• Tidak ada hasil yang ditemukan

19 PT. M ITRA INVESTINDO TBK 2,33% 6,14% 8,16%

20 PT. SUM I INDO KABEL TBK 5,03% 0,77% 5,11%

21 PT. KABELINDO M URNI TBK 2,95% 0,97% 0,48% 22 PT. M ETRODATA ELECTRONICS TBK 3,41% 10,01% 0,67% 23 PT. ASTRA INTERNASIONAL TBK 11,58% 12,73% 11,29% 24 PT. ASTRA OTOPARTS TBK 15,82% 20,43% 16,54% 25 PT. INDO KORDSA TBK 4,07% 8,99% 5,34% 26 PT. INTRACO PENTA TBK 3,22% 5,08% 3,20%

27 PT. PERDANA BANGUN PUSAKA TBK 4,09% 1,62% 5,89%

28 PT. PYRIDAM FARM A TBK 4,38% 4,09% 3,78%

29 PT. M ANDOM INDONESIA TBK 12,38% 12,55% 12,53%

Sumber: diolah penyusun

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kinerja perusahaan pada periode 2009-2011 cenderung mengalami peningkatan, artinya kinerja perusahaan pada periode tersebut baik, karena semakin tinggi kinerja perusahaan, maka semakin bagus kualitas perusahaan tersebut.

4.3. Analisis dan Uji Hipotesis

4.3.1. Analisis Regresi Linier Berganda

Tujuan analisis ini untuk mengetahui pengarugh dari variabel bebas yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan rasio hutang terhadap variabel terikat yaitu kinerja perusahaan , hasil regresinya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 hasil analisa regresi

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .065 .049 1.310 .194 Kepemil.Manaj -.110 .073 -.174 -1.505 .136 .714 1.401 Kepemil Institu -.043 .024 -.188 -1.772 .080 .847 1.181 Ukur Perush .013 .006 .214 2.007 .048 .841 1.189 Rasio Hutang -.098 .025 -.397 -3.908 .000 .924 1.083 Sumber: lampiran 1

Persamaan Regresi yang dihasilkan adalah :

Y = 0.065 – 0.110 X1 – 0.043 X2 + 0.013 X3 – 0.98 X4 Persamaan Regresi tersebut menjelaskan bahwa:

1. kostanta (a) yang dihasilkan sebesar 0.065 berarti jika variabel kepemilikan manajerial (X1), Kepemilikan Institusional (X2), Ukuran Perusahaan (X3),dan rasio hutang (X4) adalah konstan, maka variabel kinerja perusahaan( Y) sebesar 0.065.

2. B1 yang dihasilkan sebesar -0.110 artinya setiap penambahan nilai kepemilikan manajerial (X1) akan menaikkan Kinerja Perusahaan sebesar -0.110 apabila variabel lainnya konstan.

3. B2 yang dihasilkan sebesar -0.043 artinya setiap penambahan nilai kepemilikan istitusional (X2) akan menaikkan Kinerja Perusahaan sebesar -0.043 apabila variabel lainnya konstan.

4. B3 yang dihasilakn sebasar 0.013 artinya setiap penambahan nilai ukuran perusahaan (X3) akan menaikkan kinerja perusahaan sebesar 0.013 apabila variabel lainnnya konstan.

5. B4 yang dihasilkan sebasar -0.098 artinya setiap penambahan nilai rasio hutang (X4) akan menaikkan kinerja perusahaan sebesar -0.098 apabila variabel lainnya konstan.

4.3.2. Uji Asumsi Klasik 4.3.2.1. Uji Normalitas

Dalam pengujian normalitas data dengan mengguankan uji Kolmogorof- Smirnov dengan menggunakan program SPSS, dimana apabila nilai signifikansi (probabilitas) yang diperoleh lebih besar dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan dalam penelitian (10%) maka data tersebut telah berdistribusi normal. Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah:

1. jika nilai signifikansi (probabilitasnya) lebih kecil dari 10%, maka distribusi adalah tidak normal.

