LANTAI III
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Disusun oleh:
FX HATMINTO WIDHI KUNCORO NIM : 065214035
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
SANTIKA PREMIERE YOGYAKARTA HOTEL
FINAL PROJECT
Presented as partitial fulfillment of the requirement To Obtain the Sarjana Teknik degree
In Mechanical Engineering
Created by :
FX HATMINTO WIDHI KUNCORO Student Number : 065214035
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAMME MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY
v
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 9 Juni 2010 Penulis,
vi
temperatur, kelembaban, kebersihan, kesejukan udara dan pendistribusian udara yang nyaman pada gedung Hotel. Pada Tugas Akhir ini penulis menggunakan Hotel Santika Premiere Yogyakarta sebagai gedung Hotel yang akan dirancang. Pengkondisian udara yang dirancang adalah lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta. Sistem pengkondisian udara yang digunakan dalam perancangan ini
menggunakan sistem air-udara. Sistem air-udara ini menggunakan AHU (Air
Handling Unit) dan FCU (Fan Coil Unit). Komponen utama pada mesin pendingin/refrigerasi adalah evaporator, kompresor, katup ekspansi, kondenser. Komponen pendukung sistem pengkondisian udara yang digunakan adalah pompa,
air cooled chiller, AHU, dan FCU. Refrigeran yang digunakan adalah R-22.
Perhitungan beban pendinginan untuk gedung Hotel Santika Premiere Yogyakarta lantai III diperoleh sebesar 65,6 TR. Pada perancangan sistem
pengkondisian udara ini menggunakan Air Cooled Chiller Carrier 30 GTN 070, AHU
I Carrier 39G 0914, AHU II Carrier 39G 1724, AHU III Carrier 39G 0916, FCU
standard room Carrier 42 CMX 004, FCU deluxe room Carrier 42 CMX 006, FCU
suite room dua buah Carrier 42 CMX 004, FCU president suite room dua buah
vii
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : FX Hatminto Widhi Kuncoro
Nomor Mahasiswa : 065214016
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Sistem Pengkondisian Udara Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai III
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Demikian saya memberikan
Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam Bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti Kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 9 Juni 2010
Yang menyatakan,
viii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah
menyertai penulis dengan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Sistem Pengkondisian Udara (AC) Hotel
Santika Premiere Yogyakarta Lantai III”.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta. Dengan terselesaikannya tugas akhir ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Budi Sugiharto, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ir. PK. Purwadi, M.T., Dosen pembimbing Utama atas waktu, kesabaran,
semangat, masukkan dan kemudahan-kemudahan yang telah diberikan
kepada penulis.
4. Budi Setyahandana, S.T., M.T., Dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Setiyana, Chief Engineering Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
6. Fiatin Riastuti,S.E., Sekretaris bagian Engineering Hotel Santika Premiere
ix
8. Adik penulis Ign. Subono Hadi Nugroho yang selalu memberikan semangat
dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Para sahabat dan pujaan hati penulis yang selalu memberikan dukungan
dikala penulis sedang mengalami kesusahan di dalam mengerjakan tugas
akhir ini.
10. Teman-teman seperjuangan kelompok TA, Evan dan Simeon Hermawan
terimakasih atas sumbangan pemikiran di dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
11. Ignatius Tri Widaryanta selaku karyawan Sekretariat Fakultas Sains dan
Teknologi atas waktu dan kesabarannya dalam menyelesaikan
administrasi-administrasi penulis.
12. Seluruh staff pengajar Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata
Dharma yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada
kami
13. Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah
ikut membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu
diperbaiki dalam Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
masukkan yang membangun dari para pembaca sehingga naskah ini dapat lebih
x
Yogyakarta, 9 Juni 2010
Penulis,
xi
HALAMAN JUDUL ... i
TITLE PAGE ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
ABSTRAK ... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 2
1.3. Manfaat ... 3
1.4. Langkah Perancangan... 3
xii
2.1.1. Perpindahan Kalor Secara Konduksi ... 5
2.1.2. Perpindahan Kalor Secara Konveksi... 5
2.1.3. Perpindahan Kalor Secara Radiasi ... 6
2.2. Sistem Penyegaran Udara dan Peralatannya... 6
2.3. Sistem Penyegaran Udara ... 6
2.3.1. Sistem Udara Penuh ... 6
2.3.2. Sistem Air Penuh... 8
2.3.3. Sistem Air-Udara ... 8
2.4. Mesin Pendingin Dengan Siklus Kompresi Uap ... 10
2.4.1. Proses Siklus kompresi Uap ...……… 10
2.4.2. Perhitungan Siklus kompresi Uap ... 13
2.5. Faktor Pertimbangan Dalam Pemilihan Sistem Penyegaran Udara .... 15
2.6. Komponen Utama Mesin Pendingin/Refrigerasi ... 16
2.6.1. Kompresor ... 16
2.6.2. Kondenser ... 19
2.6.3. Katup Expansi ... 21
2.6.4. Evaporator ... 21
2.7. Komponen Pendukung Dalam Sistem Penyegaran Udara ... 22
2.7.1. Pompa ... 22
xiii
2.8. Refrigeran ... 24
2.9. Sistem Perpipaan ... 25
2.9.1. Sistem Perpipaan Pada Refrigeran ... 25
2.9.2. Sistem Perpipaan Pada Air Dingin Dan Udara Dingin... 26
BAB III BEBAN PENDINGINAN 3.1. Kalor Sensibel ... 27
3.2. Kalor Laten ... 28
3.3. Kondisi Umum Bangunan ... 29
3.4. Rumus yang Digunakan Dalam Perhitungan Beban Pendinginan ... 33
3.4.1. Konduksi Melalui Lantai, Kaca, Dinding dan Atap Bangunan.. 33
3.4.2. Radiasi Sinar Matahari Melalui Kaca ... 33
3.4.3. Lampu dan Peralatan Listrik ... 34
3.4.4. Manusia ... 34
3.4.5. Ventilasi ... 35
3.5. Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta ... 36
3.5.1. Standard Room Hotel Santika Premiere Lantai III ... 36
3.5.2. Deluxe Room Hotel Santika Premiere Lantai III ... 48
3.5.3. Suite Room Hotel Santika Premiere Lantai III ... 52
xiv
3.6. Psychometric Chart ... 72
3.6.1. AHU I Pada Lantai III ... 73
3.6.2. AHU II Pada Lantai III ... 76
3.6.3. AHU III Pada Lantai III ... 80
BAB IV PEMILIHAN AIR COOLED CHILLER, AHU, dan FCU 4.1. Air Cooled Chiller ... 87
4.4.1. Pemilihan FCU untuk Standard Room ... 98
4.4.2. Pemilihan FCU untuk Deluxe Room ... 100
4.4.3. Pemilihan FCU untuk Suite Room ... 101
4.4.4. Pemilihan FCU President Suite Room ………. 102
4.4.5. Pemilihan FCU untuk Accounting Room ... 102
BAB V PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN dan DUCTING 5.1. Sistem Perpipaan yang Digunakan ... 104
