• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agustono, Suprapto H, Mujahir. 2012. Strategi bakteri probiotik untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen di dalam pencernaan kerapu Chromileptes altivelis dengan memproduksi beberapa bakterial substansi. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 4(2):199-205.

Akhtur MS, Alam S, Islam MS, Lee MW. 2009. Identification of the fungal pathogen that causes strawberry anthracnose in Bangladesh and evaluation of in vitro fungicide activity. Mycobiology 37(2):77-81.

Ambarwati, Azizah T, Sembiring L, Wahyuono S. 2013. Uji aktivitas antibakteri isolat Actinomycetes dari rizosfer padi (Oryza sativa) terhadap

Salmonella typhosa dan Staphylococcus aureus. Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS: hal 1-6.

Arwiyanto T, Maryudani YMS, Prasetyo AE. 2007. Karakterisasi dan uji aktivitas

Bacillus spp sebagai agensia pengendalian hayai penyakit lincat pada tembakau Temanggung. Berk. Penel. Hayati 12: 93-98.

Asnawi, Iswati R, Hiasinta, Motulo FJ. 2012. Eksplorasi agens biokontrol

Phytopthora palmivora penyebab penyakit gugur buah kelapa. JATT

1(2):61-66.

Atlas RM. 2010. Handbook of Microbiological Media. Ed ke-4. Washington (US) : ASM Pr.

[AVRDC] Asian Vegetable Research Development Centre 2004, „Fa t heet‟, AVRDC publication 04-174, diunduh 14 September 2014, <www.avrdc.org>.

Baharuddin, Nursaba, Kuswinanti T. 2005. Pengaruh pemberian Pseudomonas fluorescens dan “effektive mikroorganism 4” dalam menekan penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEJ dan PFJ XVJ Komda Sulawesi Selatan. JSNB 979(95025):6-7.

Benny, Lubis L, Oemry S, fairuzah Z. 2013. Uji dosis dan cara aplikasi biofungisida Bacillus sp terhadap penyakit jamur akar putih (Rigidoporus lignosus) pada tanaman karet di pembibitan. Jurnal Online Agroteknologi

1(2):2337-6597.

Bernadiknus T, Wiranta W. 2006. Bertanam Cabai pada Musim Hujan. Tanggerang (ID): Agromedia Pustaka.

Compant S, Duffy B, Nowak J, Clement C, Barka EA. 2005. Use of plant growth-promoting bacteria for biocontrol of plant diseases: principles, mechanisms of action, and future prospects. Applied and Environment Microbiology 71(9):4951-4959.

Copeland LO, McDonald MB. 2001. Principles of Seed Science and Technology-fourth edition. Burgess Publishing company. Minneapolis (US):Minnesota.

Damm U, Cannon PF, Woundenberg JHC, Crous PW. 2012. The Colletotrichum acutatum species complex. Studies in Mycology 73:37-113.

30

[FAO,WHO] Food Agriculture Organization, World Health Organization 2001,

„ eport of a joint FAO/W O expert onsultation on evaluation og health

and nutritional properties of probiotics in food including powder milk with live lactic acid bacteria, diunduh 15 September 2014, <ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/009/a0512e/a0512e00.pdf. >.

Feliatra, Fitria Y, Nursyirwani. 2012. Antagonis bakteri probiotik yang diisolasi dari usus dan lambung ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) terhadap bakteri patogen. Jurnal Perikanan dan Kelautan 17(1):16-25.

Guerber JC, Correl JC. 2001. Characterization of Glomorella acutata, the teleomorph of Colletotrichum acutatum. Mycologia 98(1):216-229. Gunawan OS. 2006. Mikroba antagonis untuk pengendalian penyakit antraknos

pada cabai besar. J. Hort 16(2):151-155.

Handoko A, Abadi, AL, Aini, LQ. 2014. Karakterisasi penyakit penting pada pembibitan tanaman durian di Desa Plangkrongan, Kabupaten Magetan dan pengendalian dengan bakteri antagonis secara in vitro. Jurnal HPT

2( 2):15-22.

