• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF MASYARAKAT MENONTON ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE (Studi Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Acara Indonesia Lawyers Club Di Tv One).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIF MASYARAKAT MENONTON ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE (Studi Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Acara Indonesia Lawyers Club Di Tv One)."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Kuswandi Nugroho NPM : 0743010063

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

J udul : MOTIF MASYARAKAT MENONTON ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE (Studi Deskr iptif Motif Masyar akat Surabaya Menonton Acar a Indonesia Lawyer s Club Di TV One)

Nama : Kuswandi Nugroho NPM : 0743010063

Pr ogdi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyetujui

Pembimbing Utama Tim Penguji

1.

Ir. H. Didiek Tranggono, MSi Ir. H. Didiek Tranggono, MSi NIP. 1958 1225199001 1001 NIP. 1958 1225199001 1001

2.

Dr s. Syaifuddin Zuhr i, MSi NPT. 370069400351

3.

Zainal Abidin Achmad, MSi, M.Ed NPT. 3730 5990 1701

Mengetahui Ketua Pr ogr am Studi

(3)

Oleh

Kuswandi Nugroho NPM : 0743010063

Telah Diper tahanka n Dihadapan dan Diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogr am Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sita s Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 20 J anuar i 2012

Menyetujui

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Ir. H. Didiek Tranggono, MSi Ir . H. Didiek Tranggono, MSi NIP. 1958 1225199001 1001 NIP. 1958 1225199001 1001

2. Sekr etar is

Dr a. Sumar djijati, MSi NIP. 196203231993092001 3. Anggota

Dr s. Kusnar to, Msi NIP. 195808011984021001 Mengetahui

Dekan

(4)

ABSTRAKSI

Kuswandi Nugr oho, 0743010063, Motif Masyar akat Menonton Acar a Indonesia Lawyer s Club Di TV One (Studi Desk r iptif Motif Masyar akat Sur abaya Menonton Acara Indonesia Lawyer s Club Di TV One)

Salah satu kebutuhan yang cukup penting dan esensial bagi manusia adalah kebutuhan akan informasi. Menariknya mengetahui permasalahan hukum di Indonesia saat ini adalah penegakan hukum di Indonesia saat ini menjadi sorotan karena banyaknya masalah penegakan hukum di Indonesia, permasalahan hukum di Indonesia terjadi karena beberapa hal, baik dari sistem peradilannya, perangkat hukumnya, inkonsistensi penegakan hukum, intervensi kekuasaan, maupun perlindungan hukum. Kebutuhan antara individu satu dengan individu yang lain berbeda sehingga motif atau aktivitas penggunaan media dan tujuan akhir yang diperolehpun tidak ada yang sama. Individu bebas dalam memilih dan menggunakan media beserta isinya atau sumber-sumber rujukan lain untuk mencapai tujuan akhir yaitu untuk memenuhi kebutuhannya akan sebuah informasi. Motif yang diteliti dalam penelitian ini yakni motif kognitif, identitas pribadi, motif integrasi dan interaksi sosial, motif diversi. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui motif masyarakat menonton acara Indonesia Lawyers Club di TV One

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia 17-59 tahun dan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode non probability sampling dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data untuk penelitian disini menggunakan dua pendekatan yaitu data primer dan data sekunder. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi

Dari hasil pengujian didapatkan hasil sebagian besar masyarakat Surabaya memberikan motif yang mengarahkan pada kateori tinggi baik pada motif kognitif, motif identitas personal, motif integrasi dan interaksi sosial dan motif diversi. Motif yang paling tinggi menjadi alasan masyarakat Surabaya menonton acara Indonesia Lawyers Club adalah motif identitas personal meliputi meningkatkan pemahaman tentang hukum di Indonesia, mencari tokoh atau panutan yang bersih dalam bidang hukum, mengidentifikasikan diri dengan profil narasumber, dan menemukan penunjang nilai-nilai pribadi

(5)

Watch Indonesia J akar ta Lawyer s Club At TV One)

One needs a fairly important and essential for humans is the need for information.Interestingly know the legal issues in Indonesia today is law enforcement in Indonesia is currently in the spotlight because of the many problems of law enforcement in Indonesia, legal issues in Indonesia due to several things, both of the judicial system, the legal, law enforcement inconsistencies, the intervention of power, and legal protection. Needs between one individual with another individual is different so the motive or the use of media activity and the final destination is the same diperolehpun no. Individuals are free in choosing and using the media and its contents or other referral sources to achieve the ultimate goal is to satisfy his need for an information. Motifs examined in this study namely kognitif motif, personal identity, integration motif and social interaction, diversion motif. Objectives to be achieved in this study was to determine the motive of the people watching Indonesia Lawyers Club on TV One

The population in this study are Surabaya people aged 17-59 years and sampling techniques in the study were non-probability sampling method with accidental sampling technique. Collecting data for research here using two approaches, namely the primary data and secondary data. Methods of data analysis in this study using a frequency table

From the test results obtained the majority of Surabaya results provide a direct motive at high kateori well on cognitive motives, personal identity motif, motif of social interaction and integration and diversion motives. The highest motive is the reason people watch the show Indonesia Jakarta Lawyers Club is the motive of personal identity involves increasing understanding of the law in Indonesia,looking for a net figure or role model in the field of law, identifying with the speaker profiles,and find support personal values.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini atas bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.

Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(7)

satu persatu, penulis ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa yang akan datang.

Surabaya, Desember 2012

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 11

2.1.1. Media Massa ... 11

2.1.1.1. Definisi Media Massa ... 11

2.1.1.2. Peran Media Massa ... 13

2.1.2. Media Televisi ... 14

(9)

2.1.2.3. Format Acara Televisi ... 17

2.1.3. Pemirsa Sebagai Khalayak ... 19

2.1.4. Acara Indonesia Lawyers Club ... 22

2.1.5. Motif ... 22

2.1.6. Teori Uses and Gratifications ... 26

2.2. Kerangka berfikir ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ... 30

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 37

3.3.1. Populasi ... 37

3.3.2. Sampel ... 38

3.3.3. Teknik Penarikan Sampel ... 38

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5. Metode Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 41

4.1.1. Gambaran Umum Acara Indonesia Lawyers Club ... 41

4.1.2. Gambaran Umum Masyarakat Surabaya ... 42

4.2. Penyajian Data dan Analisa ... 43

(10)

4.2.2. Penggunaan Media ... 46

4.2.3. Motif Responden Menonton Acara Indonesia Lawyers Club Di TVOne ... 47

4.2.3.1.Motif Kognitif ... 47

4.2.3.2.Motif Identitas Personal ... 54

4.2.3.3.Motif Integratif dan Interaksi Sosial ... 60

4.2.3.4.Motif Diversi ... 65

4.2.4. Kategorisasi Motif Secara Keseluruhan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(11)

Halaman

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 44

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 44

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 45

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Frkuensi Menonton Indonesia Lawyers Club Selama Satu Minggu ... 46