5.2. Debit Air Pendingin Melalui Unit Penyegar Udara ... 105
xv
5.3.3. Sistem Perpipaan Jalur III ... 119
5.3.4. Sistem Perpipaan Jalur IV ... 123
5.4. Perhitungan Head Pompa ... 126
5.4.1. Perhitungan Head Pompa Jalur I ... 126
5.4.2. Perhitungan Head Pompa Jalur II ... 126
5.4.3. Perhitungan Head Pompa Jalur III ... 128
5.4.4. Perhitungan Head Pompa Jalur IV ... 129
5.5. Sistem Ducting Lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta ... 130
5.5.1. Perancangan Ducting untuk AHU I ... 136
5.5.2. Perancangan Ducting untuk AHU II ... 139
5.5.3. Perancangan Ducting untuk AHU III ... 142
BAB VI LANGKAH-LANGKAH MENGHEMAT ENERGI PADA HOTEL BERBINTANG 6.1. Langkah-langkah Menghemat Energi Pada Hotel Berbintang ... 144
6.1.1. Pergunakan FCU, AHU, atau AC Paket Seoptimal Mungkin... 145
6.1.2. Menurunkan Jumlah Jam kerja Mesin Pendingin ... 146
6.1.3. Mencegah Pemasukkan Udara Dari Luar Gedung ... 146
6.1.4. Mengurangi Pemakaian Peralatan/Bahan yang Mampu Menimbulkan Panas ... 147
xvi
xvii
Tabel 3.1. Faktor Perpindahan Panas Maksimum (U) untuk Kaca ... 37
Tabel 3.2. Faktor Perpindahan Panas Maksimum (U) untuk Dinding ... 38
Tabel 3.3. Faktor Perpindahan Panas Maksimum (U) untuk Langit-langit ... 39
Tabel 3.4. Harga SHGF Kaca untuk Lintang Utara dan Selatan ………. 41
Tabel 3.5. Shading Coefficients for Glass Without or With Interior Shading ... 42
Tabel 3.6. Cooling Load Factors for Glass With Interior shading ... 43
Tabel 3.7. Sensible and Laten Heat Gain Pada Manusia ... 45
Tabel 3.8. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Standard Room ... 46
Tabel 3.9. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Deluxe Room ... 51
Tabel 3.10. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Suite Room ... 56
Tabel 3.11. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan President Suite Room ... 61
Tabel 3.12. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Accounting Room... 66
Tabel 3.13. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Koridor... 71
Tabel 4.1. Jenis-jenis Air Cooled Chiller Carrier 30GTN,GTR ... 87
Tabel 4.2. Spesifikasi Water Chiller Tipe 30GTN-060PW, pada 50 Hz ... 88
Tabel 4.3. Cooling Capacity pada frekuensi 50 Hz ... 89
Tabel 4.4. Physical Data of AHU Jenis-jenis AHU Carrier 39 G ... 92
Tabel 4.5. Spesifikasi FCU 42CMX,C/V-2ROW …... 98
xviii
Perpipaan Jalur 1... 113
Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop untuk Perpipaan Jalur 2... 117
Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop untuk Perpipaan Jalur 3... 120
Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop untuk Perpipaan Jalur 4... 124
Tabel 5.7 Recommended maximum duct velocity for low velocity system (FPM) ... 132
Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Ducting AHU I lantai III ... 136
Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Ducting AHU II bagian A lantai III ... 139
Tabel 5.10 Hasil Perhitungan Ducting AHU II bagian B lantai III ... 140
xix
Gambar 1.1. Hotel Santika Premiere Yogyakarta ... 4
Gambar 2.1. Sistem Udara Penuh ... 7
Gambar 2.2. Sistem Air Penuh ... 8
Gambar 2.3. Sistem Air-Udara ... 9
Gambar 2.4. Siklus Kompresi Uap ... 12
Gambar 2.5. Diagram P-h ... 13
Gambar 2.6. Kompresor Torak ... 17
Gambar 2.7. Langkah Kerja Kompresor ... 18
Gambar 2.8. Kondenser Berpendingin Udara ... 20
Gambar 2.9. Flooded Evaporator dan Direct Expansion Evaporator ... 22
Gambar 2.10. Pemisah Minyak Pelumas Dengan Penyaring... 23
Gambar 3.1. Denah Gedung Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai III ... 29
Gambar 3.2. Psikometrik Beban Pendinginan untuk AHU1 lantai III ... 84
Gambar 3.3. Psikometrik Beban Pendinginan untuk AHU II lantai III ... 85
Gambar 3.4. Psikometrik Beban Pendinginan untuk AHU III lantai III ... 86
Gambar 4.1. Gambar grafik pemilihan AHU... 93
Gambar 4.2. AHU Carrier 39G ... 94
Gambar 4.3. FCU 42CMX,C/V-2ROW ... 99
Gambar 5.1. Two Pipe Direct Return System ... 105
xx
Hotel Santika Premiere Yogyakarta ... 112
Gambar 5.4. Skema sistem perpipaan jalur I lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta ... 115
Gambar 5.5. Skema sistem perpipaan jalur II lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta ... 118
Gambar 5.6. Skema sistem perpipaan jalur III lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta ... 122
Gambar 5.7. Skema sistem perpipaan jalur IV lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta... 125
Gambar 5.8. Friction Loss For Air Flow in Galvanized Steel round Ducts ... 133
Gambar 5.9. Equivalent round duct sizes ... 134
Gambar 5.10. Sistem ducting untuk AHU I lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta ... 135
Gambar 5.11. Sistem ducting untuk AHU II bagian A lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta ... 137
Gambar 5.12. Sistem ducting untuk AHU II bagian B lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta ... 138
Gambar 5.13. Sistem ducting untuk AHU III lantai III
1.1Latar Belakang
Pada masa sekarang ini tuntutan kebutuhan hidup makin lama makin
banyak. Salah satu dari sekian banyak kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan
rasa nyaman di dalam beraktivitas. Kenyamanan di dalam beraktivitas dapat
dicapai dengan tersedianya lingkungan yang bersih, sejuk, dan bebas dari polusi.
Tentu keadaan yang seperti ini sudah sangat jarang ditemukan, khususnya daerah
perkotaan.
Udara kotor dapat disebabkan karena adanya berbagai macam polusi udara.
Polusi udara ini dapat disebabkan dari berbagai macam sumber, yaitu asap
knalpot kendaraan bermotor, asap rokok, asap dari pabrik-pabrik yang beroperasi,
asap pembakaran sampah, bakteri/virus, bau keringat manusia.
Dalam kondisi seperti ini, manusia dituntut untuk aktif di dalam berbagai
macam kegiatan/aktivitas. Akan tetapi, dengan keadaan udara yang panas, kotor,
dan kurangnya suplai oksigen dalam udara akan menyebabkan timbulnya sick syndrome building. Sick syndrome building yang memiliki gejala manusia menjadi cepat lelah, lemah, mengantuk dan sesak nafas.
Udara kotor dapat disebabkan karena adanya berbagai macam polusi
knalpot kendaraan bermotor, asap rokok, asap dari pabrik-pabrik yang beroperasi,
asap pembakaran sampah, bakteri/virus, bau keringat manusia.pada bangunan
dapat berupa AC sentral atau AC split. Untuk bangunan dengan ukuran yang
besar, seperti rumah sakit, bank, perkantoran, hotel, supermarket, mall dll lebih
cocok menggunakan AC sentral, tetapi untuk bangunan dengan ukuran kecil
ataupun sedang akan lebih cocok menggunakan AC split.