Hanudin, Marwoto B. 2012. Prospek penggunaan mikroba antagonis sebagai agens pengendali hayati penyakit utama pada tanaman hias dan sayuran.

Jurnal Litbang Pertanian 31(1):8-13.

Hatmanti A. 2000. Pengenalan Bacillus spp. Oseana 25(1) : 31-41.

Ibrahim A, Ilyas S, Manohara D. 2014. Perlakuan benih cabai (Capsicum annuum,

L) dengan Rhizobacteri untuk mengendalikan Phytophthora capsici, meningkatkan vigor benih dan pertumbuhan tanaman. Bul. Agrohorti

2(1):22-30.

Ilyas S, Asie KV, Sutariati GAK, Sudarsono. 2015. Biomatriconditioning or biopriming with Biofungicide or biological agent applied hot chilli (Capsicum annuum L.) seeds reduced seedborne Colletotrichum capsici

and increased seed quality and yield. Journal of Tropical Crop Science. Accepted.

Indahwardani H. 2013. Aplikasi bakteri dalam perlakuan seed coating untuk mempertahankan viabilitas dari benih cabai (Capsicum annuum L.) yang sehat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Irianto A. 2003. Probiotik Akuakultur. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

[ISTA] International Seed Testing Association. 2010. International Rules for Seed Testing. Bassersdorf (SW): ISTA.

Ivanovic M. 2007. Anthracnose-a new strawberry disease in Serbia and its control by fungicides. Proc. Nat. Sci. Matica Svpska 113:71-81.

Julianti E, Soekarto ST, Hariyadi P, Syarief AM. 2005. Analisis kinetika pendugaan umur simpan cabai merah. J. Tek. Ind. Pert. 15(1):34-39. Justice OL, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Jakarta

(ID): PT Raja Grafido Persada.

Kartika E, Ilyas S. 1994. Pengaruh tingkat kemasakan benih dan metode konservasi terhadap benih dan vigor kacang jogo (Phaseolus vulgaris).

Bul. Agron. 22(2):4-59.

Khucharoenphaisan K, Sinma K, Lorrungruang C. 2013. Efficiency of

Actinomycetes against phytophatogen fungus of Chilli anthracnose.

31 Kusuma YSA, Karno, Sutarno. 2012. Perbanyakan vegetatif cara stek Desmodium cinereum dan Hibiscus rosa sinensis L. dengan pemberian zat pengatur tumbuh alami dan auksin sintetis. Animal Agriculture Journal 1(1):557-565

Mahartha KA, Khalimi K, Wirya GNAS. 2013. Uji efektivitas rizobakteri sebagai agen antagonis terhadap Fusarium oxysporum f.sp. capsici penyebab penyakit layu fusarium pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens

L.). E-Jurnal Agroteknologi Tropika 2(3):145-154.

Manggung RER, Ilyas S, Bakhtiar Y. 2014. Evaluasi daya simpan benih kedelai yang diberi perlakuan pelapisan benih dengan cendawan Mikoriza arbuskula. J. Agron. Indonesia 42(2): 103-109.

Mathur SB, Kongsdal O. 2003. Common Laboratory Seed Health Testing Methods For Detecting Fungi. Copenhagen (DK): International seed Testing Association.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan. Bogor (ID): IPBPres.

Miransari M, Smith D. 2009. Rhizobial lipo-chitooligosaccharides and gibberellins enhance barley (Hordeum vulgare L.) seed germination. Biotechnology 8(2):270-275.

Muchtar SD, Widajati E, Giyanto. 2014. Pelapisan benih menggunakan bakteri probiotik untuk mempertahankkan viabilitas benih jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) selama penyimpanan. Buletin Agrohorti 1(4):26-33.

