• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI KASIH SAYANG DALAM LIRIK LAGU (Studi Semiotika tentang Representasi Kasih Sayang dalam Lirik Lagu “Ibu” yang dipopulerkan oleh Sulis).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPRESENTASI KASIH SAYANG DALAM LIRIK LAGU (Studi Semiotika tentang Representasi Kasih Sayang dalam Lirik Lagu “Ibu” yang dipopulerkan oleh Sulis)."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

Lagu “Ibu” yang dipopuler kan oleh Sulis)

PROPOSAL

Oleh : RIZKINA .S.I NPM 0543010313

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DANPERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

J UDUL PENELITIAN :REPRESENTASI KASIH SAYANG DALAM LIRIK LAGU

(Studi Semiotika Tentang Repr esentasi Kasih

Sayang Dalam Lir ik Lagu “Ibu” yang

dipopulerkan oleh Sulis)

Nama Mahasiswa : RIZKINA SUMUNARING INSANI

NPM : 0543010313

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah di Uji pada tanggal : 17 November 2011

PEMBIMBING

Dr s. Saifuddin Zuhr i, MSi NPT. 3 7006 94 0035 1

TIM PENGUJ I

1. Ketua

J uwito, S.Sos, MSi NPT. 3 6704 95 0036 1

2. Sek r etar is

Dr s. Saifuddin Zuhr i, MSi NPT. 3 7006 94 0035 1

3. Anggota

Dr a. Diana Amalia, MSi NPT.19630907 199103 2 00 1 Mengetahui,

DEKAN

(3)

oleh KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kupanjatkan pada ALLAH SWT atas

sega1a rahmat dan hidayah pada penulis, sehingga mampu rnenyelesaikan

penu1isan skripsi sebagai tugas akhir dan syarat kelulusan di Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Terselesaikan skripsi ini berkat bantuan dari berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung, moral maupun materii1, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, Mp. Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Ibu Dra. Hj Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Ibu Sumardjiati, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

4. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

Universitas Pernbangunan Nasional ‘Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si selaku sekretaris Jurusan Ilmu

Komunikasi dan selaku Dosen Pembimbing yang se1ama proses

penyusunan tugas akhir ini te1ah banyak memberikan saran dan kritik

serta pemikiran-pemikirannya sehingga penulis dapat menye1esaikan

skripsi ini.

6. Dosen—dosen Jurusan Ilmu Komunikasi : Pak Catur, Pak Kusnarto, Pak

Tom, Pak Zainal Abidin, Ibu Herlina, Ibu Diana Amalia dan yang lainnya

yang telah memberikan bekal ilmu bagi penulis selama masa kuliah terima

kasih.

7. Keluarga tercinta, skripsi ini persembahan khusus untuk Papa Markum dan

Ibu Wati, serta Mama Lina (Alm) yang sudah meninggal, terima kasih

(4)

8. Adekku Fathin makasih sudah memberikan penulis semangat serta

dukungan agar bisa menyelesaikan tugas akhir ini

9. Buat mbah Kakung (Alm) dan mbah Putri (Alm) yang sudah meninggal,

terima kasih atas dukungan yang pernah diberikan kepada penulis.

10.Tante dan Om terima kasih banyak sudah memberikan dorongan dan

semangat buat penulis.

11.Buat mantan-mantanku terima kasih banyak sudah memberikan dorongan

dan semangat meskipun berada jauh dari sini tetapi tidak ada bosennya

untuk memberikan support dan do’a terus supaya tidak ada patah semangat

bagi penulis.

12.Teman-temanku dari angkatan 2005 terutama Andrey terima kasih sudah

memberikan bantuan kepada penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini.

13.Sahabat-sahabatku yang baik : Maya, Bibit, Basori, Dewi, Ima, Rizki,

Mbak Lila, Mas Agus, Sila, Ifa, Luluk terima kasih sudah memberikan

semangat agar tidak patah semangat lagi.

14.Teman-teman KKN Kelompok 04: Lina, Ayu, Icha, Luluk,Okky, Fila,

Fifi, Fildzah, A’ang, Jefa, Uno, Sastra, Arman, Delly, Deny, Bang Rusli

terima kasih atas dukungannya.

15.Crew Suara Mitra Thanks For ALL.

Kepada pembaca, peneliti mohon saran dan kritik yang membangun

semoga bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang berkepentingan serta

membutuhkan. Terima Kasih.

Surabaya, 25 November 20011

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAKSI ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II :KAJ IAN PUSTAKA ... 13

2.1 Landasan Teori ... 13

2.1.1 Musik ... 13

2.1.2 Teori Musik ... 14

2.1.3 Lirik Lagu ... 16

2.2 Representasi ... 17

2.3 Definisi Kasih Sayang ... 21

2.4 Pengertian Kasih Sayang ... 22

2.5 Kasih Sayang Ibu ... 23

2.6 Kekuatan Dan Kelemahan Ibu ... 26

2.7 Ibu ... 30

2.8 Kesalehan Anak ... 31

2.9 Semiotika Komunikasi ... 34

2.10 Semiotika Roland Barthes ... 36

(6)

BAB III : METODE PENELITIAN... 47

3.1 Jenis Penelitian ... 47

3.2 Kerangka Konseptual ... 49

3.2.1 Unit Analisis ... 49

3.2.2 Corpus Penelitian ... 49

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.4 Metode Analisis Data ... 52

BAB IV: HASIL PEMBAHASAN……….. 54

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

4.2 Penyajian Data Dan Analisis Data ... 57

4.2.1 Penyajian Data ... 57

4.2.2 Pemaknaan Lirik Lagu “Ibu” ... 60

4.3 Analisis Dan Interpretasi Data ... 61

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 105

5.1 Kesimpulan ... 105

5.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.