Gedung Hotel Santika Premiere Yogyakarta merupakan salah satu gedung
yang berperan penting dalam mobilitas tamu pengunjung atau turis/ wisatawan
asing maupun domestik dengan berbagai keperluan/ kegiatan. Oleh karena itu,
untuk mendukung seluruh kegiatan di dalamnya, maka pengkondisian udara di
dalam gedung hotel harus dibuat sedemikian rupa sehingga pengunjung di
dalamnya merasa nyaman dan betah.
1.2Tujuan
1. Mengkondisikan udara dalam suatu ruangan pada suhu yang nyaman.
2. Mengkondisikan udara dalam suatu ruangan pada RH (kelembaban) tertentu.
3. Mengkondisikan ruangan agar udara segar tercukupi.
4. Menjaga agar udara di dalam ruangan bersih dan terbebas dari polusi, baik itu
dari debu, kuman, virus, bakteri, maupun bibit penyakit.
5. Menghilangkan bau – bau yang menyengat dari ruangan.
7. Mengatur sirkulasi aliran udara dalam ruangan.
1.3Manfaat
1. Membuat tamu hotel merasa nyaman untuk beristirahat di dalam kamar.
2. Membuat tamu hotel merasa betah di dalam hotel
3. Memberikan suplai udara segar untuk para staff dan tamu hotel.
4. Meningkatkan produktifitas para staff Hotel Santika Primiere Yogyakarta.
1.4Langkah Perancangan
1. Menentukan gedung yang akan dijadikan sebagai latar perancangan.
2. Mengetahui atau menggambar terlebih dahulu denah ruangan.
3. Menggambar rancangan lengkap sistem rancangan udara, baik itu ducting
maupun sistem perpipaan.
4. Melakukan perhitungan beban pendinginan dalam setiap ruangan.
5. Menentukan water chiller dan cooling tower yang akan digunakan sesuai
beban pendinginan.
6. Merancang sistem ducting dan sistem perpipaan
1.5Batasan Masalah
Batasan masalah dalam perancangan ini adalah merancang sistem
Premiere Yogyakarta yang terarah di Jalan Jenderal Sudirman No.19
Yogyakarta. Sistem pengkondisian yang dipilih adalah sistem AC sentral,
• AC sentral ini dirancang menggunakan mesin pendinginan udara (Air
Cooled Chiller), AHU (Air Handling Unit), dan FCU (Fan Coil Unit)
• Air Cooled Chiller, AHU, dan FCU yang akan digunakan pada
rancangan ini sudah terdapat dipasaran.
• Temperatur udara lingkungan yang terarah diluar dan didalam ruangan
dianggap tetap (yang tidak berubah terhadap waktu).
2.1. Mekanisme Perpindahan Kalor
Panas didefinisikan sebagai bentuk energi yang berpindah antara dua sistem yang
dikarenakan perbedaan temperatur. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari,
kalor sering digunakan untuk mengartikan tenaga dalam (energi internal).
Dalam termodinamika, kalor dan energi internal adalah dua hal yang berbeda, energi
adalah suatu sifat tetapi kalor bukan merupakan sifat. Suatu benda mengandung energi
tetapi bukan kalor, energi berhubungan dengan suatu keadaan sedangkan kalor
berhubungan dengan proses. Maka dalam termodinamika, kalor berarti heat transfer.
Perpindahan kalor (heat transfer) adalah energi sebagai hasil dari perbedaan temperatur. Adapun mekanisme perpindahan kalor dapat terjadi secara konduksi,
konveksi, dan radiasi.
2.1.1. Perpindahan Kalor Secara Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses mengalirnya kalor dari
daerahyang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur lebih rendah di
dalam satu medium atau antar medium berlainan yang bersinggungan secara
langsung.
2.1.2. Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor yang
disebabkan karena adanya fluida yang mengalir. Perpindahan kalor
(forced convection). Konveksi alami terjadi karena adanya fluida yang mengalir tanpa ada sumber gerakan dari luar. Sedangkan konveksi paksa
terjadi karena adanya sumber gerakan dari luar yang menyebabkan fluida
mengalir, misalnya kipas, pompa, kompresor, blower, dan sebagainya.
2.1.3. Perpindahan Kalor Secara Radiasi
Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan panas oleh adanya
gerakan gelombang elektromagnetik. Pads perpindahan panas konduksi
dan konveksi memerlukan adanya media, tetapi pads perpindahan kalor
secara radiasi di ruang hampa atau tanpa adanya perantara medium juga
dapat terjadi.
2.2. Sistem Penyegaran Udara dan Peralatannya
Tujuan dari penyegaran udara adalah supaya temperatur, kelembaban,
kebersihan dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat
yang diinginkan.
2.3. Sistem Penyegaran Udara
Jenis sistem penyegaran udara yang digunakan dalam perancangan adalah
sistem udara penuh, sistem air penuh dan sistem air-udara.
2 .3 .1 . Sis te m Uda ra Pe nuh
Pada sistem udara penuh campuran udara luar dan udara ruangan
ruangan melalui saluran ud ara (d u ct in g ) . Mesin pendingin dari sistem udara penuh terletak di luar ruangan yang akan disegarkan.
2.3.2.Sistem Air Penuh
Pada sistem air penuh air din gin dialirkan melalu i FCU
untuk p enyegaran udara. FCU diletakkan di dalam ruangan yang akan
dikondisikan udaranya dan udara luar yang diperlukan untuk ventilasi
dimasukkan melalui celah-celah pintu, jendela atau lubang udara pada
dinding.
Gambar 2.2. Sistem Air Penuh
2 .3 .3 . Sis te m Air -Uda ra
Dalam sistem air-udara, seperti terlihat pada Gambar 2.3, unit
koil-kipas udara atau unit induksi dipasang di dalam ruangan yang akan
disegarkan. Air dingin (dalam hal pendinginan) atau air panas (dalam hal
dialirkan melalui unit tersebut sehingga menjadi dingin atau panas.
Selanjutnya, udara tersebut bersirkulasi di dalam ruangan. Demikian pula
untuk keperluan ventilasi, udara luar yang telah didinginkan atau
dipanaskan.
Seperti terlihat pada Gambar 2.3, untuk sistem air-udara jumlah
pemasukan udara ke dalam ruangan biasanya sama dengan jumlah udara
luar untuk ventilasi atau jumlah udara yang dikeluarkan dari ruangan.
Udara luar tersebut di atas, didinginkan atau dipanaskan dan termasuk
sebagian dari beban kalor ruangan, sehingga sering disebut sebagai udara
primer. Pada umumnya, sebagian kalor sensibel dari ruangan diatasi oleh
unit ruangan, sedangkan kalor laten diatasi oleh udara primer.