Mugnisjah WQ, Setiawan A. 2004. Produksi Benih. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Muharni, Widjajanti H. 2011. Skrining bakteri kitinolitik antagonis terhadap

pertumbuhan jamur akar putih (Rigidopones lignosus) dari rizozfer tanaman karet. Jurnal Penelitian Sains (ID) 14(1):51-56.

Mujoko T, Sastrahidayat IR, Hadiastono T. 2005. Pemanfaatan Actinomycetes

antagonis sebagai pengendali hayati Fusarium oxysporum

f.sp.lycopersici pada tanaman tomat. Agrivita 27(1):41-46.

Munarso SJ, Miskiyah, Broto W. 2006. Studi kandungan residu pestisida pada kubis, tomat dan wortel di Malang dan Cianjur. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 2:28-32.

Mutschler E. 1991. dalam Ambarwati, Azizah T, Sembiring L, Wahyuono S. 2013. Uji aktivitas antibakteri isolat Actinomycetes dari rizosfer padi (Oryza sativa) terhadap Salmonella typhosa dan Staphylococcus aureus. Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS: hal 1-6.

Nabti EH, Mokrane N, Ghoul M, Manyani H, Dary M, Megias MG. 2013. Isolation and characterization of two halophilic Bacillus (B. licheniformis

and Bacillus sp.) with antifungal activity. J. Eco.Heal. Env. 1(1): 13-37. Nugraheni ES. 2010. Karakterisasi biologi isolat-isolat Fusarium sp. pada

tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) asal Boyolali. [Skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.

Nurhayati. 2011. Efektivitas ekstrak daun sirih terhadap infeksi Colletotrichum capsici pada buah cabai. Dharmapala 3(2):54-59.

32

Nurhayati, Umayah A, Juharto. 2012. Antagonism of Pseudomonas fluorescens

Migule. from soil and rhizospheres of banana, chilli and corn on

Fusarium oxysporum f.sp.cubense (E.F.Sm) Sdny the banana‟s wilt pathogen . Majalah Ilmiah Sriwijaya 22(15):37-40.

Nurkanto A, Julistiono H, Agusta A, Sjamsuridzal W. 2012. Screening antimikroba activity of Actinomycetes isolated from Raja Ampat, West Papua, Indonesia. Makala Journal of Science 16(1):21-26.

Nurjanani. 2011. Kajian pengendalian penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) menggunakan agens hayati pada tanaman tomat. Suara Perlindungan Tanaman 1(4):1-8.

Noviana L, Raharjo B. 2009. Viabilitas rhizobakteri Bacillus sp. DUCC-BR-K1.3 pada media pembawa tanah gambut disubstitusi dengan padatan limbah cair industri rokok. BIOMA 11(1):30-39.

Novina D, Suryanto D, Elimasni. 2012. Uji potensi bakteri kitinolitik dalam menghambat pertumbuhan Rhizoctonia solani penyebab rebah kecambah pada kentang varietas granola. Saintia Biologi 1(1):1-7

Palupi T, Ilyas S, Machmud M, Widajati E. 2012. Pengaruh formula coating

terhadap viabilitas dan vigor serta daya simpan benih padi (Oryza sativa

L). Jurnal Agronomi Indonesia 40(1):21-28.

Perlman D. 1970. Antibiotics. Vhicago (US): Rand MSNally an Company.

Ramirez ME, Fucikovsky L, Jimenez FG, Quintero R, Galindo E. 1988. Xantan gum production by altered pathogenicity variants of Xanthomonas campestris. Applied Microbiology and Biotechnology 29(1):5-10. Sallytha AAM. Addy HS. Mihardjo PA. 2014. Penghambatan Actinomycetes

Erwinia carotovora subsp. Carotovora secara in vitro. Berkala Ilmiah Pertanian 1(4): 70-72.

Saraswati R, Sumarno. 2008. Pemanfaatan mikroba penyubur tanaman sebagai komponen pertanian. Iptek Tanaman Pangan 3(1):41-58.