Lirik lagu Ibu……….

109

(8)

ABSTRAKSI

RIZKINA SUM UNARING INSANI. Represent asi Kasih Sayang Dalam Lirik Lagu. (St udi Semiot ika Tent ang Represent asi Kasih Sayang Dalam Lirik Lagu “ Ibu” yang dipopulerkan oleh Sulis)

Penelit ian dalam hal ini mempresent asikan secara cermat pada lirik lagu dengan membahas semua permasalahan dalam lirik lagu yang dicipt akan oleh Haydar Yahya yang mengambil t ema lagu “ Ibu” .Permasalahan dalam penelit ian ini adalah bagaimana represent asi kasih sayang dalam lagu Ibu yang dipopulerkan oleh Sulis. Teori yang di pakai dalam lirik lagu ini yait u t eori semiot ika Roland Bart hes.

M et ode penelit ian yang digunakan adalah analisis semiologi yang t ermasuk penelit ian kualit at if, dan di analisis dengan menggunakan t eori pet a t anda Roland Bart hes, untuk menganalisa berdasarkan penanda, pet anda, t anda denot at if.

Berdasar kan hasil analisis t erhadap lirik lagu Ibu, maka dapat disimpulkan bahw a Ibu yang t erdapat dalam lagu Ibu t ersebut adalah seorang sosok Ibu yang selama ini memberikan kasih sayang yang t ulus. Ibu juga t idak memint a balasan kepada anaknya jika kelak suat u saat nant i anaknya t ersebut mencapai cit a-cit anya. Harapan dari sang Ibu hanyalah supaya anaknya t idak melupakan kasih sayang, dan pengorbanan yang sudah dijalani sang Ibu demi anaknya yang sangat di cint ainya.

Kat a kunci : Represent asi Kasih Sayang Dalam Lirik Lagu “ Ibu” yang dipopulerkan oleh Sulis

ABSTRACT

RIZKINA SUM UNARING INSANI. Represent at ion In Love Lyrics. (St udies Semiot ics About Represent at ion In Love Song " M other" w hich w as popularized by Sulis) The research present ed in this case carefully in t he song lyrics t o discuss all Bart hes, t o analyze based on markers, marker, denot at ive sign.

Based on the analysis of the lyrics of the song M other, it follow s t hat contained in the song M ot her M ot her is a mot her figure w ho has been ext ending a sincere affect ion. M other also did not ask for a reply t o his son if his son someday soon reached his goal. Expect at ions of t he mother is just so t heir children do not forget t he compassion and sacrifice t hat has been undert aken of the mother for her child who is in love him.

(9)
(10)

BABI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belaka ng Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya senantiasa

bergaul dengan individu lainnya. Dalam pergaulannya manusia atau

individu akan selalu berinteraksi dengan individu lainnya. Interaksi antara

individu satu dengan individu lainnya ini disebabkan karena setiap

manusia atau individu dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik

kehidupan yang bersifat fisik maupun kebutuhan yang bersifat non fisik.

Dalam usaha memenuhi kebutuhannya ini setiap individu

memerlukan bantuan individu lainnya. Dalam interaksinya tersebut setiap

individu akan selalu melakukan kegiatan komunikasi. Komunikasi yang

dilakukan ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan setiap

kebutuhannya kepada individu lainnya sehingga masing-masing individu

akan saling mengetahui dan memahami apa sebenarnya yang dibutuhkan

oleh individu tersebut.

Dalam kegiatan komunikasi kadang kala komunikasi tidak

selalu menggunakan bahasa verbal saja akan tetapi sering kali juga

menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang tertentu. Dengan adanya

lambang-lambang atau tanda-tanda tertentu, maka kerapkali komunikasi

tidak dapat berjalan dengan baik dengan ketidakmengertian akan

(11)

lambang-lambang atau tanda-tanda tersebut berakibat pada tidak berjalannya

kegiatan komunikasi secara baik.

Lirik lagu dalam musik dapat menjadi sarana atau media

komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam

masyarakat. Lirik lagu dapat dipakai sebagai sarana untuk sosialisasi dan

pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah

lirik diaransir dan diperdagangkan kepada khalayak mempunyai tanggung

jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan nilai-nilai

bahkan prasangka tertentu. Menurut pendapat Soerjono Soekamto, suatu

lirik lagu dapat menggambarkan suatu realitas sosial yang terjadi di dalam

masyarakat.

Riffat hasan dalam Mufidah (2003 : 44) akar ketidakadilan

antara laki-laki dan perempuan adalah pandangan teologi tradisional yang

menyudutkan perempuan. Karena itu, ia berusaha membongkar tradisi itu

dan menggantikannya dengan teologi feminis, misalnya mengkritis

istilah-istilah khusus dalam Al-Qur’an yang sering dimaknai diskriminatif

terhadap perempuan.

Toshihiko Isutzu dalam Mufidah mengkaji secara mendalam

tentang konsep etis dalam Al-Qur’an dan berkesimpulan bahwa Al-Qur’an

tidak membatasi secara mutlak terdapat aktifitas perempuan dan menjadi

ukuran manusia bukan dari jenis kelaminnya.

