PROPOSAL TUGAS AKHIR
ANALISA BAHAN PISTON DENGAN MENGGUNAKAN
MATERIAL CAMPURAN KERAMIK
Diajukan kepada :
Universitas Pamulang
Guna memenuhi persyaratan akademik penyelesaian program sarjana teknik
oleh : ……….. NIM : ………
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS PAMULANG
Jln. Surya Kencana No. 1 Pamulang Barat Tlp./Fax. ( 021 ) 7412566
Tangerang Selatan – Banten 15417
Pamulang, 12 Agustus 2015
Perihal : Permohonan Persetujuan Judul Tugas Akhir
Kepada Yth.Bapak Ir Djuhana, MSi Ketua Jurusan Teknik Mesin S-1 Di Tempat
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini : NAMA : ……… NIM : 20………..
Jurusan : Teknik Mesin Strata satu ( S -1 )
Fakultas : Teknik, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan
Dengan ini saya bermaksud mengajukan permohonan judul tugas akhir untuk melengkapi persyaratan kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1) di jurusan Teknik Mesin. Adapun judul tugas akhir yang saya ambil adalah :
“PENGKONDISIAN UDARA PADA MOBIL DAIHATSU LUXIO”
Besar harapan saya, judul tersebut dapat Bapak terima. Atas perhatian dan dukungannya saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kendaraan pada saat sekarang ini bukan merupakan barang mewah, karena rata-rata setiap masyarakat sudah mempunyai kendaraan bermotor. Perkembangan kendaraan yang pesat membutuhkan tingkat pemahaman masyarakat akan kendaraan. Hal yang baru akan usang setelah terdapat atau diketemukan penyempurnaan dari penemuan yang sebelumnya, oleh sebab itu yang memacunya kepesatan perkembangan teknologi pada kendaraan.
Air conditioner dalam istilah sehari-hari masyarakat menyebutnya AC. Merupakan barang atau sistem mewah pada kendaraan era 90-an, tetapi pada era sekarang ini yaitu 2000-an, AC sudah barang biasa, dan apalagi setelah diketahui AC berpengaruh pada kesehatan juga pada lingkungan yang menyebabkan penipisan lapisan ozon. Perkembangan AC semakin waktu semakin pesat, ada beberapa penemun terutama pada Freon. Freon yang selama ini berbahaya pada lingkungan namun akhir-akhir ini pembuat keputusan, baik itu skala nasional maupun skala internasional sudah mulai mengalihkan Freon dari yang berbahaya pada lingkungan akhirnya berobah pada ramah lingkungan yaitu pengalihan Freon CFC12 ke HFC 13 (R 134a). Suatu hal yang menarik dengan pengalihan penggunaan Freon tersebut walaupun harga lumayan mahal dari harga penemuan terbaru.
Mobil sebagai salah satu sarana transportasi, kerap dipakai oleh segenap masyarakat. Dapat dikatakan bahwa mobil memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan kendaraan bermotor lainnya. Diantaranya adalah dapat mengangkut beban yang besar, banyak, dan dapat digunakan untuk menempuh perjalanan yang jauh, memiliki konstruksi yang kokoh dan stabil serta kelebihan-kelebihan lainnya.
Pada kesempatan ini penulis akan menganalisa Prestasi AC Mobil, agar dapat mengetahui fenomena yang terjadi.
Untuk itu saya akan membahas lebih jauh pada tugas akhir yang saya ajukan ini dengan judul
“PENGKONDISIAN UDARA PADA MOBIL DAIHATSU LUXIO”
Untuk mengetahui Sistem ini, tentu saja harus melakukan analisa yaitu dengan pengujian Prestasi AC tersebut. Untuk hal ini saya gunakan mobil Daihatsu Luxio sebagai modul analisanya.
2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dicari penyelesaiannya dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
3. Tujuan
Tujuan dari kegiatan analisa sistem pengkondisian udara ini adalah :
Dapat mengetahui daya AC yang sesuai untuk mobil Daihatsu Luxio agar tidak berpengaruh besar terhadap putaran mesin ( RPM )
Dapat mengetahui pengaruh AC terhadap konsumsi bahan bakar.