Setiyowati H, Surahman M, Wiyono S. 2007. Pengaruh seed coating dengan fungisida benomil dan tepung curcuma terhadap patogen antraknosa terbawa benih dan viabilitas benih cabai besar (Capsicum annuum L).

Buletin Agronomi 35(3):176-182.

Setyowati E. 2013. Aplikasi bakteri probiotik untuk meningkatkan vigor bibit cabai (Capsicum annuum L.). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Shahab S, Ahmad N, Khan NS. 2009. Indole acetic acid production and enhanced plant growth promotion by indigenous PSBs. African Journal of Agricultural Research 4(11):1312-1316.

Siregar AN, Ilyas S, Fardiaz D, Murniati E, Wiyono S. 2007. Penggunaan agens biokontrol Bacillus polymixa dan Trichoderma harzianum untuk peningkatan mutu benih cabai dan pengendalian penyakit antraknosa.

Jurnal Penyuluhan Pertanian 2 (2):105-114.

Soekarno BPW, Surono, Hendra. 2013. Optimalisasi peran kompos bioaktif dengan penambahan asam humat dan asam fulvat untuk meningkatkan ketahanan tanaman mentimun terhadap serangan Phythium sp. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik 15(1):35-43.

33 Sulistiani. 2009. Formulasi spora Bacillus subtilis sebagai agens hayati dan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) pada berbagai bahan pembawa. [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB.

Susanna. 2006. Pemanfaatan bakteri antagonis sebagai agen biokontrol penyakit layu (Fusarium oxysporum f. sp. cubense) pada tanaman pisang. Jurnal Floratek 2:114-121.

Sutariati GAK, Widodo, Sudarsono, Ilyas S. 2006. Pengaruh perlakuan rizo-bakteri pemacu pertumbuhan tanaman terhadap viabilitas benih serta pertumbuhan bibit tanaman cabai. Buletin Agronomi 34(1):46-55.

Suwan N, Boonying W, Nalumpang S. 2012. Antifungal activity of soil

Actinomycetes to control chilli anthracnose caused by Colletotrichum gloeosporioides. Jurnal of Agricultural Technology 8(2):725-757.

Suwandi U. 1993. Skrining mikroorganisme penghasil antibiotika. Cermin Dunia Kedokteran 89(48):46-48.

Syarif R, Egad L & Nurwitri CC. 2003. Mikotoksin Bahan Pangan. Bogor (ID): IPBPress.

Syukur M, Sujiprihati S, Koswara J, Widodo. 2007. Pewarisan ketahanan cabai (Capsicum annuum L.) terhadap antraknosa yang disebabkan

oleh Colletotrichum acutatum. Bul. Agron. 35(2):112-117.

Syukur M, Yunianti R, Rustam, Widodo. 2013. Pemanfaatan sumber daya genetik lokal dalam perakitan varietas unggul cabai (Capsicum annuum L.) tahan terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum sp.

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI) 18(2):67-72.

Wharton PS, Uribeondo JD. 2004. The biology of Colletotrichum acutatum.

Anales del Jardin Botanico de Madrid 61(1): 3-33.

Widajati E, Salma S, Lastiandika YA. 2013. Perlakuan coating dengan menggunakan isolat Methylobacterium spp. dan tepung curcuma untuk meningkatkan daya simpan benih padi hibrida. Bul. Agrohorti 1(1):79-88. Wilia W, Widodo, Wiyono, S. 2012. Potensi khamir untuk mengendalikan

penyakit antraknosa (Colletotrichum acutatum) pada tanaman cabai.

Online Journal UNJA 1(4):65-72.

Wartono, Suryadi Y, Susilowati DN. 2012. Keefektifan formulasi bakteri

Burkholderia cepacia isolat E76 terhadap Rhizoctonia solani kuhn pada pertumbuhan tanaman padi di Laboratorium. Jurnal Agrotropika

17(2):39-42.

Yulianti T, Hidayah N, Suhara C. 2012. Pengaruh inkubasi bahan organik yang diperkaya dengan mimba terhadap keparahan penyakit rebah kecambah (Rhizoctonia solani) pada tanaman kapas. Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Industri 4(2): 68-75.

