• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Landasan Teor i 2.1.1. Media Massa

2.1.1.1.Definsi Media Massa

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi melalui media massa modern, dengan kata lain komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana komunikator secara profesional menggunakan media massa dalam menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam pada jumlah banyak dengan menggunakan media (Effendi, 2003:79-80).

Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya yang lain. Media merupakan lokasi (atau forum) yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif.

Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan (Mc. Quail, 2002:3).

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film, dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti, 2000:3).

Media komunikasi massa bersifat tidak langsung dan oleh karenanya perencanaan, pengolahan, dan penyampaian pesan baik itu bersifat informasi, edukasi, persuasi, dan hiburan kepada khalayak dibuat sedemikian rupa sehingga mencapai sasaran yang dikehendaki. Komunikasi massa bersifat satu arah (one way traffic). Begitu pesan disebarkan komunikator, tidak diketahuinya apakah

pesan itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan (Effendi, 2003:314).

Media massa yang digunakan sebagai sumber berita tentang manfaat kursus dalam penelitian ini yaitu media elektronik berupa televisi yang menginformasikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kursus yang ada di masyarakat.

13

2.1.1.2.Per an Media Massa

Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya, peran media massa adalah (Bungin, 2006:85) : 1. Sebagai institusi pencerahan, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang maju.

2. Selain itu media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka, jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi, masyarakat yang terbuka dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya.

3. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan kebudayaan. Sebagai agent of change yang dimaksud adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah. Dengan demikian media masa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.

Dalam penelitian ini, media massa yang digunakan adalah media elektronik berperan sebagai media edukasi dan media informasi bagi masyarakat sebagai khalayak. Artinya media massa berperan sebagai media yang setiap saat mendidik masyarakat khususnya para pemirsa supaya lebih cerdas dan terbuka pikirannya akan berbagai informasi seperti halnya informasi tentang macam-macam kursus. 2.1.2. Media Televisi

2.1.2.1.Definisi Media Televisi

Televisi terdiri dari istilah tele yang berarti jauh dan Visi yang berarti penglihatan. Jadi televisi adalah perpaduan antara unsur radio (broadcast) dan unsur-unsur film (moving picture). Televisi mempunyai daya tarik yang disebabkan adanya unsur-unsur kata-kata, musik, sound effect dan memiliki unsur visual berupa gambar. (Effendy,2000:177).

Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media massa yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat

audio visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan pola berpikir, pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat

15

kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan.

Sedangkan Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya media televisi dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas melarikan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi, berubah total sama sekali. Pengaruh daripada televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi telah menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak geografis pemirsa.

Televisi sebagai media yang dapat dilihat (visible) dan dapat didengar (audible) yang membedakan dengan media elektronik lain seperti radio, televisi mempunyai sifat-sifat langsung, simultan, intim, dan nyata (Mulyana, 1997:169). Keunggulan inilah yang menyebabkan televisi mempunyai kapasitas lebih sebagai media komunikasi massa yang berfungsi untuk memberikan hiburan, pendidikan dan informasi kepada masyarakat.

Televisi memiliki sifat sebagai berikut: 1. Langsung

Televisi bersifat langsung, sehingga suatu pesan yang akan disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit-belit seperti halnya dengan menggunakan bahan tercetak. Suatu berita dapat disampaikan kepada public dengan cepat, bahkan pada saat peristiwa tersebut sedang berlangsung.

2. Tidak mengenal jarak

Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa disuatu kota dinegara yang satu dapat ditonton dengan baik dinegara lain, tanpa mengenal rintangan berupa laut, gunung ataupun jurang.

3. Memiliki daya tarik yang kuat

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur kata, musik, sound serta unsur visual berupa gambar.

2.1.2.2.Dampak Televisi

Menurut Kuswandi (1996 : 98), ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa yaitu:

1. Dampak Kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh: acara kuis

2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada tragedi aktual yang ditayangkan televisi. Contoh: model pakaian, model rambut hingga istilah dan gaya bertutur sang bintang secara verbal.

3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh: sinetron di televisi.

17

2.1.2.3.For mat Acar a Televisi

Setiap hari masyarakat Indonesia dapat melihat berbagai macam program acara yang ditawarkan oleh stasiun televisi. Program acara yang bagus dapat menaikkan rating dari televisi tersebut. Program acara yang bagus dapat terlihat dari format acaranya. Menurut Jonathan Bignel (2004, p. 307), format acara adalah ”the blue print for a programme, including it’s setting main character, genre, form and main themes” artinya format acara adalah gambaran dari sebuah program yang meliputi latar belakang program, karakter utama, tipe program, bentuk dan tema utama program. Definisi lainnya menyebutkan bahwa format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kreteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut.

Format acara televisi menurut Naratama (2004 p.64) dibagi menjadi tiga bagian seperti yang tampak pada gambar dibawa ini:

Sumber : Naratama, 2004, “Menjadi Sutradara Televisi Dengan Single Dan Multi Camera”, Gramedia Widiasarana, Jakarta.

