• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Landasan Teor i 2.1.1 Musik

Sistem tanda musik adalah oditif, namun untuk mencapai pendengarnya, pengubahan musik dalam mempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain musik dalam bentuk tanda perantara tertulis. Bagi Simiotikus musik, adanya tanda-tanda perantara, yakni musik yang dicatat dalam partitur orkestra. Hal ini sangat memudahkan dalam menganalisis karya musik dengan teks. Itulah sebabnya mengapa penelitian musik terarah pada sintaksis.

Meski demikian, semiotik tidak dapat hidup dengan sintaksis tidak ada semiotik tanpa semantik. Jadi, juga tidak ada semiotika musik tanpa semantik musik. Semantik musik, bisa dikatakan, harus senantiasa membuktikan hak kehadirannya (Van Zoest, 1009:120-121).

Peranan dan kedudukan lagu adalah penting dalam sosialisasi ide dan gagasan dalam tradisi kebudayaan. Sehubungan dengan hal tersebut, seorang ahli psikologi indonesia, Dra. Yaumil A. Akhir (Savitri, 1991:3) menyatakan bahwa musik, lagu dan senandung adalah bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh hidup manusia, sejak dari buaian sampai akhir hayat, secara universal hampir semua lapisan sosial dan di

berbagai kebudayaan, manusia mengenal musik dan lagu menurut caranya masing-masing.

2.1.2 Teor i Musik

Teori musik merupakan cabang ilmu yang menjelaskan unsur-unsur musik. Cabang ilmu ini mencakup pengembangan dan penerapan metode untuk menganalisis maupun mengubah musik, dan keterkaitan antara notasi musik dan pembawaan musik. Hal-hal yang harus dipelajari dalam teori musik mencakup misalnya : Suara, Nada, Ritme, Notasi, Melodi, dan Harmoni.

a) Suara

Teori musik menjelaskan bagaimana suara dinotasikan atau dituliskan dan bagaimana suara tersebut ditangkap dalam benak pendengarnya. Dalam musik, gelombang suara biasanya dibahas tidak dalam panjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan dalam frekuensinya. Aspek-aspek dasar suara dalam musik biasanya dijelaskan dalam tala (inggris : pitch, yaitu tinggi nada), durasi (berapa lama suara nada), intensitas, dan timbre (warna bunyi).

b) Nada

Suara dapat dibagi-bagi ke dalam nada yang memiliki tinggi nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Perbedaan tala antara dua nada disebut sebagai interval. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berbeda-beda. Tangga nada yang paling lazim adalah tangga nada

mayor, tangga nada minor, dan tangga nada pentatonik. Nada dasar suatu karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut. Nada dalam teori musik diatonis barat diidentifikasi menjadi 12 nada yang masing-masing diberi nama yaitu nada C,D,E,F,G,A dan B. Serta nada-nada kromatis yaitu Cis/Des, Dis/Es, Fis/Ges, Gis/As, dan Ais/Bes.

c) Ritme

Ritme adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Birama merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda birama menunjukkan jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung dan dianggap sebagai satu ketukan. Nada-nada tertentu dapat diaksentuasi dengan pemberian tekanan (dan pembedaan durasi).

d) Notasi

Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik. Dalam notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertical, sedangkan waktu (ritme) digambarkan secara horizontal. Kedua unsur tersebut membentuk paranada, disamping petunjuk-petunjuk nada dasar, tempo, dinamika, dan sebagainya.

e) Melodi

Melodi adalah serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian tersebut dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu (biasanya merupakan rangkaian nada tertinggi dalam akord-akord tersebut).

