan peletakkan FCU berada di dalam ruangan yang dikondisikan). Lantai I terdiri dari beberapa ruangan dengan ukuran yang berbeda.
a.Standart Room Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai I
Kondisi dari ruang sebagai berikut:
Luas lantai : 248,52 ft2 Tinggi ruangan : 11,48 ft Volume ruangan : 2853,01 ft3 Luas pintu dan jendela kaca : 53,792 ft2 Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 6 @ 40 W Televisi : 75 W Kulkas : 45 W Jumlah pengunjung : 2 orang
b. Deluxe Room Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai I
Kondisi dari ruang sebagai berikut :
Volume ruangan : 3805,27 ft3
Luas pintu dan jendela kaca : 64,55 ft2 Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 8 @ 40 W Televisi : 75 W Kulkas : 45 W Jumlah pengunjung : 4 orang
c. Suite Room Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai I
Kondisi dari ruangan sebagai berikut:
Luas lantai : 387,30 ft2 Tinggi ruangan : 11,48 ft Volume ruangan : 4446,20 ft3 Luas pintu dan jendela kaca : 86,07 ft2 Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 10 @ 40 W Televisi : 100 W Kulkas : 45 W Jumlah pengunjung : 6 orang
d. Jatinom Indonesia Restoran Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Kondisi dari ruangan sebagai berikut:
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan Lampu TL : 30 @ 40 W
Food Warmer
Stoves
Griddle Frying
Fry Kettle
Jumlah pengunjung : 50 orang
e. Pandan Sari Coffee Shop Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Kondisi dari ruangan sebagai berikut :
Luas lantai : 1175,4 ft2 Tinggi ruangan : 11,48 ft Volume ruangan : 13493,59 ft3 Luas pintu dan jendela kaca : 451,85 ft2 Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 20 @ 40 W
Coffee Warmer
Toaster
Waffle Iron
f. Samudera Bar Lounge, Lobby, Receptionist Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Kondisi dari ruangan sebagai berikut:
Luas lantai : 4357,2 ft2 Tinggi ruangan : 11,48 ft Luas pintu dan jendela kaca : 309,304 ft2 Volume ruangan : 50020,66 ft3 Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 50 @ 40 W Kulkas : 300 W Komputer : 2 @ 350 W Printer : 2 @ 100 W Jumlah pengunjung : 40 orang
g. Ruang Ardiyanto Batik Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Kondisi ruang sebagai berikut :
Luas lantai : 387,30 ft2 Tinggi ruangan : 11,48 ft Volume ruangan : 4446,20 ft3 Luas kaca jendela : 96,83 ft2 Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Jumlah pengunjung : 10 orang
h. Ruang Batik Gentong Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Kondisi ruang sebagai berikut :
Luas lantai : 258,20 ft2 Tinggi ruangan : 11,48 ft Volume ruangan : 2964,14 ft3 Luas kaca jendela : 96,83 ft2 Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 10 @ 40 W Komputer : 1 @ 350 W Printer : 1 @ 100 W Jumlah pengunjung : 10 orang
i. Ruang Shop I Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Kondisi ruang sebagai berikut :
Luas lantai : 387,30 ft2 Tinggi ruangan : 11,48 ft Volume ruangan : 4446,20 ft3 Luas kaca jendela : 96,83 ft2 Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
j. Ruang Shop II Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Kondisi ruang sebagai berikut :
Luas lantai : 387,30 ft2 Tinggi ruangan : 11,48 ft Volume ruangan : 4446,20 ft3 Luas kaca jendela : 96,83 ft2 Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 10 @ 40 W Komputer : 1@ 350 W Jumlah pengunjung : 10 orang
3.4. Rumus yang Digunakan dalam Perhitungan Beban Pendinginan
Komponen-komponen yang menghasilkan kalor terhadap ruangan merupakan faktor utama dalam mempengaruhi besar kecilnya beban pendinginan. Sumber kalor yang ditimbulkan dapat berasal dari luar maupun dari dalam ruangan.
3.4.1. Konduksi Melalui Lantai, Kaca, Dinding dan Atap Bangunan
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, langit-langit/atap, lantai, partisi, dan pintu pada bangunan dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Keterangan :
Q : kalor konduksi melalui lantai, kaca dinding dan atap bangunan (BTU/hr) U : koefisien perpindahan kalor dari lantai, kaca, dinding dan atap bangunan (BTU/hr. ft2 . ° F)
A : luas permukaan dari lantai, kaca, dinding dan atap bangunan (ft2 )
∆T : perbedaan temperatur antara permukaan dinding luar dan permukaan dinding dalam ruangan, tetapi untuk pendekatan dapat dipergunakan kondisi udara luar dan dalam ruangan (oF ).
