• Tidak ada hasil yang ditemukan

36 - Pusat Pelayanan Teknis (pemberian pelayanan kepada masyarakat

KOTA BUMI UTARA

VI. 36 - Pusat Pelayanan Teknis (pemberian pelayanan kepada masyarakat

dalam proses perencanaan pembangunan perumahan dan permukiman)

 Pengembangan instrumen pendukung dari institusi pelayanan perumahan dan permukiman tersebut seperti skim-skim pembiayaan, maupun peraturan perundangan termasuk sanksi atas jenis-jenis pelanggaran yang dilakukan dalam kegiatan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman

 Peninjauan kembali terhadap perijinan yang telah dikeluarkan khususnya untuk pemanfaatan lahan skala besar dikaitkan dengan kesesuaian rencana tata ruang kota, alokasi lahan perumahan serta dinamika pembangunan wilayah

 Pembentukan dan pengembangan forum komunikasi dan kerjasama lintas wilayah kabupaten/kota dalam rangka mendukung proses koordinasi dan keterpaduan dalam kegiatan pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan dan permukiman

6.1.5 Usulan Program dan Kegiatan

Prioritas Dan Tahapan Program Pembangunan Pengembangan Perumahan Dan Permukiman

Adanya keterbatasan sumberdaya dan kemampuan pembiayaan yang ada, maka diperlukan suatu prioritas pelaksanaan dari program - program yang telah disusun yang berkaitan dengan perumahan dan permukiman. Sebagai pertimbangan penetapan prioritas, maka diperlukan kriteria - kriteria sebagai berikut :

a. Pemenuhan Kebutuhan

Alokasi kawasan permukiman pada setiap tahapan didasarkan pada peningkatan jumlah penduduknya.

b. Keterpaduan

Program pembangunan yang ada dilaksanakan dengan tahapan - tahapan yang terintegrasi sehingga diperoleh hasil yang optimal.

VI. 37

Setiap kegiatan pembangunan yang dikembangkan pada suatu lokasi harus mampu memicu kegiatan pembangunan di kawasan itu sendiri dan di kawasan sekitarnya.

d. Strategi Kebijaksanaan

Program pembangunan dalam jangka pendek tidak akan memberikan manfaat secara langsung, namun dalam jangka panjang akan memberikan manfaat yang mendasar

e. Pemecahan Masalah

Program pembangunan yang dilaksanakan pada setiap tahapan harus dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pada saat itu maupun pada masa mendatang

f. Kesesuaian dan Keterkaitan dengan rencana yang ada

Suatu program yang telah dilegalkan dan memiliki instrumen perundang - undangan maka program tersebut layak untuk diprioritaskan

Berdasarkan kriteria - kriteria diatas, maka program pembangunan yang akan dilaksanakan dan jabarkan dalam beberapa tahapan :

 Tahap l ( 2015 – 2016 )

Tahap ini merupakan tahap persiapan dan koordinasi antar instansi, pembentukan instansi pengelola, aspek legalitas dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pelaksanaan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) dan usaha peningkatan kualitas lingkungan kawasan perumahan permukiman sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada pada daerah setempat.

 Tahap II ( 20017 – 2019 )

Pada tahap ini mengarah kepada upaya pemenuhan kebutuhan perumahan permukiman dengan pembentukan kawasan perumahan permukiman berdasarkan proyeksi kebutuhan perumahan

VI. 38

permukiman dan prasarana sarana dasar permukiman hingga akhir tahun perencanaan.

PERAN SERTA PARA PELAKU PEMBANGUNAN

Pelaku penyelenggaraan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Lampung Utara adalah :

a. Pemerintah, terdiri dari:

- Pemerintah Pusat

- Pemerintah Propinsi Lampung

- Pemerintah Kabupaten Lampung Utara b. Swasta, terdiri dari:

- BUMN : Perumnas, PT. Telkom, PT. PLN

- BUMD: PDAM, perusahaan daerah lainnya

- Swasta Murni: Pengembang, kontraktor dan investor lainnya

- Koperasi

c. Masyarakat, melalui swadaya, swadana dan swakelola

- Kelompok Masyarakat

- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

- Organisasi Sosial Kemasyarakatan

6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan 6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Rencana tata bangunan dan lingkungan pada dasarnya bertitik tolak kepada peraturan perundang-undangan maupun kebijakan yang berlaku. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan yang perlu diacu tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

2. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Bangunan Gedung

VI. 39

3. Kepmeneg PU Nomor 10/KPTS/2000, tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

4. Kepmen PU Nomor 441/KPTS/1998, tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

5. Kepmeneg PU Nomor 11/KPTS/2000, tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan

6. Standar Nasional Indonesia (SNI)

7. Keputusan Dirjen Perumahan dan Permukiman Nomor : 58/KPTS/DM/2002, tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran Pada Bangunan Gedung

6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungan.

Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah:

i) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, berjati diri, serasi dan selaras,

ii) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain:

1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana

VI. 40

 Kurangnya prasarana dan sarana hidran kebakaran, bahkan banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

2. Permasalahan dan tantangan di Bidang Gedung dan Rumah Negara

 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien

 Masih banyaknya asset Negara yang tidak teradministrasi dengan baik.

3. Permasalahan dan tantangan di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan

 Jumlah penduduk miskin yang semakin meningkat

 Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat

 Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.

6.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); 2. Bantuan teknis pengelolaan Ruang terbuka Hijau (RTH);

3. Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman kumuh dan nelayan;

4. Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan permukiman tradisional;

Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan

1. Masih adanya permukiman kumuh yang tersebar di Kota Kota Kotabumi dan Bukit Kemuning

VI. 41

2. Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal mempunyai potensi wisata seperti perumahan tradisional di daerah Kotabumi

3. Sarana lingkungan hijau/open space yang dalam pengaturannya masih belum memiliki acuan/pedoman agar penataan ruang-ruang terbuka hijau kota dapat terarah khususnya di daerah Kotabumi

Untuk penanganan kawasan permukiman kumuh, kawasan permukiman kumuh teridentifikasi di Kotabumi dengan kondisi lingkungan yang tidak teratur, pandangan atau tata letaknya membelakangi sungai, jalan masuk sempit, jenis perkerasan tanah dan sering mengalami genangan, tipe rumah bervariasi, kondisi rumah semi permanen dan kurang didukung prasarana dan sarana permukiman yang memadai sehingga cenderung terkesan kumuh. Pada daerah ini terdapat permukiman yang berada di bantaran saluran irigrasi yang memiliki lebar sekitar 10 – 12 meter. Permukiman tersebut dipisahkan oleh jalan inspeksi saluran irigasi dan muka rumah juga menghadap ke arah saluran irigrasi tersebut. Jalan inspeksi saluran irigrasi dan muka rumah juga menghadap ke arah saluran irigrasi tersebut. Jalan inspeksi saluran irigrasi memiliki perkerasan jalan aspal dengan lebar sekitar 5 – 6 meter. Keadaan ini tidak menimbulkan suatu lingkungan yang terlihat kumuh.

6.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL

Pada saat ini pencapaian penataan bangunan gedung dan lingkungan pada sub sektor Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran masih jauh dari ideal, yakni hanya sebuah (1) Pos Pemadam Kebakaran yang terletak di komplek kantor Bupati Lampung Utara. Jauh dari ideal karena bangunan tersebut terlalu kecil untuk dijadikan kantor kebakaran. Sedangkan prasarana dan prasarana penanggulangan kebakaran Kabupaten Lampung Utara saat ini berupa :

a. Pasokan air : 1. Hidran

VI. 42

3.Saluran irigasi teknis.

b. Aksesibilitas mobil pemadam belum dirancang khusus untuk pengambilan air di sungai kecuali saluran irigasi, terdapat jalan inspeksi namun perlu ditambah dengan perkerasan.

c. Bangunan pemadam (pos pemadam) luas 36 m2, tidak memadai. d. Komunikasi, terdapat 2 (dua) unit telpon darurat,

e. Kendaraan pemadam 4 unit, kondisi baik 2 unit terdiri dari mobil tangki pemadam dan berfungsi juga sebagai tangki pengangkut.

f. Pompa jinjing 1 buah.

g. Alat pendobrak jinjing 1 buah

6.2.5 Usulan Program dan Kegiatan

Untuk sub sektor RTBL / Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan saat ini pada koridor jalan lintas sumatera di Kotabumi sangat membutuhkan studi penataan bangunan dan lingkungan seiring kondisinya yang semakin padat dan macet terutama pada jam-jam sibuk. Sedangkan pada sub sektor Ruang Terbuka Hijau (RTH) walaupun pada saat ini urgensi dari keberadaan RTH belum mendesak namun arahan Rencana Induk Sistem / Masterplan yang bisa pedoman dalam mengatur dan mengendalikan ruang-ruang terbuka dan terutama untuk daerah-daerah yang dilindungi seperti pada bantaran sungai sudah diperlukan agar dalam perkembangannya nanti pemerintah daerah kabupaten Lampung Utara melalui peraturan daerah mampu mengendalikan dan mengatur ruang-ruang publik sesuai peruntukkan lahan yaitu sebagai buffer / penyangga dari kegiatan perkotaan.

