Ashari, S. (1995). Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 243-244.
Budiyanto, H. M. A. K. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Keempat.
Malang: UMM Press. Halaman 34.
Department of Biotechnology Ministry of Science and Technology and Ministry of Environment and Forests Govt. of India. (2011). Series of Crop Specific Biology Documents. Biology of Abelmoschus esculentus L. (Okra).New Delhi: Department of Biotechnology Goverment of India. Halaman. 2.
Ditjen POM R. I. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1135, dan 1216.
Djojosoebagio, S., dan Piliang, W. G. (1996). Fisiologi Nutrisi. Edisi Kedua.
Jakarta: UI-Press. Halaman 195.
Herbarium Medanense. (2017). Identifikasi Tumbuhan. Medan: Herbarium Medanense Sumatera Utara.
Heyne, K. (1987). De Nuttige Planten Van Nederlandsch-Indie: Tevens Synthetische Catalogus Der Verzamelingen Van Het Museum Voor Technische-en Handelsbotanie Te Buitenzorg. J. Van Donge. (1922).
Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jakarta: Badan Litbang Departemen Kehutanan. Halaman 1829.
Khomsug, P., Thongjaroenbuangam, W., Pakdeenarong, N., Suttajit, M., Chantiratikul, P. (2010). Antioxidative Activities and Phenolic Content of Extract From Okra (Abelmoschus esculentus L.). Research Journal of Biological Sciences. 5 (4) : 310-313.
Kumar, D. S., Tony d. E., Kumar, A. P., Kumar, K. H., Rao, D. B. S., dan Nadendla, R. (2013). A Review On: Abelmoschus esculentus (Okra). Int.
Res J Pharm. App Sci. India: Chalapathi institute of pharmaceutical sciences, Guntur. 1 (3): 129-132
Lusiyatiningsih, T. (2014). Uji Kadar Serat, Protein Dan Sifat Organoleptik Pada Tempe Dari Bahan Dasar Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L) Dengan Penambahan Jagung Dan Bekatul. Naskah Publikasi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Halaman 7, dan 8.
Poedjiadi. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press. Halaman 51-52, dan 59.
Pomeranz, Y., dan Meloan, C. E. (1987). Food Analysis: Theory and Practice. ofOkra Abelmoschus esculentus L. (Moench): traditional claims andscientific evidences. Plant Science Today. 1(3). 121-130.
Salamah, E., Purwaningsih, S., dan Kurnia, R. (2012). Kandungan Mineral Remis (Corbicula javanica) Akibat Proses Pengolahan. Jurnal Akuatika. Bogor:
Institut Pertanian Bogor. Halaman 77-78.
Sihombing, A. (2016). Analisis Lemak Dan Serat Tak Larut Pada Pakkat (Calamus caesius Blume). Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Halaman 26.
Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 73-74, 124-125.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta: Liberty. Halaman 92, 105-108.
Sudjana. (2005). MetodeStatistika. Edisi Keenam. Bandung: Tarsito. Halaman 93, dan 168.
Tim Penulis TS. (1993). Sayur Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 81.
Tapotubun A. M., Nanlohy, E. E. E. M., dan Louhenapessy, J. M. (2008). Efek Waktu Pemanasan Terhadap Mutu Presto Beberapa Jenis Ikan. Ichthyos, Vol. 7, No. 2. Halaman 65-70.
Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan
Lampiran 2. Gambar Tumbuhan Okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench)
Gambar 2. Tumbuhan Okra
Lampiran 3.Gambar Okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench)
Gambar 3. Okra Segar
Gambar 4. Okra Rebus
Lampiran 4. Gambar Proses Sokletasi
Gambar 5. Proses Sokletasi
Kondensor
Alat soklet
Sifon
Labu alas bulat
Heating Mantle
Lampiran 5. Skema Prosedur Penetapan Kadar Lemak (Okra Segar)
Dimasukkan kedalam selongsong yang terbuat dari kertas saring
Dimasukkan selongsong kedalam alat Soklet lalu dipasang dengan labu alas bulat 500 ml yang berisi pelarut n-heksan sebanyak200 ml
Dipasang kondensor dan dialirkan air pendingin melalui kondensor
Dilakukan ekstraksi lebih kurang 4 jam, sampai pelarut yang turun kembali kedalam labu alas berwarna jernih
Dipindahkan ekstrak kedalam cawan porselin yang sudah diketahui beratnya dan diuapkan diatas penangas air hingga kering.