Melodi terbentuk dari sebuah rangkaian nada secara horizontal. Unit terkecil dari melodi adalah motif. Motif adalah tiga nada atau lebih yang memiliki maksud atau makna musikal. Gabungan dari motif adalah Semi Frase, dan gabungan dari Semi Frase (kalimat). Sebuah melodi yang paling umum biasanya terdiri dari dua Semi Frase yaitu kalimat tanya (Antisiden) dan kalimat jawab (Konsekuen).

f) Harmoni

Harmoni secara umum dapat dikatakan sebagai kejadian dua atau lebih nada dengan tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun harmoni juga dapat terjadi bila nada-nada tersebut dibunyikan berurutan (seperti dalam arpeggio). Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akord.

(http://www.id.wikipedia.org/wiki/teorimusik) 2.1.3 Lir ik Lagu

Lirik lagu dalam musik dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu dapat dipakai sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan nilai-nilai bahkan prasangka tertentu. (Setyaningsih,2003 : 7-8).

Suatu lirik lagu dapat menggambarkan suatu realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Sejalan dengan pendapat Soerjono Soekamto dalam Rachmawati (2001 : 1), yang menyatakan :

“musik ber kaitan er at dengan setting sosial kemasyar akatan tempat dia ber ada. Musik mer upakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya inter aksi sosial, dimana dalam interaksi ter sebut manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lir ik sangat ber per an, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bukti suar a belaka kar ena yang menyangkut per ilaku manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah bahasa atau lir ik sebagai penunjangnya.”

Berdasarkan kutipan diatas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan serta pula dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung di dalam masyarakat.

Lirik lagu merupakan salah satu beragam karya seni yang ada, juga pada dasarnya sama dengan puisi. Puisi tergolong sebagai seni kata. Oleh karena itu lirik digolongkan sebagai seni kata sebab mediumnya adalah kata dalam bahasa. (James Jerret dikutip oleh Herwindo, 2006 :11).

Lirik lagu pop pada umumnya memilikikecenderungan sama yaitu ekspresi yang timbul dari perasaan dasar seperti tersebut di atas terutama tentang pesona cinta dan asmara. Kenyataannya memang hal itu bisa diterima bahkan digandrungi oleh masyarakat.

2.2 Repr esentasi

Representasi menunjuk baik dalam proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan

konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang konkret Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia: diolog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa.

Menurut Stuart Hall (1997), representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut ‘pengalaman berbagi’. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada di situ membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam ‘bahasa’yang sama dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. Bahasa adalah medium yang menjadi perantara kita dalam memaknai sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mampu melakukan semua ini karena ia beroperasi sebagai sistem representasi. Lewat bahasa (simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan, atau gambar) kita mengungkapkan pikiran, konsep, dan ide-ide kita tentang sesuatu. Makna sesuatu hal sangat tergantung dari cara kita ‘mempresentasikannya’. Dengan mengamati kata-kata yang kita gunakan dan imej-imej yang kita gunakan dalam mempresentasikan sesuatu bisa terlihat jelas nilai-nilai yang kita berikan pada sesuatu tersebut.

Untuk menjelaskan bagaimana representasi makna lewat bahasa bekerja, kita bisa memakai tiga teori representasi yang dipakai sebagai

usaha untuk menjawab pertanyaan; darimana suatu makna berasal ; atau bagaimana kita membedakan antara makna yang sebenarnya dari sesuatu atau suatu imej dari sesuatu? Yang pertama adalah pendekatan reflektif. Disini bahasa berfungsi sebagai cermin, yang merefleksikan makna yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada di dunia. Kedua adalah pendekatan intensional, dimana kita menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan cara pandang kita terhadap sesuatu. Sedangkan yang ketiga adalah pendekatan konstruksionis. Dalam pendekatan ini kita percaya bahwa kita mengkonstruksi makna lewat bahasa yang kita pakai.

Menurut Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental. Yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua, ‘bahasa’, yang berperan penting proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam ‘bahasa’ lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu.