6.3 Sistem Penyediaan Air Minum

6.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Sistem Pengadaan Air Minum, antara lain:

1. Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah 2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota

VI. 43

3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya

4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

5. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Sistem Pengembangan Air Minum.

6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi pengelolaan Air Minum.

7. Keterpaduan pengelolaan Air Minum dengan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik.

8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia.

9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi pengelolaan Air Minum pada kota bersangkutan.

10.Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan. 11.Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat

maupun swasta.

12.Kelembagaan yang mengelola air minum

13.Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya operasi dan pemeliharaan

14.Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan sarana dan prasarana Air Minum, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut.

VI. 44

6.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

PDAM Way Bumi Kota Bumi adalah Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kabupaten Lampung Utara mengelola pengadaan dan pendistribusian air minum untuk masyarakat Kabupaten Lampung utara yang dibangun pada tahun 1982. Pada awalnya pelaksanaan pengadaan dan pendistribusian air minum menggunakan 4 (empat) buah sumur bor (Arthesis) yang berada di Desa Kali Cinta. Reservoir memiliki kapasitas 1.500 m3 yang terdiri dari 2 (dua) buah bangunan dengan masing-masing berkapasitas 750 m3 yang terletak di desa Sri Basuki. Reservoir dilengkapi dengan tower setinggi 28 m dan jaringan Transmisi dan Jaringan Distribusi. Pengeoperasian dilakukan mulai tahun 1984. PDAM Way Bumi Kota Bumi, dalam proses banyak menggunakan mesin pompa dan pipa jaringan untuk mengambil dan mendistribusikan air untuk sampai ke pelanggan. Hal ini salah satu menyebabkan kurang makimalnya mutu pengelolaan. Pompa yang terpasang berkapasitas 80 liter/detik yng dipaksakan untuk mendapatkan WTP/IPA kapasitas 40 lter/detik dengan system penyempitan skat debit (valve) dengan operasional 19 jam. Kedua pompa tersebut tidak sesuai dengan standar kebutuhsn, sehingga apabila terjadi trouble, maka kedua pompa tidak bias saling menunjang, hal ini terjadi akibat perencanaan yang kurang tepat dan tiak sesuai dengan kebutuhan. Pada control duilding menggunakan pompa centrifugal kapasitas 60 liter/detit dan pipa PVC tahun 1997 dan pipa ACP klas C tahun 1982 yang merupakan peninggalan proyek bantuan Australia (Colombo Plan Projrct) berdiamter 14 inc. Untuk menaikkan air ke menara menggnakan 3 (tiga) unit mesin pompa centrifugal dengan kapasitas masing-masing 20 liter/detik dan head pompa 20 meter yang merupakan Data tahun 1997.

6.3.3 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

Sistem penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kota Kotabumi antara lain dipenuhi dari sistem penyediaan air bersih yang dikelola oleh PDAM dan sistem penyediaan air bersih individu berupa sumur gali, sumur pompa tangan, sumur pompa listrik dan lain-lain.

VI. 45

Mutu pengelolaan PDAM Way Bumi Kota Bumi Kabupaten Lampung Utara, dalam proses produksi terjadi fluktuasi prouksi air antara musim hujan dan musim kemarau yang menyebabkan terjadinya krisis air bagi masyarakat.

1. Pengambilan bahan baku air

Sistem yang dilakukan adalah system pompanisasi dengan 3 (tiga) tahapan sebagai berikut :

a. Air baku dari sumur (intake) dipompa dengan pompa submersible non glogging berkapasitas 80 liter/detik dan dinaikkan ke water treatment plan (instalasi pengeloahan air/IPA).

b. Pada water treatment plan/IPA air mengalami proses penjernihan dengan system koagulan dengan memperhitungkan jarak gradient kecepatan dan waktu tempuh pencampuran alum sulfat yang dicairkan dan bahan pembunuh bakteri (kaporit). Setelah itu air mengalami proses penjernihan melalui filtrasi sebaai penangkapan flokulasi ringan dan dialirkan ke bak penampungan sementara (reservoir).

c. Pada reservoir diharapkan terjadi pengendapan yang maksimal dimana sisi flok dan bakteri yang mati dapat mengendap. Air kemudian di alirkan pada bak penampung induk melalui pompa centrifugal yang kemudian dialirkan pada reservoir induk. Air dari reservoir induk kemudian dinaikkan ke tower (menara) menggunakan mesin cenrifugal. Selanjutnya air dari menara tersebut mengalai gravitasi dialirkan melalui pipa induk dan melalui pipa distribusi sekunder dan tersier sehingga sampai pada konsumen.

