• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

B. Sejarah Perusahaan

13. PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk

15 PT. Bank CIMB Niaga, Tbk

16 PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk 17 PT. Bank Permata, Tbk

18 PT. Bank Swadesi, Tbk

19 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk 20 PT. Bank Victoria Internasional, Tbk 21 PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk 22 PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk 23 PT. Bank Windhu Kentjana Internasional, Tbk 24 PT. Bank Mega, Tbk

25 PT. Bank OCBC NISP, Tbk 26 PT. Bank Pan Indonesia, Tbk

27 PT. Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk Sumber : www.idx.co.id (Data Diolah)

4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs

ICMD.

b. Waktu Penelitian

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan jenis data yang diperoleh secara tidak langsung yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui situs laporan keuangan perusahaan perbankan, buku-buku, jurnal referensi, surat kabar, literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian.

6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dengan cara dokumentasi yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara melihat dokumen-dokumen untuk memperoleh data tentang objek penelitian. Data-data yang diambil adalah laporan keuangan tahunan periode 2006-2009 yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan dan digolongkan kemudian di analisis dan diinterpretasikan secara objektif.

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linear berganda untuk menganalisis pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR),

Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) terhadap Capital

Adequacy Ratio (CAR), yang disusun dalam bentuk persamaan berikut :

Y= a + b1X1 +b2X2 + b3X3+ e Keterangan :

Y = CAR (Capital Adequacy Ratio) a = Koefisien konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien regresi variable independent X1 = LDR ( Loan to Deposit Ratio )

X2 = ROA ( Return on Asset ) X3 = ROE ( Return on Equity ) e = Error

Model regresi berganda diatas harus memenuhi syarat asumsi klasik yang meliputi:

a. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (Situmorang, dkk., 2009: 55). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kolmogrov-sminov. Variabel residual berdistribusi normal, jika

tingkat signifikan 5%, maka nilai Asymp.sig. (2-tailed) di atas nilai signifikan 5%.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas merupakan pengujian apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut (Situmorang, dkk., 2009: 63). Uji heterokedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser, dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secata statistik mempengaruhi variabel independen, maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas. Probabilitas yang memiliki signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heterokedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Situmorang, dkk, 2009: 78).

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi menggunakan Durbin Watson (DW) Test dengan kriteria pengambilan keputusan:

Tabel 1.3

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif dan

negatif

Tidak ditolak du < d < 4 - du Sumber: Situmorang, dkk (2009: 86)

d. Uji Multikolinieritas

Menurut Situmorang, dkk. (2009: 96) uji multikolinieritas merupakan adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang dapat menjelaskan dari model regresi. Untuk mengetahui adanya multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya Tolorance dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:

1) VIF > 5, maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas. 2) VIF < 5, maka tidak terdapat multikolinieritas.

3) Tolorance < 0,1, maka diduga mempunyai persoalan

multikolinieritas.

4) Tolorance > 0,1, maka tidak terdapat multikolinieritas.

e. Pengujian Hipotesis

1) Uji Simultan dengan F-Test (ANOVA)

Uji-F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yg dimasukkan dalam model meiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

Ho : b1,b2,b3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari seluruh variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat (Y).

H1 : b1,b2,b3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari seluruh variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat (Y). Dengan kriteria pengambil keputusan:

H0 tidak ditolak bila FHitung ≤ FTabel pada α = 5% H0 ditolak (terima H1) bila FHitung > FTabel pada α = 5%

2) Uji-t (Uji secara Parsial)

Uji-t yaitu secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel terikat terhadap variabel bebas.

Kriteria pengujiannya adalah:

Ho : b1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari masing-masing variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat (Y).

H1 : b1≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari masing-masing variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat (Y).

Dengan kriteria pengambil keputusan:

H0 tidak ditolak, jika t hitung < t tabelpada α = 5%

H0 ditolak(terima H1), jika t hitung > t tabelpada α = 5%

f. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen atau variabel terikat. Dalam output SPSS, koefisien

determinasi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis R Square. Nilai R

Square yang berkisar antara 0 – 1 yang berarti semakin kecil besarnya R

Square, maka hubungan kedua variabel semakin lemah, artinya semakin

lemah variabel bebas menerangkan variasi variabel terikat. R Square semakin mendekati 1, maka hubungan kedua variabel semakin kuat.