Dapat mengetahui pengaruh AC terhadap daya poros mobil Luxio
4. Batasan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir adalah : a. Penulis fokus kepada alat uji prestasi mobil Daihatsu Luxio
b. Penulis fokus pada pembahasan masalah, Sistem Pengkondisian udara pada mobil Daihatsu Luxio
5. Metodologi Pengujian
Metode dan langkah – langkah yang penulis lakukan dalam tugas akhir ini adalah :
1. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan oleh penulis, yaitu dengan menetapkan tujuan yang ingin dicapai serta perumusan masalah dari apa yang akan dikerjakan penulis.
2. Study literatur
Principles of combustion by Kenneth K. Kuo
Motor bakar dan system propulsi, DR Lukman Shalahuddin
William C. Reynolds & Henry C. Perkins, “Termodinamika Teknik” , diterjemahkan oleh Filino Harahap, Penerbit Erlangga, 1991.
M. Bertin, J.P. Faroux, J. Renault, “Thermodynamique”, Dunod Universite, 1984.
TERMODINAMIKA TEKNIK, Harijono Djojodihardjo, PENERBIT PT GRAMEDIA, JAKARTA.
2000. “Ignition#1 – Ignition Over-view”, Astra Motor Sales , U.S.A.
2000. “EFI#4 – TCCS Ignition System”, Astra Motor Sales , U.S.A.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Tentang AC ( Air Conditioning )
Pada dasarnya prinsip kerja AC mobil sama dengan sistem-sistem AC yang lain. Prinsip kerja tersebut sama dengan heat exchanger yang lain. Pada setiap prinsip kerja heat exchanger pasti ada perubahan atau perbedaan tekanan, hal tersebut akan menyebabkan perbedaan temperatur, kondisi seperti itu sama dengan yang terjadi pada prinsip AC . Agar pengaruh perubahan tekanan dapat menghasilkan perubahan temperatur yang sesuai maka digunakanlah media pendingin pada sistem AC, kebanyakan sistem AC menggunakan media pendingi Refrigerant atau sering dikenal dengan istilah Freon. Perubahan temperatur akibat dari perubahan tekanan dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini
Gambar 2.1. Diagram Enthalpy
2.2. Komponen-komponen sistem AC
A. Kompressor
Kompresor AC mobil berfungsi untuk mengalirkan media pendingin dalam hal ini Refrigerant atau Freon untuk bersirkulasi di dalam sistem AC mobil, sekaligus memberikan tekanan sesuai dengan kebutuhan tekanan yang ada. Kompresor AC mobil umumnya digerakan oleh motor bakar dari mesin mobil itu sendiri, agar kompresor dapat dihidupkan dan dimatikan sesuai keinginan kita pada saat menggunakan AC, maka penghubung putaran ke mesin menggunakan kopling magnet.
Gambar 2.2. Kompresor AC mobil
B. Kondensor
Gambar 2.3. Kondensor AC mobil
C. Filter / Dryer
Filter / Dryer pada sistem AC berfungsi untuk menyarik partikel-partikel kotoran yang ikut beredar di dalam sistem, serta menyerap uap air yang ikut beredar di dalam sistem. Kotoran yang ikut beredar di dalam sistem dapat menyumbat saluran- saluran yang ada sehingga menggangggu kerjanya sistem AC, sedangkan uap air yang ikut beredar di dalam sistem dapat terjadi pembekuan karena temperatur media pendingin bisa turun di bawah 0 derajat celsius, hal tersebut dapat menyumbat yang akhirnya mengganggu kerjanya sistem AC.
D. Katup Expansi
Katup Expansi pada sistem AC berfungsi untuk menurunkan tekana media pendingin, dari Refrigran bentuk cair bertekanan tinggi menjadi tekanan tekanan rendah dalam bentuk kabut. Akibat dari penurunan tekanan tersebut maka temperatur media pendingin menjadi turun drastis, seperti halnya tampak pada gambar 1. Diagram Enthalphy di atas.
Gambar 2.5. Katup Expansi
E. Evaporator
Evaporator pada sistem AC berfungsi untuk menyerap panas dari udara luar yang dialirkan ke dalam ruangan yang didinginkan, hal ini terjadi pada saat ada aliran udara yang melewati sirip-sirip daripada evaporator maka panas dari udara tersebut diserap oleh sirip-sirip evaporator, sehingga udara tersebut menjadi dingin, udara dingin itulah yang digunakan untuk mendinginkan ruangan. Prinsip kerja Evaporator adalah kebalikan dari kondensor sistem AC.