Diteruskan pengeringan di oven pada suhu100ºC Didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh berat konstan.
Okra
Okra segar yang dikeringkan
Lemak
Lampiran 6.Skema Prosedur Penetapan Kadar Lemak (Okra Rebus)
Dicuci bersih
Direbus sebanyak 300 gdengan air sebanyak 1500 ml yang telah mendidih, dibiarkan selama 10 menit Ditiriskan air rebusannya kemudian didinginkan Dipotong-potong kecil
Dikeringkan
Dihaluskan dengan blender
Ditimbang ±10 g
Dimasukkan kedalam selongsong yang terbuat dari kertas saring
Dimasukkan selongsong kedalam alat Soklet lalu dipasang dengan labu alas bulat 500 ml yang berisi pelarut n-heksan sebanyak 200 ml
Dipasang kondensor dan dialirkan air pendingin melalui kondensor
Dilakukan ekstraksi lebih kurang 4 jam, sampai pelarut yang turun kembali kedalam labu alas berwarna jernih Dipindahkan ekstrak kedalam cawan porselin yang sudah diketahui beratnya dan diuapkan diatas penangas air hingga kering.
Diteruskan pengeringan di oven pada suhu 100ºC Didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh berat konstan
Okra
Okra rebus yang dikeringkan
Lemak
Lampiran 7.Skema Prosedur Penetapan Kadar Serat Tak Larut (Okra Segar)
Diekstraksi lemaknya dengan pelarut n-heksan sebanyak 100 ml selama kurang lebih 4 jam, sampai pelarutnya berwarna jernih
Dipindahkan sampel ke dalam erlenmeyer 600 ml Ditambahkan 200 ml larutan H2SO40,2 N
Dipasang kondensor dididihkan selama 30 menit Disaring dengan kertas saring
Dicuci dengan akuades mendidih sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (diperiksa dengan indikator universal)
Dipindahkan residu dari kertas saring ke dalam erlenmeyer 600 ml kemudian ditambahkan larutan NaOH 0,3 Nsebanyak 200 ml Dipasang kondensor dididihkan selama 30 menit
Disaring dengan kertas saring kering yang diketahui beratnya
Dicuci dengan larutan K2SO4 10%
Dicuci lagi residunya dengan akuades mendidih dan 15 ml alkohol 95%
Dikeringkan di oven pada suhu 110ºC Didingankan dalam desikator
Lampiran 8.Skema Prosedur Penetapan Kadar Serat Tak Larut (Okra Rebus)
Dicuci bersih
Direbus sebanyak 300 g dalam air sebanyak 1500 ml yang telah mendidih, dibiarkan selama 10 menit
Ditiriskan air rebusannya kemudian didinginkan Dipotong-potong kecil
Dikeringkan
Dihaluskan dengan blender
Ditimbang ± 4 g bahan kering
Diekstraksi lemaknya dengan pelarut n-heksan sebanyak 100 ml selama kurang lebih 4 jam, sampai pelarutnya berwarna jernih
Dipindahkan sampel ke dalam erlenmeyer 600 ml Ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 0,2 N Dipasang kondensor dididihkan selama 30 menit Disaring dengan kertas saring
Dicuci dengan akuades mendidih sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (diperiksa dengan indikator universal)
Dipindahkan residu dari kertas saring ke dalam erlenmeyer 600 ml kemudian ditambahkan larutan NaOH 0,3 Nsebanyak 200 ml Dipasang kondensor dididihkan selama 30 menit
Disaring dengan kertas saring kering yang diketahui beratnya
Dicuci dengan larutan K2SO4 10%
Dicuci lagi residunya dengan akuades mendidih dan 15 ml alkohol 95%
Dikeringkan di oven pada suhu 110ºC Didingankan dalam desikator
Lampiran 9.Hasil Penetapan Kadar Lemak pada Sampel Terhadap “Dry Basis”
1. Hasil Penetapan Kadar Lemak pada Okra Segar Terhadap “Dry Basis”
No. Berat sampel
2. Hasil Penetapan Kadar Lemak pada Okra Rebus Terhadap “Dry Basis”
No. Berat sampel
Contoh perhitungan kadar lemak pada okra segar terhadap “dry basis”, nomor 1
Lampiran 9. (Lanjutan)
Kadar lemak =(90,1606) g – (90,1415) g
(10,0100) g x 100%
= 0,1908 %
= 0,1908 g/100g
Dengan cara yang sama diperoleh kadar lemak sampel okra rebus terhadap “dry basis”.