Gambar di atas menunjukkan bahwa format acara televisi dibagi berdasarkan drama fiksi, non drama dan berita.

1. Fiksi (Drama)

Format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan intepretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Adega-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi khayalan para kreatornya

2. Nonfiksi (Nondrama)

Format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menjadi dunia khayalan. Nondrama bukanlah suatu runtutan certita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu format-format program acara nondrama merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik

3. Berita dan Olahraga

Format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atau kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyrakat sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independent.

19

Dari pembagian format acara televisi di atas maka, program “Indonesia Lawyers Club” termasuk ke dalam format acara antara non-fiksi drama yaitu Talk Show

2.1.3. Pemir sa Sebagai Khalayak

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.Quail, 2002:201). Pemirsa adalah massa dan memiliki perbedaan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, serta memiliki kerangka acuan dan lapangan pengalaman yang berbeda.

Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka sejumlah acara diperuntukan untuk kelompok tertentu sebagai sasaran (target group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau khalayak sasaran (target audience). Contoh acara untuk khalayak sasaran adalah warta berita, sandiwara, film seri, musik dan lain-lain. Sedangkan untuk kelompok sasaran adalah acara untuk anak-anak,

remaja, mahasiswa, ABRI, pemeluk agama Islam, dan lain-lain (Effendy, 1993 : 20). Disini yang termasuk khalayak sasaran (target audience)

adalah masyarakat yang menonton acara “Debat Reguler”. Komunikasi bisa dikatakan efektif apabila penonton terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya,

mengerti, tergerak hatinya, dan melakukan kegiatan yang diinginkan pembawa acara sekaligus moderator.

Menurut Winarsa (2005:73-74) Kontroversi lain dalam studi mengenai khalayak berkaitan dengan apakah khalayak begitu pasif dan dapat dengan mudah dipengaruhi secara langsung oleh media ataukah relatif aktif dalam menyusun kualitasnya sendiri. Tegangan ini berkaitan dengan tingkat pengaruh media terhadap khalayak, dan berhubungan dengan tegangan komunitas massa. Sebagai besar teori-teori massa cenderung memasukkannya ke dalam konsepsi khalayak dalam konsepsi khlayak yang pasif, meskipuntidak semua teori khlayak pasif dapat disebut sebagai masyarakat massa. Demikian pula sebagian besar teori-teori komunikasi yang memasukkannya dalam gagasan khalayak aktif, dan meskipun sebagian besar teori khalayak aktif mengakui keabsahan gagasan komunitas, teori-teori tersebut tidak semuanya secara langsung menjadikannya sebagai pedoman.

Riset terhadap khalayak merupakan hal yang sangat perlu dilakukan. Tujuannya agar pesan yang disampaikan dapat mengena pada sasaran target sasaaran yang kita tuju. Karena itu, riset-riset tentang khalayak ini bukan hanya dilakukan oleh praktisi public relation saja, tetapi oleh praktisi yang lain seperti jurnalistik, broadcasting, pemasar dan sebagainya. Dalam bidang pemasaran misalnya, studi tentang khalayak ini salah satunya bertujuan untuk mengetahui

perilaku konsimen guna menentukan segmentasi pasar (market

segmentation)(Kriyantono, 2006 : 330-331).

Tulisan ini menjelaskan salah satu studi khalayak, yaitu profil khalayak (audience profile). Riset ini sangat penting untuk memberikan informasi tentang

21

karakteristik khalayak. Seorang komunikator harus membuat pesan yang sesuai dengan karakteristik khalayaknya, sehingga pesan tersebut dapat efektif diterima khalayak

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton, dan pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Me. Quail, 1994:201).

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, mengerti dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu (Effendy, 1990:84).: 1. Heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa teIevisi adalah massa, sejumlah orang

sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat. Selain itu pemirsa televisi dapat ciibedakan pula menurut janis kelamin, umur, tingkat pendidikan, clan taraf kehidupan, clan kebudayaan.

2. Pribadi yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa, maka isi pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu.

3. Aktif yakni pemirsa bersifat aktif, mereka aktif, seperti apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir

aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada dirinya apakah yang diucapkan oleh seorang.penyiar televisi benar atau tidak.