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Sinaga (2006) yang berjudul “Hubungan Profitabilitas dan Likuiditas dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk” menunjukkan bahwa pergerakan Interest Margin on

Loans (IML) searah Capital Adequacy Ratio (CAR) sedangkan pergerakan Return

on Equity (ROE) tidak searah dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio yang

digunakan untuk mengukur likuiditas adalah Loan to Deposit Ratio (LDR) dan

Quick Ratio (QR) memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan

terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Penelitian ini menggunakan metode analisis korelasi Rank Spearman dan uji statistik t dengan menggunakan alat bantu program SPSS versi 16.0.

Penelitian yang dilakukan Siahaan (2008) yang berjudul “Hubungan

Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) dengan Capital Adequacy

Ratio (CAR) dengan PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk” menunjukkan

bahwa Return On Equity (ROE) tidak memiliki hubungan yangsignifikan terhadap peningkatan modal CAR. Sedangkan rasio Return on Asset (ROA) memiliki hubungan yang signifikan terhadap peningkatan Capital Adequacy Ratio (CAR). Penelitian ini menggunakan metode analisis Korelasi Spearman dan uji statistik t.

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat.

Faktor yang patut dicermati bank dalam menempuh kebijakan yang berkaitan dengan penghimpunan dana dari masyarakat (Abdullah, 2005:21), meliputi :

1. Kepercayaan masyarakat

Kepercayaan masyarakat merupakan hal penting yang dipertimbangkan calon nasabah, mengingat masyarakat membutuhkan jaminan kelancaran penarikan kembali dananya apabila suatu saat dibutuhkan. Tingkat kepercayaan masyarakat atau calon nasabah ditentukan oleh kinerja bank yang mencerminkan bonafit atau tidak bank dalam mengelola dana nasabah.

2. Pendapatan masyarakat

Perubahan tingkat pendapatan masyarakat akan turut menentukan perkembangan penghmpunan dana. Kenaikan pendapatan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi daripada kenaikan harga, maka mendorong masyarakat untuk menghimpun dananya (saving) dan hal tersebut berarti pendapatan masyarakat lebih besar daripada pengeluaran konsumsi masyarakat.

Pelayanan kepada nasabah juga turut menentukan keberhasilan bank dalam kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat. Masyarakat menghendaki pelayanan pihak bank yang cepat, terampil dan penuh keramahan kepada nasabah yang dilayaninya.

4. Ekspektasi tingkat bunga

Bunga merupakan bagian pendapatan nasabah deposan. Perkiraan pendapatan yang akan diterima dan risiko dari keputusan menyimpan dana di bank merupakan hal yang selalu dipertimbangkan masyarakat dibanding dengan alternatif investasi lain. Bank meningkatkan bunga simpanan maka mendorong meningkatkan simpanan masyarakat apabila alternatif-alternatif investasi lainnya menimbulkan risiko yang kurang lebih sama.

C. Penilaian Kesehatan Bank

Penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Kepada bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin maupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu.

Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya menggunakan analisis CAMELS (Kasmir, 2004:50).

1. Aspek Permodalan

Aspek permodalan yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada Capital Adequacy Ratio (CAR) yang telah ditetapkan Bank Indonesia.

bank. Penilaian aset harus sesuai dengan Peraturan oleh bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif.

3. Aspek Kualitas Manajemen (management)

Kegiatan bank yang dikelola sehari-hari juga dinilai kualitas manajemennya. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari sisi pendidikan dan pengalaman dari karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi.

4. Aspek Likuiditas

Bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan dapat membayar semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan, giro, dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.

5. Aspek Rentabilitas

Aspek Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya apakah setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat.