2. jika nilai signifikansi (probabilitasnya) lebih besar dari 10%, maka distribusi adalah normal.

Tabel 4.7 Normalitas Data masing-masing Variabel Variabel Asymp. sig. (2-t ailed) Ket erangan

X1 0.000 Tidak Normal X2 0.425 Normal X3 0.252 Normal X4 0.360 Normal Y 0.079 Tidak Normal Sumber : Lampiran 1

Uji normalitas disini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan uji ini diperoleh hasil analisis bahwa tidak semua analisi yang diteliti memiliki distribusi normal,hanya pada variabel kepemilikan institusional (X2) ukuran Perusahaan (X3), dan Rasio Hutang (X4) yang memiliki distribusi normal, dimana nilai Asymp. Sig. (signifikansi) lebih besar dari 0.10 sehingga dapat disimpulkan data tersebut tidak memenuhi asumsi berdistribusi normal. 4.3.2.2. Uji Multikolinearitas

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas pada model regresi linier berganda yang dihasilkan dapat dilakukan dengan menghitung nilai Varience Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi. Syarat terjadinya multikolinearitas jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) > 10 (Cryer,1994 : 681).

Tabel 4.8 hasil pengujian multikolinearitas

No Variabel Toler ance VIF

1 Kepemilikan M anajerian (X1) 0.714 1.401 2 Kepemilikan Inst it usional (X2) 0.847 1.181 3 Ukuran Perusahaan (X3) 0.841 1.189

4 Rasio Hut ang (X4) 0.924 1.083

Sumber : Lampiran 1

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada bagian collinearity statistics, nilai VIF pada seluruh variabel bebas lebih kecil dari 10, yang artinya seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak ada gejala multikolinearitas.

4.3.2.3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah persamaan regresi terjadi ketidak samaan varians dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan menggunakan uji Rank Spearman yaitu dengan membandingakan antara residual dengan selisih variabel bebas.

Menurut Santoso (2002:301) mendeteksi adanya heterokedastisitas : 1. nilai probabilitas > 0.1 berarti bebas heterokedastisitas 2. nilai probabiltas < 0.1 berarti terjadi heterokedastisitas

tabel 4.9 tabel Rank Spearman unstandardardized residual Spearman's rho unstandardized residual

correlat ion coefficient 1000

Sig. (2-tailed)

N 87

kepemilkan manajerial

correlat ion coefficient 0.143

Sig. (2-tailed) 0.188

N 87

kepemilikan inst it usional

correlat ion coefficient (0.057)

Sig. (2-tailed) 0.602

N 87

ukuran perusahaan

correlat ion coefficient (0.115)

Sig. (2-tailed) 0.290

N 87

rasio hut ang

correlat ion coefficient (0.026)

Sig. (2-tailed) 0.809

N 87

**Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) Sumber: lampiran 1

Berdasar tabel diatas dapat diketahui bahwa korelasi Rank Spearman Kepemilikan Manajerial (X1) sebesar 0.143 dengan nilai probabilitas 0.188 atau 18.8% lebih besar dari 10% berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada variabel kepemilikan manajerial. Kepemilikan institusional (X2) sebesar -0.057 dengan nilai probabilitas 0.602 atau 60.2% lebih besar dari 10% berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada Kepemilikan Institusional . Ukuran perusahaan (X3) sebesar -0.115 dengan nilai probabilitas 0.290 atau 29% lebih besar dari 10% berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada ukuran perusahaan. Rasio Hutang - 0.026 denan nilai probabilitas 0.809 atau 80.9% lebih besar dari 10% tidak terjadi heterokedastisitas pada rasio hutang.

4.3.2.4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan uji adanya kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). J ika data diatas 15

Deteksi adanya autokorelasi:

a. besarnya angka Durbin Weston patokan:

1. angka DW dibawah -2 ada autokorelasi (positif) 2. angka DW diatas +2 ada autokorelasi (negatif)

3. angka berada antara -2 sampai +2 tidak ada autokorelasi (atau membandingkan dengan tabel durbin watson)

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva dibawah ini.

