• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Penelitian Ter dahulu

Sebagai bahan acuan perbandingan dalam penelitian ini peneliti mempunyai acuan yang relevan dengan penelitian ini,yaitu :

1. Diambil dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wiwit Devi

Kurnia & Widyastuti (2011) yang berjudul “ Pengaruh Kesadaran Merek, Kesan Kualitas, dan Asosiasi Merek terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli pasta gigi merek Pepsodent “. (Studi di desa Sumberagung Bojonegoro). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Kesadaran merek, kesan kualitas dan asosiasi berpengaruh simultan dan parsial terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli pasta gigi merek Pepsodent di Sumberagung Bojonegoro. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kesadaran merek, kesan kualitas, dan asosiasi merek terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli pasta gigi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Kesadaran merek, kesan kualitas, dan asosiasi merek, berpengaruh terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli pasta gigi merek Pepsodent.

Ekuitas terbentuk melalui proses dimana adanya penggunaan pada masa lampau dapat memperkuat kesadaran merek,kesan kualitas dan asosiasi merek.

2. Diambil dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Achmad Rofian

Djunaedi & Sri Setyo Iriani (2009) yang berjudul “ Penilaian

konsumen tentang Ekuitas Merek Shopping Mall di Surabaya“(Studi

pada Tunjungan Plaza, Surabaya Plaza, dan Mall Galaxy). Rumusan masalah ingin mengetahui bagaimana penilaian konsumen Surabaya terhadap perkembangan bisnis shopping mall tersebut (Tunjungan Plaza, Surabaya Plaza, dan Mall Galaxy). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistic deskriptif, uji validitas, uji reliabilitas. Kesimpulan penilaian konsumen tentang

shopping mall yaitu Tunjungan Plaza merupakan shopping mall yang memiliki ekuitas merek terkuat di kota Surabaya. Diamana Tunjungan mengungguli kedua kompetitornya.

2.2 Landasan Teor i

2.2.1 Penger tian Pemasar an

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan atau usaha bisnis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya perusahaan

dalam mencapai tujuan tersebut bergantung kepada kemampuannya di bidang pemasaran,keuangan,promosi,dan bidang lainnya.Pemasaran juga dapat dikatakan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui proses pertukaran. Pemasaran juga merupakan suatu upaya untuk menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

Menurut Stanton (1985:7), pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan, dan mendistribusikan barang-barang yang dapat

memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial. Definisi ini mempunyai beberapa pengertian penting sebagai berikut :

1. Ini adalah definisi sistem yang manajerial

2. Seluruh sistem dari kegiatan bisnis harus berorientasi ke pasar atau

konsumen. Keinginan konsumen harus diketahui dan dipuaskan secara efektif.

3. Pemasaran adalah proses bisnis yang dinamis-sebuah proses integra yang

menyeluruh-bukan gabungan aneka fungsi dan pranata yang terurai. Pemasaran bukan kegiatan tunggal atau kegiatan gabungan.

4. Program pemasaran dimulai dengan sebutir gagasan produk dan tidak

terhenti sampai keinginan konsumen benar-benar terpuaskan, mungkin beberapa waktu setalah penjualan dilakukan.

5. Untuk berhasil, pemasaran harus memaksimalkan penjualan yang menghasilkan laba dalam jangka panjang. Jadi, pelanggan harus benar-benar nerasa kebutuhannya dipenuhi agar supaya perusahaan memperoleh kesinambungan usaha yang biasanya sangat vital bagi keberhasilan.

2.2.2 Penger tian Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran merupakan hal yang sederhana dan secara intuisi merupakan filosofi yang menarik. Konsep ini keberadaan sosial ekonomi bagi suatu organisasi adalah memuaskan kebutuhan konsumen dan keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan. Hal tersebut didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak tergantung pada agresifnya tenaga penjual, tetapi lebih kepada keputusan konsumen untuk membeli suatu produk.

Pengusaha yang sudah mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses usahanya,akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang baru terlibat didalamnya.Cara memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan pembeli atau konsumen.Seluruh kegiatan dalam perusahaan yang menganut konsep pemasaran harus diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut,untuk itu dijelaskan mengenai definisi konsep pemasaran.

Menurut Stanton (1985:14), konsep pemasaran adalah sebuah final bisnis yang mengatakan bahwa kepuasan keinginan dari konsumen adalah dasar kebenaran sosial dan ekonomi kehidupan sebuah perusahaan. Sudah sewajarnya jika segala kegiatan perusahaan harus dicurahkan untuk mengetahui, apa yang diinginkan oleh konsumen kemudian memuaskan keinginan itu sudah tentu pada akhirnya perusahaan bertujuan memperoleh laba.