6. Aspek Sensitivitas (sensitivity)

Perbankan harus memperhatikan dua unsur, yaitu tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan risiko yang akan dihadapi. Pertimbangan risiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas perbankan. Sensitivitas terhadap

D. Jenis Bank

Jenis bank bermacam-macam, tergantung pada cara penggolongannya. Penggolongan dapat dilakukan berdasarkan hal-hal berikut (Kasmir, 2004:36) : 1. Berdasarkan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan

a. Bank Umum, merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersial

(commercial bank).

b. Bank Perkreditan Rakyat, merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya disini kegiatan Bank Perkreditan Rakyat jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum.

2. Berdasarkan kepemilikan

a. Bank milik Pemerintah, dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah.

swasta, begitu pulka pembagian keuntungan untuk keuntungan swasta pula.

c. Bank milik asing, Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing.

d. Bank milik campuran, dimana sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.

e. Bank milik koperasi, kepemilikan modal bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

3. Berdasarkan status

a. Bank devisa, merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit (L/C).

b. Bank non devisa, merupakan bank yang mempunyai ijin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti bank devisa. Bank non devisa melakukan transaksi dalam batas-batas suatu negara.

4. Berdasarkan cara penentuan harga

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional, menetapkan bunga sebagai harga jual baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun

b. Bank berdasarkan prinsip syariah, yang menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain baik dalam hal untuk menyimpan dana, pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

E. Permodalan Bank

Modal akan mempunyai berbagai fungsi yang penting bagi setiap jenis usaha terutama bagi bank untuk menjadi dasar didalam pengembangan usaha dikemudian hari ataupun sebagai alat untuk menampung timbulnya suatu kerugian. Modal bank memliki fungsi (Abdullah, 2005:59) yaitu :

1. Melindungi para kreditur

Kreditur (mereka yang menyimpan dananya di bank) mengharapkan adanya kepastian kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan kreditur sewaktu-waktu. Modal bank merupakan penyangga pengembalian dana kreditur manakala bank kesulitan menarik kembali investasi jangka pendek atau kesulitan likuiditas.

2. Menjamin kelangsungan operasional

Bank memulai kegiatan operasi mereka dengan modal sendiri termasuk membangun atau membeli kantor dan peralatan.

3. Memenuhi standar modal minimal

Berdasarkan rasio kecukupan modal (CAR) apabila bank akan menambah penyaluran kredit kepada masyarakat, maka dengan sendirinya bank harus

F. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio kecukupan modal bank atau merupakan kemampuan

bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam perkreditan atau di dalam perdagangan surat-surat berharga.

Menurut Widjanarto (2003:165), bahwa posisi CAR suatu bank sangat tergantung pada : (1) Jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat padanya, (2) Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya, (3) Total aktiva suatu bank, semakin besar aktiva semakin bertambah besar risikonya, (4) kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba.

Rasio CAR menunjukkan kemapuan dari modal untuk menutup kemungkinan kerugian atas kredit yang diberikan beserta kerugian atas investasi surat-surat berharga. CAR adalah rasio keuangan yang memberikan indikasi apakah permodalan yang ada telah memadai atau tidak.

CAR Risiko Menurut Tertimbang Aktiva Bank Modal = x 100% G. Likuiditas Bank

Likuiditas bank menunjukkan kemampuan suatu bank didalam menyediakan alat-alat likuidnya untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayarnya. Dengan membandingkan rasio likuiditas antara realisasi yang dicapai dan yang dianggarkan maupun tingkat likuiditas bank-bank lain maka akan dapat diperoleh informasi yang lebih akurat tentang :

kekurangan dana).

Loan to Deposit Ratio

LDR merupakan rasio keuangan perusahaan perbankan yang menunjukkan

kemampuan bank dalam menyediakan dana kepada para debiturnya dengan dana yang dimiliki oleh bank yang dapat dikumpulkan dari masyarakat. Atau untuk menunjukkan kemampuan suatu bank untuk melunasi dana para deposannya dengan menarik kembali kredit yang telah diberikan (Dendawijaya, 2005:116).

LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang

digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Rasio ini menggambarkan kemampuan untuk membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank (Dendawijaya, 2005:118).