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada

autokorelasi negatif dL dU 4 - dU 4 - dL 4 0 ada auto ko relasi pos it if daerah keragu raguan ada auto ko relasi negat if daerah keragu raguan

b. koefisien determinasi berganda (R square) tinggi c. koefisien korelasi sederhananya tinggi

d. nilai F hitung tinggi (signifikan)

Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi disini silihat dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1.679 , hal ini menunjukkan tidak adanya gejala autokorelasi.

Tabel 4.10 tabel DW Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .467a .218 .180 .0465332 1.679 a. Predictors: (Constant), Rasio Hutang, Kepemil Institu, Ukur Perush, Kepemil.Manaj b. Dependent Variable: Kinerja Perush

Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda yang diperoleh pada penelitian ini telah memenuhi asumsi klasiknya yaitu memenuhi Multikolinieritas, Heterokedastisitas dan autokorelasi serta normalitas datanya untuk sebagian variabel.

4.3.3. Uji Hipotesis

4.3.3.1. Uji Parsial (Uji T)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel kepemilikan manajerial (X1), kepemilikan institusional (X2), ukuran perusahaan (X3), dan rasio hutang (X4) terhadap kinerja perusahaan (Y). Hasil dari uji t dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.11 hasil uji t

Sumber: Lampiran 1

Penjelasan hasil uji t adalah sebagai berikut:

1. Nilai thitung pada variabel kepemilikan manajerial (X1) sebesar -1.505 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.136 lebih besar dari 10% (signifikansi 10%) maka Ho diterima dan H1 ditolak yang berarti kepemilikan manajerial (X1) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y). Nilai koefisien regresi pada variabel kepemilikan manajerial bertanda negatif, yang artinya kepemilikan manajerial berpengaruh negatif non signifikan terhadap kinerja perusahaan, sehingga hipotesis ke-1 “sruktur kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan “ tidak teruji kebenarannya.

2. nilai thitung pada variabel kepemilikan institusional (X2) sebesar -1.772 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0.080 lebih kecil dari 10 %, maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berari kepemilikan manajerial berpengaruh secara signifikan negatif terhadap kinerja perusahan (Y).

3. nilai thitung pada variabel ukuran perusahaan (X3) sebesar 2.007 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.048 lebih kecil dari 10%, maka Ho ditolak dan H1 diterima yang

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .065 .049 1.310 .194 Kepemil.Manaj -.110 .073 -.174 -1.505 .136 .714 1.401 Kepemil Institu -.043 .024 -.188 -1.772 .080 .847 1.181 Ukur Perush .013 .006 .214 2.007 .048 .841 1.189 Rasio Hutang -.098 .025 -.397 -3.908 .000 .924 1.083 a. Dependent Variable: Kinerja Perush

berarti ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan positif terhadap kinerja perusahaan (Y).

4. nilai thitung pada variabel rasio hutang (X4) sebesar -3.908 dengan tingkat signifikansi 0.000 lebih kecil dari 10%, maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti rasio hutang berpengaruh secara signifikan negatif terhadap kinerja perusahaan (Y).

4.3.3.2. Uji Kesesuaian Model

Uji kesesuaian model digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilakn untuk digunakan dalam penelitian ini,yaitu menguji pengaruh kepemilikan manajerial (X1), kepemilikan institusional (X2), ukuran perusahaan (X3), dan rasi hutang (X4) terhadap kinerja perusahaan (Y).

Tabel 4.12 Hasil uji kesesuaian model ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression .050 4 .012 5.724 .000b Residual .178 82 .002

Total .227 86 a. Dependent Variable: Kinerja Perush

b. Predictors: (Constant), Rasio Hutang, Kepemil Institu, Ukur Perush, Kepemil.Manaj Sumber: lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa nilai Fhitung yang dihasilkan sebesar 5.724 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000b kurang dari 10% (signifikansi < 10%) maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel kepemilikan manajerial (X1), kepemilikan institusional (X2), ukuran perusahaan (X3), dan rasio hutang (X4) berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.