Tabel 4.6. Karakteristik Responden Durasi Setiap Kali Menonton Indonesia Lawyers Club ... 46

Tabel 4.7. Motif Kognitif Responden Menambah Wawasan atau Pengetahuan Baru Tentang Hukum yang Terjadi di Indonesia .. 47

Tabel 4.8. Motif Kognitif Responden Mendapatkan Informasi Tentang Permasalahan Actual Hukum Yang Ada Di Indonesia Serta Penanganan Hukum Di Indonesia ... 48

Tabel 4.9. Motif Kognitif Responden Mendapatkan Informasi Tentang Topik Yang Dibicarakan Program Acara “Indonesia Lawyers Club” Di TVOne... 51

Tabel 4.10. Motif Kognitif Responden Mengetahui Siapa Yang Menjadi Narasumber Pada Program Acara “Indonesia Lawyers Club” Di TVOne ... 52

(12)

Tabel 4.12. Motif Identitas Personal Ingin Pemahaman Tentang Hukum Di Indonesia ... 55 Tabel 4.13. Motif Identitas Personal Responden Mencari Tokoh Atau

Panutan Dalam Hukum ... 56 Tabel 4.14. Motif Identitas Personal Responden Ingin Mengidentifikasikan

Diri Para Narasumber ... 57 Tabel 4.15. Motif Identitas Personal Responden Menemukan Penunjang

Nilai-Nilai Pribadi ... 58 Tabel 4.16. Motif Identitas Personal Responden Dalam Menonton Program

Acara Indonesia Lawyers Club Di TVOne ... 59 Tabel 4.17. Motif Integratif dan Interaksi Sosial Responden Menunjukkan

Pengetahuan Tentang Keadaan Orang Lain Dalam Hal Ini Adalah Orang Yang Terkena Masalah Hukum ... 61 Tabel 4.18. Motif Integratif dan Interaksi Sosial Responden Berbagi

Informasi Mengenai Perkembangan Masalah Hukum Kepada Teman Dan Orang Sekitar... 62 Tabel 4.19. Motif Integratif dan Interaksi Sosial Responden Ikut-Ikutan

Menonton Indonesia Lawyers Club ... 63 Tabel 4.20. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Dalam

Menonton Program Acara Indonesia Lawyers Club Di TVOne . 64 Tabel 4.21. Motif Diversi Responden Untuk Bersantai Setelah

(13)

Rutinitas Yang Padat ... 68 Tabel 4.24. Motif Diversi Responden Mencari Hiburan... 70 Tabel 4.25. Motif Diversi Responden Melepaskan Diri Dari Permasalahan . 71 Tabel 4.26. Motif Diversi Responden Dalam Menonton Program Acara

Indonesia Lawyers Club Di TVOne ... 72 Tabel 4.27. Motif Keseluruhan Responden Dalam Menonton Program

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(15)

Halaman

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu kebutuhan yang cukup penting dan esensial bagi manusia adalah kebutuhan akan informasi. Untuk mengetahui dengan jelas segala hal yang terjadi didunia atau disekelilingnya, manusia sangat membutuhkan kehadiran media untuk memenuhi kebutuhannya. Maka hadirlah sarana komunikasi yang lebih dikenal sebagai media massa, Perkembangan media massa akhir ini sangat pesat. Media massa menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk informasi kepada masyarakat. Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari informasi membuat masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi yang disajikan oleh media massa. (Sobur, 2006:162).

(17)

Perkembangan teknologi dan informasi dari waktu ke waktu melahirkan inspirasi yang luar biasa dengan ditandai munculnya televisi, radio, satelit dan lainnya. Seiring dengan berputarnya waktu dan perkembangan teknologi yang semakin berkembang dan sampai pada tahap yang modern seperti yang terjadi pada saat ini. Pada saat situasi seperti ini salah satu pihak yang dapat memberikan informasi secara global adalah televisi. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual merupakan medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian secara luas, hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil (Wibowo, 2007:17).

Saat ini televisi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman. televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu. (Morrisan, 2004:41).

(18)

3

menjadi daya tarik kuat televisi. Selain mempunyai unsur kata-kata sound effect, juga mempunyai unsur visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada pemirsa. Sehingga seolah-olah khalayak berada di tempat peristiwa yang disiarkan oleh pemancar televisi itu (Effendy, 2000:177).

Media massa, khususnya televisi saat ini telah mengalami perkembangan pesat di berbagai negara. Era siaran televisi diawali oleh stasiun pemerintah, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI), secara tidak langsung telah mendorong munculnya televisi swasta. Diawali oleh Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) dan Surya Citra Televisi (SCTV), TV, Lativi, METRO-TV, TRANS TV, Global TV dan Trans 7 saat ini mulai tumbuh dan berkembang, baik yang nasional maupun yang lokal (Kuswandi, 1996:37). Ada juga stasiun televisi lokal di beberapa daerah, misalnya Riau TV, JTV, Batu TV dan masih banyak lagi. Perkembangan tersebut sangat membantu masuknya arus informasi bagi masyarakat.

Salah satu acara stasiun televisi yang menayangan lebih menonjolkan program berita adalah TV One, stasiun TV yang memiliki visi dan misi mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya memajukan bangsa dan menjadi stasiun tv berita & olahraga nomor satu ini dalam hal penyiarannya 70 persen berita, sisanya gabungan program olahraga dan hiburan (Wikipedia.com).

(19)

TV One merupakan stasiun televisi yang menyiarkan talkshow berita terbanyak dari pada stasiun televisi lainnya. Penelitian ini juga menunjukan bahwa salah satu acara talkshow berita di TV One yakni Indonesia Lawyers Club menjadi acara dengan rating tertinnggi sebesar 3,2% mengungguli Janji Wakil Rakyat yang juga di TV one (2,4%) dan Barometer di SCTV (2,0%) untuk acara kategori Talk Show.