Menurut Kottler (1997:20), konsep pemasaran berfokus pada kebutuhan pembeli yang didasari untuk memuaskan kebutuhan melalui produk dan hal-hal yang berhubungan dengan menciptakan, menghantarkan, dan akhirnya mengkonsumsikannya.

2.2.3 Penger tian Per ilaku Konsumen

Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut.“ The term consumer behavior refers to the behavior that consumer display in searching for, purbashing, using, evaluating, and disposing of products and services that they expect will satisfy their needs “. Istilah perilaku konsumen yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan mengahabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1993) mengartikannya sebagai “ We define consumer behavior as those activities directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and services, including the decision processes that precede and follow these action. “ Kami mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini “.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi.

2.2.4 Mer ek

2.2.4.1 Penger tian Merek

Menurut versi American Marketing Association (AMA) dalam Tjiptono (2008:347) yang merumuskan merek sebagai “ nama, istilah, tanda, simbol atau desain, atau kombinasi diantaranya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari satu penjual atau sekelompok penjual dan membedakannya dari barang dan jasa para pesaingnya. “.

Menurut Keegan et al dalam Widyastuti 2011 berpendapat bahwa merek adalah “ sejumlah citra dan pengalaman dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang dijadikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu”.

“ Merek atau cap adalah suatu tanda atau simbol yang memberikan identitas suatu barang atau jasa yang dapat berupa kata-kata, gambar atau kombinasi keduanya” (Alma 2007:147) dalam Widyastuti 2011.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau desain yang memberikan identitas terhadap suatu produk atau jasa untuk membedakan dari produk atau jasa dari pesaingnya.

2.2.4.2 Manfaat Mer ek

Menurut Aaker dan Joachimstahler dalam Widyastuti 2011, merek memberikan banyak manfaat bagi konsumen diantaranya membantu konsumen dalam mengidentifikasi manfaat yang ditawarkan dan kualitas produk. Konsumen lebih mempercayai produk dengan merek tertentu daripada produk tanpa merek meskipun manfaat yang ditawarkan serupa. Merek menawarkan dua jenis manfaat yaitu manfaat fungsional mengacu pada kemampuan fungsi prpoduk yang ditawarkan. Sedangkan manfaat emosional adalah kemampuan merek untuk membuat penggunanya merasakan sesuatu selama proses pembelian atau selama konsimsi.

Manfaat lain yang ditawarkan merek kepada konsumen adalah manfaat simbolis ( Heggelson dan Suphelen) . Manfaat simbolis mengacu pada dampak psikologi yang akan diperoleh konsumen ketika ia menggunakan merek tersebut artinya merek tersebut akan mengkomunikasikan siapa dan apa konsumen pada konsumen lain. Ketika konsumen menggunakan merek tertentu maka ia akan terhubung dengan merek tersebut artinya konsumen akan membawa citra dari pengguna sekaligus karakteristik merek itu sendiri. 2.2.5 Ekuitas Merek

2.2.5.1 Penger tian Ekuitas Mer ek

Dalam riset Qamariyah (2008) ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan .Simamora (2001) dalam Qamariyah 2008 berpendapat, ekuitas merek adalah kekuatan merek atau kesaktian merek yang memberikan nilai kepada konsumen. Ekuitas mereka sangat berkaitan dengan seberapa banyak pelanggan suatu merek merasa puasdan merasa rugi bila berganti merek, menghargai merek itu dan menganggapnya sebagai teman, dan merasa terikat kepada merek itu. Menurut Aaker (1997:23) menyatakan bahwa ekuitas merek mampu mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan yang merupakan keyakinan pelanggan terhadap suatu merek untuk mengambil keputusan

pembelian , dengan demikian kesadaran merek, kesan kualitas, dan asosiasi merek.