4.3.3.3. Koefisien Deter minasi (R²)

Koefisien Determinasi berguan untuk mengukur seberapa besar peranan kepemilikan manajerial (X1), kepemilikan institusional (X2), ukuran perusahaan (X3), dan rasio hutang (X4) terhadap kinerja perusahaan (Y).

Tabel 4.13 nilai koefisien determinasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .467a .218 .180 .0465332 1.679 a. Predictors: (Constant), Rasio Hutang, Kepemil Institu, Ukur Perush, Kepemil.Manaj b. Dependent Variable: Kinerja Perush

Sumber : lampiran

Berdasarkan tabel diatas besarnya pengaruh kepemilikan manajerial (X1), kepemilikan institusional (X2), ukuran perusahaan (X3), dan rasio hutang (X4) terhadap kinerja perusahaan (Y) dapat dilihat dari R2 yaitu sebesar 0.218 yang berarti kepemilikan manajerial (X1), kepemilikan institusional (X2), ukuran perusahaan (X3), dan rasio hutang (X4) mampu mempengaruhi kinerja perusahaan (Y) sebesar 21.8% dan sisanya 78.5% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial Ter hadap Kinerja Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kepemilikan manajerial (X1) berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesa 1, bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. hal ini mungkin didasari pada kondisi struktur kepemilikan perusahaan di Indonesia,dimana proporsi kepemilikan manajerial dalam perusahaan masih sangat rendah sehingga belum bisa menjadi mekanisme yang dapat mendorong meningkatnya kinerja perusahaan, selain itu dengan sedikitnya prosentase kepemilikan yang dimiliki oleh manajerial menyebabkan kurangnya rasa memiliki terhadap perusahaan sehingga kinerja para manajer kurang maksimal dan total terhadap perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Desi Apriana (2012) yang menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan manajerial dengan kinerja perusahaan. selain itu hasil ini juga sesuai dengan penelitian Putri(2011) dalam Desi Apriana(2012) yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja intelectual capital. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Syafruddin (2011) yang menemukan bahwa tidak terdapat hubungan positif antara kepemilikan oleh manajer dengan kinerja perusahaan.

Selain itu hasil penelitian ini juga sesuai dengan artikel yang ditulis oleh Dr. FAhruddin Salim dosen Pasca Sarjana magister Manajemen Universitas Pancasila dalam Media Online yaitu Koran Jakarta pada tanggal Selasa, 05

Februari 2013 yang berjudul “Strategi Menghindari Kebangkrutan”. Dan juga dalam artikel yang ditulis oleh Sjarifuddin Josuf dalam Kompasiana pada tanggal 25 november 2012 yang berjudul “ banyak Perusahaan Amerika yang tidak Mempunyai rasa “memiliki”

4.4.2. Pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional Ter hadap Kinerja Perusahaan

Berdasar hasil penelitian diperoleh bahwa kepemilikan saham oleh institusional berpengaruh secara signifikan negatif terhadap kinerja perusahaan. Hasil ini kurang sesuai dengan hipotesa 2 yaitu struktur kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kepemilikan perusahaan. Dalam penelitian ini kepemilikan institusional berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja perusahaan, artinya semakin tinggi kepemilikan institusional terhadap proporsi saham perusahaan maka semakin rendah kinerja perusahaan,begitupula jika semakin rendah proporsi kepemilikan saham oleh institusional maka kinerja perusahaan akan semakin tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena nilai rata- rata (mean) stock return pada perusahaan keluarga di Indonesia cukup rendah yang hanya 0.56% (dalam jurnal freddy (2007). Sehingga para investor cenderung bermalas-malasan dalam mengawasi kinerja para manajer karena return dari saham yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan harapan mereka, sehingga kinerja manajer pun menjadi semkain asal-asalan sehingga menyebabkan kinerja perusahaan yang kurang baik. Selain itu juga karena adanya agency teory yaitu pemisahan kepentingan antara manajer dan pemilik institusional. Dengan

besarnya kepemilikan institusional, maka manajer akan semakin sulit dalam menentukan kebijakan perusahaan karena sulit menyatukan para pemegang saham dan beraneka ragam, karena kepentingan dari masing-masing pemegang saham berbeda. Hal ini menyebabkan kinerja perusahaan kurang maksimal.