Indonesia Lawyers Club sendiri adalah acara talkshow yang ditayangkan di TV One dengan pembawa acara sekaligus pimpinan redaksi Bapak Karni Ilyas atau bisa di panggil Bung Karni, pokok bahasan berkisar antara politik, hukum dan lain sebagainya. Acara ini dimaksudkan untuk pecerahan masyarakat umum tentang tersebut agar didapat informasi yang aktual, tajam, terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Adapun peserta yang hadir antara lain para advokat, KPK, KPU, MK, perwakilan partai politik, unsur Polri, Jaksa dan unsur lainnya yang terkait dengan penegakan hukum dan suasana politik saat ini. Sebelumnya, Indonesia Lawyers Club bernama Jakarta Lawyers Club , namun karena dianggap Jakarta Lawyers Club lebih Jakarta Sentris pada tanggal 19 Oktober diganti menjadi Indonesia Lawyers Club

(20)

5

maupun perlindungan hukum . Diantara banyaknya permasalahan tersebut, satu hal yang sering dilihat dan dirasakan oleh masyarakat awam adalah adanya inkonsistensi penegakan hukum oleh aparat. Inkonsistensi penegakan hukum ini kadang melibatkan masyarakat itu sendiri, keluarga, maupun lingkungan terdekatnya yang lain (tetangga, teman, dan sebagainya). Namun inkonsistensi penegakan hukum ini sering pula mereka temui dalam media elektronik maupun cetak, yang menyangkut tokoh-tokoh masyarakat (pejabat, orang kaya, dan sebagainya) (http://www.duniaesai.com/index .php/direktori/esai/40-hukum/193-inkonsistensi-penegakan-hukum-di indone sia.html).

Inkonsistensi penegakan hukum ini berlangsung dari hari ke hari, baik dalam peristiwa yang berskala kecil maupun besar. Peristiwa kecil bisa terjadi pada saat berkendaraan di jalan raya. Masyarakat dapat melihat bagaimana suatu peraturan lalu lintas (misalnya aturan three-in-one di beberapa ruas jalan di Jakarta) tidak berlaku bagi anggota TNI dan POLRI. Polisi yang bertugas membiarkan begitu saja mobil dinas TNI yang melintas meski mobil tersebut berpenumpang kurang dari tiga orang dan kadang malah disertai pemberian hormat apabila kebetulan penumpangnya berpangkat lebih tinggi (http://www.duniaesai.com/index.php/direktori /esai/40-hukum/193-inkonsistensi-penegakan-hukum-di-indonesia.html).

(21)

menyebut bahwa praktek korupsi di Indonesia sudah sangat menyebar luas. Jika diranking, Indonesia berada di posisi bawah baik secara regional maupun global. Permasalahan Hukum di Indonesia saat ini juga bercampur dengan masalah politik seperti contohnya kasus Antasari Azhar yang banyak pihak menilai kasus Antasari sengaja dipolitisasi pihak yang merasa tak suka dengan langkah hukum dari mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (mantan Ketua KPK) (http://nasional.kompas.com).

Permasalahan hukum yang terjadi juga merambat dalam kehidupan berpolitik , dalam kehidupan politik saat ini terdapat 3 masalah hukum yang membuat perpolitikan Indonesia tidak stabil dan tumbuh tidak sehat. Masalah hukum itu dapat dijadikan bargaining politik bagi siapapun pelaku politik negeri ini. Masalah itu dapat digunakan untuk kepentingan pribadi dan kelompok dalam menekan pemerintah atau pihak lain. Budaya yang tidak sehat inilah yang membuat pertentangan politik di Indonesia semakin tidak berkualitas. Hal inilah yang membuat kontrapoduktif dalam bangsa. Karena, setiap hari media masa dan pembicaraan masyarakat bukan didominasi semangat membangun bangsa tetapi justru saling menyalahkan dan memecah belah bangsa (Demokrasiindonesia.wordpress.com).

(22)

7

sumber-sumber rujukan lain untuk mencapai tujuan akhir yaitu untuk memenuhi kebutuhannya akan sebuah informasi.

Motif Kognitif yang lebih cenderung mengarah kepada keinginan khalayak untuk mencari informasi yang up to date, seperti perkembangan dunia hukum terbaru di Indonesia, permasalahan hukum apa saja yang ada di Indonesia serta penanganan hukum di Indonesia. Sebagaimana diketahui saat ini Indonesia banyak mengalami masalah berkaitan dengan penegakan hukum di Indonesia seperti masalah korupsi. Permasalahan hukum di Indonesia terjadi karena beberapa hal, baik dari sistem peradilannya, perangkat hukumnya, inkonsistensi penegakan hukum, intervensi kekuasaan, maupun perlindungan hukum . Diantara banyaknya permasalahan tersebut, satu hal yang sering dilihat dan dirasakan oleh masyarakat awam adalah adanya inkonsistensi penegakan hukum oleh aparat. Inkonsistensi penegakan hukum ini kadang melibatkan masyarakat itu sendiri, keluarga, maupun lingkungan terdekatnya yang lain (tetangga, teman, dan sebagainya) hal ini lah yang ingin diketahui (http://www.lintasberita.com/Nasional/Berita-Lokal/permasalahan-hukum-di-indonesia)

(23)

pemerintahan mulai dari tingkat pusat hingga dayang terkena masalah hukum padahal mereka yang seharusnya menjadi figure teladan bagi masyarakat (http://harianjoglosemar.com).

Motif integrasi dan interaksi sosial (Personal Relationships) yaitu dengan melihat program acara Indonesia Lawyers Club pemirsa dapat menjadikannya sebagai bahan perbincangan dengan teman atau dapat juga berinteraksi langsung dengan acara Indonesia Lawyers Club karena program acara Indonesia Lawyers Club membuka kesempatan untuk ikut berkomentar mengenai masalah yang sedang dibahas. Banyaknya masalah hukum saat ini di Indonesia seperti korupsi dibutuhkan pemecahan dari berbagai pihak sehingga diperlukan adanya masukan dari pihak lain dalam hal mengatasi permasalahan hukum yang ada di Indonesia

Motif hiburan (Diversi) karena dengan melihat program acara Indonesia Lawyers Club permirsa dapat bersantai dengan melepas kejenuhan selepas beraktivitas karena program Indonesia Lawyers Club disiarkan pada jam saat beristirahat, dalam Indonesia Lawyers Club terkadang para narasumber memberikan argument-argumen yang mengundang tawa berbagai pihak, acara Indonesia Lawyers Club memang dikemas serius tapi juga santai.

(24)

9

altematif pilihan bagi para pemirsa. Berlandaskan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui motif apakah yang mendasari pemirsa menonton program Indonesia Lawyers Club.

Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia minimal 17 tahun hal ini dikarenakan pada usia 17 tahun seseorang telah matang secara kognitif dan para pemirsa bisa bersifat lebih bijak lagi menanggapi suatu permasalahan yang ada disekitarnya. Surabaya dijadikan tempat dalam penelitian ini karena sebagai salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia pasti mempunyai masalah mengenai hukum yang beragam dan pemerintah Surabaya telah membuat terobosan baru yaitu dengan mengeluarkan call center 031- 731 4444, Layanan Call Center ini dibangun dengan tujuan sebagai pusat informasi yang juga berfungsi sebagai pusat pengaduan dan bantuan hukum kepada masyarakat. Pemilihan Call Centre ini karena saat ini telepon merupakan kebutuhan telekomunikasi yang paling utama. Apalagi mengingat kondisi masyarakat Surabaya yang selalu disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing sehingga kebutuhan telepon

hampir bisa disamakan dengan kebutuhan primer (http://kejari-surabaya.go.id). Dipilihnya masyarakat Surabaya menjadi

(25)

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil judul "Motif masyarakat menonton acara Indonesia Lawyers Club di TV One’’

1.2. Per umusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitan ini adalah "Bagaimana motif masyrakat menonton acara Indonesia Lawyers Club di TV One ?"

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitan ini adalah "Untuk mengetahui motif masyarakat menonton acara Indonesia Lawyers Club di TV One "

1.4.Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan informasi atau masukan yang bermanfaat antar lain :

1.Kegunaan Pr aktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak stasiun TV dalam mengembangkan dan meningkatkan program acara televisi khususnya acara yang mengangkat tema talkshow.

2.Kegunaan Teor itis

(26)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teor i

2.1.1. Media Massa

2.1.1.1.Definsi Media Massa

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi melalui media massa

modern, dengan kata lain komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana

komunikator secara profesional menggunakan media massa dalam menyebarkan

pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak. Komunikasi massa menyiarkan

informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam pada jumlah

banyak dengan menggunakan media (Effendi, 2003:79-80).

Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol manajemen

dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti

kekuatan atau sumber daya yang lain. Media merupakan lokasi (atau forum) yang

semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat,

baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Media seringkali berperan

sebagai wahana pengembangan kebudayaan bukan saja dalam pengertian

pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian

pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Media telah

menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran

(27)

Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan

berita dan hiburan (Mc. Quail, 2002:3).

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media

massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun elektronik

merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai

lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti

halnya pers, radio, televisi, film, dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan

perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi

jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi

jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti, 2000:3).

Media komunikasi massa bersifat tidak langsung dan oleh karenanya

perencanaan, pengolahan, dan penyampaian pesan baik itu bersifat informasi,

edukasi, persuasi, dan hiburan kepada khalayak dibuat sedemikian rupa sehingga

mencapai sasaran yang dikehendaki. Komunikasi massa bersifat satu arah (one

way traffic). Begitu pesan disebarkan komunikator, tidak diketahuinya apakah

pesan itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan

(Effendi, 2003:314).

Media massa yang digunakan sebagai sumber berita tentang manfaat kursus

dalam penelitian ini yaitu media elektronik berupa televisi yang

menginformasikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kursus yang ada

(28)

13

2.1.1.2.Per an Media Massa

Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu

sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa.

Dalam menjalankan paradigmanya, peran media massa adalah (Bungin, 2006:85) :

1. Sebagai institusi pencerahan, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media

massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas,

terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang maju.

2. Selain itu media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap

saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang

terbuka, jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka

masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi, masyarakat

yang terbuka dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi

masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi

dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki

oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang

dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya.

3. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media

massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi

corong kebudayaan, katalisator perkembangan kebudayaan. Sebagai agent of

change yang dimaksud adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu

bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah. Dengan demikian

media masa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya

(29)

Dalam penelitian ini, media massa yang digunakan adalah media elektronik

berperan sebagai media edukasi dan media informasi bagi masyarakat sebagai

khalayak. Artinya media massa berperan sebagai media yang setiap saat mendidik

masyarakat khususnya para pemirsa supaya lebih cerdas dan terbuka pikirannya

akan berbagai informasi seperti halnya informasi tentang macam-macam kursus.

2.1.2. Media Televisi

2.1.2.1.Definisi Media Televisi

Televisi terdiri dari istilah tele yang berarti jauh dan Visi yang berarti

penglihatan. Jadi televisi adalah perpaduan antara unsur radio (broadcast) dan

unsur-unsur film (moving picture). Televisi mempunyai daya tarik yang

disebabkan adanya unsur-unsur kata-kata, musik, sound effect dan memiliki unsur

visual berupa gambar. (Effendy,2000:177).

Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media massa

yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir

kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang

paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas

karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat

audio visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang

relatif tidak terbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi

sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat

bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan

(30)

15

kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh

segi-segi kejiwaan.

Sedangkan Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya media

televisi dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu peradaban,

khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas

melarikan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya

manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan

bahwa media tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik

media televisi sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum

muncul televisi, berubah total sama sekali. Pengaruh daripada televisi lebih kuat

dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio

televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi

yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi telah

menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan

komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang

dan jarak geografis pemirsa.

Televisi sebagai media yang dapat dilihat (visible) dan dapat didengar

(audible) yang membedakan dengan media elektronik lain seperti radio, televisi

mempunyai sifat-sifat langsung, simultan, intim, dan nyata (Mulyana, 1997:169).

Keunggulan inilah yang menyebabkan televisi mempunyai kapasitas lebih sebagai

media komunikasi massa yang berfungsi untuk memberikan hiburan, pendidikan

(31)

Televisi memiliki sifat sebagai berikut:

1. Langsung

Televisi bersifat langsung, sehingga suatu pesan yang akan disampaikan kepada

penonton tidak mengalami proses yang berbelit-belit seperti halnya dengan

menggunakan bahan tercetak. Suatu berita dapat disampaikan kepada public

dengan cepat, bahkan pada saat peristiwa tersebut sedang berlangsung.

2. Tidak mengenal jarak

Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa disuatu kota dinegara yang satu dapat ditonton dengan baik dinegara lain, tanpa mengenal rintangan berupa laut, gunung ataupun jurang.

3. Memiliki daya tarik yang kuat

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur kata, musik,

sound serta unsur visual berupa gambar.

2.1.2.2.Dampak Televisi

Menurut Kuswandi (1996 : 98), ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa yaitu:

1. Dampak Kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap

dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan

bagi pemirsa. Contoh: acara kuis

2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada tragedi aktual yang

ditayangkan televisi. Contoh: model pakaian, model rambut hingga istilah dan

gaya bertutur sang bintang secara verbal.

3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah

ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa

(32)

17

2.1.2.3.For mat Acar a Televisi

Setiap hari masyarakat Indonesia dapat melihat berbagai macam program

acara yang ditawarkan oleh stasiun televisi. Program acara yang bagus dapat

menaikkan rating dari televisi tersebut. Program acara yang bagus dapat terlihat

dari format acaranya. Menurut Jonathan Bignel (2004, p. 307), format acara

adalah ”the blue print for a programme, including it’s setting main character,

genre, form and main themes” artinya format acara adalah gambaran dari sebuah

program yang meliputi latar belakang program, karakter utama, tipe program,

bentuk dan tema utama program. Definisi lainnya menyebutkan bahwa format

acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi

yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi

dalam berbagai kreteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa

acara tersebut.