Proses pertama memungkinkan kita untuk memakai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara ‘pete konseptual’ dengan bahasa atau simbol yang berfungsi merepresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara ‘sesuatu’, ‘pete konseptual’, dan ‘bahasa/simbol’ adalah jantung dari produksi makna

lewat bahasa. Proses yang menghubungkan tiga elemen ini secara bersama-sama itulah yang kita namakan representasi.

Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Intinya adalah : makna tidak inhern dalam sesuatu di dunia ini, ia selalu dikonstruksikan, di produksi, lewat proses representasi. Ia adalah hasil dari proses penandaan. Praktek yang membuat suatu hal bermakna sesuatu. (http://kunci.or.id/esai/nws/04/representasi.htm)

Melalui representasi, maka makna (meaning) dapat berfungsi dan pada akhirnya diungkap. Representasi disampaikan melalui tanda-tanda (signs). Tanda-tanda-tanda (signs) tersebut seperti bunyi, kata-kata, tulisan, ekspresi, sikap, pakaian dan sebagainya merupakan bagian dari dunia material kita (Hall, 1997). Tanda-tanda tersebut merupakan media yang membawa makna-makna tertentu dan mempresentasikan “meaning” tertentu yang ingin disampaikan kepada dan oleh pikiran kita. Melalui tanda-tanda tersebut, kita dapat mempresentasikan pikiran, perasaan dan tindakan kita. Pembacaan tanda-tanda tersebut tentu saja dapat dipahami dalam konteks sosial tertentu.

Representasi berasumsi bahwa praktik pemaknaan berbentuk menjelaskan atau menguraikan objek atau praktik lain di dunia nyata. Bagaimana dunia dikonstruksikan dan direpresentasi secara sosial kepada dan oleh individu. Mengharuskan adanya exploitasi pembentukan makna tekstual. Serta menghendaki penyelidikan tetang cara yang dihasilkannya

makna pada beragam konteks. Representasi memiliki materialitas tertentu, yang melekat pada bunyi, prasasti, objek, citra, buku, majalah, dan dipahami dalam konteks tertentu. (Bartker, Chris, 2000 : 9)

Piliang dalam bukunya “hipersemiotika” menyatakan bahwa representasi adalah tindakan menghadirkan dan mempresentasikan sesuatu lewat sesuatu yang lain diluar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol. (Piliang, 2003Kasih)

2.3 Definisi Kasih Sayang

Kata kasih sayang itu mengandung pengertian yang luas. Dan yang pasti setiap insan manusia perlu tahu dan mengerti apa makna kasih sayang yang sebenarnya, sekaligus memilikinya di dalam sanubari. Seseorang akan terlanda kekeringan jiwa jika hidup tanpa memiliki kasih maupun sayang.

Yang dimaksud dengan kasih dan sayang disini lebih bersifat universal. Sehingga hal ini bisa terjadi terhadap sahabat, saudara, keluarga dan lain-lain. Dan yang perlu ditekankan adalah, bahwa kasih dan sayang yang tulus itu selalu punya sifat yang ikhlas dan lebih banyak memberi daripada menerima.

Menciptakan Rasa Kasih Dan Sayang Dalam Keluar ga

Agar di dalam suatu keluarga bisa tercipta rasa saling sayang dan mengasihi, maka masing-masing anggota keluarga harus selalu berusaha menciptakan kebahagiaan bagi anggota keluarga yang lain. Ibu

memberikan kasih sayang pada anaknya. Sedangkan anaknya memberikan rasa cinta dan hormatnya pada kedua orang tuanya.

Ini semua bisa terlaksana bila setiap anggota keluarga, terutama pihak orang tua bisa menjadi contoh dan teladan yang baik bagi anaknya. Karena sang anak sejak lahir selalu ikut orang tua, maka secara mental dia juga menjadikan orang tuanya sebagai panutan dalam menjalani hidupnya. 2.4 Penger tian Kasih Sayang

“Yang dimaksud dengan kasih sayang (attachment) adalah suatu ikatan emosional yang erat antar orang satu dengan yang lain atau dalam hal ini antara bayi dengan orang tua atau pengasuhnya”.