2.4. Mesin Pendingin Dengan Siklus Kompresi Uap 2.4.1. Proses Siklus Kompresi Uap
Mesin pendingin dengan siklus kompresi uap menggunakan empat
komponen utama yaitu: kompresor, kondensor, katup ekspansi dan
evaporator. Sistem ini menggunakan kompresor untuk mengalirkan
refrigeran yang ada di dalam sistem. Kompresor mengisap uap refrigeran
dari ruang penampung uap.di dalam penampung uap, tekanannya
diusahakan supaya tetap rendah agar refrigerant senantiasa berada dalam
keadaan uap dan bertemperatur rendah. Di dalam kompresor, tekanan
refrigeran dinaikkan sehingga memudahkan pencairannya kembali. Energi
yang diperlukan untuk kompresi diberikan oleh motor listrik yang
menggerakkan kompresor. Uap refrigeran yang bertekanan dan
bertemperatur tinggi pada akhir kompresi dapat dengan mudah dicairkan
dengan mendinginkannya dengan air pendingin atau dengan udara
lingkungan temperatur normal. Di mana uap refrigeran melepaskan kalor
laten pengembunannya kepada air pendingin atau udara pendingin di dalam
kondenser, sehingga mengembun dan menjadi cair.
Selama refrigeran mengalami perubahan dari fasa uap ke fasa cair,
terdapat campuran refrigeran dalam fasa uap dan cair, tekanan
pengembunan dan temperatur pengembunannya konstan.
Kalor yang dikeluarkan di dalam kondenser adalah jumlah kalor yang
diperoleh dari udara yang mengalir melalui evaporator (kapasitas
refrigeran. Uap refrigeran menjadi cair sempurna di dalam kondensor,
kemudian dialirkan ke dalam pipa evaporator melalui katup ekspansi.
Dalam hal ini, temperatur refrigeran cair biasanya 5-10 °F lebih rendah dari
temperatur refrigeran cair jenuh pada tekanan kondensasinya. Temperatur
tersebut menyatakan besarnya derajat pendinginan lanjut (degree of subcooling).
Untuk menurunkan tekanan dari refrigeran cair bertekanan tinggi
yang dicairkan di dalam kondensor supaya dapat mudah menguap maka
dipergunakan alai yaitu katup ekspansi atau pipa kapiler. Diameter dalam
dan panjang dari katup ekspansi ditentukan berdasarkan besarnya
perbedaan tekanan yang diinginkan, antara bagian yang bertekanan tinggi
dan bagian yang bertekanan rendah, dan jumlah refrigeran yang
bersirkulasi.
Tekanan cairan refrigeran yang keluar dari katup ekspansi
didistribusikan secara merata ke dalam pipa evaporator. Di dalam
evaporator, refrigeran akan menguap dan menyerap kalor dari udara
ruangan yang dialirkan melalui permukaan luar dari pipa evaporator.
Apabila udara didinginkan di bawah titik embun, maka air yang ada dalam
Gambar 2.4. Siklus kompresi uap
Cairan refrigeran diuapkan secara berangsur-angsur karena menerima
kalor laten penguapan, selama mengalir di dalam pipa evaporator. Selama
proses penguapan, di dalam pipa akan terdapat campuran refrigeran dalam
fasa cair dan gas. Oleh sebab itu, biasanya dilakukan pemanasan lanjut
(superheating) sebesar 5 - 10 0F lebih tinggi dari uap jenuh, agar refrigeran masuk ke kompresor semuanya berwujud gas. Selanjutnya refrigeran
masuk ke dalam kompresor dan siklus tersebut terjadi secara
berulang-ulang. Tujuan lain dari subcooling dan superheating adalah untuk
Gambar 2.5. Diagram P – h
Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap yang ditunjukkan pada
Gambar 2.5. sebagai berikut :
1 - 2 : Proses kompresi berlangsung di kompresor
2 - 4 : Proses penurunan temperatur dan proses pengembunan
4 - 5 : Proses pendinginan lanjut (subcooling)
5 - 6 : Proses penurunan tekanan (throtling) berlangsung di katup ekspansi 6 - 1 : Proses penguapan berlangsung di evaporator
2.4.2. Perhitungan Siklus Kompresi Uap
Perhitungan siklus kompresi uap dengan berdasarkan diagram P – h
dapat menentukan besarnya daya kompresor yang diperlukan dan COP
yang dihasilkan oleh mesin pendingin. Daya kompresor yang diperlukan
untuk mengkondisikan udara pada temperatur tertentu adalah :
keterangan :
̇ : massa aliran refrigeran (lb/menit)
h1 : besarnya entalpi pada saat masuk kompresor (BTU/lb)
h2 : besarnya entalpi pada saat keluar dari kompresor (BTU/lb)
Refrigeration Effect (RE) adalah
RE = h1 —h6 (BTU/Ib) ……… (2.2)
Keterangan :
H6 : besarnya entalpi pada saat masuk evaporator (BTU/lb)
Kalor yang diserap evaporator adalah :
Qin = ̇r (h1—h6) (BTU/mnt)………..(2.3)
Dari persamaan (2.2) dan (2.3), maka laju aliran massa refrigeran dapat
ditulis :
̇ =
( lb/ m enit) ………. . ( 2 .4 )
Kalor yang dilepas kondenser adalah
Qout = ̇ (h2—h4) (BTU/mnt) ………..(2.5)
Keterangan :
COP yang dihasilkan oleh mesin pendingin adalah :
=
………. . … ( 2 .6 )
2.5. Faktor Pertimbangan Dalam Pemilihan Sistem Penyegaran Udara
Sistem penyegaran udara untuk kenyamanan manusia dirancang agar
temperatur, kelembapan, kebersihan dan pendistribusian udara dapat
dipertahankan pada keadaan yang diinginkan. Oleh sebab itu, perancangan
harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam pemilihan sistem penyegaran
udara. Adapun faktor-faktor pemilihan sistem penyegaran udara meliputi :
a. Faktor kenyamanan
Kenyamanan pada sistem penyegaran udara yang dirancang ditentukan oleh
beberapa parameter, antara lain : aliran udara, kebersihan udara, bau, kualitas
ventilasi, tingkat kebisingan dan interior ruangan. Tingkat keadaan pada
sistem penyegaran udara dirancang dapat diatur dengan sistem pengaturan
yang ada pada mesin penyegar udara.
b. Faktor ekonomi
Dalam proses pemasangan, operasi dan perawatan, serta sistem pengaturan
yang digunakan harus diperhitungkan pula segi-segi ekonominya. Oleh sebab
itu, dalam perancangan sistem penyegaran udara harus mempertimbangkan
biaya awal, operasional, dan biaya perawatan yaitu sistem tersebut dapat
c. Faktor operasi dan perawatan
Pemilihan sistem penyegaran udara yang paling disukai adalah sistem yang
mudah dipahami konstruksi, susunan dan cara menjalankannya. Beberapa
faktor pertimbangan operasi dan perawatan meliputi :
− Konstruksi sederhana
− Tahan lama
− Mudah direparasi jika terjadi kerusakan
− Mudah perawatannya
− Dapat fleksibel melayani perubahan kondisi operasi
− Efisiensi tinggi
2.6.Komponen Utama Mesin Pendingin/Refrigerasi
Komponen utama dari mesm pendingin/ refrigerasi terdiri dari kompresor,
kondenser, katup ekspansi dan evaporator.