Format acara televisi menurut Naratama (2004 p.64) dibagi menjadi tiga

(33)

Sumber : Naratama, 2004, “Menjadi Sutradara Televisi Dengan Single Dan Multi Camera”, Gramedia Widiasarana, Jakarta.

Gambar di atas menunjukkan bahwa format acara televisi dibagi

berdasarkan drama fiksi, non drama dan berita.

1. Fiksi (Drama)

Format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi

kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang.

Format yang digunakan merupakan intepretasi kisah kehidupan yang

diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan.

Adega-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan

fiksi atau imajinasi khayalan para kreatornya

2. Nonfiksi (Nondrama)

Format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan

imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menjadi dunia

khayalan. Nondrama bukanlah suatu runtutan certita fiksi dari setiap

pelakunya. Untuk itu format-format program acara nondrama merupakan

sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang

dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik

3. Berita dan Olahraga

Format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atau

kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyrakat

sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual yang disajikan dengan

ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang

(34)

19

Dari pembagian format acara televisi di atas maka, program “Indonesia

Lawyers Club” termasuk ke dalam format acara antara non-fiksi drama yaitu Talk

Show

2.1.3. Pemir sa Sebagai Khalayak

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai

sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan pemirsa

sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan,

khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang

besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan

dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat

berubah dengan cepat (Mc.Quail, 2002:201). Pemirsa adalah massa dan memiliki

perbedaan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, serta memiliki kerangka acuan

dan lapangan pengalaman yang berbeda.

Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka sejumlah acara diperuntukan

untuk kelompok tertentu sebagai sasaran (target group), disamping khalayak

keseluruhan sebagai sasarannya atau khalayak sasaran (target audience). Contoh

acara untuk khalayak sasaran adalah warta berita, sandiwara, film seri, musik dan

lain-lain. Sedangkan untuk kelompok sasaran adalah acara untuk anak-anak,

remaja, mahasiswa, ABRI, pemeluk agama Islam, dan lain-lain

(Effendy, 1993 : 20). Disini yang termasuk khalayak sasaran (target audience)

adalah masyarakat yang menonton acara “Debat Reguler”. Komunikasi bisa

(35)

mengerti, tergerak hatinya, dan melakukan kegiatan yang diinginkan pembawa

acara sekaligus moderator.

Menurut Winarsa (2005:73-74) Kontroversi lain dalam studi mengenai

khalayak berkaitan dengan apakah khalayak begitu pasif dan dapat dengan mudah

dipengaruhi secara langsung oleh media ataukah relatif aktif dalam menyusun

kualitasnya sendiri. Tegangan ini berkaitan dengan tingkat pengaruh media

terhadap khalayak, dan berhubungan dengan tegangan komunitas massa. Sebagai

besar teori-teori massa cenderung memasukkannya ke dalam konsepsi khalayak

dalam konsepsi khlayak yang pasif, meskipuntidak semua teori khlayak pasif

dapat disebut sebagai masyarakat massa. Demikian pula sebagian besar teori-teori

komunikasi yang memasukkannya dalam gagasan khalayak aktif, dan meskipun

sebagian besar teori khalayak aktif mengakui keabsahan gagasan komunitas,

teori-teori tersebut tidak semuanya secara langsung menjadikannya sebagai pedoman.

Riset terhadap khalayak merupakan hal yang sangat perlu dilakukan.

Tujuannya agar pesan yang disampaikan dapat mengena pada sasaran target

sasaaran yang kita tuju. Karena itu, riset-riset tentang khalayak ini bukan hanya

dilakukan oleh praktisi public relation saja, tetapi oleh praktisi yang lain seperti

jurnalistik, broadcasting, pemasar dan sebagainya. Dalam bidang pemasaran

misalnya, studi tentang khalayak ini salah satunya bertujuan untuk mengetahui

perilaku konsimen guna menentukan segmentasi pasar (market

segmentation)(Kriyantono, 2006 : 330-331).

Tulisan ini menjelaskan salah satu studi khalayak, yaitu profil khalayak

(36)

21

karakteristik khalayak. Seorang komunikator harus membuat pesan yang sesuai

dengan karakteristik khalayaknya, sehingga pesan tersebut dapat efektif diterima

khalayak

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai

sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton, dan pemirsa

sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan,

khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang

besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan

dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat

berubah dengan cepat (Me. Quail, 1994:201).

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi.

Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik

minatnya, mengerti dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada

dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu (Effendy, 1990:84).:

1. Heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa teIevisi adalah massa, sejumlah orang

sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat.

Selain itu pemirsa televisi dapat ciibedakan pula menurut janis kelamin, umur,

tingkat pendidikan, clan taraf kehidupan, clan kebudayaan.

2. Pribadi yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa, maka isi

pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai

dengan situasi pemirsa saat itu.

3. Aktif yakni pemirsa bersifat aktif, mereka aktif, seperti apabila mereka

(37)

aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada dirinya

apakah yang diucapkan oleh seorang.penyiar televisi benar atau tidak.

4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih program televisi yang

disukai

2.1.4. Acara Indonesia Lawyer s Club

Indonesia Lawyers Club sendiri adalah acara talkshow yang di TV One

dengan pembawa acara sekaligus pimpinan redaksi Bapak Karni Ilyas atau bisa di

panggil Bung Karni, pokok bahasan berkisar antara politik, hukum dan lain

sebagainya. Acara ini dimaksudkan untuk pecerahan masyarakat umum tentang

tersebut agar didapat informasi yang aktual, tajam, terpercaya dan dapat

dipertanggung jawabkan kebenarannya. Adapun peserta yang hadir antara lain

para advokat, KPK, KPU, MK, perwakilan partai politik, unsur Polri, Jaksa dan

unsur lainnya yang terkait dengan penegakan hukum dan suasana politik saat ini.