Sedangkan pengertian kasih sayang menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1998) adalah “suatu ungkapan perasaan cinta dan suka yang tulus tanpa mengharap imbalan. Seperti kasih sayang orang tua ke anaknya”.

Pada dasarnya, semua orang yang normal akan menyayangi anaknya. Namun dalam prakteknya kualitas dan intensitas kasih sayang orang tua itu bisa berbeda. Salah satu unsur dominan yang mempengaruhi kualitas kasih sayang. Menurut Vasta Et al (1992) adalah kepekaan orang tua. Jika orang tua berhasil mengekspresikan kasih sayangnya kepada anak secara wajar. Maka kasih sayang orang tua yang kuat dapat meningkatkan ketrampilan sosial dan kognitif anak.

Per anan Kasih Sayang Or ang Tua

Peranan Seorang Ibu dalam Mendidik Anak

Mendidik anak adalah tugas yang sangat mulia. Seorang ibu memegang peranan penting dalam mendidik anak di lingkungan rumah tangga, sebab ibulah yang hampir setiap hari berada dirumah. Lingkungan keluarga adalah sebuah sekolah. Seorang ibu harus menjadi seorang tokoh utama didalam pekerjaan mendidik anak-anaknya teristimewa ketika mereka masih kecil, maka seorang ibu haruslah senantiasa menjadi pendidik dan teman mereka yang baik pula, dengan memberi perhatian dan kasih sayang kepada anak.

2.5 Kasih Sayang Ibu

Perempuan dalam struktur fisik mempunyai ciri seksual tertentu yang paling utama adalah bahwa perempuan mengalami haid, mengandung dan melahirkan anak. Karena adanya faktor fisik inilah pada akhirnya seorang perempuan akan menjadi seorang Ibu bagi anak-anaknya.

Di dalam suatu keluarga masing-masing anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Peran-peran dalam keluarga ini terdiri dari Bapak, Ibu dan Anak-anak.

Salah satu peran dari anggota keluarga adalah Ibu. Ibu merupakan sebutan bagi perempuan yang telah melahirkan seorang anak (goode, 2004:139). Peran Ibu merupakan salah satu dari peran seorang perempuan dalam kehidupan. Ibu dalam suatu keluarga seperti halnya

seorang Bapak mempunyai tugas membesarkan, mendidik seorang anak. Dibandingkan dengan tugas seorang Bapak, tugas seorang Ibu dalam suatu keluarga dipandang lebih berat. Pandangan ini disebabkan karena adanya peran ganda seorang Ibu dalam suatu keluarga. (Goode, 2004:141).

Peran ganda yang dimaksud adalah adanya peran Ibu sebagai pencari nafkah dan juga sebagai orang tua. Dalam hubungan dengan pendidikan dalam keluarga, Ibu dipandang sebagai guru pertama. (Sarwono, 2002:15). Ibu adalah sosok yang berinteraksi dan berhubungan dengan seorang anak setelah seorang anak lahir ke dunia. Kata-kata pertama kali bahkan kebiasaan-kebiasaan atau tingkah laku yang dilakukan oleh seorang anak adalah cerminan dari ajaran seorang Ibu.

Seorang Ibu dalam hubungan dengan seorang anak mempunyai jalinan emosional yang lebih erat dibandingkan anggota keluarga lainnya. Hal ini disebabkan karena ibu adalah orang yang mengandung dan melahirkannya (Sarwono, 2002:75).

Dari uraian tentang Ibu di atas jelaslah bahwa Ibu adalah sebutan peran bagi perempuan yang sudah melahirkan. Ibu adalah sosok guru pertama bagi anak-anak yang dilahirkannya. Ibu mempunyai jalinan emosional dan ikatan batin yang sangat kuat dengan anak-anaknya.