4.4.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan, hal ini telah sesuai dengan hipotesa 3 yaitu ukurang perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. dalam penelitian ini ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan, artinya semakin besar ukuran sebuah perusahaan maka akan semkain baik pula kinerja perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan penilaian ukuran perusahaan didapatkan dari nilai logaritma total asset. Semakin besar asset yang dimiliki perusahaan,maka semakin besar ukuran perusahaan. Asset merupakan hasil dari sebuah keputusan investasi, perusahaan yang besar mampu memilih dan mengelola investasi yang digunakan untuk menungjang pendapatan perusahaan yang berupa keuntungan atau laba perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan penemuan Lin (2006),wright et al (2009) dan Calisir et al (2010) dalam khaira amalia yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan besar lebih menjanjikan kinerja yang baik.

4.4.4. Pengaruh Rasio Hutang terhadap Kinerja Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio hutang berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja perusahaan. hal ini kurang sesuai dengan hipotesa 4 bahwa rasio hutang berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. dalam penelitian ini rasio hutang berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja perusahaan, artinya semakin tinggi rasio hutang maka kinerja perusahaan akan semakin buruk, dan semkain kecil rasio hutang maka kinerja perusahaan akan semkain baik. Dengan tingginya rasio hutang perusahaan maka keuntungan yang didapatkan perusahaan semakin besar akan digunakan untuk membayar hutang perusahaan, hal tersebut mengurangi keuntungan perusahaan. Selain itu hutang juga memiliki titik optimal atau titik maksimal hutang , dimana apabila hutang tersebut telah melebihi titik optimal maka hutan tidak lagi berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, melainkan akan lebih berpengaruh buruk terhadap kinerja perusahaan.. Hal ini mempertegas penemuan bouresli (2001) dan lin (2010) dalam khaira amalia (2011) yang menemukan bahwa rasio hutang terhadap jumlah asset berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. kepemilikan saham manajerial tidak dapat mendorong peningkatan kinerja perusahaan, hal ini disebabkan karena tingkat kepemilikan saham oleh manajerial di Indonesia masih sangat rendah, hal ini menyebabkan kurangnya rasa memiliki oleh manajer terhadap perusahaan, sehingga kinerja para manajer kurang maksimal.

2. kepemilikan saham institusional dapat dijadikan sebagai variabel pengukur kinerja perusahaan, semakin tinggi kepemilikan saham institusional, maka semakin rendah kinerja perusahaan.

3. ukuran perusahaan mampu mengontrol peningkatan kinerja perusahaan, semakin tinggi ukuran perusahaan, maka semakin baik pula kinerja perusahaan.

4. rasio hutang dapat dijadikan sebagai variabel pengukur kinerja perusahaan, semakin tinggi rasio hutang , maka semakin rendah kinerja perusahaan.

5.2. Sar an

1. Perusahaan sebaiknya mengurangi pembiayaan yang berasal dari modal hutang, karena semakin tinggi pembiayaan yang berasal dari hutang maka akan berpengaruh buruk terhadap permodalan perusahaan, karena sebagian besar hasil keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan digunakan untuk membiayai hutang, sehingga keuntungan yang dibagikan pada para investor dan yang akan digunakan unrtuk proses produksi menjadi sedikit.