Menurut Putnam Tong (1993 : 330-332), feminisme global

(12)

pada hasil opresif dari kebijakan dan praktek kolonial dan nasionalisme,

bagaimana pemerintah besar dan bisnis besar membagi dunia ke dalam apa

yang disebut sebagai dunia pertama dan apa yang disebut sebagai dunia

ketiga, sependapat dengan feminis multicultural bahwa definisi feminisme

harus diperluas untuk mencakup segala sesuatu yang mengopresi

perempuan, baik yang berdasarkan ras atau kelas, atau hasil dari

imperialisme atau kolonialisme, feminisme global menekankan bahwa

“opresi terhadap perempuan di satu bagian dunia yang lain, dan bahwa

tidak akan ada perempuan yang bebas hingga semua kondisi opresi

terhadap perempuan dihancurkan dimanapun juga.” Berkomitmen

terhadap tugas untuk meluruskan kesalahpahaman danmembangun aliansi

antara perempuan dunia ketiga dan dunia kesatu, feminisme global

bertekad untuk memperluas cakupan pemikiran feminisme.

Selain beberapa hal diatas, keterkaitan peneliti tentang lirik lagu

ini adalah peneliti tertarik menguak makna lagu ini, disebabkan lagu

tersebut salah satu lagu yang mendorong diri seseorang untuk lebih

mencurahkan kasih sayang kepada seorang Ibu, karena surga ada ditelapak

kaki Ibu.

Kasih sayang Ibu dikarenakan Ibulah yang lebih banyak

menderita dalam merawat dan melindungi anaknya. Dia (Ibu)

membesarkan anaknya dengan cintanya sejak dari pangkuan hingga dia

(13)

menyadari apa yang seorang Ibu lakukan untuk anaknya. Tidak ada

seorangpun yang dapat menandingi seorang Ibu.

Pengaruh Ibu terhadap karakter anak dikarenakan Ibulah yang

meletakkan fondasi dasar atas perilaku dan karakter anak. Karena melalui

air susunya dia memberikan makanan untuk tubuh; melalui ajarannya, dia

memperkuat jiwanya, akibatnya, anak tersebut mewarisi perilaku,

kebiasaandan karakter lain Ibunya sejak bayi dan akan tetap

menyimpannya hingga sepanjang hidupnya. Akhirnya, kebahagiaan anak

bergantung pada bagaimana dia dibesarkan oleh Ibunya. “Ibu memiliki

pengaruh yang lebih besar terhadap anak dibandingkan Ayahnya”.

Oleh karena itu mengerti dan memahami lirik-lirik lagu tersebut

secara utuh dan untuk mengetahui apa sebenarnya makna yang terkandung

dalam lirik lagu tersebut, serta untuk dapat merepresentasikan sosok Ibu

dalam lagu tersebut, penulis tertarik mempresentasikan karena dalam lirik

lagu tersebut terdapat makna-makna tersembunyi yang hanya dikupas

untuk bisa dengan mudah bisa dimengerti oleh khalayak, maka perlu

dilakukan sebuah analisis dengan menggunakan semiotika terhadap lagu

tersebut.

Dalam kaitannya penggunaan lambang-lambang atau

tanda-tanda dalam komunikasi, sering kali orang mengkomunikasikan sesuatu

melalui sesuatu yang kadang tidak dimengerti oleh orang lain, misalnya

orang menyampaikan pesannya melalui sebuah lukisan, sastra, musik, lagu

(14)

sulit untuk dimengerti kecuali oleh orang yang menyampaikan ini

menuntut kita untuk menelaah makna yang terkandung dalam bahasa

tersebut.

Kegiatan atau proses menelaah makna yang terkandung dalam

suatu pesan bukanlah suatu pekerjaan yang gampang akantetapi sesuatu

yang membutuhkan keahlian dan kejelian. Karena apabila individu tidak

mempunyai kemampuan untuk menelaah isi pesan dalam pesan yang

disampaikan tersebut akan diperoleh makna yang salah. Salah satu

keahlian untuk dapat memahami dan mengerti makna yang terkandung

dalam suatu pesan komunikasi berupa lambang atau tanda adalah dengan

menggunakan semiotika yaitu suatu cabang ilmu komunikasi yang

membahas mengenai tanda-tanda atau lambang-lambang.

Berdasarkan uraian di atas bahwa banyak sekali individu yang

menyampaikan pesan melalui musik dan lagu. Syair atau bait dalam suatu

lagu sering kali merupakan suatu pesan dari pencipta lagu kepada orang

lain. Syair atau bait dalam lagu kadang kala muncul karena adanya suatu

kejadian atau peristiwa tertentu bahkan tidak jarang syair atau bait dalam

suatu lagu berasal dari pengalaman pribadi pencipta lagu, sehingga orang

lain kadang tidak memahami dan tidak mengerti apa yang sebenarnya

ingin disampaikan atau pesan apa yang terkandung dalam lagu tersebut.

Diantara lagu-lagu yang diciptakan oleh seorang pencipta lagu,

banyak sekali lagu-lagu yang liriknya bercerita tentang sosok seorang Ibu.

(15)

lagu yang menggambarkan bagaimana peran seorang Ibu dalam keluarga

maupun peran Ibu bagi perkembangan dan pendidikan anaknya serta

bagaimana beratnya perjuangan seorang Ibu dalam membimbing dan

mencapai cita-cita yang diinginkan anaknya. Selain itu juga banyaknya

lagu mengenai Ibu ini disebabkan karena Ibu dalam keluarga sering kali

mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai Ibu bagi anak-anaknya dan

sekaligus pencari nafkah. Kehadiran seorang Ibu dalam mengasuh anak

sangat penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya pada masa

yang akan datang. Terlebih lagi untuk seorang Ibu, tanggung jawab yang

harus dilakukan tidaklah mudah.