Dalam suatu keluarga pendekatan Ibu terhadap seluruh anggota keluarganya termasuk kepada anak-anaknya lebih bersifat emosional. Ibu jauh lebih sabar dan menahan diri jika dibandingkan dengan seorang Bapak. Dalam memberi petunjuk atau mengajar anak-anaknya seringkali

seorang Ibu dinilai cerewet dan banyak aturan oleh anak-anaknya. Karena sifat Ibu selalu memperlihatkan rasa kasih dan sayang kepada anaknya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak jarang anak-anak menggunakan kelemahan Ibu. Hal ini kadang terwujud dari tingkah laku Ibu yang menunjukkan keragu-raguan atas putusan atau tindakan yang telah diambilnya berkenaan dengan tingkah laku atau perbuatan anak yang salah atau kurang benar. Itulah sebabnya kadang-kadang yang menyebabkan kurang berwibawanya seorang Ibu di mata anak-anaknya.

Dalam berbagai masalah yang dihadapinya, anak-anak senantiasa menyampaikan keluhannya atau curahan hatinya kepada Ibu secara lebih terus terang dibandingkan kepada Ayahnya. Anak-anak cenderung manja pada Ibu mereka. Mereka lebih senang dan lebih terbuka kepada Ibu mereka. Mereka tidak segan-segan bercerita bahkan membuka suatu rahasia pribadi mereka sendiri kepada Ibu dan tidak jarang anak-anak bersenda gurau dengan Ibu mereka (Diah, 1998:48).

Sebagai perempuan seorang Ibu dalam kehidupan rumah tangga mempunyai peran sebagai Ibu rumah tangga yang tugas pokoknya adalah mengurus rumah tangga, sehingga dalam urusan mencari nafkah seorang Ibu atau perempuan bersifat membantu saja, dimana secara umum Ibu mempunyai fungsi sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya (Millia, 1998:49).

Dari uraian di atas kiranya sudah menunjukkan bahwa peranan Ibu dalam keluarga khususnya pada anak-anaknya adalah besar sekali.

Sejak dilahirkan, peranan seorang Ibu tampak nyata sekali, sehingga dapat dikatakan bahwa pada awal proses sosialisasi, seorang Ibu mempunyai peranan yang besar sekali, lebih besar daripada peran seorang Ayah khususnya dalam hal urusan keluarga. Secara psikologis, antara seorang Ibu dan anak terjadi hubungan emosional. Ada tali jiwa yang terhubung utuh dan tak bisa diceraiberaikan. Sentuhan kasih sayang seorang Ibu dapat meredakan tangisan anak. Kesakitan anak merupakan derita seorang Ibu. Senyum seorang anak merupakan kebahagiaan seorang Ibu. Kelelahan yang mendera karena setiap hari harus mengurus anak-anaknya tidak dirasakan,karena ingin memberikan layanan yang terbaik untuk anak dan keluarganya.

Bagi seorang Ibu, satu jika dalam perpisahan raga, jauh dimata dekat dihati. Dalam keterpisahan itu selalu ada kerinduan seorang Ibu kepada anaknya dan tak akan pernah terobati sebelum dipertemukan.

Hubungan darah antara Ibu dan anak serta anggota keluarga lainnya dapat melahirkan pendidikan yang bersifat kodrati, karenanya secara naluriah, meskipun mendidik anak merupakan suatu kewajiban, tetapi setiap Ibu merasa terpanggil untuk mendidik anaknya dengan cara mereka sendiri (Djamarah, 2004:56).

2.6 Kekuatan Dan Kelemahan Ibu

Ibu merupakan orang yang melahirkan kita, Ibu adalahguru pertama kita, Ibu adalah pelindung kita. Kata-kata di atas merupakan gambaran peran Ibu bagi anak-anaknya dalam keluarga (Goode, 2004:76).

