• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Sur at Kabar

Pada awalnya surat kabar sering kali diidentikkan dengan pers, namun karena pengertian pers sudah luas, dimana media elektronik sekarang ini sudah dikategorikan dengan media juga. Untuk itu pengertian pers dalam arti sempit, pers hanya meliputi media cetak saja, salah satunya adalah surat kabar.

Menurut Onong Uchjana Effendy, “Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca” (Effendy,1993:241).

Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk menyajikan berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat pada umumnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan modern seperti sekarang ini. Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu setiap saat kepada pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan interpretasi mengenai beberapa hal, sehingga hampir sebagian besar

dari masyarakat menggantungkan dirinya kepada pers untuk memperoleh informasi.

Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai pers sebagai media massa tercetak ialah dalam pengertian sempit, yakni surat kabar. Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain :

1. Publisitas (Publicity)

Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik. Karena diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat kabar ini terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum. Untuk itu, penerbitan yang meskipun sama dengan surat kabar tidak bisa disebut sebagai surat kabar jika hanya ditujukan kepada sekelompok orang atau golongan.

2. Periodesitas (Periodicity)

Yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini bisa satu kali sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karena mempunyai keteraturan dalam penerbitannya, maka penerbit buku tidak dapat dikategorikan sebagai surat kabar meskipun isinya menyangkut kepentingan umum karena tidak disebarkan secara periodik dan berkala. 3. Universalitas (universality)

Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai penjuru dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya

hanya mengkhususkan diri pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur, koperasi atau pertanian, tidak termasuk surat kabar. Memang benar bahwa berkala itu ditujukan kepada khalayak umum dan diterbitkan secara berkala, namun bila isinya hanya mengenai salah satu aspek kehidupan saja maka tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori surat kabar.

4. Aktualitas (Actuality)

Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Kedua-duanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar. Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan perkataan lain laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus benar. Tetapi yang dimaksudkan aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran berita (Effendy, 1993:119-121).

Hal-hal yang disiarkan media cetak lainnya bisa saja mengandung kebenaran, tetapi belum tentu mengenai sesuatu yang baru saja terjadi. Diantara media cetak, hanyalah surat kabar yang menyiarkan hal-hal yang baru terjadi. Pada kenyataannya, memang isi surat kabar beranekaragam, selain berita juga terdapat artikel, rubrik, cerita bersambung, cerita bergambar, dan lain-lain yang bukan merupakan laporan tercepat. Kesemuanya itu sekedar untuk menunjang upaya membangkitkan minat agar surat kabar bersangkutan dibeli orang.

2.1.2 Sur at Kabar Sebagai Media Massa

Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg di Jerman” (Ardianto & Erdinaya, 2005;99). Perkembangan surat kabar di Indonesia sendiri juga telah melewati perjalanan panjang selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru. Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan,dan persuasif), fungsi yang paling menonjol adalah informasi” (Ardianto &Erdinaya, 2005;104).

Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang beragam. Terdapat rubrik olahraga, berita lokal, nasional, maupun internasional, terdapat media cetak terkini bila dibandingkan media cetak lainnya karena nilai kebaruannya. Adanya isi surat kabar yang variatif, dari berita— berita internasional hingga lokal. Namun secara sederhana isi surat kabar dapat dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan (advertising). Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu fenomena masyarakat ( seperti pada tabloid yang hanya membahas fenomena tentang olahraga ) namun semua fenomena atau peristiwa dalam realitas dilaporkan ( Efendy.2000;92 ). Dalam pelaporan berita yang dibuat

para pekerja media ( wartawan dan karikaturis ), terdapat perbedaan antara media satu dengan media yang lainnya.

Menurut Assegaf (1991: 140) surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita - berita, karangan - karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik dan dijual untuk umum. Selain itu surat kabar juga mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Pareno (2005 : 24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut :

Berita merupakan unsur utama yang dominan. 1. Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.

2. Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama. 3. Umpan balik relatif lebih lamban.

4. Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban.

5. Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.