3.4.2. Radiasi Sinar Matahari Melalui Kaca
Besarnya beban kalor radiasi sinar matahari melalui kaca dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)………. (3.2)
Keterangan :
Q : kalor dari radiasi sinar matahari melalui kaca (BTU/hr) SHGF : faktor kalor dari sinar matahari (BTU/hr. ft2 )
3.4.3. Lampu dan Peralatan Listrik
Besarnya beban kalor yang dihasilkan oleh lampu atau peralatan listrik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)……… (3.3)
Keterangan :
Q : kalor yang dihasilkan oleh lampu atau peralatan listrik (BTU/hr) W : daya dari lampu atau peralatan listrik (Watt)
BF : faktor ballast
CLF : faktor beban pendinginan pada lampu atau peralatan listrik
3.4.4. Manusia
Besarnya beban kalor yang dihasilkan manusia dibagi menjadi 2 macam yaitu kalor sensibel dan kalor laten. Kalor sensibel yang dihasilkan manusia dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)……… (3.4)
Sedangkan kalor laten yang dihasilkan manusia dapat dihitung dengan persamaan berikut :
QL = qL x n (BTU/hr)……….. (3.5)
Keterangan :
Qs : kalor sensibel yang dihasilkan manusia (BTU/hr)
QL : kalor laten yang dihasilkan manusia (BTU/hr)
qL : kalor laten yang dihasilkan per orang (BTU/hr)
n : jumlah manusia
CLF : faktor beban pendinginan pada manusia
3.4.5. Ventilasi
Besarnya beban kalor yang dihasilkan ventilasi terdiri atas kalor sensibel dan kalor laten. Kalor sensibel dari ventilasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)………. (3.6)
Sedangkan untuk menghitung kalor laten dapat digunakan persamaan berikut:
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr) ……… (3.7)
Keterangan
Qs : beban pendinginan kalor sensible dari ventilasi (BTU/hr)
QL : beban pendinginan kalor latent dari ventilasi (BTU/hr)
CFM : laju aliran udara pads ventilasi (ft3/min)
∆T : perbedaan temperatur antara di luar dan di dalam ruangan (oF)
∆W’ : perbedaan kelembaban antara di luar dan di dalam ruangan (gr/lb)
3.5 Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Perhitungan beban pendinginan pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta dilakukan dengan menghitung beban pendinginan pada setiap ruangan pada lantai tersebut.
3.5.1 Ruang Standar Room Hotel Santika Lantai I
a. Kondisi Perancangan ¾ Kondisi di dalam ruangan
Temperatur bola kering : 80 oF Kelembaban relatif rata-rata (RH) : 50% Dari Diagram Psikometri diperoleh : Temperatur bola basah : 67 oF Entalpi (h) : 31,5 BTU/lb Perbandingan kelembaban (W) : 76 gr/lb ¾ Kondisi di luar ruangan
Asumsi (diambil pada bulan Oktober yang merupakan bulan terpanas di Jakarta).
Temperatur bola kering : 35 oC (95 oF) Temperatur bola basah : 2 8 oC ( 8 2 , 4 oF ) Dari Diagram Psikometri diperoleh :
¾ Kondisi udara di dalam hotel dan tempat-tempat lainnya yang tidak terkena langsung radiasi matahari dan tidak dikondisikan diasumsikan: Temperatur bola kering: 28 oC (82,4 oF)
Temperatur bola basah: 24 oC (75,2 oF)
b. Menentukan Nilai Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (U) pada kaca, dinding, langit-langit/atap, dan lantai
¾ Kaca
Kaca yang digunakan adalah kaca single dengan tebal ¼ inchi.
Nilai U = 1,04 BTU/hr.ft2.oF (Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Tabel A.5 hal. 449)
¾ Dinding
¾ L p d T (Air Langit-langit panas. Hal dikondisikan
Tabel 3.1 Nil
r Conditioni
t dan lantai ini dikaren n pada suhu
lai Koefisien ing Principl i diasumsik nakan kondi dan kelemba n Perpindaha
les and Syste
an tidak me isi semua ru aban udara y
an Panas M
ems, Edward
engalami pe uangan pad yang sama.
Melalui Dind
d G. Pita, ha
erpindahan da lantai I
ding
¾ Pintu yang terbuat dari kaca pada standar room lantai I Hotel Santika, khususnya pada bagian balkon diasumsikan sama dengan jendela. c. Menghitung Besarnya Beban Pendinginan dengan Rumus-rumus yang
Tersedia
Untuk menghitung beban pendinginan pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta, digunakan standar room sebagai contoh dalam perhitungan beban pendinginan.