Ibu merupakan orang yang pertama kali melahirkan setiap manusia di dunia. Melalui Ibulah semua orang menjadi ada di dunia ini. Hampir selama sembilan bulan seorang Ibu mengandung anaknya dalam rahimnya. Selama mengandung anaknya seorang Ibu mempunyai beban dan tugas berat untuk merawat anak dalam kandungannya. Memberikan asupan gizi yang cukup bagi janin dalam rahimnya. Selama mengandung pula seorang Ibu tak henti-hentinya berdoa, agar anak yang dilahirkannya dalam kondisi yang sehat dan baik.

Dalam masa-masa menjelang melahirkan dan selama proses kelahirannya seorang Ibu mengalami perjuangan yang sangat berat karena dalam proses kelahiran seorang anak, nyawa Ibu yang menjadi taruhannya (Wijaya, 2001:45)

Setelah lahirnya anak, tugas seorang Ibu tidak cukup sampai disitu. Ibu harus mengasuh anak yang dilahirkannya. Kelahiran seorang anak merupakan awal dari proses awal pendidikan anak-anaknya di dunia. Seorang Ibu dalam proses pendidikan seorang anak dikatakan sebagai guru pertama (Goode,2004:78). Pertama kali bahasa yang dikenal oleh seorang anak adalah bahasa Ibu. Selama seorang anak dalam masa pengasuhan, seorang Ibu hampir setiap hari bersama dengan anaknya, sehingga apa yang disampaikan oleh seorang Ibu akan dikenal dan ditangkap oleh anak.

Seiring dengan bertambahnya usia seorang anak bahkan mencapai usia remaja, seorang Ibu masih mempunyai tugas yaitu mempersiapkan seorang anak untuk mencapai keinginannya di masa

depan. Tidak jarang demi tercapai keinginan seorang anak, seorang Ibu harus berjuang keras membantu mencapai keinginan anaknya dengan memberikan pendidikan yang cukup, bahkan seorang Ibu rela mengorbankan dirinya demi tercapai keinginan anak.

Meski seorang anak telah menikah, seorang Ibu tetap mempunyai peran yang besar bagi anak. Ikatan batin seorang Ibu lebih kuat dibandingkan seorang Bapak kepada anak, sehingga seringkali seorang Ibu mempunyai firasat tertentu apabila sesuatu terjadi pada anaknya.Meskijauh seorang Ibu tetap berdo’a bagi anak-anaknya.

Memang tidak ada manusia yang sempurna selain Rasulullah SWT. Namun orang tua harus berusaha memiliki sifat-sifat terpuji agar bisa dijadikan teladan bagi anak-anaknya. Semakin baik sifat-sifat orang tua sebagai pendidik, semakin dekat tingkat keberhasilannya dalam mendidik anak.

Menurut Asri Mulyani peran Ibu sangat dominan untuk menghantarkan terciptanya generasi yang shaleh/shalehah. Hal-hal bisa mendukung suksesnya peran/ sifat-sifat yang diemban para Ibu sebagai berikut :

1) Penyayang: Sifat penyayang sangat dibutuhkan sebagai penghangat suasana. Kita semua akan betah berada di antara orang yang penyayang. Hati yang begitu lembut memancarkan rasa “care” pada anak sehingga anak akan tumbuh baik fisik ataupun mentalnya secara optimal.

2) Sabar: Kita semua mengetahui bahwa jam kerja seorang istri dan Ibu adalah 24 jam. Coba bayangkan sewaktu kita memiliki bayi. Pada malam hari, dimana banyak orang terlelap kita tetap saja berjaga sewaktu-waktu jika si bayi menangis, entah haus, ngompol atau malah buang air besar. Beban berat ini akan sukses dilalui kalau si Ibu mempunyai sifat sabar. 3) Mau Berkorban: Ada istilah “segalak-galaknya harimau tidak akan

memakan anak kandungnya sendiri”. Jiwa mau berkorban wajib dimiliki para Ibu, karena sangat mungkin kepentingan Ibu harus tersisihkan setelah

Dokumen terkait