2.2.6 Dimensi Ekuitas Mer ek

Menurut Aaker (2005:40) dalam Devi (2011) menyiratkan bahwa brand

equity bisa bernilai bagi perusahaan ( Company based brand equity) dan bagi

konsumen ( Customer based brand equity). Elemen-elemen ekuitas merek

diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu brand awareness, perceived

quality, brand associations, brand loyalty, dan propiertary brand asset lainnya. Definisi dan elemen brand equity ini mengintegrasikan dimensi sikap dan perilaku, sementara kebanyakan operasionalisasi brand equity cenderung

hanya terfokus pada salah satu diantara dimensi persepsi konsumen ( brand

awareness, brand assotiations, perceived quality) dan dimensi perilaku

konsumen ( loyalitas merek, kesediaan untuk membayar harga yang lebih

mahal ). Sehingga dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel dari

lima dimensi ekuitas merek yaitu kesadaran merek (brand awareness), kesan

kualitas (perceived quality) dan asosiasi merek (brand associations). Adapun

loyalitas dan aset hak lain tidak digunakan dalam penelitian ini karena loyalitas merek selain sebagai dimensi ekuitas merek juga merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh ekuitas merek. Sedangkan aset hak milik lain tidak digunakan dalam penelitian ini karena sulit jika diukur dari pelanggan saja

dan berhubungan dengan aset perusahaan, (Aaker,1997:24) dalam Devi (2011).

2.2.6.1 Kesadar an Mer ek (Br and Awar eness)

Konsumen cenderung membeli merek yang sudah dikenal karena merasa aman dengan sesuatu yang sudah dikenal. Dengan kata lain, sebuah merek yang dikenal mempunyai kemungkinan bisa diandalkan, kemantapan dalam bisnis, dan kualitas yang dipertanggung-jawabkan. Menurut Aaker (1997), kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Menurut Simamora (2001), dalam Devi (2011) peran kesadaran merek tergantung pada sejauh mana kadar kesadaran yangdicapai suatu merek. Definisi-definisi para ahli mengenai kesadaran merek dapat ditarik kesimpulan bahwa kesadaran merek merupakan tujuan umum komunikasi pemasaran, adanya kesadaran merek yang tinggi diharapkan kapanpun kebutuhan kategori muncul, merek tersebut akan dimunculkan kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan. Kesadaran merek menunjukkan pengetahuan konsumen terhadap eksistensi suatu merek. Adapun tingkatan kesadaran merek sebagai berikut :

1. Top of Mind (puncak pikiran) adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen, atau

merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam

benak konsumen (Durianto et al. 2004).

2. Brand Recall (pengingatan kembali merek) adalah pengingatan kembali

merek tanpa bantuan (unaided recall).

3. Brand Recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal kesadaran merek, di mana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan

pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).

4. Unaware of Brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek di mana konsumen tidak menyadari adanya

suatu merek walaupun sudah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan

(aided recall).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori merek tertentu. Kesadaran merek merupakan elemen ekuitas yang sangat penting karena kesadaran merek dapat berpengaruh secara langsung terhadap keyakinan.. Adapun indikator kesadaran merek sebagai berikut :

Menurut Aaker (1997:93) dalam Devi 2011 kesadaran merek dapat

diukur dengan menggunakan indikator brand recall dan top of mind

awareness. Sedangkan menurut Tjiptono (2005:49) ukuran brand awareness yang banyak dipakai adalah brand recall dan brand recognition, baik aided

maupun unaided. Berdasarkan pendapat diatas, maka indikator yang digunakan adalah :

1. Top of mind (Puncak pikiran)

2. Brand Recall (pengingat kembali merek) 3. Brand Recogniticon (pengenalan merek) 2.2.6.2 Kesan Kualitas (Per ceived Quality)

Menurut Simamora (2000:543) dalam Devi (2011) kesan kualitas adalah bagian dari citra merek pembeli didasarkan pada kenyataan dan pengalaman actual. sungguhpun demikian, bagian lainnya dari citra didaarkan pada persepsi yang lahir dari reputasi sebuah perusahaan, kata-kata, cakupan media dan sumber informasi tidak langsung lainnya.

Sedangkan menurut Tandjung (2004:64) dalam Devi (2011) kesan kualitas dapat disefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap kualitas produk dan jasa. Tentunya, persepsi kualitas dinilai oleh pelanggan harus membandingkan dua atau lebih obyek yang setara. Kesan kualitas yaitu bagaimana benak konsumen memandang sebuah merek. Bagaimana keunggulan merek atau kelebihan secara keseluruhan yang didasarkan pada evaluasi subyektif konsumen. Adapun dimensi kesan kualitas sebagai berikut : Menurut Tjiptono (2008:68) dalam Devi (2011) kaitannya dengan kepuasan pelanggan, kualitas memiliki beberapa dimensi pokok, bergantung pada konteksnya. Dalam kasus pemasaran barang, ada delapan dimensi yang

1. Kinerja (Performance)

Karakteristik operasi dasar dari suatu produk. 2. Fitur (Feature)

Karakteristik pelengkap khusus yang dapat menambah pengalaman pemakaian produk.