¾ Beban kalor konduksi melalui kaca
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah timur (terdapat 9 kamar) adalah:
1,04 ⁄ . . 9 53,792 95 80
7552,40 ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah barat (terdapat 16 kamar) adalah:
1,04 ⁄ . . 16 53,792 95 80
13426,48 ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah utara (terdapat 3 kamar) adalah:
1,04 ⁄ . . 3 53,792 95 80
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah selatan (terdapat 4 kamar) adalah:
1,04 ⁄ . . 4 53,792 95 80
3356,62 ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui dinding yang menghadap arah utara adalah:
0,20 ⁄ . . 2 25 13,12 95 80
1968 ⁄
¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada LU = LS, maka pada Tabel 3.2 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W = 231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari Tabel 3.3 menggunakan Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.4, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W = 0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah utara (terdapat 3 kamar) adalah:
B t Q B b Q B s Q
(Air C
Besarnya be timur (terdap
Q = 231 x ( 9
Besarnya be barat (terdap
Q = 231 x (
Besarnya be selatan (terda
Q = 108 x ( 4
Tabel 3
Conditioning
eban kalor r pat 9 kamar)
9 x 53,792 ft
eban kalor r pat 16 kamar
16 x 53,792 f
eban kalor r apat 4 kama
4 x 53,792 ft
3.2 Maximum
g Principles
radiasi mela ) adalah:
ft2 ) x 0,29 x
radiasi mela r) adalah:
ft2 ) x 0,29 x
radiasi mela ar) adalah:
ft2 ) x 0,29 x
m Solar Hea
and Systems
alui kaca yan
0,22 = 7134
alui kaca yan
x 0,31 = 178
alui kaca yan
0,79 = 5323
at Gain Fact
s, Edward G
ng terletak 4,98 BTU/hr ng terletak 873,49 BTU/ ng terletak 3,86 BTU/hr
tors untuk k
G. Pita, Tabe
di sebelah
di sebelah
/hr
di sebelah
kaca
(Air C
T
Conditioning
Tabel 3.3 Sh
g Principles a
hading Coeff
and Systems
fficients untu
s, Edward G
uk kaca
¾ B Q D m d T k E k p (Air Beban kalor
Q = 3,4 x W
Di dalam st masing mem dihasilkan ad TL diasumsi kulkas, dll) d Edward G. kerja, sehing penggunaan
Tabel 3.4 C
Conditionin
peralatan lis
W x BF x CLF
tandar room miliki daya dalah sebesa ikan 1,25 se diasumsikan Pita, hal. 1 gga lama w
AC, sehingg
Cooling Load
ng Principles
strik/lampu
F (BTU/hr) m terdapat 6
a 40 Watt, ar 240 Watt edangkan un n 1 (Air Con 11). Lampu waktu penya
ga nilai CLF
d Factors un
s and System
6 buah lam maka day . Ballast Fac ntuk peralata nditioning Pr u hanya diny alaan lampu F = 1.
ntuk kaca de
ms, Edward
mpu TL yan ya total lam
ctor (BF) un an listrik lai rinciples and yalakan sela u sama deng
engan interi
G. Pita, Tab
ng masing-mpu yang ntuk lampu innya (TV, d Systems, ama waktu gan waktu ior shading
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL dari 32 kamar adalah:
3,4 240 32 1,25 1 32640 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV dari 32 kamar adalah:
3,4 75 32 1 1 8160 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas dari 32 kamar adalah:
3,4 45 32 1 1 4896 /
¾ Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Q Q M ¾ B Q Q U s (Air Con
Qs = 210 Btu
QL = 140 Btu
Maka besarn Beban kalor
Qs = 1,1 x C
QL = 0,68 x
Untuk ventil sebanyak 20
Tabel 3.
nditioning P
uh x 64 x 1 =
uh x 64 =
nya Qtotal = 2
dari ventilas
CFM x ∆T (B
CFM x ∆W’
lasi, diasum CFM, terda
.5 Sensible
Principles an
= 13440 BTU
= 8960 BT
22400 BTU/h
si BTU/hr)
’ (BTU/hr) msikan setiap
apat pada Ta
and Laten H
nd Systems,
U/hr
TU/hr
hr
p orang mem abel 3.6.