2.6.1. Kompresor
Dalam siste m p en yegaran u d ara, fu n gs i d ari ko mp reso r
ad alah un tu k mengalirkan dan menaikkan tekanan refrigeran dalam
mesin pendingin agar dapat berlangsung proses pendingin. Kompresor
terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
− Kompresor torak (reciprocating compressor) − Kompresor rotary (rotary compressor)
− Kompresor hermetik (hermetic compressor)
− Kompresor semi hermetik
Perancangan penyegaran udara ini akan digunakan jenis kompresor
torak (reciprocating compressor) dengan pertimbangan efisiensi tinggi, tidak berisik, dan umur pakai lebih panjang. Pada Gambar 2.6.
menunjukkan konstruksi dari kompresor torak.
Gambar 2.6. kompresor torak Adapun cara kerja kompresor torak sebagai berikut :
Lubang yang dilalui refrigeran menuju ke kompresor dan dari
kompresor dikontrol oleh katup masuk (suction valve) dan katup keluar (discharge valve). Kedua katup tersebut terletak pada bagian tutup silinder. Gerak naik turun katup menyebabkan refrigeran dapat mengalir
Pada saat torak bergerak ke bawah (menjauhi dari katup masuk)
maka tekanan di dalam silinder menjadi berkurang lebih kecil dibanding
tekanan di atasnya, dengan demikian refrigeran akan dapat mendorong
katup masuk ke sebelah dalam dan mengalirlah refrigeran masuk ke dalam
silinder kompresor.
Pada saat gerak katup ke atas dan katup tertutup (karena telah
dicapai keseimbangan) tekanan di dalam silinder naik sedikit demi sedikit
sesuai dengan jarak yang sudah ditempuh torak. Akibat daya dorong ke
atas maka uap refrigerant terkompresikan sehingga sanggup mendorong
katup keluar (discharge valve) ke arah atas dan dapat mengalirkan refrigeran tersebut menuju kondenser pada tekanan dan temperatur tinggi.
Berdasarkan Gambar 2.7. torak berada di titik mati atas, katup masuk
(suction valve) dan katup keluar (discharge valve) tertutup. Katup keluar (discharge valve) tertutup karena gaya tekan dari luar terhadapnya, sedangkan katup masuk (suction valve) tertutup karena tekanan yang ada pada ruang antara (clearance) kepala kepala torak dengan tutup silinder. Jika torak bergerak ke bawah tekanan di dalam silinder menjadi menurun
karena volumenya membesar. Pada saat tekanannya lebih kecil dari
tekanan masuk, katup saluran masuk terbuka dan uap akan mengalir
masuk ke dalam silinder. Kejadian ini akan terus terjadi sampai torak
mencapai titik mati bawah. Setelah mencapai titik mati bawah, katup
masuk akan tertutup lagi karena gaya pegas.yang bekerja padanya.
Kemudian torak bergerak lagi ke atas, volume di dalam silinder mengecil,
berarti uap yang ada di dalammya tertekan dan tekanannya menjadi naik.
Pada saat tekanan uap tersebut lebih besar dari gays pegas pada katup
keluar (discharge valve) maka katup keluar akan terbuka dan uap akan mengalir ke dalam kondenser.
2.6.2. Kondenser
Fungsi dari kondenser adalah untuk mendinginkan atau
mengembunkan uap refrigeran di dalam sistem penyegaran udara sehingga
refrigeran tersebutberubah fase menjadi cair. Jumlah kalor yang dilepaskan
oleh kondenser ke media pendingin merupakan jumlah kalor yang diterima
dari evaporator dan kalor akibat kompresi oleh kompresor. Berdasarkan
− Kondenser berpendinginan udara (air cooled) − Kondenser berpendinginan air (water cooled) − Kondenser jenis campuran (evaporative)
Pada perancangan sistem penyegaran udara akan digunakan
kondenser berpendinginan udara (air cooled). Pada Gambar 2.8.
menunjukkan salah satu jenis dari kondenser berpendinginan udara.
Gambar 2.8. Kondenser berpendinginan udara
Kondenser berpendinginan udara menggunakan udara yang berada
disekitar kondenser untuk mendinginkan koil-koil kondenser. Kondenser
jenis pada umumnya memiliki fan dibagian atas untuk mensirkulasikan
udara melewati koil-koil kondenser. Kondenser ini memiliki biaya
perawatan yang lebih murah dan pengoprasiannya mudah. Kondenser tipe
ini harus dipasang pada bagian atap gedung, supaya mendapatkan udara
2.6.3. Katup Ekspansi
Fungsi dari katup ekspansi adalah untuk menurunkan tekanan cairan
refrigeran dari tekanan tinggi ke tekanan yang rendah dan mengatur
jumlah refrigeran yang masuk ke dalam evaporator sesuai dengan beban
pendinginan yang harus dilayani oleh evaporator. Katup ekspansi yang
banyak digunakan adalah
1. Katup ekspansi otomatis termostatik
2. Katup ekspansi manual
3. Katup ekspansi tekanan konstan
4. Pipa kapiler
5. Orifice plates
2.6.4. Evaporator
Fungsi dari evaporator adalah untuk menyerap kalor pada suatu
produk yang akan didinginkan serta untuk menguapkan cairan refrigeran
yang ada di dalam sistem penyegaran udara. Temperatur refrigeran di
dalam evaporator selalu lebih rendah daripada temperatur sekelilingnya,
sehingga kalor yang ada di sekelilingnya dapat diserap oleh refrigeran.
Evaporator menguapkan cairan refrigeran agar tidak merusak kompresor.
Pada water chiller, evaporator digunakan untuk mendinginkan air dan merubah fase refrigerant menjadi gas. Air yang telah didinginkan pada
yaitu :
- flooded evaporator
- direct expansion evaporator
Gambar 2.9.Flooded Evaporator (kiri) dan Direct Expansion Evaporator (kanan)
2.7. Komponen Pendukung Dalam Sistem Penyegaran Udara 2.7.1. Pompa
Dalam hal ini, pompa berfungsi untuk mensirkulasikan air dingin ke
dalam ruangan yang akan dikondisikan udaranya serta untuk
memompakan air dari dan ke evaporator untuk didinginkan. Pada
perancangan penyegaran udara ini digunakan pompa sentrifugal, dengan
pertimbangan perawatan dan pengoprasiannya yang mudah.
2.7.2. Kipas dan Blower
Kipas berfungsi untuk menghisap udara dari luar atau ke luar
ruangan. Blower juga mempunyai fungsi yang sama, hanya saja blower
2.7.3. Pemisah Minyak Pelumas
Kompresor torak merupakan salah satu jenis kompresor yang
membutuhkan pelumasan untuk mengurangi gesekan antara bagian ring
piston dan dinding silinder. Pelumas (refrigerator oil) yang digunakan
untuk melumasi kompresor akan bercampur dengan refrigeran. Pelumas
akan mengganggu proses perpindahan kalor yang terjadi di evaporator dan
kondenser.
Untuk mencegah terjadinya minyak pelumas ikut masuk ke dalam
kondenser dan kemudian masuk evaporator, maka perlu dipasang pemisah
minyak pelumas di antara kompresor dan kondenser. Pemisah tersebut
akan memisahkan pelumas dari refrigeran dan akan mengalirkannya
kembali ke dalam ruang engkol kompresor.
Gambar 2.10. Pemisah Minyak Pelumas dengan Uap Refrigerant
Minyak yang terpisah tersebut akan berkumpul di bagian bawah dari
pemisah minyak pelumas. Apabila permukaan minyak pelumas telah
mencapai suatu ketinggian tertentu, minyak pelumas tersebut akan
pelampung mencapai suatu posisi tertentu.