Posisi Ibu sangat penting dalam perkembangan pribadi anak

semenjak muncul berbagai hasil penelitian tentang dampak ketidakhadiran

seorang Ibu dalam diri anak. Salah satu ungkapan penting dalam hal ini

adalah melalui rangsangan langsung, seperti membelai, mengajak

berbicara dan bermain. Disini akan berkembang suasana pertemanan yang

hangat, dimana seorang Ibu tidak selalu harus memerintah atau melarang

tetapi juga bisa diajak bercerita dan bermain selayaknya seorang sahabat.

Untuk menjadi Ibu yang menyenangkan, dalam segala kesempatan

diharapkan bisa melibatkan anak dalam pekerjaan Ibunya, baik itu di

kantor, tempat Ibunya bekerja atau dirumah dengan demikian seorang anak

akan terbiasa dan kenal dengan kegiatan Ibunya sehari-hari.

Secara psikologis, semakin sering Ibu bertemu dan

(16)

perhatian dan dukungan dari Ibunya. Tentunya tidak hanya kualitas atau

banyaknya pertemuan yang penting akan tetapi kualitasnya juga harus

diperhatikan. Sementara sosok Ibu secara kuantitas dan kualitas mampu

memberikan porsi melebihi yang diberikan Ayah, hal ini disebabkan sang

Ibu mampu mencurahkan perhatian yang berkualitas lewat tutur kata,

belaian, dan tatapan mata yang membuat anak merasa sangat dekat.

Selanjutnya tugas seorang Ibu adalah harus bisa untuk membangun citra

diri sang anak.

Bagaimana pentingnya kehadiran seorang Ibu dalam

perkembangan mental anak, tetapi suatu bukti yang sederhana

membicarakan bagaimana pentingnya kehadiran seorang Ibu dalam diri

anak berpengaruh kuat terhadap perkembangan diri seorang anak baik itu

perkembangan mental maupun psikologisnya, kehadiran figur Ibu dalam

diri anak dan perhatiannya dapat membantu merealisasikan potensi yang

dimiliki oleh anak tersebut. tingginya perhatian seorang Ibu dapat

menjadikan model bagi anak dalam ketekunan serta motivasi untuk

berprestasi. Seorang Ibu dapat dianggap teladan keberhasilan bagi

anak-anaknya di lingkungan yang lebih luas.

Seorang Ibu disini juga mempunyai peran penting dalam

pembentukan kepribadian anak di masa depan. Dengan figur Ibu yang

demikian, anak menjadi lebih mudah menyesuaikan diri dan

perkembangan kognitifnya juga menjadi lebih baik, dampak lainnya anak

(17)

menjadi sangat berarti, karena buat anak Ibu adalah seorang pembimbing,

penasehat, pelindung, guru, sekaligus kawan. Disamping peran-peran

tersebut, Ibu memiliki peran spesifik bagi anak yang sulit digantikan oleh

orang lain. Hubungan yang hangat dan kenangan yang manis di masa

perkembangannya, membantu diri si anak dapat mengembangkan dirinya

secara optimal.

Selama perkembangan anak tokoh Ibu itu umumnya lebih

memberikan semangat kepada anaknya supaya bisa hidup mandiri,

membiarkan anaknya mengenal lingkungan yang luas. Pola sikap seperti

inilah yang membedakan antara Ibu dengan Ayah. Di indonesia,

memperingati hari Ibu sudah menjadi sebuah tradisi. Karena Ibu, Bapak

dan Anak melambangkan keutuhan sebuah keluarga. “Ibu adalah orang

yang hebat” inilah yang menggambarkan betapa sosok Ibu sangatlah

berarti bagi seorang anak dalam di kehidupannya.

Namun ironisnya, fenomena-fenomena dewasa ini yang sering

terjadi dalam kehidupan adalah masih ditemukan adanya

kekerasan-kerasan dalam keluarga. Seperti seorang anak tega membunuh Ibunya atau

sebaliknya seorang Ibu tega menganiaya anaknya yang disebabkan suatu

hal yang tidak jelas atau sepele. Hal ini bisa saja terjadi karena kurangnya

kedekatan komunikasi antara anak dengan Ibu atau bisa juga karena

kurangnya rasa menghargai anak pada Ibunya yang dikarenakan faktor

dari dalam keluarga sendiri seperti kurangnya perhatian atau bisa juga

(18)

sehingga menjadi seperti demikian. Seorang Ibu sendiri pada dasarnya

tidak akan pernah melakukan hal yang sampai melukai anaknya apabila

tidak merasa tersakiti. Tetapi anak tetaplah anak terkadang suka lupa akan

jasa dan peran orang tua (khususnya Ibu) yang telah melahirkan, mendidik

dan membesarkannya.

Untuk menghindari agar tidak terjadi hal seperti itu (kekerasan

atau penganiayaan) seorang Ibu wajib memberikan kebijaksanaan serta

memberikan pengertian dan kesadaran terhadap anak-anaknya tentang saat

kini dan saat mendatang. Selain itu harus ditumbuhkan rasa saling

menghargai dalam diri si anak, karena seorang anak baru akan menyadari

dampak betapa besarnya arti kehadiran seorang Ibunya setelah merasakan

di tinggal oleh Ibunya.