F. Cara kerja sistem AC mobil
Seperti telah dijelaskan fungsi dari komponen-komponen sistem AC di atas, cara kerja dari sistem AC adalah penggabungan dari fungsi masing-masing komponen tersebut, hal tersebut digambarkan di bawah ini.
Gambar 2.7. Gambaran kerja sistem AC
Adapun cara kerja dari sistem AC mobil adalah sebagai berikut:
Kompresor yang digerakan oleh tenaga mesin mobil tersebut, memompa dan mensirkulasikan media pendingin / Refrigerant / Freon yang masih berbentuk Gas ke dalam sistem dengan tekanan tertentu.
Selanjutnya media pendingin tersebut dialirkan ke Filter / Dryer untuk dilakukan penyaringan maupun pengeringan terhadap uap air yang ikut beredar di dalam sistem. Media pendingin yang sudah difilter di alirkan ke katu expansi yang bertugas untuk menurunkan tekanan media pendingin, karena tekanan turun maka otomatis temperatur juga turun, akibat dari penurunan tekanan media pendingin berubah menjadi kabut dengan temperatur yang rendah.
Media pendingin yang sudah turun , tekanan dan temperaturnya dialirkan ke evaporator, akibatnya evaporator menjadi dingin, udara yang mengalir melalui sirip-sirip evaporator panasnya diserap sehingga temperatur udara tersebut menjadi turun. Udara yang sudah turun temperaturnya dialirkan kedalam ruang kendaraan sehingga terasa sejuk. Sementara itu di dala evaporator terjadi perubahan bentuk pada media pendingin, yang semula berbentuk kabut dari katup expansi berubah menjadi gas pada evaporator.
Media pendingin yang sudah dalam bentuk gas dari evaporator siap dihisap dan di sirkulasikan ke dalam sistem.
A. Sejarah Sistem Pengkondisian Udara
Menurut catatan sejarah, orang-orang pada zaman batu telah mengenal es, tapi pada saat itu belum ada usaha menggunakan es untuk mengawetkan makanan. Beribu-ribu tahun kemudian, orang-orang Cina menggunakan es salju sebagai bahan pelejat minuman. Mereka memotong es dimusin dingin, membungkusnya dengan jerami dan sekam, kemudian menjualnya dimusin panas.
Orang-orang Mesir Kuno telah mempraktekkan bahwa untuk mendinginkan air, mereka lakukan dengan cara mengisi gentong-gentong air, kemudian mereka letakkan diatas genting pada saat matahari terbenam. Angin malam membantu mendinginkan air didalam gentong. Orang-orang Yunani dan Romawi mengangkut salju dari puncak gunung, kemudian mereka simpan dengan cara menutupinya dengan alang-alang.
Pada tahun 1823, Cagniar De La Tour (seorang berkebangsaan Prancis)
menemukan cara mencairkan gas ammonia, mereka adalah orang yang pertama kali menemukan hal itu. Kemudian pada tahun 1824, prinsip dasar siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S.Carnot yang mempublikasikan tentang teori termodinamikanya. Beberapa tahun kemudian, yaitu pada tahun 1897 Joseph Mc. Creaty membuat dan memantapkan instalasi alat pendingin. Pada waktu itu, instalasi tersebut diberi nama mesin pencuci udara (air washer), yaitu suatu sistem pendingin yang mempergunakan percikan air. Sedangkan Dr. Willis Haviland Carrier (USA, 1906), merupakan orang pertama yang berhasil membuat alat temperatur dan kelembaban udara. Dia berhasil menyagarkan udara dari sebuah percatakan dengan menggunakan sistem pencuci udara dengan cara mendinginkan dan menjenuhkan udara sampai mencapai mencapai titik embunnya. Teori termodinamika yang dihasilkan olehnya itu dikemukakan pada pertemuan The American Society of Mechanichal Engineer pada tahun 1911.
Hingga beberapa tahun setelah perang dunia ke-II, instalasi penyegaran udara hanya dipergunakan untuk keperluan industri namun setelah itu penggunaannya dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akan kenyamanan dan kesegaran udara, seperti untuk gedung perkantoran, perhotelan, convention hall, gedung bioskop, rumah tangga, hingga transportasi.