2.7.4. Saringan
Saringan berfungsi sebagai penyaring kotoran yang akan
mengganggu. Kotoran yang ada di dalam refrigeran yang bersirkulasi
dapat menempel dan mengendap dalam orifice dari katup ekspansi, katup
hisap atau katup buang kompresor, sehingga akan menggangu kerja dari
kompresor.
2.8. Refrigeran
Refrigeran adalah suatu zat yang mudah diubah bentuknya dari gas menjadi
cair atau sebaliknya, dipakai untuk menyerap kalor dari evaporator dan
membuang kalor di kondenser.
Dalam pemilihan refrigeran, sifat-sifat refrigeran yang perlu diperhatikan adalah
1. Tekanan evaporator dan tekanan kondenser diusahakan lebih besar dari
tekanan atmosfir untuk mencegah udara masuk dan memudahkan mencari
kebocoran.
2. Mempunyai viskositas yang rendah.
3. Tidak beracun dan berbau merangsang.
4. Tidak mudah terbakar dan mudah meledak.
5. Tidak bersifat korosif.
7. Mempunyai susunan kimia yang stabil, tidak terurai jika dimampatkan
(dikompesi), diembunkan dan divapkan
8. Mempunyai kalor laten yang besar agar kalor penguapan yang terjadi di
evaporator besar sehingga dapat menyerap kalor dalam jumlah yang besar
pula dan refrigeran yang bersirkulasi sedikit.
9. Hemat energi
10. Ramah lingkungan (tidak merusak ozon)
2.9. Sistem Perpipaan
2.9.1. Sistem Perpipaan Pada Refrigeran
Dalam menentukan ukuran pipa refrigeran perlu diperhatikan
faktor-faktor yang berhubungan dengan ekonomi dan kerugian akibat gesekan
(friction loss). Jika dilihat dari segi ekonomi tentunya dipilih ukuran pipa sekecil mungkin, akan tetapi dari segi lain akan dijumpai beberapa
kerugian yang akan timbul akibat kerugian gesek, baik pada pipa suction
maupun pada pipa discharge, yang nantinya akan mempengaruhi kapasitas
2.9.2. Sistem Perpipaan Pada Air Dingin Dan Udara Dingin
Kunci keberhasilan dari sistem pendinginan adalah sebagian besar
tergantung pada perencanaan sistem perpipaan. Dalam pemasangan
perpipaan diusahakan tidak terlalu banyak belokan dan sambungan guna
untuk mengurangi timbulnya kerugian gesekan (friction loss) dan kerugian tekanan (pressure loss) yang terjadi.
Pipa-pipa pada yang mengalir air dingin atau udara dingin untuk
menyegarkan ruangan harus diisolasi karena ada perbedaan temperatur
antara air dingin atau udara dingin dengan udara luar. Tujuan lain dari
isolasi adalah untuk mengurangi masuknya kalor ke fluida kerja dari
dinding pipa. Bahan isolasi pipa dapat mengunakan asbestos, serat kaca,
magnesium karbida, kalsium silikat, busa polistilen dan bulu binatang
ternak. Untuk mencegah perembesan air embun melalui isolasi maka
BAB III
BEBAN PENDINGINAN
Dalam perancangan sistem penyegaran udara, beban pendinginan
merupakan h a l y a n g p a l i n g p e n t i n g . U n t u k m e m p e r o l e h
k e n y a m a n a n m a k a b e b a n pendinginan perlu diperhitungkan. Beban
pendinginan yang dihitung juga akan menentukan sistem perpipaan dan ukuran
ducting dari sistem penyegaran udara.
Sumber beban pendinginan suatu ruangan ada, 2 macam yaitu beban kalor
sensible dan beban kalor latent. Beban kalor sensible adalah beban karena kalor
yang dilepas atau diperlukan untuk merubah temperatur. Sedangkan
beban kalor latent adalah beban karena kalor yang dilepas atau diperlukan untuk
berubah fase.
3.1. Kalor Sensible
Kalor sensible suatu ruangan dapat ditimbulkan oleh
1. Manusia
2. Penyinaran matahari
3. Perbedaan temperatur udara luar dan udara ruangan (ventilasi)
4. Peralatan listrik yang dioperasikan di dalam ruangan
5. Benda yang bertemperatur tinggi, seperti kopi, air panas, dan
makanan yang bertemperatur tinggi.
3.2. Kalor Latent
Kalor latent suatu ruangan dapat ditimbulkan oleh:
1. Manusia.
2. Kebocoran udara dengan temperatur yang berbeda
3. Perbedaan kelembaban udara luar dan udara ruangan (ventilasi)
4. Pengembunan bahan-bahan yang disimpan
5. Pengembunan karena air panas dan gas
3.3. Kondisi Umum Bangunan
Dalam perancangan sistem penyegaran udara (AC) pada Hotel Santika
terletak di kota Yogyakarta yaitu pada 7,48o LS dan 110,22o BT. Namun
dalam hal ini, untuk menentukan beberapa parameter dalam perancangan,
digunakan kota Jakarta sebagai acuan perancangan yang terletak pada 6o LS
dan 107o BT.
3. 3. 2. Lantai III
Sistem penyegaran udara yang digunakan pada lantai III adalah
sistem udara pe nu h d a n s ist e m a ir pe nu h. Pada s ist e m udar a
pe nu h me nggu na ka n AHU, sedangkan sistem air penuh
menggunakan FCU. Lantai III terdiri dari beberapa jenis ruangan
yang berbeda ukuran dan kondisi perancangan.
a. Standart Room Hotel Santika Lantai III
Kondisi dari ruang sebagai berikut:
Luas lantai : 248,52 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 2853,01 ft3
Luas kaca jendela : 53,792 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 6 @ 40 W
Televisi : 75 W
Kulkas : 45 W
Jumlah pengunjung : 2 orang
b. Deluxe Room Hotel Santika Lantai III
Kondisi dari ruang sebagai berikut :
Luas lantai : 331,47 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 3805,27 ft3
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 8 @ 40 W
Televisi : 75 W
Kulkas : 45 W
Jumlah pengunjung : 4 orang
c. Suite Room Hotel Santika Lantai III
Kondisi dari ruangan sebagai berikut:
Luas lantai : 387,30 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 4446,20 ft3
Luas kaca jendela : 86,07 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 10 @ 40 W
Televisi : 100 W
Kulkas : 45 W
Jumlah pengunjung : 6 orang
d. Presiden suite Room Hotel Santika
Kondisi dari ruangan sebagai berikut:
Luas lantai : 945,66 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 13709,19 ft3
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 18 @ 40 W
Televisi : 125 W
Kulkas : 100 W
Jumlah pengunjung : 10 orang
e. Accounting Room Hotel Santika
Kondisi dari ruangan sebagai berikut :
Luas lantai : 828,4 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 9510,03 ft3
Luas kaca jendela dan pintu kaca : 53,792 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 20 @ 40 W
Komputer : 7 @ 450 W
Laptop : 1 @ 150 W
Printer : 7 @ 100 W
Jumlah Staff : 7 orang
f. Koridor Hotel Santika Premiere Lantai III
Kondisi dari ruangan sebagai berikut:
Luas lantai : 37324,41 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 42848,07 ft3
Lampu TL : 50 @ 40 W
3.4. Rumus yang Digunakan dalam Perhitungan Beban Pendinginan
Komponen-komponen yang menghasilkan kalor terhadap ruangan
merupakan faktor utama dalam mempengaruhi besar kecilnya beban
pendinginan. Sumber kalor yang ditimbulkan dapat berasal dari luar maupun
dari dalam ruangan.