Zivkovic S, Stojanovic S, Ivanovic Z, Garrilovic V. 2010. Screening to anthagonistic activity of microorganisms against Colletotrichum acutatum and Colletotrichum gloeosporioides. Arc. Biol. Sci. Belgrade

34

LAMPIRAN

Lampiran 1 Deskripsi Cabai Besar Varietas Seloka IPB

Deskripsi Cabai Besar Varietas Seloka IPB

Asal : dalam negeri

Silsilah : seleksi bulk dimodifikasi hasil persilangan IPB C2 x IPB C5

Golongan varietas : bersari bebas Tinggi tanaman : 45.09 – 76.87 cm Bentuk penampang batang : bulat

Diameter batang : 0.99 – 1.72 cm

Warna batang : hijau

Warna daun : hijau

Bentuk daun : oval

Ukuran daun : panjang 7.66 – 11.91 cm, lebar 2.78 – 3.7 cm Bentuk bunga : intermediate

Warna kelopak bunga : hijau Warna mahkota bunga : putih Warna kepala putik : putih Warna benangsari : biru

Umur mulai berbunga : 25 - 29 hari setelah tanam Umur mulai panen : 71 – 78 hari setelah tanam

Bentuk buah : memanjang

Ukuran buah : panjang 12.07 – 15.77 cm, diamater 1.49 1.88 cm

Warna buah muda : hijau Warna buah tua : merah

Tebal kulit buah : 0.11 – 0.19 cm

Rasa buah : sangat pedas (kadar capcaisin 917.25-979.15 ppm)

Bentuk biji : pipih

Warna biji : kuning jerami

Berat 1.000 biji : 5.0-5.2 g Berat per buah : 10.33-12.57 g Jumlah buah per tanaman : 51-80 buah

Berat buah per tanaman : 482.16 g (320.97-695.66 g) Daya simpan buah pada

suhu 27-28oC : 8-10 hari setelah panen Hasil buah per hektar : 11.59 ton ( 7.34-17.49 ton) Populasi per hektar : 25.000 tanaman

Kebutuhan benih per hektar : 200-300 g

Penciri utama : perubahan warna buah muda hingga buah matang : hijau tua-cokelat-merah,daun tua mengarah ke bawah, bentuk tajuk melebar, ujung buah agak melengkung

35 Keunggulan varietas : umur panen genjah (62.42-86.87 hari setelah tanam), tingkat kepedasan sangat tinggi (939.12-1000.98 ppm), produktivitas dapat mencapai 17 ton/ha

Wilayah adaptasi : beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan ketinggian 100-250 m dpl

Pemohon : Pusat Kajian Tropika Institut Pertanian Bogor, Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Pemulia : Muhamad Syukur, Sriani Sujiprihati, Rahmi Yuniati

Peneliti : Widodo, Undang, Abdul Hakim, Tiara Yudilastari, Arya Widura Ritonga,

36

Lampiran 2 Komposisi media TSA

Bahan Jumlah

Trypticase soy Broth 15 g

Agar 15 g

Aquadest 1 l

Lampiran 3 omposisi media ing‟s

Bahan Jumlah Protease peptone 5 g K2HPO4 0.375 g MgSO4. 7H2O 0.375 g Gliserol 15 ml Aquadest 1 l

Lampiran 4 Komposisi media YCED

Bahan Jumlah Yeast extract 0.3 g Casamino acids 0.3 g D-Glucose 0.3 g K2HPO4 2 g Aquadest 1 l

Lampiran 5 Komposisi media PDA

Bahan Jumlah

Agar 15 g

Dextrose 20 g

Kentang 200 g

Aquadest 1 l

Lampiran 6 Hasil analisis media tanam di rumah kaca

No. Lab No. Lapang pH 1:1 Kjeldhal Bray

H2O N-Total P K

% (ppm)

37

Dokumen terkait