Lampiran 10. Contoh Perhitungan Kadar Lemak Pada Okra Segar Terhadap
“Wet Basis”
Hasil pengeringan 84,1420 g okra segar menghasilkan 10,0100 g okra segar yang dikeringkan. Maka, 100 g okra segar yang dikeringkan terdapat dalam:
= 100 g
10,0100 g x 84,1420 g
= 840,5794 g okra segar
Kadar lemak okra segar terhadap “dry basis” = 0,1908 g/100 g Dalam 100 g okra segar terdapat:
Kadar lemak okra segar terhadap “wet basis” = 100 g
840,5794 g x 0,1908 g
= 0,0226 g/100g
Perhitungan kadar lemak terhadap okra segar untuk 6 kali pengulangan dilakukan seperti contoh diatas.
Lampiran 11. Contoh Perhitungan Kadar Lemak Pada Okra Rebus Terhadap
“Wet Basis”
Hasil pengeringan 85,4840 g okra rebus menghasilkan 10,0100 g okra rebus yang dikeringkan. Maka, 100 g okra rebus yang dikeringkan terdapat dalam:
= 100 g
10,0100 g x 85,4840 g
= 853,986 g okra rebus
Kadar lemak okra rebus terhadap “dry basis” = 0,0419 g/100 g Dalam 100 g okra rebus terdapat:
Kadar lemak okra rebus terhadap “wet basis” = 100 g
853,986 g x 0,0419 g
= 0,0049 g/100g
Perhitungan kadar lemak terhadap okra rebus untuk 6 kali pengulangan dilakukan seperti contoh diatas.
Lampiran 12. Hasil Penetapan Kadar Lemak Pada Sampel
1. Hasil Penetapan kadar Lemak Pada Okra Segar
No. Berat Sampel
2. Hasil Penetapan Kadar Lemak Pada Okra Rebus
No. Berat Sampel
Lampiran 13. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Lemak Sebenarnya pada Okra Segar Terhadap “Dry Basis”
No. Xi Data diterima jika thitung ≤ ttabel
thitung=
|
̅Lampiran 13. (Lanjutan)
thitung3=
|
-0,01630,01/√6
|
= 3,9992thitung4=
|
-0,00630,0 /√6
|
= 1,5431thitung5=
|
0,00760,0 /√6
|
= 1,8616thitung6=
|
-0,00340,0 /√6
|
= 0,8328Semua data diterima, karena thitung ≤ttabel.
Kadar lemak pada okra segar terhadap “dry basis”:
µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √ µ = (0,178 ± 0,0164) g/100g
Kadar lemak sebenarnya dalam okra segar terhadap “dry basis” adalah (0,178 ± 0,0164) g/100g.
Lampiran 14. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Lemak Sebenarnya pada Okra Segar Terhadap “Wet Basis”
No. Xi Data diterima jika thitung ≤ ttabel
thitung=
|
̅Lampiran 14. (Lanjutan)
thitung3=
|
-0,00190,0012 /√6
|
= 3,8783thitung4=
|
-0,00070,0012 /√6
|
= 1,4288thitung5=
|
0,0012 /√6
|
= 2,0412thitung6=
|
-0,0 40,0012 /√6
|
= 0,8164Semua data diterima, karena thitung ≤ ttabel.
Kadar lemak pada okra segar terhadap “wet basis”:
µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √ µ = (0,021 ± 0,0019) g/100 g
Kadar lemak sebenarnya dalam okra segar terhadap “wet basis” adalah (0,021 ± 0,0019)g/100 g.
Lampiran 15. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Lemak Sebenarnya pada Okra Rebus Terhadap “Dry Basis”
No. Xi Data diterima jika thitung ≤ ttabel
thitung=
|
̅Lampiran 15. (Lanjutan)
thitung3=
|
-0,00710,0065 /√6
|
= 2,6755thitung4=
|
0,006 /√60,0099|
= 3,7307thitung5=
|
0,006 /√60,0019|
= 0,7160thitung6=
|
0,006 /√6-0,0011|
= 0,9145Semua data diterima, karena semua thitung ≤ ttabel. Kadar lemak pada okra rebus terhadap “dry basis”:
µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √ µ = (0,036 ± 0,0107) g/100g
Kadar lemak sebenarnya dalam okra rebus terhadap “dry basis” adalah (0,036 ± 0,0107) g/100 g.