2. Fluktuasi Produksi Air

Sumber air PDAM Way Bumi Kota Bumi terjadinya fluktuasi ang cukup tinggi pada musin penghujan dan musim kemarau. Hal ini ditandai dengan menurunya produksi air yan dihasilkan PDAM Way Bumi Kota Bumi pada musim kemarau. Pasukan air berkurang 20% - 35%.

3. Penguasaan dan pemeliharaan lahan-lahan sumber bahan baku

PDAM Way Bumi Kota Bumi memanfaatkan sumber air sebagai sumber air baku yaitu : air dari sungai Way Abung di Kota Bumi Ilir, Sumber air Way

VI. 46

Abung Timah di desa Dwikora, Air sumur bor arthesis di Madukoro, Sumur bor arthesis di Ketapang, mata air Way Kukur, Air sungai Way Sindang (ulu Way Sabuk). Sumber air sangat rentan dengan kerusakan lingkungan yang terjadi. Kecenderungan yang terjadi adalah pemanfaatan lahan disekitar hulu sungai untuk lading oleh penduudk. Dengan terjadinya kerusakan lingkungan tersebut, maka potensi kekurangan bahan baku air akan semakin besar, sehingga persediaan air baku akan terus-menerus mengalami penurunan.

6.3.4 Program dan Kriteria Kesiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM

Sumber air baku berasal dari air permukaan dan air dalam tanah. Air baku untuk IPA Way Bumi berasal dari sungai Way Abung di Kota Bumi Ilir, Sumber air Way Abung Timah di desa Dwikora, Air sumur bor arthesis di Madukoro, Sumur bor arthesis di Ketapang, mata air Way Kukur, Air sungai Way Sindang (ulu Way Sabuk). Pada saat ini, dalam pendistribusian airnya ke pelanggan mengalami banyak kehilangan air yang disebabkan kebocoran pada pipa-pipa yang telah tua usianya. Sistem penyediaan air bersih bersumber dari air permukaan (sungai), yang diolah melalui instalasi pengolahan air (IPA). Air hasil olahan kemudian dipompakan menuju pipa distribusi kota untuk didistribusikan ke konsumen. Komponen sistem penyediaan air bersih secara garis besar terdiri dari:

 Intake, 2 lokasi

 Pipa Transmisi, 2 lokasi

 Instalasi Pengolahan Air (IPA), 2 lokasi

 Ground Reservoar, 2 lokasi

 Instalasi pompa distribusi dan hidrofor, 2 lokasi

 Jaringan pipa distribusi

 Sistemnya berlangsung sebagai berikut :

 Sumber air berasal dari 3 sumber air permukaan (sungai).

 Dengan bantuan instalasi intake (di 2 lokasi), air dipompakan menuju instalasi pengolahan air (IPA) di 2 lokasi yang berbeda.

VI. 47

plant”.

 Air hasil olahan ditampung dalam reservoar

 Air yang tertampung kemudian dipompakan ke tower kemudian menuju pipa distribusi untuk didistribusikan ke konsumen.

6.3.4.1 Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum

A. Sistem Non Perpipaan Aspek Teknis

Sumber-sumber air baku untuk penyediaan air bersih di Lampung Utara selain berasal dari air permukaan juga berasal dari air tanah dalam. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat di Lampung Utara memanfaatkan sumber air dari sumur dengan kedalaman berkisar 8 - 15 meter dengan sumur gali, sumur pompa tangan, sumur pompa listrik dan lain-lain. Sebagian besar rumah tangga yang ada di Lampung Utara memilih sumur pompa, sumur bor dan sumur gali untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Sedangkan kondisi sumber air baku di kecamatan- kecamatan lain di Kabupaten Lampung Utara sebagian memiliki permasalahan serius khususnya di musim kemarau. Pengambilan air tanah secara terus menerus dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih di kecamatan- kecamatan lain menyebabkan penurunan muka air tanah, sehingga dimungkinkan bahwa debit air tanah yang ada tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan air minum bagi masyarakat. Hal tersebut menjadi permasalahan bagi SPAM non perpipaan yang berada di 23 kecamatan diluar Kota Kotabumi yang secara dominan memanfaatkan air tanah dalam sebagai sumber air baku.