2. Dalam penelitian ini kepemilikan nasional berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan, hal ini disebabkan kurang seimbangnya proporsi pembangian prosentase kepemilikan oleh manajerial dan institusional, maka dari itu sebaiknya pemerintah mempertimbangkan ketetapan baru dalam pembagian prosentase saham, baik untuk manajerial, maupun untuk institusional. Hal ini diperlukan agar para manajer lebih mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan, selain itu juga mengurangi konflik yang terjadi diantara para pemegang saham institusional.

3. Ukuran perusahaan merupakan salah satu komponen penting dalam perusahaan, perusahaan harus tetap menjaga ukuran perusahaan agar tetap stabil, apabila bisa perulu ditingkatkan lagi. Yaitu dengan cara mempertahankan atau bahkan meningkatkan asset perusahaan. asset didapatkan dari laba perusahaan . laba perusahaan tersebut digunakan untuk membiayai deviden dan juga pembayaran hutang perusahaan, untuk itu jika ingin laba maksimal, maka perusahaan sebaiknya mempertimbangkan penggunaan hutang, dan juga pebagian deviden pada para investor.

Apriana, Desi. “ pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan Economic Value Added”. Universitas Gunadarma, Bekasi. Bringham dan Houston. 2006. Fundamental of Finacial Management. Edisi 10.

Buku 1&2. Salemba 4, Jakarta.

Bukhori, Iqbal, Raharja. 2012. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan (Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI 2010)”. Diponegoro Journal of accounting.

Caselli, Stefano, alberta Di Giuli,dan Strfano Gatti. 2008. “Family firms performance and agency theory: what’s going on italian market?”. The Icfai University Press.

Crishtiawan, yulius Jogi dan Josua Tarigan. 2007. “Kepemilikan manajerial : kebijakan hutang, kinerja, dan nilai perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, volume 9, nomor 1, halaman 1-8. Mei 2007.

Fachrudin, Khaira Amalia. 2011. “analisis Pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan, dan agency cost terhadap kinerja perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuanagn, volume 13, nomor 1. Halaman 37-46. Mei.

Gujarati, Damodar N. 2006. Ekonometrika. Edisi 3. Jilid 1&2. Erlangga,Jakarta. Hakim, Abdul. 2001. Statistika deskriptif untuk ekonomi dan bisnis. Ekonisia

Fakultas Ekonomi VII,Yogyakarta.

Hanafi, Mumduh M dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 2. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Helfert, Erich A. 1996. Teknik Analisis Keuangan. Edisi 8. Erlangga, Jakarta. Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Press.

Meizaroh dan Jurica Lucyanda. 2012. “Pengaruh Corporate Governance, Kinerja Perusahaan, dan Umur Perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual”. Media Riset Akuntansi, volume 2, nomor 1. halaman 65-81. Februari, Jakarta.

Pangribuan, freddy Iston Hasil Marbudi. 2007. “pengaruh corporate governance terhadap struktur modal dan kinerja perusahaan; study empiris pada Famili business group yang terdaftar di bursa efek jakarta”. Jurnal riset manajemen dan bisnis, volume 2, nomor 1, halaman 23-55. Juni.

Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi 4. BPFE, Yogyakarta. Simbolon, Hotman. 2009. Statistika. Graha Ilmu,Yogyakarta

Sudana, I Made dan Putu Ayu Arlindania. 2011. “ corporate governance dan pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan go-publik di bursa efek indonesia”. Jurnal Manajemen Teori dan terapan, tahun 4, nomor 1. Halaman 37-49. April.

Sumodiningrat, Gunawan. 2002. Ekonometrika pengantar. BPFE, Yogyakarta. Syafruddin, Muchamad. 2006. “pengeruh struktur kepemilikan perusahaan pada

kinerja: faktor ketidakpastian lingkungan sebagai pemoderasi”. JAA, Volume 10 nomor 1, halaman 85-99. Juni.

Weston, J Fred dan Thomas E. Copeland. 1995. Manajemen keuangan edisi revisi. Edisi 9. Jilid 1. Binarupa Aksara.

Dokumen terkait