B. Sistem Refrigrasi
Prinsip refrigerasi ada dua yaitu: refrigerasi kompresi uap / Vapour
Compression Refrigeration (VCR) dan refrigerasi penyerap uap / Vapour
Absorption Refrigeration (VAR). VCR menggunakan energi mekanis sebagai
energi penggerak untuk refrigerasinya, sementara itu VAR menggunakan energi panas sebagai energi penggerak refrigerasinya.
Gambar 2.8 Prinsip perpindahan panas
Dalam system refrigerasi kompresi jika perubahan tekanan cukup tinggi, maka gas yang ditekan (dalam kompresor) akan menjadi jauh lebih panas daripada sumber dingin diluar (contoh udara diluar) dan gas yang mengembang akan menjadi lebih dingin daripada suhu dingin yang dikehendaki. Dalam kasus ini, fluida digunakan untuk mendinginkan lingkungan bersuhu rendah dan membuang panas ke lingkungan yang bersuhu tinggi.
Siklus refrigerasi kompresi uap memiliki dua keuntungan. Pertama, sejumlah besar energi panas diperlukan untuk merubah cairan menjadi uap, dan oleh karena itu banyak panas yang dapat dibuang dari ruangan yang dikondisikan. Kedua, sifat-sifat isothermal penguapan membolehkan pengambilan panas tanpa menaikan suhu fluida kerja ke suhu berapapun didinginkan. Hal ini berarti bahwa laju perpindahan panas menjadi tinggi, sebab semakin dekat suhu fluida kerja mendekati suhu sekitarnya akan semakin rendah laju perpindahan panasnya.
Siklus refrigerasi ditunjukkan dalam gambar dapat dibagi menjadi tahapan-tahapan berikut :
Langkah – langkah siklus ini adalah :
Langkah 1–2 : Cairan refrigerant dalam evaporator menyerap panas dari sekitarnya.. Selama proses ini, cairan merubah bentuknya dari cair menjadi gas, dan pada keluaran evaporator gas ini diberi pemanasan berlebih/
Langkah 2–3 : Uap yang diberi panas berlebih masuk menuju kompresor dimana tekanannya dinaikkan. Suhu juga akan meningkat, sebab bagian energi yang menuju proses kompresi dipindahkan ke refrigerant.
Langkah 3–4 : Superheated gas bertekanan tinggi lewat dari kompresor menuju kondenser. Bagian awal proses refrigerasi menurunkan panas
superheated gas sebelum gas ini dikembalikan menjadi bentuk cairan.
Refrigerasi untuk proses ini biasanya dicapai dengan menggunakan udara atau air. Penurunan suhu lebih lanjut terjadi pada pekerjaan pipa dan penerima cairan, sehingga cairan refrigerant didinginkan ke tingkat lebih rendah ketika cairan ini menuju alat ekspansi.
Langkah 4-1 : Cairan yang sudah didinginkan dan bertekanan tinggi melintas melalui peralatan ekspansi, yang mana akan mengurangi tekanan dan mengendalikan aliran menuju evaporator.
1. Kompresor Torak (reciprocating)
Pada waktu langkah hisap, torak bergerak kebawah dan terjadi penurunan tekanan atau vakum didalam silinder antara puncak torak dan tutup silinder. Sehingga katup hisap terbuka dan gas refrigerant dapat dihisap melalui katup hisap
(suction valve) kedalam silinder. Pada langkah tekan (kompresi atau pemampatan)
torak bergerak keatas memampatkan gas refrigerant dan mendorongnya keluar melalui katup tekan (discharge valve) ke kondensor, kemudian torak kebawah dan kembali lagi keatas.
2) Kompresor Putar (rotary)
poros eksentris, dimana antara roller tersebut dengan poros adalah tidak sepusat dan antara poros dengan dinding silinderadalah sepusat. Jenis kedua adalah rotary
blade/vane type (bilah/daun pisau berputar), kompresor jenis ini mempunyai 2
sampai 4 bilah yang terdapat dalam alur roller seperti pada jenis bilah tetap, disini poros memutar roller didalam silinder sehingga ujung roller selalu akan menyinggung sekeliling dinding silinder bagian dalam. Pada saat poros berputar ujung bilah akan menempel pada didnding silinder bagian dalam karena adanya dorongan gaya sentrifugaldari perputaran poros. Gas masuk melalui saluran hisap, dimampatkan dan didorong oleh bilah-bilah yang berputar untuk keluar melalui saluran buang.