Ada beberapa alasan orang membaca surat kabar. Seseorang ingin tahu sesuatu karena berbagai alasan : untuk meraih prestise, menghilangkan kebosanan, agar merasa lebih dekat dengan lingkungannya, atau untuk menyesuaikan perannya di masyarakat. Bagi sebagian orang, koran merupakan sumber informasi dan gagasan tentang berbagai masalah publik yang seruis. Bagi sebagian yang lain, koran bukan untuk mencari informasi, melainkan untuk mengisi rutinitas.

Sebagian pembaca juga menjadikan koran sebagai alat kontak sosial. Ada pula yang menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari kehidupan sehari - hari. (Rivers dan Peterson, 2003: 313).

Surat kabar di media massa ada dua yaitu Media cetak dan media eletronik. Media cetak adalah media yang proses berkerjanya berdasarkan prinsip cetak. Media cetak menyampaikan berita dan informasi dengan cara menyetak gambar dan tulisan dari proses suatu terjadinya peristiwa, seperti pada koran dan merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat disamping media elektronik dan juga media digital.

Media elektronik bisa dipakai untuk mentransmisikan warisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karena memiliki kemampuan membawa pesan yang spesifik dengan penyajian yang mendalam.Internet atau dunia virtual atau biasa disebut dunia maya, mempunyai kualitas permanen sehingga bisa disimpan dalam waktu yang lama. Internet saat ini, seiring dengan perkembangan zaman, perubahan – perubahan dalam isi atau content yang ditampilkan oleh internet sangat bervariasi salah satunya media online.

2.1.3 Media Online

Salah satu desain media online yang paling umum diaplikasikan dalam praktik jurnalistik modern dewasa ini adalah berupa situs berita. Situs berita atau portal informasi sesuai dengan namanya merupakan pintu gerbang informasi yang memungkinkan pengakses informasi memperoleh

aneka fitur fasilitas teknologi online dan berita didalamnya. Content-nya merupakan perpaduan layanan interaktif yang terkait informasi secara langsung, misalnya tanggapan langsung, pencarian artikel, forum diskusi, dll; dan atau yang tidak berhubungan sama sekali dengannya, misalnya games, chat, kuis, dll (Iswara, 2001).

Media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia (baca-komputer dan internet). Didalamnya terdapat portal, website (situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dll, dengan karakteristik masing-masing sesuai

dengan fasilitas yang memungkinkan user memanfaatkannya”.

Lebih lanjut tentang media online berupa portal informasi ini, Iswara (2001) menjelaskan karakteristik umum yang dimiliki media jenis ini, yaitu:

1. Kecepatan (aktualitas) informasi

Kejadian atau peristiwa yang terjadi di lapangan dapat langsung di upload ke dalam situs web media online ini, tanpa harus menunggu hitungan menit, jam atau hari, seperti yang terjadi pada media elektronik atau media cetak. Dengan demikian mempercepat distribusi informasi ke pasar (pengakses), dengan jangkauan global lewat jaringan internet, dan dalam waktu bersamaan dan umumnya informasi yang ada tertuang dalam bentuk data dan fakta bukan cerita.

2. Adanya pembaruan (updating) informasi

Informasi disampaikan secara terus menerus, karena adanya pembaruan (updating) informasi. Penyajian yang bersifat realtime ini menyebabkan tidak adanya waktu yang diiistemewakan (prime time) karena penyediaan informasi berlangsung tanpa putus, hanya tergantung kapan pengguna mau mengaksesnya.

3. Interaktivitas

Salah satu keunggulan media online ini yang paling membedakan dirinya dengan media lain adalah fungsi interaktif. Model komunikasi yang digunakan media konvensional biasanya bersifat searah (linear) dan bertolak dari kecenderungan sepihak dari atas (top-down). Sedangkan media online bersifat dua arah dan egaliter. Berbagai features yang ada seperti chatroom, e-mail, online polling/survey, games, merupakan contoh interactive options yang terdapat di media online. Pembaca pun dapat menyampaikan keluhan, saran, atau tanggapan ke bagian redaksi dan bisa langsung dibalas.

4. Personalisasi

Pembaca atau pengguna semakin otonom dalam menentukan informasi mana yang ia butuhkan. Media online memberikan peluang kepada setiap pembaca hanya mengambil informasi yang relevan bagi dirinya,

dan menghapus informasi yang tidak ia butuhkan. Jadi selektivitas informasi dan sensor berada di tangan pengguna (self control).