Untuk menyampaikan betapa besarnya pengaruh kehadiran

seorang Ibu terhadap perkembangan sang anak ini secara otomatis

memerlukan media dalam mensosialisasikan seperti dalam tulisan, diskusi,

symposium, film, iklan, dan salah satu media yang digunakan untuk

mempresentasikan adalah melalui musik atau lirik lagu. Sebagaimana

dapat disimpulkan dari pendapat Soerjono Soekanto (Rahmawati, 2000:1)

bahwa musik berkaitan erat dengan setting sosial dimana lirik lagu

menjadi penunjang dalam musik tersebut dalam menjembatani isu-isu

sosial yang terjadi.

Musik senantiasa hadir dimanapun dan kapanpun manusia

(19)

macam media komunikasi elektronik, diantaranya adalah melalui radio,

tape recorder, compact disc, internet ataupun melalui sarana yang lain

seperti konser musik, pesta dan lain sebagainya. Salah satu hal yang paling

penting dari sebuah musik adalah lirik lagunya karena melalui lirik lagu

pencipta lagu menyampaikan pesan yang merupakan pengekspresian

terhadap dirinya, baik itu ekspresi bahagia maupun sedih, terhadap

fenomena-fenomena yang terjadi disekitar, dimana dia berinteraksi

didalamnya.

Lirik lagu dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk

mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat sekitar. Lirik

lagu dapat pula dijadikan sebagai sarana untuk sosialisasi terhadap suatu

sikap atau nilai. Suatu lirik lagu dapat menggambarkan realitas sosial yang

terjadi dalam masyarakat. Termasuk realitas sosial yang menggambarkan

peran seorang Ibu terhadap anaknya.

Salah satu pencipta lagu yang banyak sekali lirik-lirik dalam

lagunya merupakan pesan sosial adalah Haydar Yahya. Seperti sudah

diketahui oleh khalayak bahwa Haydar Yahya merupakan salah satu

musisi yang lagu-lagunya merupakan kritik sosial. Selain lagu-lagu

bertema sosial terdapat pula lagu yang diciptakan oleh Haydar Yahya yang

mengambil tema tentang sosok seorang Ibu yaitu lagu Ibu .

Karena dalam lirik lagu tersebut jelas tersirat bahwa Ibunya

(20)

tentang kasih sayang yang diberikan oleh Ibunya namun Ibu terus berjuang

dan tak pernah lelah untuk anaknya.

Lirik lagu Ibu dalam album Ibu memang cukup sederhana dan

singkat, namun demikian lirik dalam lagu Ibu tersebut kurang dapat

dimengerti oleh khalayak karena banyak menggunakan kata-kata yang

mengandung kata-kata kiasan atau makna yang bukan sebenarnya

sehingga seringkali khalayak salah dalam menafsirkan kandungan pesan

dalam lirik lagu tersebut.

Oleh karena itu untuk mengerti dan memahami lirik-lirik lagu

tersebut secara utuh dan untuk mengetahui apa sebenarnya makna yang

terkandung dalam lirik lagu tersebut serta untuk dapat menggambarkan

sosok Ibu dalam lagu tersebut maka perlu dilakukan sebuah analisis

dengan menggunakan semiotika terhadap lagu tersebut.

Dari beberapa hal diatas maka peneliti melihat bahwa lagu dari

Haydar Yahya sangat cocok untuk diteliti. Sehingga penelitian ini

berupaya lebih menitik beratkan pada “Representasi Kasih Sayang Dalam

Lirik Lagu Ibu” yang dinyanyikan oleh Sulis.

1.2 Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah representasi kasih sayang digambarkan dalam

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimanakah representasi kasih

sayangdigambarkan dalam lirik lagu Ibu yang dinyanyikan Sulis dan

diciptakan oleh Haydar Yahya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari diadakannya penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis

Secara teoritis yaitu bermanfaat untuk menambah literatur penelitian

kualitatif ilmu komunikasi khususnya mengenai analisis berupa lirik

lagu dengan menggunakan metode semiotika.

2. Kegunaan praktis

Secara praktis yaitu membantu pembaca dalam memahami tanda yang

mempresentasikan kasih sayang dalam lirik lagu Ibu tersebut. Dan

diharapkan akan dapat menyamakan persepsi terhadap pesan yang

disampaikan oleh si pencipta dan penyanyi dengan khalayak luas

(22)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Musik

Sistem tanda musik adalah oditif, namun untuk mencapai

pendengarnya, pengubahan musik dalam mempersembahkan kreasinya

dengan perantara pemain musik dalam bentuk tanda perantara tertulis.

Bagi Simiotikus musik, adanya tanda-tanda perantara, yakni musik yang

dicatat dalam partitur orkestra. Hal ini sangat memudahkan dalam

menganalisis karya musik dengan teks. Itulah sebabnya mengapa

penelitian musik terarah pada sintaksis.

Meski demikian, semiotik tidak dapat hidup dengan sintaksis

tidak ada semiotik tanpa semantik. Jadi, juga tidak ada semiotika musik

tanpa semantik musik. Semantik musik, bisa dikatakan, harus senantiasa

membuktikan hak kehadirannya (Van Zoest, 1009:120-121).

Peranan dan kedudukan lagu adalah penting dalam sosialisasi

ide dan gagasan dalam tradisi kebudayaan. Sehubungan dengan hal

tersebut, seorang ahli psikologi indonesia, Dra. Yaumil A. Akhir (Savitri,

1991:3) menyatakan bahwa musik, lagu dan senandung adalah bagian

yang tidak terpisahkan dari seluruh hidup manusia, sejak dari buaian

(23)

berbagai kebudayaan, manusia mengenal musik dan lagu menurut caranya

masing-masing.