Sebelumnya, Indonesia Lawyers Club bernama Jakarta Lawyers Club , namun

karena dianggap Jakarta Lawyers Club lebih Jakarta Sentris per tanggal 19

Oktober diganti menjadi Indonesia Lawyers Club

2.1.5. Motif

Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu tindakan

ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal-hal yang melatarbelakanginya, apa

saja yang mendorong melakukan tindakan perbuatan tersebut apa motifnya, untuk

itu peneliti akan menjelaskan mengenai motif. Istilah motif berasal dari kata

motive yang berarti dorongan dalam diri organisme untuk menentukan pilihan

(38)

23

manusia pada hakekatnya mempunyai motif. Jadi motif adalah hal yang berkaitan

dengan dorongan keinginan hasrat dari dalam diri untuk melaksanakan sesuatu

yang memberi arah dan tujuan pada tingkah seseorang. Dari definisi tentang

motif, maka dapat disimpulakan bahwa, motif adalah sesuatu yang ada pada diri

individu yang menggerakkan atau membangkitkan, sehingga individu itu berbuat

sesuatu (Ahmadi, 2000:192).

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya motif

yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu

mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong

oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang

melinkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atu dorongan-dorongan dalam diri

manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan, 2000:140).

Motif itu akah dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan aktifitas

tertentu untuk memenuhi kebutuha kepuasan pada diri individu dan motif

seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman bersifat konstan

meskipun ada kemungkinan berubah. Motif merupakan pencerminan motif dan

mengaktifkan perilaku. Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku

manusia besar sekali. Dan tampak bahwa motif anak-anak pada umumnya banyak

rupanya dan pada mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari

luar dirinya (Gerungan, 2000:144).

Woodworth dalam Purwanto (2000:64) menggolongkan motif menjadi

tiga golongan, yaitu :

(39)

berfungsi sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang

untuk melakukan suatu tugas.

2. Motif menentukan arah perbuatan, yakni ke arab perwujudan suatu tujuan atau

cita-cita.

3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbutan mana

yang harus dilakukan yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan

mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dengan demikian dari ketiga pengertian tersebut, maka pada dasarnya

motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri

dari kebutuhan atau motif dapat diidentikkan dengan kebutuhan.Untuk

memudahkan pengukuran tentang motif, maka didasarkan pada pendapat McQuail

(2002:72) sebagai berikut :

1. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari:

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia

b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan

c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum

(40)

25

2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khlayak sendiri, yang terdiri dari:

a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi

b. Menemukan model perilaku, panutan atau figur untuk dicontoh c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media) d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships) Kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial terdiri dari:

a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial

d. Memperoleh teman selain dari manusia (media) e. Membantu menjalankan peran sosial

f. Memungkinkan individu untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman, dan masyarakat

4. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang terdiri dari:

a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan b. Bersantai

(41)

d. Mengisi waktu e. Penyaluran emosi

f. Membangkitkan gairah seks.

2.1.6. Teor i Uses and Gratifications

Teori Uses dan Gratifications menunjukkan yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi bobotnya adalah pada khalayak yang aktif yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. (Effendy, 2003:289). Anggota khlayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga timbul istilah uses

and gratifications yang itu penggunaan dan pemenuhan kebutuhan (Rakhmat, 2002:65)

Teori Uses and Gratification muncul sebagai akibat ketidakpuasan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang gagal membuktikan bahwa khalayak langsung dapat dipengaruhi oleh media massa. Oleh karena itu, model ini digambarkan sebagai Adramatic Break With Effect Tradition of the Past (Swanson dalam Rakhmat, 2002: 65).

Teori Uses and gratifications menurut Kats, Gurevitch dan Haas dalam

Effendy (2003:294) dimulai dengan lingkungan sosial (social environment) yang

menentukan kebutuhan manusia. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri

afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

(42)

27

2. Affective needs (kebutuhan Afekjtif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif) adalah

kebutuhan yang terkait dengan kreatifitas.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) adalah kebutuhan

yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia.

5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan) adalah berkaitan dengan upaya

menghindar dari tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman

Untuk memperoleh kejelasan mengenai Model Uses and Gratification maka Katz, Gurevitch dan Haas mengemukakan gambar model Uses and Gratification dalam Effendy (1993 : 293) adalah sebagai berikut :

(43)

Pada perilaku penggunaan media, teori Uses and Gratification

menyatakan bahwa pemilihan dan penggunaan media massa ditentukan oleh

khalayak berdasarkan kebutuhan yang ingin dipenuhi, sehingga terfokus pada apa

yang dilakukan khalayak pada media massa yang diteliti disini adalah motif

mengkonsumsi media untuk mencari kepuasan.

2.2. Ker angka Berpikir

Dengan informasi manusia dapat memperluas pandangan dan

wawasannya, serta dapat lebih meningkatkan kedudukan dan peranannya dalam

masyarakat. Untuk mengetahui lebih jelas segala hal yang terjadi didunia atau

disekelilingnya, manusia sangat membutuhkan kehadiran media utnuk memenuhi

kebutuhannya. Maka hadirlah sarana komunikasi yang lebih dikenal sebagai

media massa.

Keberadaan media massa pada saat ini telah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari, adapun media massa yang

dimaksudkan disini adalah televisi. Menonton televisi bagi pemirsa merupakan

suatu kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan

tersebut bisa berupa kebutuhan akan informasi, pendidikan dan hiburan. Menurut

Blummer dalam (Effendi, 2003:61) motif meliputi motif kognitif yaitu keinginan

untuk menambah pengetahan, motif diversi yaitu kegunaan untuk menyesuaikan

diri terhadap lingkungan. Dengan menonton televisi manusia dapat memahami

dan mengerti. setiap informasi yang. disampaikan dan manusia dapat menilai

(44)

29

melalui berbagai acara yang disajikan.

Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan media informasi.

Kebutuhan tersebut sangat berguna bagi dirinya lintuk mengetahui berbagai

perubahan yang terjadi di luar lingkungan dirinya (Maslow, 1970 dalam Nugroho

2009).

Dalam hal ini, peneliti berusaha melihat motif pemirsa di Surabaya dalam

menonton program acara "Indonesia Lawyers Club". Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada bagan dibawah ini :

Gambar 2.2.

Ker angka Berpikir Penelitian Tentang Motif Pemirsa Di Surabaya Dalam Menonton Pr ogr am Indonesia Lawyer s Club Di TV One

(45)

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan cermat (Rakhmat, 1999:22). Dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian secara sistematis mengenai motif pemirsa dalam menonton program acara "Indonesia Lawyers Club" di TV One.

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis, tetapi akan menggambarkan secara sistematis tentang bagaimana motif pemirsa dalam menonton program acara “Indonesia Lawyers Club” di TVOne.

1. Motif

Dalam hal ini motif dapat dioperasionalisasikan sebagai penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif timbul karena adanya kebutuhan dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan.