3. Keandalan (Reliability)

Probabilitas terjadinya kegagalan atau kerusakan produk dalam periode waktu tertentu.Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan, semakin andal produk andalan.

4. Konfrormasi (conformance)

Tingkat kesesuaian produk dengan standar yang telah ditetapkan.

5. Daya Tahan (Durability)

Jumlah pemakaian produk sebelum produk bersangkutan harus diganti.

6. Layanan (Servicebility)

Kecepatan dan kemudahan untuk direparasi serta kompetensi dan keramahtamahan staf layanan.

7. Estetika (Aesthertics)

Menyangkut penampilan produk yang dapat dinilai dengan panca indera (rasa, aroma, suara, dll)

8. Persepsi terhadap kualitas

Berdasarkan uraian diatas, adapun indikator yang digunakan penulis dalam penelitian ini untuk mengukur kesan kualitas menggunakan 5 dimensi karena disesuaikan dengan produk yaitu :

1. Kinerja(Performance)

Karakteristik operasi dasar dari suatu produk.

2. Fiture(Feature)

Karakteristik pelengkap khusus yang dapat menambah pengalaman pemakaian produk

3. Keandalan(Reliability)

Probabilitas terjadinya kegagalan atau kerusakan produk dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan, semakin andal produk andalan.

4. Estetika (Aesthertics)

Menyangkut penampilan produk yang dapat dinilai dengan panca indera (rasa, aroma, suara, dll)

2.2.6.3 Asosiasi Merek (Br and Association)

Asosiasi merek dapat menciptakan nilai bagi perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat mebantu proses penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu dengan merek lainnya. Berbagai asosiasi yang dapat diingat konsumen dapat menghasilkan suatu bentuk citra tentang merek (brand image) dibenak konsumen.

Menurut Durianto et al (2001:69) dalam Iriani, asosiasi adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai sutau merek tertentu. Suatu merek telah mapan akan memiliki posisi menonjol dalam persaingan bila didukung oleh suatu jaringan dari kaitan-kaitan lainnya.

Menurut Keller dalam Widyastuti 2011, Indikator yang digunakan untuk mengukur asosiasi merek antara lain :

1. Atribut (attributes) adalah asosiasi yang dikaitkan dengan atribut-atribut dari merek baik yang berhubungan langsung terhadap produknya, ataupun yang tidak berhubungan langsung terhadap produknya.

2. Manfaat (benefit) adalah aosiasi merek dikaitkan dengan manfaat secara

fungsional (fungsional benefit), manfaat secara simbolis dari pelanggan (symbolic benefit), dan pengalaman yang dirasakan dari pelanggan

(experiential benefit).

3. Perilaku (attitudes), adalah evaluasi kesukaan atas penggunaan merek.

2.2.7 Keyakinan Pelanggan

2.2.7.1 Penger tian Keyakinan Pelanggan

Keyakinan adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan seseorang tentang produk atau merek mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Para pemasar sangat tertarik pada keyakinan yang ada di dalam pikiran orang tentang produk dan merek

mereka. Keyakinan merek ada dalam memori konsumen (Kotler 2003:218). Keyakinan pembeli pada suatu merek merupakan tingkat kepastian pembeli terhadap penilaian yang telah diberikan pada suatu merek yang sudah benar. Keyakinan pelanggan atas keputusan pembelian mempresentasikan sejauh mana pelanggan memiliki kepercayaan diri atas keputusannya dalam memilih suatu merek dan mencerminkan tingkat kepercayaan pelanggan terhadap suatu merek. Pentingnya keyakinan dalam hal ini bahwa pelanggan yang membuat keputusan pembelian dengan yakin dan percaya, yang berarti pelanggan tidak ragu akan apa yang telah diputuskan dan dibeli (Prastijo dan Ihalaluw) dalam Widyastuti 2011. Berdasarkan uraian diatas, adapun indikator keyakinan pelanggan sebagai berikut :

a. Komponen kognitif

pengetahuan dan keyakinan seseorang mengenai sesuatu yang menjadi obyek sikap.

b. Komponen afektif

perasaan terhadap obyek c. Komponen konatif

kecenderungan melakukan sesuatu terhadap obyek sikap. 2.2.8 Pengar uh Kesadar an Mer ek Ter hadap Keyakinan Pelanggan

Sebenarnya merek sudah cukup beruntung jika sudah cukup memiliki yang kuat. Kekuatan sebuah merek akan tergantung pada seberapa besar

kemampuannya untuk lebih dikenal oleh konsumen, seberapa besar daya tariknya untuk dibeli, dan seberapa besar tingkat keinginan konsumen untuk membeli kembali. (Irawan,2009 dalam Devi ( 2011).