Adapun keuntungan dan kerugian menggunakan kompresor jenis rotary yaitu :
a Keuntungan:
3 Kompresor Sekrup/heliks (screw compressor)
4. Kompresor sentrifugal (centrifugal compressor)
Kompresor sentrifugal digunakan untuk pendinginan yang berkapasitas besar. Pada jenis ini, impeller digerakkan secara cepat adanya gear untuk menaikkan rpm, dimana masing-masing impeller terdiri dari dua buah piringan, yaitu piringan poros (hub disc) dan piringan penutup(cover disc), serta jumlah bilah/pisau yang dipasang secara radial antara kedua piringan tersebut. Penghisapan dan penempatan refrigerant pada kompresor ini diperoleh karena adanya gaya dengan perbedaan phasa 180. Setiap scroll berputar dalam satu sisi flat plate, satu
scroll tetap dan yang lain bergerak dalam sebuah orbit yang mengelilingi shaft
center motor pada lebar ayunan yang sama ke radius orbit. Kedua scroll
berhubungan pada beberapa titik. Kompresor scroll biasanya digunakan pada sistem heat pump, split duct dan package unit.
Selanjutnya baik kompresor torak, kompresor rotary, kompresor sekrup/heliks, maupun kompresor sentrifugal dapat dibedakan lagi menjadi tiga macam tergantung dari pengaturan motornya, yaitu :
Kompresor Hermetik (welded compressor)
Kompresor Semi Hermetik
Kata lain dari semi hermetik ini adalah bolted compressor atau accessible
hermetic compressor. Digunakan untuk sistem yang lebih besar yaitu untuk
unit-unit refrigerasi dan tata udara dengan kapasitas sampai dengan 5 TR. Disebut semi hermetik adalah bahwa rakitan kompresor dan motor semuanya berada pada satu selubung besi tuang, dimana pada beberapa bagiannya dapat dibuka dengan
Kompresor open type digunakan di industri-industri yaitu untuk kapasitas yang besar, dimana sistem harus fleksibel untuk memenuhi beberapa kondisi operasi tertentu.
2. Kondensor
Kondensor adalah alat pemindahan panas dari system refrigerasi ke media pendinginnya yang dapat menyerap kalor dan membuangnya kelingkungan sekitar. Panas dari uap refrigerant yang bersuhu tinggi keluar melewati dinding-dinding kondensor ke media kondensasi. Sebagai akibatnya, uap refrigerant akan mendinginkan sampai kebatas jenuhnya dan kemudian akan dikondensasikan ke fasa cair.
Kondensor menurut cara pendinginannya ada tiga macam :
Kondensor dengan pendingin udara (Air Cooled Condensor)
Kondensor dengan pendingin air (Water Cooled Condensor)
Kondensor dengan pendingin air dan udara (Evaporatif
Gambar 2.9 Evaporative cooled condenser 3. Matering Device
Matering device adalah perangkat yang berfungsi sebagai :
1. Untuk menurunkan tekanan refrigeran cair yang mengalir menjadi bertekanan
dan bertemperatur rendah
2. Mengatur jumlah aliran refrigeran yang mengalir pada evaporator
Ada berbagai macam jenis dari katup ekspansi ini, diantaranya TXV, AXV, dan pipa kapiler.
a. Katup Ekspansi Termostatik (TXV)
Thermoststic Expansion Valve (TXV) merupakan katup ekspansi yang paling sering digunakan pada sistem peindinginan dan sistem tata udara. Katup ekspansi ini mempunyai alat peraba suhu atau sensing element berbentuk silinder yang disebut bulb. Bulb inilah yang ditempatkan diujung evaporator sebagai sensor untuk membuka dan menutup katup. Didalam bulb ini berisi cairan yang sejenis ddengan refrigerat yang digunakan dalm sistem.