2.1.2 Teor i Musik

Teori musik merupakan cabang ilmu yang menjelaskan

unsur-unsur musik. Cabang ilmu ini mencakup pengembangan dan penerapan

metode untuk menganalisis maupun mengubah musik, dan keterkaitan

antara notasi musik dan pembawaan musik. Hal-hal yang harus dipelajari

dalam teori musik mencakup misalnya : Suara, Nada, Ritme, Notasi,

Melodi, dan Harmoni.

a) Suara

Teori musik menjelaskan bagaimana suara dinotasikan atau

dituliskan dan bagaimana suara tersebut ditangkap dalam benak

pendengarnya. Dalam musik, gelombang suara biasanya dibahas tidak

dalam panjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan dalam

frekuensinya. Aspek-aspek dasar suara dalam musik biasanya dijelaskan

dalam tala (inggris : pitch, yaitu tinggi nada), durasi (berapa lama suara

nada), intensitas, dan timbre (warna bunyi).

b) Nada

Suara dapat dibagi-bagi ke dalam nada yang memiliki tinggi

nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif

tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Perbedaan tala antara

dua nada disebut sebagai interval. Nada dapat diatur dalam tangga nada

(24)

mayor, tangga nada minor, dan tangga nada pentatonik. Nada dasar suatu

karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut. Nada

dalam teori musik diatonis barat diidentifikasi menjadi 12 nada yang

masing-masing diberi nama yaitu nada C,D,E,F,G,A dan B. Serta

nada-nada kromatis yaitu Cis/Des, Dis/Es, Fis/Ges, Gis/As, dan Ais/Bes.

c) Ritme

Ritme adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Birama

merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda birama

menunjukkan jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung

dan dianggap sebagai satu ketukan. Nada-nada tertentu dapat diaksentuasi

dengan pemberian tekanan (dan pembedaan durasi).

d) Notasi

Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik.

Dalam notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertical, sedangkan

waktu (ritme) digambarkan secara horizontal. Kedua unsur tersebut

membentuk paranada, disamping petunjuk-petunjuk nada dasar, tempo,

dinamika, dan sebagainya.

e) Melodi

Melodi adalah serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian

tersebut dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat

merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu (biasanya merupakan

(25)

Melodi terbentuk dari sebuah rangkaian nada secara horizontal.

Unit terkecil dari melodi adalah motif. Motif adalah tiga nada atau lebih

yang memiliki maksud atau makna musikal. Gabungan dari motif adalah

Semi Frase, dan gabungan dari Semi Frase (kalimat). Sebuah melodi yang

paling umum biasanya terdiri dari dua Semi Frase yaitu kalimat tanya

(Antisiden) dan kalimat jawab (Konsekuen).

f) Harmoni

Harmoni secara umum dapat dikatakan sebagai kejadian dua

atau lebih nada dengan tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun

harmoni juga dapat terjadi bila nada-nada tersebut dibunyikan berurutan

(seperti dalam arpeggio). Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada

yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akord.

(http://www.id.wikipedia.org/wiki/teorimusik)

2.1.3 Lir ik Lagu

Lirik lagu dalam musik dapat menjadi sarana atau media

komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam

masyarakat. Lirik lagu dapat dipakai sebagai sarana untuk sosialisasi dan

pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah

lirik diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak mempunyai tanggung

jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan nilai-nilai

(26)

Suatu lirik lagu dapat menggambarkan suatu realitas sosial yang

terjadi di masyarakat. Sejalan dengan pendapat Soerjono Soekamto dalam

Rachmawati (2001 : 1), yang menyatakan :

“musik ber kaitan er at dengan setting sosial kemasyar akatan tempat dia ber ada. Musik mer upakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya inter aksi sosial, dimana dalam interaksi ter sebut manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lir ik sangat ber per an, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bukti suar a belaka kar ena yang menyangkut per ilaku manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah bahasa atau lir ik sebagai penunjangnya.”

Berdasarkan kutipan diatas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan

serta pula dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung

di dalam masyarakat.

Lirik lagu merupakan salah satu beragam karya seni yang ada,

juga pada dasarnya sama dengan puisi. Puisi tergolong sebagai seni kata.

Oleh karena itu lirik digolongkan sebagai seni kata sebab mediumnya

adalah kata dalam bahasa. (James Jerret dikutip oleh Herwindo, 2006 :11).

Lirik lagu pop pada umumnya memilikikecenderungan sama

yaitu ekspresi yang timbul dari perasaan dasar seperti tersebut di atas

terutama tentang pesona cinta dan asmara. Kenyataannya memang hal itu

bisa diterima bahkan digandrungi oleh masyarakat.

2.2 Repr esentasi

Representasi menunjuk baik dalam proses maupun produk dari

(27)

konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang konkret

Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial

pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia: diolog, tulisan, video,

film, fotografi, dan sebagainya. Secara ringkas, representasi adalah

produksi makna melalui bahasa.

Menurut Stuart Hall (1997), representasi adalah salah satu

praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan

konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut ‘pengalaman berbagi’.

Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika

manusia-manusia yang ada di situ membagi pengalaman yang sama, membagi

kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam ‘bahasa’yang sama

dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. Bahasa adalah medium yang

menjadi perantara kita dalam memaknai sesuatu, memproduksi dan

mengubah makna. Bahasa mampu melakukan semua ini karena ia

beroperasi sebagai sistem representasi. Lewat bahasa (simbol-simbol dan

tanda tertulis, lisan, atau gambar) kita mengungkapkan pikiran, konsep,

dan ide-ide kita tentang sesuatu. Makna sesuatu hal sangat tergantung dari

cara kita ‘mempresentasikannya’. Dengan mengamati kata-kata yang kita

gunakan dan imej-imej yang kita gunakan dalam mempresentasikan

sesuatu bisa terlihat jelas nilai-nilai yang kita berikan pada sesuatu

tersebut.