(46)

31

a. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu yang terdiri dari:

1. Menambah wawasan atau pengetahuan baru tentang hukum yang terjadi di Indonesia.

2. Ingin mendapatkan informasi tentang permasalahan actual hukum yang ada di Indonesia serta penanganan hukum di Indonesia

3. Ingin mendapatkan informasi tentang topik yang dibicarakan dalam segmen talkshow pada program acara “Indonesia Lawyers Club” di TVOne

4. Ingin mengetahui siapa yang menjadi narasumber pada program acara “Indonesia Lawyers Club” di TVOne.

b. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri, yang terdiri dari:

1. Meningkatkan pemahaman tentang hukum di Indonesia dengan menonton Indonesia Lawyers Club

2. Mencari tokoh atau panutan yang bersih dalam bidang hukum . 3. Mengidentifikasikan diri dengan profil narasumber.

(47)

c. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships) Kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial terdiri dari:

1. Keinginan memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain dalam hal ini adalah orang yang terkena masalah hukum

2. Keinginan pemirsa berbagi informasi mengenai perkembangan masalah hukum kepada teman dan orang sekitar

3. Keinginan Pemirsa untuk ikut-ikutan menonton Indonesia Lawyers Club

d. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang terdiri dari:

1. Bersantai setelah menjalankan aktivitas seharian 2. Mengisi waktu luang.

3. Menghilangkan stres karena rutinitas yang padat 4. Mencari hiburan

5. Melepaskan diri dari permaslahan

Indikator untuk motif pemirsa di wilayah Surabaya dapat ditunjukkan melaui total skor dari seluruh jawaban responden atas pernyataan-pernyataan yang diajukan dalam kuisioner, sehingga untuk mempermudah dapat diuraikan sebagai berikut:

STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1

TS (Tidak Setuju) diberi skor 2

S (Setuju) diberi skor 3

(48)

33

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternative jawaban ragu-ragu (undecided), alasannya menurut Hadi (1981:20) adalah sebagai berikut:

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.

b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden.

Motif pemirsa dalam menonton program acara “Indonesia Lawyers” di TVOne digolongkan menjadi tiga yaitu rendah, sedang, tinggi yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban masing-masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat rendah, sedang, dan tinggi menggunakan rumus:

Range (R): Skor tertinggi – Skor terendah Jenjang yang diinginkan Keterangan:

Range (R) : Batasan dari setiap tingkatan

Skor Tertinggi : Pertanyaan antara nilai tertinggi dengan Jumlah item pertanyaan

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan Jumlah item pertanyaan

(49)

Interval dari motif sebagai berikut :

a. Dikategorikan Tinggi, bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 48 s/d 64.

b. Dikategorikan Sedang, bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 32 s/d 47.

c. Dikategorikan Rendah, bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 16 s/d 31.

Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh tingkat interval untuk mengetahui motif pemirsa Surabaya dalam menonton acara Indonesia Lawyers Club di TVOne untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Motif kognitif

Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif kognitif memiliki 4 indikator atau empat (4) pernyataan, maka pengkategorian untuk motif kognitif adalah sebagai berikut :

(50)

35

b. Dikategorikan sedang, bila total skor jawaban responden untuk motif kognitif berada diinterval 8-11. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif pemirsa untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan acara Indonesia Lawyers Club di TVOne cukup atau sedang.

c. Dikategorikan rendah, bila total skor jawaban responden untuk motif kognitif berada diinterval 4-7. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif pemirsa untuk, memperoleh informasi yang berkaitan dengan acara Indonesia Lawyers Club di TVOne rendah.

2. Motif Identitas Personal

Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif identitas personal memiliki 4 indikator atau empat (4) pernyataan, maka pengkategorian untuk motif identitas personal adalah sebagai berikut :

Interval : 4

a. Dikategorikan tinggi, bila total skor jawaban responden untuk motif identitas personal berada diinterval 12-16. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif pemirsa untuk identitas personal yang berkaitan dengan acara Indonesia Lawyers Club di TVOne Tinggi.

(51)

c. Dikategorikan rendah, bila total skor jawaban responden untuk motif identitas personal berada diinterval 4-7. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif identitas personal yang berkaitan dengan acara Indonesia Lawyers Club di TVOne rendah.

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

Sesuai dengan yang telah diuraikan sebehunnya, motif integrasi dan interaksi sosial memiliki 4 indikator atau empat (4) pernyataan, maka pengkategorian untuk motif integrasi dan interaksi sosial adalah sebagai berikut :

Interval : 3

a. Dikategorikan tinggi, bila total skor jawaban responden untuk motif integrasi dan interaksi sosial berada diinterval 10-12. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif pemirsa untuk integrasi dan interaksi sosial yang berkaitan dengan acara Indonesia Lawyers Club di TVOne Tinggi. b. Dikategorikan sedang, bila total skor jawaban responden untuk motif

integrasi dan interaksi sosial berada diinterval 7-9. Hal tersebut menunjukkan bahwa integrasi dan interaksi sosial yang berkaitan dengan acara Indonesia Lawyers Club di TVOne cukup atau sedang.

(52)

37

4. Motif Diversi

Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif diversi memiliki 4 indikator atau empat (4) pernyataan, maka pengkategorian untuk motif diversi adalah sebagai berikut :

a. Dikategorikan tinggi, bila total skor jawaban responden untuk motif diversi berada diinterval 15-20. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif diversi pemirsa untuk identitas personal yang berkaitan dengan acara Indonesia Lawyers Club di TVOne Tinggi.

b. Dikategorikan sedang, bila total skor jawaban responden untuk motif motif diversi berada diinterval 10-14. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif diversi yang berkaitan dengan acara Indonesia Lawyers Club di TVOne cukup atau sedang.

c. Dikategorikan rendah, bila total skor jawaban responden untuk motif motif diversi berada diinterval 5-9. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif motif diversi yang berkaitan dengan acara Indonesia Lawyers Club di TVOne rendah.

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari (Sugiyono, 203:55). Populasi dalam penelitian ini adalah

(53)

tersebut para pemirsa bisa bersifat lebih bijak lagi menanggapi suatu

permasalahan yang ada di sekitarnya sehingga jumlah populasi dalam penelitian

ini adalah 2.013.082 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari masyarakat Surabaya yang memiliki karakteristik antara lain :

1. Berusia 17-59 tahun 2. Berdomisili di Surabaya

3. Pernah menonton acara Indonesia Lawyers Club di TVOne.

Dengan tingkat populasi penduduk yang besar dan keberagaman penduduk kota Surabaya dapat mewakili responden secara representatif.

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :

1

d = Presisi (derajat ketelitian 10%). 1 = angka konstan

3.3.3. Tek nik Penar ikan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode non

(54)

39

sampel berdasarkan kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai

sumber data (Sugiyono, 2009:122).