Menurut Broiless (2009) menyatakan bahwa kesadaran merek berpengaruh positif terhadap keyakinan konsumen pada keputusan pembelian merek. Kesadaran konsumen tinggi akan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen pada produk tersebut, karena tujuan pembelian selanjutnya adalah hasil dari keyakinan konsumen pada proses keputusan pembelian. Merek yang sudah terkenal dan memiliki kredibilitas yang tinggi akan memberikan keyakinan bagi pelanggan untuk memilih merek tersebut dalam keputusan pembeliannya. Rohmawati (2008) dalam Devi (2011).

Sehingga kesadaran merek mewakili kemampuan merek untuk memuaskan kebutuhan psikologis/sosial dan merasa suka untuk menggunakan produk dan jasa tersebut. Jadi kesadaran merek berpengaruh positif terhadap keyakinan pelanggan.

2.2.8.1 Pengar uh Kesan Kualitas Ter hadap Keyakinan Pelanggan

Menurut Engel dalam Devi (2011) yang menyatakan bahwa merek dengan kualitas yang tinggi dievaluasi lebih positif oleh pelanggan atas dasar keunggulan dan dimensi kualitas yang dimilikinya, sehingga semakin tinggi kesan kesan kualitas maka semakin besar kepercayaan pelanggan yang

dilandasi oleh keyakinan yang kuat atas keputusannya membeli merek yang

dinilai mampu memenuhi desired benefit yang diinginkan pelanggan.

Menurut Aaker (1997), menyatakan bahwa kesan kualitas dapat mempengaruhi keyakinan pelanggan atas keputusan pembelian melalui penonjolan superioritas kualitas produk terhadap pesaing. Produk dengan kualitas tinggi mampu menciptakan alasan pembelian yang kuat bagi pelanggan dalam membentuk keyakinan pelanggan atas keputusan pembeliannya. .

Uraian tersebut menunjukkan pengaruh kesan kualitas suatu merek yang merupakan persepsi pelanggan atas keseluruhan dimensi kesan kualitas suatu merek dengan keyakinan pelanggan.

2.2.8.2 Pengar uh Asosiasi Merek Ter hadap Keyakinan Pelanggan

Menurut Keller (2005:41) dalam Devi (2011) mengatakan bahwa asosiasi merek mempunyai pengaruh terbesar kedua setelah kesadaran merek. Hal ini menunjukkan bahwa asosiasi merek berpengaruh terhadap keyakinan pelanggan. Artinya bahwa keyakinan pelanggan akan meningkat apabila asosiasi merek juga meningkat.

Menurut Aaker (1997) dalam Devi ,(2011) hubungan asosiasi merek dengan keyakinan pelanggan atas keputusan pembelian, bahwa asosiasi merek dapat mempengaruhi keyakinan pelanggan atas keputusan pembeliannya melalui penciptaan krediabilitas yang baik di benak pelanggan. Merek yang

baik menciptakan merek yang sesuai dengan keinginan pelanggan sehingga dapat menciptakan keyakinan pelanggan.

Asosiasi merek merupakan dimensi dari ekuitas merek yang berkaitan dengan persepsi konsumen mampu mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan sehingga menimbulkan perasaan yakin atas keputusan dalam membeli. Riset Aaker (1997:23) dalam Devi (2011). Jadi asosiasi berpengaruh positif terhadap keyakinan pelanggan.

2.2.9 Kerangka Konseptual

Keyakinan Konsumen (Y)

2.3.0 Hipotesis

Sesuai dengan perumusan masalah dari landasan teori diatas maka hipotesis yang diangkat pada penelitian ini sebagai berikut :

H1 : Diduga terdapat pengaruh positif kesadaran merek terhadap keyakinan konsumen dalam membeli minuman sari buah merek Frutang. (Studi Colombo Market di Surabaya)

Kesadaran Merek ( X1) Kesan Kualitas (X2) Asosiasi merek (X3)

H2 : Diduga terdapat pengaruh positif kesan kualitas terhadap keyakinan konsumen dalam membeli minuman sari buah merek Frutang. (Studi Colombo Market di Surabaya)

H3 : Diduga terdapat pengaruh positif asosiasi merek terhadap keyakinan konsumen dalam membeli minuman sari buah merek Frutang. (Studi Colombo Market di Surabaya)

BAB III

Dokumen terkait