3.4.1. Konduksi Melalui Lantai, Kaca, Dinding dan Atap Bangunan
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca, dinding,
langit-langit/atap, lantai, partisi, dan pintu pada bangunan dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
Q = U x A x ∆T (BTU/hr) ……….(3.1)
Keterangan :
Q : kalor konduksi melalui lantai, kaca dinding dan atap bangunan
(BTU/hr)
U : koefisien perpindahan kalor dari lantai, kaca, dinding dan atap
bangunan (BTU/hr. ft2 . ° F)
A : luas permukaan dari lantai, kaca, dinding dan atap bangunan (ft2 )
∆T : perbedaan temperatur antara kondisi di luar dan di dalam ruangan
(oF )
3.4.2. Radiasi Sinar Matahari Melalui Kaca
Besarnya beban kalor radiasi sinar matahari melalui kaca dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
Keterangan :
Q : kalor dari radiasi sinar matahari melalui kaca (BTU/hr)
SHGF : faktor kalor dari sinar matahari (BTU/hr. ft2 )
A : luas permukaan kaca yang terkena sinar matahari (ft2 )
SC : koefisien penyerapan kaca terhadap sinar matahari
CLF : faktor beban pendinginan pada kaca
3.4.3. Lampu dan Peralatan Listrik
Besarnya beban kalor yang dihasilkan oleh lampu atau peralatan
listrik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)………(3.3)
Keterangan :
Q : kalor yang dihasilkan oleh lampu atau peralatan listrik (BTU/hr)
W : daya dari lampu atau peralatan listrik (Watt)
BF : faktor ballast
CLF : faktor beban pendinginan pada lampu atau peralatan listrik
3.4.4. Manusia
Besarnya beban kalor yang dihasilkan manusia dibagi menjadi 2
macam yaitu kalor sensible dan kalor latent. Kalor sensible yang
dihasilkan manusia dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut :
Sedangkan kalor latent yang dihasilkan manusia dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
QL = qL x n (BTU/hr)………..(3.5)
Keterangan :
Qs : kalor sensible yang dihasilkan manusia (BTU/hr)
QL : kalor latent yang dihasilkan manusia (BTU/hr)
qs : kalor sensible yang dihasilkan per orang (BTU/hr)
qL : kalor latent yang dihasilkan per orang (BTU/hr)
n : jumlah manusia
CLF : faktor beban pendinginan pada manusia
3.4.5. Ventilasi
Besarnya beban kalor yang dihasilkan ventilasi terdiri atas kalor
sensible dan kalor latent. Kalor sensible dari ventilasi dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)………(3.6)
Sedangkan untuk menghitung kalor latent dapat digunakan persamaan
∆T : perbedaan temperatur antara di luar dan di dalam ruangan (oF)
∆W’ : perbedaan perbandingan kelembaban antara di luar dan di dalam
ruangan (gr/lb)
Dengan diuraikannya persamaan untuk menghitung beban
pendinginannya, maka perhitungan beban pendinginan pada Gedung Hotel
Santika Yogyakarta Lantai III yang letaknya menghadap ke arah Selatan.
3.5 Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai III Hotel Santika
Yogyakarta
Perhitungan beban pendinginan pada lantai III Hotel Santika
Yogyakarta dilakukan dengan menghitung beban pendinginan pada setiap
ruangan pada lantai tersebut.
3.5.1 Standar Room Hotel Santika Lantai III
a. Kondisi Perancangan
Kondisi di dalam ruangan
Temperatur bola kering : 80 oF
Kelembaban relatif rata-rata (RH) : 50%
Dari Diagram Psikometri diperoleh :
Temperatur bola basah : 67 oF
Entalpi (h) : 31,5 BTU/lb
Perbandingan kelembaban (W) : 76 gr/lb
Asumsi (diambil pada bulan Oktober yang merupakan bulan terpanas
di Indonesia)
Temperatur bola kering : 35 oC (95 oF)
Temperatur bola basah : 2 8 oC ( 82 , 4 oF)
Dari Diagram Psikometri diperoleh :
Entalpi (h) : 46,5 BTU/lb
Perbandingan kelembaban (W) : 170 gr/lb
Kondisi udara di dalam hotel dan tempat-tempat lainnya yang tidak
terkena langsung radiasi matahari dan tidak dikondisikan
diasumsikan:
Temperatur bola kering: 28 oC (82,4 oF)
Temperatur bola basah: 24 oC (75,2 oF)
b. Menentukan Nilai Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (U) pada
kaca, dinding, langit-langit/atap, dan lantai
Kaca
Kaca yang digunakan adalah kaca single dengan tebal ¼ inchi.
Dari tabel 3.1 diperoleh nilai U = 1,04 BTU/hr.ft2.oF
Tabel 3.1. Harga U untuk Kaca
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G.Pita)
Dinding
dan plester. Plester dibuat dengan campuran antara semen dan pasir,
kemudian dicat krem. Sehingga tebal dinding keseluruhan 6 inchi.
Dari tabel 3.2 diperoleh, U = 0,200 BTU/hr.ft2.oF
Tabel 3.2. Harga U untuk Dinding
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G.Pita)
Langit-langit diasumsikan mengalami perpindahan panas. Hal ini
tidak dikondisikan. Bagian langit-langit dan atap terdiri dari
suspended plaster, concentrate (campuran pasir, semen, dan kerikil),
dan sekat. Sehingga tebal atap keseluruhan 10 inchi.
Dari table 3.3 diperoleh U=0,21 BTU/ hr ft2 0F
Tabel 3.3. Harga U untuk Langit-langit
(Hand Book of Air Conditioning System Design, Carrier Air Conditioning Company)
Pintu yang terbuat dari kaca pada standar room lantai III Hotel
Santika, khususnya pada bagian balkon diasumsikan sama dengan
c. Menghitung Besarnya Beban Pendinginan dengan Rumus-rumus yang
tersedia
Pada lantai III Hotel Santika, digunakan standar room sebagai contoh
dalam perhitungan beban pendinginan.
Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, atap dan pintu
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah utara, timur,
barat, dan selatan adalah:
= 1,04 ℎ ⁄ . .℉ 53,792 ( 95℉ −80℉)
= 839,15 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui langit-langit adalah:
= 0,21 ℎ ⁄ . .℉ 248,52 ( 95℉ −80℉)
= 782,84 ℎ ⁄
Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
Tabel 3.4. Harga SHGF Kaca untuk Lintang Utara dan Selatan
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G.Pita)
Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian panas dan
cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh Venetian
Blinds atau Roller Shades. Dari tabel 3.5 menggunakan Venetian
Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari tabel 3.6,
yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W = 0,31; S =
Tabel 3.5 Shading Coefficients untuk kaca
Tabel 3.6. Harga CLF untuk kaca dengan interior shading
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G.Pita)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
utara adalah:
= 35 53,792 0,29 0,88 = 480,47 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
timur adalah:
= 231 53,792 0,29 0,22 = 792,77 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
barat adalah:
= 231 53,792 0,29 0,31 = 1117,09 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
= 108 53,792 0,29 0,79 = 1330,96 ℎ ⁄
Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam standar room terdapat 6 buah lampu TL yang
masing-masing memiliki daya 40 Watt, maka daya total lampu yang
dihasilkan adalah sebesar 240 Watt. Ballast Factor (BF) diasumsikan
1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja, sehingga lama
waktu penyalaan lampu sama dengan waktu penggunaan AC,
sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
= 3,4 240 1,25 1 = 1020 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV adalah:
= 3,4 75 1 1 = 255 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas adalah:
= 3,4 45 1 1 = 153 /ℎ
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam standar room yang melakukan aktivitas dapat
diperhitungkan dari Tabel 3.7. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan
terdapat 2 orang yang beristirahat,maka perhitungannya:
= 210 ℎ 2 1 = 420 ⁄ℎ
Tabel 3.7. Nilai qLdan qS untuk Setiap Kegiatan
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G.Pita)
Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar
sebanyak 20 CFM. Pada sambungan ducting juga diasumsikan
terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM. Selain itu, juga
dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara suplai air fan
gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaman di dalam dan di luar ruangan
adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
= 0,68 ( 20 2) 94 ⁄ = 2556,8 ⁄ℎ
Hasil perhitungan beban pendinginan pada standar room lantai III
Hotel Santika Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.8
Tabel 3.8. Data perhitungan beban pendinginan standar room
Tabel Perhitungan Beban Pendinginan
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta
Ruang :
Standar
Room Engr : Kuncoro Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Kuncoro
Supply air fan gain (draw through)
3.5.2 Deluxe Room Hotel Santika Lantai III
Dalam perhitungan beban pendinginan deluxe room ini, kondisi
udara rancangan sama dengan kondisi udara pada ruang standar room
hotel santika dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan
untuk kaca, dinding, langit-langit dan pintu sama dengan bahan yang
digunakan pada standar room, sehingga nilai koefisien perpindahan
panas menyeluruhnya (U) sama dengan standar room. Perhitungan
beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah utara, timur,
barat, dan selatan adalah:
= 1,04 ⁄ℎ . .℉ 64,55 ( 95℉ −80℉)
= 1006,98 ⁄ℎ
Besarnya beban kalor konduksi melalui atap adalah:
= 0,21 ⁄ℎ . .℉ 331,47 ( 95℉ −80℉)
= 1044,13 ⁄ℎ
Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari tabel 3.5 menggunakan
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
tabel 3.6, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
timur adalah:
diasumsikan 1,25. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,
sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu
penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
= 3,4 320 1,25 1 = 1360 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV adalah:
= 3,4 75 1 1 = 255 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas adalah:
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam deluxe room yang melakukan aktivitas dapat
diperhitungkan dari Tabel 3.7. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan
terdapat 4 orang yang beristirahat,maka perhitungannya:
= 210 ℎ 4 1 = 840 ⁄ℎ
= 140 ℎ 4 = 560 ⁄ℎ
Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara
segar sebanyak 20 CFM. Pada sambungan ducting juga diasumsikan
terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM. Selain itu, juga
dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara suplai air fan
gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
= 0,68 ( 20 4) 94 ⁄ = 5113,6 ⁄ℎ
Hasil perhitungan beban pendinginan pada deluxe room lantai III
Hotel Santika Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.9
Tabel 3.9. Data perhitungan beban pendinginan deluxe room
Tabel Perhitungan Beban Pendinginan
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang :
Deluxe
Room Engr : Kuncoro Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Kuncoro
Lanjutan Tabel 3.9
3.5.3 Suite Room Hotel Santika Lantai III
Dalam perhitungan beban pendinginan suite room ini, kondisi
udara rancangan sama dengan kondisi udara pada ruang standar room,
hotel santika dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan
untuk kaca, dinding, langit-langit dan pintu sama dengan bahan yang
digunakan pada standar room, sehingga nilai koefisien perpindahan
panas menyeluruhnya (U) sama dengan standar room. Perhitungan
beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah utara, timur,
barat, dan selatan adalah:
= 1,04 ⁄ℎ . .℉ 86,07 ( 95℉ −80℉)
= 1342,69 ⁄ℎ
Besarnya beban kalor konduksi melalui atap adalah:
= 0,21 ⁄ℎ . .℉ 387,30 ( 95℉ −80℉)
= 1220 ⁄ℎ
Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari tabel 3.5 menggunakan
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
tabel 3.6, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
timur adalah:
Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam standar room terdapat 10 buah lampu TL yang
masing-masing memiliki daya 40 Watt, maka daya total lampu yang
dihasilkan adalah sebesar 400 Watt. Ballast Factor (BF)
diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,
sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu
penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
= 3,4 400 1,25 1 = 1700 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV adalah:
= 3,4 100 1 1 = 340 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas adalah:
= 3,4 45 1 1 = 153 /ℎ
terdapat 6 orang yang beristirahat,maka perhitungannya:
= 210 ℎ 6 1 = 1260 ⁄ℎ
Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara
segar sebanyak 20 CFM. Pada sambungan ducting juga diasumsikan
terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM. Selain itu, juga
dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara suplai air fan
gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaman di dalam dan di luar ruangan
adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
= 1,1 ( 20 6) 15℉= 1980 ⁄ℎ
= 0,68 ( 20 6) 94 ⁄ = 7670,4 ⁄ℎ
Hasil perhitungan beban pendinginan pada suite room lantai III
Tabel 3.10. Data perhitungan beban pendinginan suite room
Tabel Perhitungan Beban Pendinginan
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang : Suite Room Engr : Kuncoro Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Kuncoro
Lanjutan Tabel 3.10
3.5.4. President Suite Room Hotel Santika Lantai III
Dalam perhitungan beban pendinginan deluxe room ini, kondisi
udara rancangan sama dengan kondisi udara pada ruang standar room
hotel santika dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan
untuk kaca, dinding, langit dan pintu sama dengan bahan yang
digunakan pada standar room, sehingga nilai koefisien perpindahan
panas menyeluruhnya (U) sama dengan standar room. Perhitungan
beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, atap dan pintu
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah utara, timur,
= 1,04 ⁄ℎ . .℉ 258 ( 95℉ −80℉)
= 839,15 ⁄ℎ
Besarnya beban kalor konduksi melalui atap adalah:
= 0,21 ⁄ℎ . .℉ 945,66 ( 95℉ −80℉)
= 2978,83 ⁄ℎ
Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari tabel 3.5 menggunakan
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
tabel 3.6, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
utara adalah:
= 35 258,21 0,29 0,88 = 2306,33 ⁄ℎ
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
timur adalah:
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
barat adalah:
= 231 258,21 0,29 0,31 = 5362,22 ⁄ℎ
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
selatan adalah:
diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,
sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu
penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
= 3,4 720 1,25 1 = 3060 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV adalah:
= 3,4 125 1 1 = 425 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas adalah:
= 3,4 100 1 1 = 340 /ℎ
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)