3.4. Tek nik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung langsung dari responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara pada responden dengan berdasarkan kuisioner yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang terutup dan yang terbuka.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari lapangan. Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua, seperti perpustakaan,pusat pengelolahan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya. Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan analisis

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

(55)

selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

% 100 × =

N F

P

Keterangan :

P : Persentase Responden F : Frekuensi Responden N : Jumlah Responden

(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambar an Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Gambar an Umum Acar a Indonesia Lawyer s Club

Program TV Indonesia adalah sebuah acara dialog interaktif tv yang disajikan oleh tvOne yang mengangkat pembahasan-pembahasan mengenai isu nasional yang aktual yang berkisar antara gejolak politik, sosial, penegakan hukum dan lain-lain. Acara televisi yang ditayangkan di TV one setiap hari selasa malam ini dibawakan oleh pemimpin redaksi TV One Karni Ilyas. Jakarta Lawyers Club yang berdurasi satu jam pada setiap episodenya dimaksudkan untuk pencerahan masyarakat umum agar mendapatkan informasi yang aktual, tajam, terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, dengan mengahdirkan para prkatisi hukum , KPK, KPU, MK, perwakilan partai politik, unsur Polri, Jaksa dan unsur lainnya yang terkait dengan penegakan hukum dan suasana politik saat ini.

Program Indonesia Lawyers Club awalnya hadir dengan nama Jakarta Lawyers Club yang lebih dikenal dengan sebutan JLC. Mengusung format yang

sama dengan JLC, sekarang berubah nama menjadi Indonesia Lawyers Club ( ILC ) hal ini disebabkan beberapa pertimbangan seperti halnya masalah yang

(57)

unggulan di TV One, Program ini memiliki salah satu kekuatan utama yang terletak pada Karni Ilyas sebagai pembawa acara sekaligus wartawan senior yang memiliki latar belakang sebagai sarjana hukum dan didukung oleh para narasumber dengan bebas akan menceritakan kejadian demi kejadian dari sebuah isu yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat dan menghasilkan diskusi terbuka ini menjadi salah satu program yang digemari masyarakat Indonesia.

4.1.2. Gambar an Umum Masyar akat Surabaya

Surabaya dulunya merupakan gerbang Kerajaan Majapahit, yakni di muara Kali Mas. Bahkan hari jadi Kota Surabaya ditetapkan sebagai tanggal 31 Mei 1293. Hari itu sebenarnya merupakan hari kemenangan pasukan Majapahit yang dipimpin Raden Wijaya terhadap pasukan kerajaan Mongol utusan Kubilai Khan. Pasukan Mongol yang datang dari laut digambarkan sebagai ikan SURO (ikan hiu) dan pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat digambarkan sebagai BOYO (buaya). Maka hari kemenangan itu diperingati sebagai hari jadi Subabaya.

(58)

43

SURA (ikan hiu=bahasa jawa) dan BAYA (buaya=bahasa jawa). Meskipun Suku Jawa (53%) adalah mayoritas, namun Surabaya juga menjadi tempat tinggal berbagai suku bangsa di Indonesia, termasuk suku Madura (7.5%), Tionghoa(25.5%), Arab (7%), serta para ekspatriat (sisanya).

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data 4.2.1. Identitas Responden.

Identitas responden yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi : jenis kelamin pemirsa, usia pendidikan terakhir dan selengkapnya tertera pada tabel berikut :

Tabel 4.1.

Kar akter istik Responden Ber dasar kan J enis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi %

1 Laki-laki 58 58

2 Perempuan 42 42

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner Sub I No 3

(59)

Kar akter istik Responden Ber dasar kan Usia yaitu sebanyak 36 orang atau 36 % kemudian respoden dengan umur 31 hingga 40 tahun sebanyak 34 orang atau 34 % dan respoden dengan usia 17 hingga 22 tahun sebanyak 20 orang atau 20 % dan yang paling sedikit adalah respoden dengan usia antara 41-49 tahun yaitu sebanyak 10 orang atau 10 %. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini adalah para permirsa yang telah berusia dewasa, hal ini dikarenakan menurutnya tema dan topik yang ditawarkan cukup berat seperti halnya menyangkut masalah hukum dan politik di Indonesia sehingga memang cocok untuk usia dewasa.

Tabel 4.3.

Kar akter istik Responden Berdasarkan Pendidikan

(60)

45

Dari tabel di atas dapat diketahui sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah pemirsa Indonesia Lawyers Club yang berpendidikan terakhir S1 sebanyak 33 responden atau 33%, responden yang berpendidikan terakhir SMA sebanyak 20 responden atau 20%, responden yang berpendidikan terakhir S2 sebanyak 12 orang atau 12% responden yang berpendidikan terakhir SMP sebanyak 1 orang atau 1% dan tidak ada responden yang berpendidikan terkahir SD

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan responden yang menonton program acara Indonesia Lawyers Club di TVOne memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi hal ini disebabkan karena acara Indonesia Lawyers Club memiliki tema yang berbobot sehingga memungkinkan responden yang berpendidikan tinggi menyukai acara tersebut.

Tabel 4.4.

Karakter istik Responden Ber dasar kan Peker jaan

No Pendidikan Jumlah %

1 Pelajar 29 29

2 Karyawan Swasta 24 24

3 PNS 22 22

4 Wiraswasta 25 25

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner Sub I No 5

Gambar

Gambar 2.1  Uses dan Gratification Model
Gambar 2.2.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

uleebalang. Sebagai seorang pemimpin, uleebalang berada di tengah-tengah masyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat. Hubungan timbal balik dan saling membutuhkan

Penambahan elemen reaktif yttrium dan cerium pada cuplikan FeNiCr dan FeAl dengan teknik implantasi untuk meningkatkan ketahanan oksidasi suhu tinggi memberikan hasil yang

Pengalatnan pertama seorang anak yang diperoleh pada awal kehidurannya melllPunyai pengaruh yang sangat pcnting bagi pcrkembangan anak selanjutnya karena apa yang

Hasil pengukuran rata-rata diameter daya antimikroba dari ekstrak kasar etanol, fraksi kloroform, fraksi n-heksan, dan fraksi metanol dari spons Theonella swinhoei terhadap

Karakterisasi isolat AF-E6(12-13)-7 dari kayu batang durian kusik (D.dulcis Becc.) dilakukan dengan melihat senyawa fenolik yang telah ditemukan pada jenis durian

[r]

PENGARUH KOMUNIKASI INTERNAL TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN IPA (P4TK IPA) BANDUNG. ii

Kesadaran hukum, ketertiban dan juga kepatuh terhadap penegakan hukum atau undang-undang yang ada belum terpenuhi, maka akibat daripada perilaku tersebut akan dikenakan