Lampiran 16. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Lemak Sebenarnya pada Okra Rebus Terhadap “Wet Basis”
No. Xi Data diterima jika thitung ≤ ttabel
thitung=
|
̅√
|
thitung1=
|
/√6
|
= 2,2561thitung2=
|
/√6-0,0006|
= 1,9338Lampiran 16. (Lanjutan)
thitung3=
|
/√6-0,0009|
= 2,9007thitung4=
|
/√60,0011|
= 3,5453thitung5=
|
/√60,0002|
= 0,6446thitung6=
|
/√6-0,0001|
= 0,3223Semua data diterima, karena semua thitung ≤ ttabel. Kadar lemak pada okra rebus terhadap “wet basis”:
µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √ µ = (0,004 ± 0,0012) g/100g
Kadar lemak sebenarnya dalam okra rebus terhadap “wet basis” adalah (0,004 ± 0,0012) g/100g.
Lampiran 17. Persentase Penurunan Kadar Lemak Pada Okra Terhadap
“Dry Basis”
Persentase penurunan kadar lemak pada okra segar dan okra rebus Kadar lemak pada okra segar adalah 0,178 g/100 g
Kadar lemak pada okra rebus adalah 0,036 g/100 g Persentase penurunan kadar:
= (kadar lemak okra segar) g – ( adar lemak okra rebus) g
(kadar lemak okra segar) g x 100%
=
x 100% = 79,77%
Lampiran 18. Persentase Penurunan Kadar Lemak Pada Okra Terhadap
“Wet Basis”
Persentase penurunan kadar lemak pada okra segar dan okra rebus Kadar lemak pada okra segar adalah 0,021 g/100 g
Kadar lemak pada okra rebus adalah 0,004 g/100 g Persentase penurunan kadar:
=(kadar lemak okra segar) g – (kadar lemak okra rebus) g
(kadar lemak okra segar) g x 100%
=
x 100% = 80,95%
Lampiran 19. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut pada Sampel Terhadap
“Dry Basis”
1. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut pada Okra Segar Terhadap
“Dry Basis”
2. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut pada Pakkat Rebus Terhadap
“Dry Basis”
Berat residu = berat kertas saring dan residu – berat kertas saring Kadar serat tak larut (%) = berat residu g
berat sampel gx 100%
Contoh perhitungan kadar serat tak larut pada okra segar terhadap “dry basis”, nomor 1
% kadar serat tak larut =
x 100%
= 3,1152 g/100g
Dengan cara yang sama diperoleh kadar serat tak larut untuk sampel okra rebus terhadap “dry basis”.
Lampiran 20. Contoh Perhitungan Kadar Serat Tak Larut Pada Okra Segar Terhadap “Wet Basis”
Hasil pengeringan 33,6012 g okra segar menghasilkan 4,0125 g okra segar yang dikeringkan. Maka, 100 g okra segar yang dikeringkan terdapat dalam:
=
x 33,6012 g
= 837,4130 g okra segar
Kadar serat tak larut okra segar terhadap “dry basis” = 3,1152 g/100 g Dalam 100 g okra segar terdapat:
Kadar serat tak larut okra segar terhadap “wet basis” =
x 3,1152 g
= 0,3720 g/100g
Perhitungan kadar serat tak larut pada okra segar terhadap “wet basis” untuk 6 kali pengulangan dilakukan seperti contoh diatas.
Lampiran 21. Contoh Perhitungan Kadar Serat Tak Larut Pada Okra RebusTerhadap “Wet Basis”
Hasil pengeringan 34,1310 g okra rebus menghasilkan 4,0125 g okra rebus yang dikeringkan. Maka, 100 g okra rebus yang dikeringkan terdapat dalam:
=
x 34,1310g
= 850,6168 g okra rebus
Kadar serat tak larut okra rebus terhadap “dry basis” = 1,4006 g/100 g Dalam 100 g okra rebus terdapat:
Kadar serat tak larut okra rebus terhadap “wet basis” =
x 1,4006 g
= 0,1646 g/100g
Perhitungan kadar serat tak larut pada okra rebus terhadap “wet basis” untuk 6 kali pengulangan dilakukan seperti contoh diatas.