Loan to Deposit Ratio

Sendiri Modal III Pihak Dana Jumlah Diberikan yang Kredit Jumlah + = x 100% H. Profitabilitas Bank

Profitabilitas bank menunjukkan kemampuan suatu bank didalam menghasilkan keuantungan, baik berasal dari kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun dari hasil non-opersionalnya. Rasio ini digunakan untuk

a. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) adalah perbandingan laba bersih dengan total asset.

ROA memberikan gambaran tentang kemampuan bank dalam mengoperasikan

harta yang dipercayakan kepada mereka untuk mencari keuntungan (Aini, 2006:23). Return on Asset Asset Total Bersih Laba = x100

b. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) menunjukkan kemampuan bank yang

bersangkutan untuk menghasilkan laba bersih dari penggunaan modal yang ditanamkan pada bank tersebut. Rasio ini merupakan indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Kenaikan dalam rasio ini berarti kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank (Dendawijaya, 2005:119).

Return on Equity Sendiri Modal Bersih Laba = x100%

I. CAR dengan Profitabilitas dan Likuiditas

CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva

bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga dan tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping

untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko (Abdullah, 2005:60).

Capital Adequacy Ratio

Risiko Menurut Tertimbang Aktiva Bank Modal = x 100%

Bank harus memiliki modal yang cukup untuk dapat terus memenuhi standar Capital Adequacy Ratio (CAR) yang sehat sehingga bank harus dapat memperoleh profit yang nantinya akan menambah permodalan bank. Apabila profitabilitas meningkat maka permodalannya juga akan meningkat. Profitabilitas merupakan indikator dari kemampuan bank untuk mempertahankan kecukupan modal (Ali, 2004:66)

Kesehatan permodalan bank juga turut dipengaruhi oleh tingkat likuiditas bank. Bank yang menjaga likuiditasnya terlalu tinggi, maka bank tidak akan dapat mengoptimalkan permodalannya. Likuiditas yang meningkat maka akan banyak dana menganggur, sehingga profitabilitas menjadi rendah. Profitabilitas rendah, maka bank tidak akan mampu menambah permodalannya. Permodalan bank tidak optimal, sehingga bank tidak akan mampu memenuhi standar CAR yang sehat. Sehingga CAR juga berhubungan erat dengan kondisi likuiditas bank (Dendawijaya, 2005:114).

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Beberapa faktor yang menjadi penyebab seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan

e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.

f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman

Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).

j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan

beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola

oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan

Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan

sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote

trading).

v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

BANK AGRO yang didirikan dengan akte notaris Rd. Soekarsono, SH di Jakarta No. 27 tanggal 27 September 1989, kemudian memperoleh ijin usaha dari Menteri Keuangan tanggal 11 Desember 1989, mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8 Februari 1990. BANK AGRO didirikan dengan maksud untuk menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan umum dalam arti yang seluas-luasnya secara profesional, serta berperan menunjang terwujudnya industri agrobisnis yang semakin tumbuh dan berkembang dalam sistem perekonomian nasional yang tangguh dalam era globalisasi di masa mendatang.

2. PT. BANK BUMIPUTERA INDONESIA Tbk

Bank ini didirikan berdasarkan akta No.49 tanggal 31 Juli 1989. bank mulai beropoerasi secara komersial pada tanggal 4 Januari 1990. sesuai surat Keputusan BI No. 31/146/kep/dir tanggal 6 Desember 1997, status bank meningkat menjadi bank devisa. Bank memiliki 10 kantor cabang, 17 kantor cabang pembantu dan 26 kantor kas yang seluruhnya berlokasi di Indonesia. Kegiatan utama bank adalah melakukan usaha di bidang perbankan.

3. PT. BANK CAPITAL INDONESIA Tbk

PT Bank Capital Indonesia, Tbk dahulu bernama PT Bank Credit

Lyonnais Indonesia didirikan pada tanggal 20 April 1989, sebagai bank campuran

(joint venture) antara Credit Lyonnais SA, dengan PT Bank Internasional

Indonesia, Tbk. Anggaran Dasar Bank disetujui oleh Menteri Kehakiman dan

Dokumen terkait