Heat Gain p
Edward G.
mbutuhkan u
pada manus
Pita, Tabel
udara segar
sia
Tabel 3.6 CFM untuk ventilasi
Pada sambungan ducting juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM. Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara suplai air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah (95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah (170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
1,1 20 64 15 21120 ⁄
0,68 20 64 94 ⁄ 81817,60 ⁄
Maka besarnya 102937,6 ⁄
Tabel perhitungan total beban pendinginan standar room
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta
Ruang :
Standar
Room Engr : Simeon
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Simeon
Temperatur Temperatur RH W
Daily
range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp.
Ave : 860
F 0
F 0
F Bulan : Oktober
Kondisi Luar 95 (350
C) 82,4 (280
C) 59 170 Jam : 13:00
Desain Dalam 80 (26,670
C) 67 (19,40
C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan
Suhu RSHG BTU/(hr.ft2
.0
F) ft2
Luar Dalam BTU/hr
Timur 1,04 484,13 95 80 7552,40
Pintu dan Barat 1,04 860,67 95 80 13426,48
Jendela
Kaca Utara 1,04 161,38 95 80 2517,47
Selatan 1,04 215,17 95 80 3356,62
Dinding
Timur
Barat
Utara 0,20 656 95 80 1968
Selatan
Langit-langit
Lantai
Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF
Timur 231 484,13 0,29 0,22 7134,98
Pintu dan Barat 231 860,67 0,29 0,31 17873,49
Jendela
Kaca Utara 35 161,38 0,29 0,88 1441,41
Selatan 108 215,17 0,29 0,79 5323,86
Lampu W BF CLF RLHG
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 7680 1,25 1 32640
Bohlam
Peralatan
Televisi 3,4 2400 1 1 8160
Kulkas 3,4 1440 1 1 4896
Komputer
Printer Food Warmer Stoves Griddle Frying Fry Kettle Coffee Warmer Toaster Waffle Iron Makanan Buah-buahan Makanan Minuman panas Minuman dingin
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang
Sensibel 210 1 64 13440
Laten 140 64 8960
Infiltrasi CFM W ∆T
ft3
/menit gr/lb 0
F
Sensibel
Laten
Supply air duct gain
Supply air leakage 5% 5986,54
Supply air fan gain (draw through) 2,5% 2993,27
Room Heat Gain 128710,51 8960
Ventilasi CFM W (gr/lb)
∆T (0
F)
Jumlah
orang
Sensibel 1,1 20 15 64 21120
Laten 0,68 20 94 64 81817,60
Supply air fan gain ( blow through) 0% RTHG
Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0%
Cooling Load 149830,51 90777,60 240608,11
Tons 20,05
3.5.2 Ruang Deluxe Room Hotel Santika Lantai I
Dalam perhitungan beban pendinginan deluxe room ini, kondisi udara rancangan sama dengan kondisi udara pada ruang standar room Hotel Santika Premiere Yogyakarta dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk kaca, dinding, dan pintu sama dengan bahan yang digunakan pada standar room, sehingga nilai koefisien perpindahan panas menyeluruhnya (U) sama dengan standar room. Perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
¾ Beban kalor konduksi melalui kaca
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah timur adalah:
1,04 ⁄ . . 64,55 95 80
1006,98 ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui dinding di sebelah timur adalah:
0,20 ⁄ . . 184,73 95 80
554,19 ⁄
¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari Tabel 3.3 menggunakan Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.4, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W = 0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah timur adalah:
231 64,55 0,29 0,22 951,32 ⁄
¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam standar room terdapat 8 buah lampu TL yang masing-masing memiliki daya 40 Watt, maka daya total lampu yang dihasilkan adalah sebesar 320 Watt. Ballast Factor (BF) untuk lampu TL diasumsikan 1,25 sedangkan untuk peralatan listrik lainnya (TV, kulkas, dll) diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja, sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
3,4 320 1,25 1 1360 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV adalah:
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas adalah:
3,4 45 1 1 153 /
¾ Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam deluxe room yang melakukan aktivitas dapat diperhitungkan dari Tabel 3.5. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan terdapat 4 orang yang beristirahat (seated at rest), maka perhitungannya:
210 4 1 840 ⁄
140 4 560 ⁄
Maka besarnya 1400 ⁄ ¾ Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar sebanyak 20 CFM, terdapat pada Tabel 3.6. Pada sambungan ducting juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM. Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara suplai air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah (170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
1,1 20 4 15 1320 ⁄
0,68 20 4 94 ⁄ 5113,6 ⁄
Maka besarnya 6433,6 ⁄
Tabel perhitungan beban pendinginan deluxe room
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta
Ruang :
Deluxe
Room Engr : Simeon
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta
Calc.