Lampiran 22. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut Pada Sampel 1. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut Pada Okra Segar
No. Berat Sampel basah (g)
Berat sampel kering (g)
Kadar Serat Tak Larut (g/100g) Terhadap “dry
2. Hasil Penetapan Kadar Serat Tak Larut Pada Okra Rebus
No. Berat Sampel basah (g)
Berat sampel kering (g)
Kadar Serat Tak Larut (g/100g) Terhadap “dry
Lampiran 23. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Serat Tak Larut Sebenarnya pada Okra Segar Terhadap “Dry Basis”
No. Data diterima jika thitung ≤ ttabel
thitung=
|
̅Lampiran 23. (Lanjutan)
thitung3=
|
-0,09560,12/√6
|
= 1,9514thitung4=
|
0,03880,12 /√6
|
= 0,7920thitung5=
|
0,12 /√6
|
= 2,3433thitung6=
|
-0,18460,12 /√6
|
= 3,7681Semua data diterima, karena semua thitung ≤ ttabel.
Kadar serat tak larut pada okra segar terhadap “dry basis”:
µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √ µ = (3,125 ± 0,1975) g/100g
Kadar serat tak larut sebenarnya dalam okra segar terhadap “dry basis” adalah (3,125 ± 0,1975) g/100g.
Lampiran 24. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Serat Tak Larut Sebenarnya pada Okra Segar Terhadap “Wet Basis”
No. Data diterima jika thitung ≤ ttabel
thitung=
|
̅Lampiran 24. (Lanjutan)
thitung3=
|
-0,01180,014/√6
|
= 0,3440thitung4=
|
0,00480,014 /√6
|
= 0,1399thitung5=
|
0,014 /√6
|
= 0,4082thitung6=
|
-0,02170,014/√6
|
= 0,6327Semua data diterima, karena semua thitung ≤ ttabel.
Kadar serat tak larut pada okra segar terhadap “wet basis”:
µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √ µ = (0,373 ± 0,0164) g/100g
Kadar serat tak larut sebenarnya dalam okra segar terhadap “wet basis” adalah (0,373 ± 0,0164) g/100g.
Lampiran 25. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Serat Tak Larut Sebenarnya pada Okra Rebus Terhadap “Dry Basis”
No. Data diterima jika thitung ≤ ttabel
thitung=
|
̅Lampiran 25. (Lanjutan)
thitung3=
|
-0,13470,11 /√6
|
= 0,4999thitung4=
|
-00,11 /√6
|
= 0,1016thitung5=
|
0,11/√6
|
= 0,0901thitung6=
|
0,18570,11√6
|
= 0,6891Semua data diterima, karena semua thitung ≤ ttabel.
Kadar serat tak larut pada okra rebus terhadap “dry basis”:
µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √ µ = (1,488 ± 0,1810) g/100g
Kadar serat tak larut sebenarnya dalam okra rebus terhadap “dry basis” adalah (1,488 ± 0,1810)g/100g.
Lampiran 26. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Serat Tak Larut Sebenarnya pada Okra Rebus Terhadap “Wet Basis”
No. Data diterima jika thitung ≤ ttabel
thitung=
|
̅Lampiran 26. (Lanjutan)
thitung3=
|
0,013 /√6
|
= 0,6531thitung4=
|
-0,00310,013 /√6
|
= 0,1265thitung5=
|
0,013/√6
|
= 0,1224thitung6=
|
00,013√6
|
= 0,9022Semua data diterima, karena semua thitung ≤ ttabel.
Kadar serat tak larut pada okra rebus terhadap “wet basis”:
µ = X ± (t (α / 2, dk) x SD / √ µ = (0,175 ± 0,0164) g/100g
Kadar serat tak larut sebenarnya dalam okra rebus terhadap “wet basis” adalah (0,175 ± 0,0164) g/100g.
Lampiran 27. Persentase Penurunan Kadar Serat Tak Larut Pada Okra Terhadap
“Dry Basis”
Persentase penurunan kadar serat tak larut pada okra segar dan okra rebus Kadar serat tak larut pada okra segar adalah 3,125 g/100 g
Kadar serat tak larut pada okra rebus adalah 1,488 g/100 g Persentase penurunan kadar:
( ) ( )
( ) x 100%
=
x 100% = 52,38%
Keterangan: STL = serat tak larut
Lampiran 28. Persentase Penurunan Kadar Serat Tak Larut Pada OkraTerhadap
“Wet Basis”
Persentase penurunan kadar serat tak larut pada okra segar dan okra rebus Kadar serat tak larut pada okra segar adalah 0,373 g/100 g
Kadar serat tak larut pada okra rebus adalah 0,175 g/100 g Persentase penurunan kadar:
=
x 100%
=
x 100% = 53,08%
Keterangan: STL = serat tak larut
Lampiran 29. Tabel Distribusi t p