5. Kapasitas muatan dapat diperbesar

Informasi yang termuat bisa dikatakan tanpa batas karena didukung media penyimpanan data yang ada di server komputer dan sistem global. Informasi yang pernah disediakan akan tetap tersimpan, dan dapat ditambah kapan saja, dan pembaca dapat mencarinya dengan mesin pencari (search engine).

6. Terhubung dengan sumber lain (hyperlink)

Setiap data dan informasi yang disajikan dapat dihubungkan dengan sumber lain yang juga berkaitan dengan informasi tersebut, atau disambungkan ke bank data yang dimiliki media tersebut atau dari sumber-sumber luar. Karakter hyperlink ini juga membuat para pengakses bisa berhubungan dengan pengakses lainnya ketika masuk ke sebuah situs media online dan menggunakan fasilitas yang sama dalam media tersebut, misalnya dalam chatroom, lewat e-mail atau games. ( http://Arya-neo.blogspot.com/2010/10/pengertian-media-online.html ).

2.1.4 Kar tun dan Kar ikatur

Secara singkat dijelaskan, bahwa karikatur, seperti halnya kartun strip, kartun gags ( kartun kata ), kartun komik dan kartun animasi adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun.

Karikatur adalah bagian dari kartun, namun memiliki muatan pesan yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang ( tokoh ) atau suatu masalah. Walaupun dibumbui dengan humor, karikatur merupakan kartun satir yang kadang dapat menyindir seseorang dan membuat seseorang tersenyum kecut saat membacanya. Kartun merupakan gambar lucu atau dilucukan yang bertujuan agar pemirsanya terhibur, tersenyum, atau tertawa geli. Sementara karikatur, adalah bagian kartun yang diberi muatan pesan yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang atau suatu masalah. Karikatur cenderung diisi dengan humor. Namun, tetap merupakan sebuah kartun satir yang kadang bukannya menghibur, tapi dapat membuat seseorang tersenyum kecut setelah melihatnya (Sobur, 2003:138).

Melalui media visual, kritikan-kritikan yang disampaikan secara jenaka tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan. Bahkan,seringkali gambar terkesan lucu, sehingga membuat para pembaca tersenyum dan tertawa karena mengandung unsur humor. Pejabat pemerintah atau tokoh masyarakat yang menjadi objek karikatur pun tidak tersinggung, tetapi justru sebaliknya merasa senang karena dirinya diangkat kepermukaan oleh kartunis ( Sobur, 2003:140 ). Selain itu, menurut Sutarno pimpinan redaksi harian Suara Pembaruan, karikatur maupun kartun merupakan salah satu bentuk karya jurnalistik non-verbal yang cukup efektif dan mengena baik dalam penyampaian pesan maupun kritik sosial ( Pramoedjo, 1996:9 ).

Karikatur dalam bahasa latin disebut carricare memiliki arti sebagai gambar wajah yang didistorsikan, diplesetkan, atau dilebih-lebihkan secara karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Bahkan dalam museum The House of Humor and Satire di Gabrovo, Bulgaria, atau di The House of Humor di Montreal, Kanada, wajah-wajah karikatural tokoh dunia dalam bentuk patung atau gambar dwimatra (dua dimensi) dipajang dengananggun dan artistik (Pramoedjo, 2008).

Dalam Encyclopedie Internasional karikatur didefinisikan sebagai sebuah ’satire’ dalam bentuk gambar atau patung. Thomas Nast, kartunis di pertengahan abad ke-18 merupakan salah satu kartunis politik yang paling berpengaruh di Amerika. Nast berhasil menjatuhkan jaringan Boss Tweed danmesin politik koruptor di NewYork Tammany Hall dengan karikaturnya. Kreasi Nast yang paling terkenal hingga sekarang adalah Santa Claus. Sementara dalam Encyclopedie Britaninica, karikatur adalah penggambaran seseorang, suatu tipe, atau kegiatan dalam keadaan terdistorsi ( penyajian dibuat berlebihan dari gambar-gambar binatang, burung, sayur, dan lainnya yang menggantikan bagian-bagian benda hidup atau yang ada persamaannya ).