Aspek Pendanaan

Pengelolaan penyediaan air bersih non perpipaan lebih banyak dikelola sendiri secara swadaya oleh masyarakat baik sistem penyediaan air bersih dengan sumur gali, sumur bor maupun hidran umum.

VI. 48

Aspek Kelembagaan dan Peraturan

Kelembagaan / instansi yang mengelola dan mengatur penyediaan air bersih non perpipaan hingga saat ini secara spesifik belum ada di Kabupaten Lampung Utara. Adapun pengadaan dan pembangunan sistem penyediaan air bersih non perpipaan lebih banyak ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara yang kemudian selanjutnya untuk pengelolaannya diserahkan langsung kepada masyarakat untuk dikelola sendiri secara swadaya.

B. Sistem Perpipaan

KAPASITAS TERPASANG

Kapasitas sistem terpasang sebesar 40 lt/dt, yang berasal dari :

- PDAM Way Bumi dengan kapasitas terpasang 400 lt/dt

Adapun 6 unit cabang Kotabumi yang dimaksud antara lain, kepala unit PDAM Madukoro, PDAM Kalibalangan, PDAM Ogan Lima Tanjung Raja, PDAM Subik Abung Tengah dan PDAM Bukit Kemuning serta diikuti 7 kepala bagian PDAM. Tingkat pelayanan air bersih pada daerah pelayanan cabang IKK PDAM Way Bumi Kota Bumi tahun 2006 sebagai berikut :

Tabel 6.3.

Tingkat Pelayanan air bersih IKK PDAM Way Bumi Kota Bumi

No Daerah Pelayanan Jml

Penduduk

Penduduk Terlayani

Persentase

1 Cabang Kota Bumi 94.396 10.775 11.40

2 Cabang Bukit Kemuning 32.173 2.145 6.67

3 IKK Kalibalangan 21.600 1.360 6.30

4 IKK Subik 25.103 1.055 4.20

5 IKK Tanjung Raja Ogan Lima 57.514 2.805 4.88

6 IKK Madukoro 26.215 1.056 4.03

VI. 49

6.3.5 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM

Sesuai dengan kondisi eksisting dan analisis permasalahan sektor Sistem Pengelolaan Air Minum / SPAM pada sistem Perpipaan dan Non Perpipaan di Lampung Utara dan juga dengan memperhatikan permasalahan penyediaan air minum di daerah lain di Kabupaten Lampung Utara maka usulan dan prioritas program yang diperlukan adalah sebagai berikut

 Penyediaan Air Minum Desa Rawan Air, Miskin dan Terpencil antara lain di desa-desa - Sungkai Barat - Sungkai Tengah - Hulu Sungkai - Bungamayang - Muara Sungkai

 Program Penyehatan PDAM Way Bumi Kota Bumi

 Pembangunan IPA Gaya Baru

 Pengembangan SPAM IKK / Kawasan Belim Memiliki SPAM pada lokasi :

o Sungkai Selatan

o Semuli Raya

o Tanjung Raja

6.4 Penyehatan Lingkungan Permukiman 6.4.1 Air Limbah

Pengelolaan air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.

VI. 50

Sasaran program dan kegiatan pengelolaan air limbah permukiman mengacu pada RPJMN 2015 – 2019 yaitu pencapaian open defecation free hingga akhir tahun 2019 di semua Kabupaten/Kota, peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun hingga mencapai 100 % di akhir tahun 2019 serta pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah dan berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 90 % di akhir tahun 2019.

Upaya pencapaian sasaran RPJMN 2015 – 2019, kebijakan dan strategi yang dapat dilakukan meliputi (draft Kebijakan dan Strategi Sistem Pengelolan Air Limbah Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum, 2006):

1. Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site maupun off-site di perkotaan dan perdesaan.

2. Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman.

3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman.

4. Penguatan kelembagaan

5. Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan.

Tatanan program yang digunakan adalah sama dengan tatanan program pada Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2014 – 2019, Renstra Propinsi dan RPJM Daerah. Oleh karena itu, dalam melakukan pemograman harus mengacu pada kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Renstra Pusat maupun Propinsi dan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pengembangan daerah.

6.4.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Beberapa kebijakan, program dan kegiatan pengelolaan air limbah Kota Kotabumi dan Bukit Kemiling adalah sebagai berikut :

A. Peningkatan akses pelayanan air limbah baik rnelalui system on site maupun off site diperkotaan dan di perdesaan dengan strategi :

VI. 51

 Peningkatan pelayanan dan kualitas system air limbah untuk mencapai

Dokumen terkait