Untuk menjelaskan bagaimana representasi makna lewat bahasa

(28)

usaha untuk menjawab pertanyaan; darimana suatu makna berasal ; atau

bagaimana kita membedakan antara makna yang sebenarnya dari sesuatu

atau suatu imej dari sesuatu? Yang pertama adalah pendekatan reflektif.

Disini bahasa berfungsi sebagai cermin, yang merefleksikan makna yang

sebenarnya dari segala sesuatu yang ada di dunia. Kedua adalah

pendekatan intensional, dimana kita menggunakan bahasa untuk

mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan cara pandang kita terhadap

sesuatu. Sedangkan yang ketiga adalah pendekatan konstruksionis. Dalam

pendekatan ini kita percaya bahwa kita mengkonstruksi makna lewat

bahasa yang kita pakai.

Menurut Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama,

representasi mental. Yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yang ada di kepala kita

masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk

sesuatu yang abstrak. Kedua, ‘bahasa’, yang berperan penting proses

konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus

diterjemahkan dalam ‘bahasa’ lazim, supaya kita dapat menghubungkan

konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol

tertentu.

Proses pertama memungkinkan kita untuk memakai dunia

dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara ‘pete

konseptual’ dengan bahasa atau simbol yang berfungsi merepresentasikan

konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara ‘sesuatu’, ‘pete

(29)

lewat bahasa. Proses yang menghubungkan tiga elemen ini secara

bersama-sama itulah yang kita namakan representasi.

Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan

baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah

ada. Intinya adalah : makna tidak inhern dalam sesuatu di dunia ini, ia

selalu dikonstruksikan, di produksi, lewat proses representasi. Ia adalah

hasil dari proses penandaan. Praktek yang membuat suatu hal bermakna

sesuatu. (http://kunci.or.id/esai/nws/04/representasi.htm)

Melalui representasi, maka makna (meaning) dapat berfungsi

dan pada akhirnya diungkap. Representasi disampaikan melalui

tanda-tanda (signs). Tanda-tanda-tanda (signs) tersebut seperti bunyi, kata-kata, tulisan,

ekspresi, sikap, pakaian dan sebagainya merupakan bagian dari dunia

material kita (Hall, 1997). Tanda-tanda tersebut merupakan media yang

membawa makna-makna tertentu dan mempresentasikan “meaning”

tertentu yang ingin disampaikan kepada dan oleh pikiran kita. Melalui

tanda-tanda tersebut, kita dapat mempresentasikan pikiran, perasaan dan

tindakan kita. Pembacaan tanda-tanda tersebut tentu saja dapat dipahami

dalam konteks sosial tertentu.

Representasi berasumsi bahwa praktik pemaknaan berbentuk

menjelaskan atau menguraikan objek atau praktik lain di dunia nyata.

Bagaimana dunia dikonstruksikan dan direpresentasi secara sosial kepada

dan oleh individu. Mengharuskan adanya exploitasi pembentukan makna

(30)

makna pada beragam konteks. Representasi memiliki materialitas tertentu,

yang melekat pada bunyi, prasasti, objek, citra, buku, majalah, dan

dipahami dalam konteks tertentu. (Bartker, Chris, 2000 : 9)

Piliang dalam bukunya “hipersemiotika” menyatakan bahwa

representasi adalah tindakan menghadirkan dan mempresentasikan sesuatu

lewat sesuatu yang lain diluar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol.

(Piliang, 2003Kasih)

2.3 Definisi Kasih Sayang

Kata kasih sayang itu mengandung pengertian yang luas. Dan yang

pasti setiap insan manusia perlu tahu dan mengerti apa makna kasih

sayang yang sebenarnya, sekaligus memilikinya di dalam sanubari.

Seseorang akan terlanda kekeringan jiwa jika hidup tanpa memiliki kasih

maupun sayang.

Yang dimaksud dengan kasih dan sayang disini lebih bersifat

universal. Sehingga hal ini bisa terjadi terhadap sahabat, saudara, keluarga

dan lain-lain. Dan yang perlu ditekankan adalah, bahwa kasih dan sayang

yang tulus itu selalu punya sifat yang ikhlas dan lebih banyak memberi

daripada menerima.

Menciptakan Rasa Kasih Dan Sayang Dalam Keluar ga

Agar di dalam suatu keluarga bisa tercipta rasa saling sayang dan

mengasihi, maka masing-masing anggota keluarga harus selalu berusaha

(31)

memberikan kasih sayang pada anaknya. Sedangkan anaknya memberikan

rasa cinta dan hormatnya pada kedua orang tuanya.

Ini semua bisa terlaksana bila setiap anggota keluarga, terutama

pihak orang tua bisa menjadi contoh dan teladan yang baik bagi anaknya.

Karena sang anak sejak lahir selalu ikut orang tua, maka secara mental dia

juga menjadikan orang tuanya sebagai panutan dalam menjalani hidupnya.

2.4 Penger tian Kasih Sayang

“Yang dimaksud dengan kasih sayang (attachment) adalah suatu

ikatan emosional yang erat antar orang satu dengan yang lain atau dalam

hal ini antara bayi dengan orang tua atau pengasuhnya”.