by Simeon
Temperatur Temperatur RH W
Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb
Temp. Ave : 860
F 0
F 0
F Bulan : Oktober
Kondisi Luar 95 (350
C) 82,4 (280
C) 59 170 Jam : 13:00
Desain Dalam 80 (26,670
C) 67 (19,40
C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan
Suhu RSHG BTU/(hr.ft2
.0
F) ft2
Luar Dalam BTU/hr
Timur 1,04 64,55 95 80 1006,98
Pintu dan Barat
Jendela Kaca Utara
Selatan
Dinding
Timur 0,20 184,73 95 80 554,19
Barat Utara Selatan Langit-langit Lantai Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF
Timur 231 64,55 0,29 0,22 951,32
Pintu dan Barat
Jendela Kaca Utara
Selatan
Lampu W BF CLF RLHG
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 320 1,25 1 1360
Bohlam
Peralatan
Televisi 3,4 75 1 1 255
Kulkas 3,4 45 1 1 153
Komputer
Printer
Food
Warmer
Stoves
Griddle Frying Fry Kettle Coffee Warmer Toaster Waffle Iron Makanan Buah-buahan Makanan Minuman panas Minuman dingin
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang
Sensibel 210 1 4 840
Laten 140 4 560
Infiltrasi CFM W ∆T
ft3
/menit gr/lb 0
F
Sensibel
Laten
Supply air duct gain
Supply air leakage 5% 256,02
Supply air fan gain (draw through) 2,5% 128,01
Room Heat Gain 5504,53 560
Ventilasi CFM W (gr/lb)
∆T (0
F)
Jumlah
orang
Sensibel 1,1 20 15 4 1320
Laten 0,68 20 94 4 5113,60
Supply air fan gain ( blow through) 0% RTHG
Pump gain BTU/hr
Return air duct gain
Return air fan gain 0%
Cooling Load 6824,53 5673,60 12498,13
3.5.3 Ruang Suite Room Hotel Santika Lantai I
Dalam perhitungan beban pendinginan suite room ini, kondisi udara rancangan sama dengan kondisi udara pada ruang standar room Hotel Santika Premiere dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk kaca, dinding, dan pintu sama dengan bahan yang digunakan pada standar room, sehingga nilai koefisien perpindahan panas menyeluruhnya (U) sama dengan standar room. Perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
¾ Beban kalor konduksi melalui kaca
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah timur adalah:
1,04 ⁄ . . 86,07 95 80
1342,69 ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui dinding di sebelah selatan adalah:
0,20 ⁄ . . 196,8 95 80
649,44 ⁄
¾ Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari Tabel 3.3 menggunakan Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari Tabel 3.4, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W = 0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah timur adalah:
231 86,07 0,29 0,22 1268,48 ⁄
¾ Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam standar room terdapat 10 buah lampu TL yang masing-masing memiliki daya 40 Watt, maka daya total lampu yang dihasilkan adalah sebesar 400 Watt. Ballast Factor (BF) untuk lampu TL diasumsikan 1,25 sedangkan untuk peralatan listrik lainnya (TV, kulkas, dll) diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja, sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
3,4 400 1,25 1 1700 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV adalah:
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas adalah:
3,4 45 1 1 153 /
¾ Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam suite room yang melakukan aktivitas dapat diperhitungkan dari Tabel 3.5. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan terdapat 6 orang yang beristirahat (seated at rest), maka perhitungannya:
210 6 1 1260 ⁄
140 6 840 ⁄
Maka besarnya 2100 ⁄ ¾ Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar sebanyak 20 CFM, terdapat pada Tabel 3.6. Pada sambungan ducting juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM. Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara suplai air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah (170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
1,1 20 6 15 1980 ⁄
0,68 20 6 94 ⁄ 7670,4 ⁄
Maka besarnya 9650,4 ⁄
Tabel perhitungan beban pendinginan suite room
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang :
Suite
Room Engr : Simeon
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta
Calc.
by Simeon
Temperatur Temperatur RH W
Daily
range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb
Temp.
Ave : 860 F 0
F 0
F Bulan : Oktober
Kondisi Luar 95 (350
C) 82,4 (280
C) 59 170 Jam : 13:00
Desain Dalam 80 (26,670
C) 67 (19,40
C) 50 76
Konduksi Letak U Luas Perbedaan Suhu RSHG
BTU/(hr.ft2 .0
F) ft2
Luar Dalam BTU/hr
Timur 1,04 86,07 95 80 1342,69
Pintu dan Barat
Jendela Kaca Utara
Selatan
Dinding
Timur
Barat
Utara