Gambar 2.10 Katup Ekspansi Otomatis (AXV)
b. Pipa Kapiler
Panjang dan lebar pipa kapiler dapat mengontrol jumlah aliran refrigerant yang mengalir ke evaporator. Panjang pipa gunanyan untuk :
Menurunkan tekanan refrigerant cair yang berada didalamnya.
Mengatur jumlah refrigerant yang mengalir melaluianya.
Dalam keadaan seimbang, kompresor dapat start kembali dengan mudah, tetapi kerugian pipa kapiler yaitu untuk mengatur refrigerant terhadap perubahan beban, ini terjadi karena lubang dan panjang pipa kapiler tidak dapat diubah kembali setelah dipasang pada sistem.
4. Evaporator
Evaporator adalah suatu alat dimana refrigerant menguap dari cair menjadi gas. Melalui perpindahan panas ini bertujuan untuk mengambil panas dari ruang sekitarnya atau bahan yang akan didinginkannya, panas tersebut akan dibawa ke kompresor dan akan dikeluarkan lagi oleh kondensor. Evaporator dibagi dalam dua kelas, tergantung pada cairan perpindahan panas dari refrigerantnya :
a. Dry Expansion atau Direct Expansion Evaporator
b. Flooded Evaporator
Pada tipe ini permukaan sisi evaporator selalu dalam keadaan basah oleh cairan refrigerant yang akan mengakibatkan naiknya koefisien head transfernya sehingga menjadi lebih efisien.
Menurut konstruksinya evaporator kering ada tiga macam :
Permukaan pelat (plate surface) evaporator, dibuat dari dua buah plat yang diletakkan menjadi satu dan diantaranya diberi saluran – saluran bahan pendingin, ada juga yang dililitkan pada plat.
Pipa telanjang (bare tube) evaporator, dibuat dari pipa tembaga atau pipa aluminium. Disusun seri atau paralel dan diberi rangka penguat. Pada umumnya ditempatkan didalam bejana atau bak air.
Evaporator bersirip (finned evaporator), dibuat dari evaporator pipa telanjang yangdiberi logam tipis atau sirip. Sirip-sirip memperluas permukaan evaporator hingga dapat menyerap kalor lebih banyak. Jumlah sirip tiap inch lebar evaporator tergantung dari suhu kerja evaporator.
Daya Pendinginan AC berdasarkan PK : PK = Paard Kracht yang setara dengan HP PK dalam AC lebih dikenal dengan BTU/hr (m2)
1 PK = 9000 – 10000 BTU/hr 1 (m2) = 600 BTU/hr
10 kaki = 3 m 1 m = 3,33 kaki
Rumus – rumus Perhitungan AC antara lain :
W . H . I . L, E60H = Tinggi ruang ( dalam feet ) I = Ruang berinsulasi ( dalam feet ) L = Lebar ruang ( dalam feet ) E = Konstanta ( 18 )
Panas konduksi (Q1)
Panas yang masuk melalui dinding dan atas:
dimana Q = jumlah panas (W)
U = koefisien perpindahan panas total (W/m2 K) A = luas permukaan (m2)
(to-ti) = perbedaan suhu dalam dan luar ruang pendingin (K)
koefisien perpindahan panas total (U) dihitung dengan persamaan:
dimana x = tebal bahan insulasi (m)
k = konduktivitas termal bahan (W/m K)
h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 K)
Field heat (Q2)
dimana Q = jumlah panas (KJoule)
m = berat dari produk yang didinginkan (kg)
Cp = panas jenis dari produk di atas titik beku (KJoule/kg K) ΔT= perubahan suhu produk (K)
Beban lampu (Q4)
1. Pengujian
Dalam tahap ini penulis melakukan analisa pengujian daya poros pada saat mesin sedang bekerja.
2. Analisa dan pembahasan masalah
Analisa dan pembahasan masalah penulis lakukan setelah selesai melakukan pengujian dengan alat, berdasarkan perhitungan – perhitungan yang ada dalam pengujian.
Dalam tahap ini penulis menentukan kesimpulan setelah melakukan analisa dan pembahasan masalah, sehingga dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah urutan langkah dalam proses penelitian atau analisa, diantaranya :
Gambar.3.1 Diagram Alir
Daya Kompresor Daya poros
Hasil
Kesimpulan Analisa Dan Perhitungan
Selesai Mulai
Torsi