Menurut Kornreich dan Schimmel, bentuk gambar sangat membuka peluang seseorang untuk lebih berani mengekspresikan dirinya terhadap emosi atau pun agitasi yang ditekan ( dalam Setiawan, 2002:xviii ). Oleh sebab itu,berkomunikasi melalui media gambar, membuat seseorang tidak akan merasa terancam karena takut mengaitkan hal-hal yang dianggap

tabu, bahkan sebaliknya, berkomunikasi dalam bentuk gambar visual memiliki kekuatan sendiri dalam penggambaran suatu hal. Dengan kata lain, gambar karikatur merupakan produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari segi pengetahuan, referensi atau bacaan, maupun bagaimana cara memilih topik atau isu dalam lingkungan sosial politik yang sedang dihadapi. Karena itu,media Pers Indonesia menampilkan karikatur sebagai ungkapan kritis terhadap berbagai masalah yang berkembang secara tersamar dan tersembunyi. Untuk itu, pembaca diajak berpikir, merenungkan, dan memahami pesan-pesan yang terdapat dalam gambar karikatur ( Augustin Sibarani,2001:27 ).

Adapun sifat-sifat karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam ( Sibarani, 2001 ), yaitu: karikatur orang-pribadi, karikatur sosial, dan

karikatur politik. Karikatur orang-pribadi menggambarkan seseorang ( biasanya tokoh yang dikenal ) dengan mengekspose ciri-cirinya dalam bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa objek lain atau situasi di sekelilingnya secara karikatural. Karikatur sosial mengemukakan dan menggambarkan persoalan-persoalan masyarakat yang menyinggung rasa keadilan sosial. Sedangkan karikatur politik menggambarkan tentang situasi politik sedemikian rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor dengan menampilkan para tokoh politik ( Sibarani, 2001 ).

Pelukisan karikatur sendiri memiliki dua ciri, yaitu adanya satire dan distorsi. Satire dalam hal ini diartikan sebagai ironi, tragedi-komedi,atau parodi. Sehingga, di dalamnya dapat mengandung sesuatu yang janggal,

absurd , yang dapat menertawakan, namun bisa juga memprihatinkan atau menyedihkan ( Komunitas Ruang Baca – Tempo, Rimbun Natamarga, 2010 ). Dalam buku Ilmu Komunikas Teori dan Praktek karya Onong Uchjana Effendy, karikatur dalam media manjalankan salah satu fungsi pers, yaitu fungsi menghibur (to entertain ).

2.1.5 Kar ikatur Dalam Media Massa

Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio, televisi, internet dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi dimana penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media massa. Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan estetika, disamping kadar humornya. Karikatur penuh dengan perlambangan-perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang diampaikan sebuah gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang sedang hangat di permukaan.

Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di Indonesia akan lebih mudah dianalisa mengenai konsep politik Indonesia dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan Direct Speech

( komunikasi langsung ) dan Symbolic Speech ( komunikasi tidak langsung). Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya dipahami sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung, seperti humor, gossip, diskusi, argumen, intrik, dan lain-lain. Sedangkan komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun diteliti seperti patung, monument dan simbol -simbol lainnya (Bintoro dalam Marliani, 2004: 49).

Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan di atas, merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai objek studi ini. Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik yang sehat dan juga suatu keahlian karikaturis adalah bagaimana dia memilih topik -topik isu yang tepat dan masih hangat.

2.1.6 Kr itik Sosial

Kritik berasal dari yunani ( kritike = pemisahan, krinoo = memutuskan ) dan berkembang dalam bahasa inggris “ critism ” yang berarti evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu kajian yang menyangkut kehidupan manusia dalam bermasyarakat seperti interaksi sosial, gaya hidup masyarakat, perubahan sosial yang terkait dengan kehidupan sosial masyarakat. Sehingga kritik sosial dapat diartikan sebagai evaluasi atau penilaian yang menyangkut kehidupan bermasyarakat menciptakan suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil. Dalam kritik sosial, pers dan politik indonesia, kritik sosial adalah suatu

bentuk komunikasi dalam bermasyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat.

Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan unsur penting dalam memelihara sisitem sosial. Dengan kata lain, kritik sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat ( Masoed, 1994 :47 ). Kritik sosial juga dapat berarti inovasi sosial, dalam arti bahwa kritik sosial dapat juga membangun gagasan baru yang didapat dari kritik sosial tersebut, perspektif kritik sosial yang demikian lebih banyak dianut oleh kaum kritis dan strukturalis. Mereka melihat kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan perubahan sosial (Masoed, 1994 :49 ).

Kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru menitik beratkan dan mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan nyata dalam masyarakat. Kritik merupakan bagian essensial dari masyarakat, meskipun teori sosiologi cenderung mengabaikannya. Yang membedakan antara masyarakat satu dengan yang lain hanya cara pernyataannya. Karena dominasi budaya jawa yang sangat kuat, masyarakat indonesia cenderung menggunakan cara kritik yang tersirat, yang disampaikan secara tidak langsung, misalnya melalui simbol dan sebagainya. Akan tetapi, penyerapan cara kritik jawa itu tidak dapat

dilakukan begitu saja, tanpa mempertimbangkan tatanan masyarakat keseluruhan.

Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi negatif seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung kemungkinan kata positif yaitu dukungan, usulan, atau saran, penyelidikan yang cermat. (Masoed, 1999: 36). Definisi “ kritik ” menurut kamus Oxford adalah “one who appreises literaryor artistic work” atau suatu hal yang membentuk dan memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap sesuatu.

Kritik memiliki fungsi taktis dan peranan startegis dalam menumbuhkan berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan pemerintahnya. Tidak tutup mata atas kenyataan bahwa kritik adalah modus sebuah proses input, sehingga otomatis tidak mungkin dihindari. Kritik akan mengingatkan agar masyarakat selalu bertindak sedemikian rupa, sehingga pemikiran, program dan tindakan yang dirancangkan untuk dapat mencapai pemecahaan terhadap masalah kehidupan dalam masyarakat atau lingkungannya, dilaksanakan dengan akibat yang semanusiawi mungkin.

Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai dari cara yang paling tradisional, seperti berjemur diri, ungkapan - ungkapan sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi sosial melalui berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam komunikasi publik, seni sastra, dan melalui media massa. Kritik dari masyarakat ini hendaknya

ditanggapi dengan serius oleh pemerintah. Memang dalam menanggapi kritik dari masyarakat, belum menjamin persoalan akan selesai, tetapi itu menunjukkan adanya perhatian dari pemerintah. Perhatian inilah yang secara akumulatif membentuk kesan, pemerintah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya. Apabila masyarakat sudah diperhatikan aspirasinya, masyarakat tidak akan lupa budi, sehingga apabila pemerintah mempunyai program kerja maka partispasi masyarakat akan muncul dengan sendirinya ( Panuju, 1999: 49 ).

Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena ia mendorong sesuatu yang terjadi didalam masyarakat untuk kembali ke kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan - kelemahan pihak lain dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik sosial itu menjadi kabur (Masoed, 1999: 71).

Kesan oposisi sejauh mungkin harus dapat dihindarkan, masyarakat awam menganggap kritik sama dengan oposisi, yang artinya “pihak sana” (out group) sehingga kritik tertuju kebijaksanaan atau oknum aparat pemerintah, diidentifikasi sebagai penentang atau melawan pemerintah. Padahal, kritik bukanlah seperti itu. Kritik tidak selamanya berarti melawan. Kritik itu mengandung muatan - muatan saling memberi arti. Setidaknya menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan dalam merumuskan kebijaksanaan dan tindak lanjutnya.(Ali, 1999: 84).

Dengan demikian, melestarikan atau mempertahankan kritik terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya sama saja membunuh eksistensi kritik sebagai sebuah institusi sosial yang lahir dari kebutuhan pengembangan hidup kebersamaan manusia. Dalam konteks budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya tulis diatas, pembangunan, pengembangan, penyebaran kritik sama statusnya dengan pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik itu sendiri.

2.1.7 Kar ikatur Sebagai Pr oses Komunikasi

John Dewey pernah menyatakan bahwa komunikasi adalah “ hal penting menakjubkan” (rivers,2003:33). Dalam pandangannya, masyarakat

Dokumen terkait