4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih program televisi yang disukai

2.1.4. Acara Indonesia Lawyer s Club

Indonesia Lawyers Club sendiri adalah acara talkshow yang di TV One dengan pembawa acara sekaligus pimpinan redaksi Bapak Karni Ilyas atau bisa di panggil Bung Karni, pokok bahasan berkisar antara politik, hukum dan lain sebagainya. Acara ini dimaksudkan untuk pecerahan masyarakat umum tentang tersebut agar didapat informasi yang aktual, tajam, terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Adapun peserta yang hadir antara lain para advokat, KPK, KPU, MK, perwakilan partai politik, unsur Polri, Jaksa dan unsur lainnya yang terkait dengan penegakan hukum dan suasana politik saat ini. Sebelumnya, Indonesia Lawyers Club bernama Jakarta Lawyers Club , namun karena dianggap Jakarta Lawyers Club lebih Jakarta Sentris per tanggal 19 Oktober diganti menjadi Indonesia Lawyers Club

2.1.5. Motif

Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu tindakan ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal-hal yang melatarbelakanginya, apa saja yang mendorong melakukan tindakan perbuatan tersebut apa motifnya, untuk itu peneliti akan menjelaskan mengenai motif. Istilah motif berasal dari kata

motive yang berarti dorongan dalam diri organisme untuk menentukan pilihan pilihan dari berbagai hal, sehingga sesuai dengan tujuan. Semua tingkah laku

23

manusia pada hakekatnya mempunyai motif. Jadi motif adalah hal yang berkaitan dengan dorongan keinginan hasrat dari dalam diri untuk melaksanakan sesuatu yang memberi arah dan tujuan pada tingkah seseorang. Dari definisi tentang motif, maka dapat disimpulakan bahwa, motif adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan, sehingga individu itu berbuat sesuatu (Ahmadi, 2000:192).

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang melinkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atu dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan, 2000:140).

Motif itu akah dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan aktifitas tertentu untuk memenuhi kebutuha kepuasan pada diri individu dan motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman bersifat konstan meskipun ada kemungkinan berubah. Motif merupakan pencerminan motif dan mengaktifkan perilaku. Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali. Dan tampak bahwa motif anak-anak pada umumnya banyak rupanya dan pada mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari luar dirinya (Gerungan, 2000:144).

Woodworth dalam Purwanto (2000:64) menggolongkan motif menjadi tiga golongan, yaitu :

berfungsi sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.

2. Motif menentukan arah perbuatan, yakni ke arab perwujudan suatu tujuan atau cita-cita.

3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbutan mana yang harus dilakukan yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dengan demikian dari ketiga pengertian tersebut, maka pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan atau motif dapat diidentikkan dengan kebutuhan.Untuk memudahkan pengukuran tentang motif, maka didasarkan pada pendapat McQuail (2002:72) sebagai berikut :

1. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari:

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia

b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan

c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum

d. Keinginan untuk belajar (pendidikan terhadap diri sendiri) e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan

25

2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khlayak sendiri, yang terdiri dari:

a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi

b. Menemukan model perilaku, panutan atau figur untuk dicontoh c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media) d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships) Kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial terdiri dari:

a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial

d. Memperoleh teman selain dari manusia (media) e. Membantu menjalankan peran sosial

f. Memungkinkan individu untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman, dan masyarakat

4. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang terdiri dari:

a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan b. Bersantai

d. Mengisi waktu e. Penyaluran emosi

f. Membangkitkan gairah seks.

2.1.6. Teor i Uses and Gratifications

Teori Uses dan Gratifications menunjukkan yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi bobotnya adalah pada khalayak yang aktif yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. (Effendy, 2003:289). Anggota khlayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga timbul istilah uses

and gratifications yang itu penggunaan dan pemenuhan kebutuhan (Rakhmat, 2002:65)

Teori Uses and Gratification muncul sebagai akibat ketidakpuasan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang gagal membuktikan bahwa khalayak langsung dapat dipengaruhi oleh media massa. Oleh karena itu, model ini digambarkan sebagai Adramatic Break With Effect Tradition of the Past (Swanson dalam Rakhmat, 2002: 65).

Teori Uses and gratifications menurut Kats, Gurevitch dan Haas dalam Effendy (2003:294) dimulai dengan lingkungan sosial (social environment) yang menentukan kebutuhan manusia. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

27

2. Affective needs (kebutuhan Afekjtif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan dan emosional. 3. Personal integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif) adalah

kebutuhan yang terkait dengan kreatifitas.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. 5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan) adalah berkaitan dengan upaya

menghindar dari tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman

Untuk memperoleh kejelasan mengenai Model Uses and Gratification maka Katz, Gurevitch dan Haas mengemukakan gambar model Uses and Gratification dalam Effendy (1993 : 293) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1

Uses dan Gratification Model Social Environment 1. Demographic characteristics 2. Group affiliations 3. Personality characteristics (psychological dispositions) Individual’s Needs 1. Cognitive needs 2. Affecnitive needs 3. Personal integrative needs 4. Social integrative needs 5. Tension-release or escape Nonmedia Sources of Needs Satisfaction 1. family, friends 2. Interpersonal communication 3. Hobbies 4. Sleep 5. Drugs etc Mass Media Use 1. Media type-newspaper, radio, TV, movies 2. Media contents. 3. Exposure to media, per se 4. Social context of media exposure Media Gratifications (Functions) 1. Surveillance 2. Diversi/entertainme nt 3. Personal 4. Social relationships

Pada perilaku penggunaan media, teori Uses and Gratification

Dokumen terkait