Sedangkan pengertian kasih sayang menurut kamus besar Bahasa

Indonesia (1998) adalah “suatu ungkapan perasaan cinta dan suka yang

tulus tanpa mengharap imbalan. Seperti kasih sayang orang tua ke

anaknya”.

Pada dasarnya, semua orang yang normal akan menyayangi

anaknya. Namun dalam prakteknya kualitas dan intensitas kasih sayang

orang tua itu bisa berbeda. Salah satu unsur dominan yang mempengaruhi

kualitas kasih sayang. Menurut Vasta Et al (1992) adalah kepekaan orang

tua. Jika orang tua berhasil mengekspresikan kasih sayangnya kepada anak

secara wajar. Maka kasih sayang orang tua yang kuat dapat meningkatkan

(32)

Per anan Kasih Sayang Or ang Tua

Peranan Seorang Ibu dalam Mendidik Anak

Mendidik anak adalah tugas yang sangat mulia. Seorang ibu

memegang peranan penting dalam mendidik anak di lingkungan rumah

tangga, sebab ibulah yang hampir setiap hari berada dirumah. Lingkungan

keluarga adalah sebuah sekolah. Seorang ibu harus menjadi seorang tokoh

utama didalam pekerjaan mendidik anak-anaknya teristimewa ketika

mereka masih kecil, maka seorang ibu haruslah senantiasa menjadi

pendidik dan teman mereka yang baik pula, dengan memberi perhatian dan

kasih sayang kepada anak.

2.5 Kasih Sayang Ibu

Perempuan dalam struktur fisik mempunyai ciri seksual tertentu

yang paling utama adalah bahwa perempuan mengalami haid,

mengandung dan melahirkan anak. Karena adanya faktor fisik inilah pada

akhirnya seorang perempuan akan menjadi seorang Ibu bagi

anak-anaknya.

Di dalam suatu keluarga masing-masing anggota keluarga

mempunyai peran masing-masing. Peran-peran dalam keluarga ini terdiri

dari Bapak, Ibu dan Anak-anak.

Salah satu peran dari anggota keluarga adalah Ibu. Ibu

merupakan sebutan bagi perempuan yang telah melahirkan seorang anak

(goode, 2004:139). Peran Ibu merupakan salah satu dari peran seorang

(33)

seorang Bapak mempunyai tugas membesarkan, mendidik seorang anak.

Dibandingkan dengan tugas seorang Bapak, tugas seorang Ibu dalam suatu

keluarga dipandang lebih berat. Pandangan ini disebabkan karena adanya

peran ganda seorang Ibu dalam suatu keluarga. (Goode, 2004:141).

Peran ganda yang dimaksud adalah adanya peran Ibu sebagai

pencari nafkah dan juga sebagai orang tua. Dalam hubungan dengan

pendidikan dalam keluarga, Ibu dipandang sebagai guru pertama.

(Sarwono, 2002:15). Ibu adalah sosok yang berinteraksi dan berhubungan

dengan seorang anak setelah seorang anak lahir ke dunia. Kata-kata

pertama kali bahkan kebiasaan-kebiasaan atau tingkah laku yang dilakukan

oleh seorang anak adalah cerminan dari ajaran seorang Ibu.

Seorang Ibu dalam hubungan dengan seorang anak mempunyai

jalinan emosional yang lebih erat dibandingkan anggota keluarga lainnya.

Hal ini disebabkan karena ibu adalah orang yang mengandung dan

melahirkannya (Sarwono, 2002:75).

Dari uraian tentang Ibu di atas jelaslah bahwa Ibu adalah

sebutan peran bagi perempuan yang sudah melahirkan. Ibu adalah sosok

guru pertama bagi anak-anak yang dilahirkannya. Ibu mempunyai jalinan

emosional dan ikatan batin yang sangat kuat dengan anak-anaknya.

Dalam suatu keluarga pendekatan Ibu terhadap seluruh anggota

keluarganya termasuk kepada anak-anaknya lebih bersifat emosional. Ibu

jauh lebih sabar dan menahan diri jika dibandingkan dengan seorang

(34)

seorang Ibu dinilai cerewet dan banyak aturan oleh anak-anaknya. Karena

sifat Ibu selalu memperlihatkan rasa kasih dan sayang kepada

anaknya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak jarang

anak-anak menggunakan kelemahan Ibu. Hal ini kadang terwujud dari tingkah

laku Ibu yang menunjukkan keragu-raguan atas putusan atau tindakan

yang telah diambilnya berkenaan dengan tingkah laku atau perbuatan anak

yang salah atau kurang benar. Itulah sebabnya kadang-kadang yang

menyebabkan kurang berwibawanya seorang Ibu di mata anak-anaknya.

Dalam berbagai masalah yang dihadapinya, anak-anak

senantiasa menyampaikan keluhannya atau curahan hatinya kepada Ibu

secara lebih terus terang dibandingkan kepada Ayahnya. Anak-anak

cenderung manja pada Ibu mereka. Mereka lebih senang dan lebih terbuka

kepada Ibu mereka. Mereka tidak segan-segan bercerita bahkan membuka

suatu rahasia pribadi mereka sendiri kepada Ibu dan tidak jarang

anak-anak bersenda gurau dengan Ibu mereka (Diah, 1998:48).

Sebagai perempuan seorang Ibu dalam kehidupan rumah tangga

mempunyai peran sebagai Ibu rumah tangga yang tugas pokoknya adalah

mengurus rumah tangga, sehingga dalam urusan mencari nafkah seorang

Ibu atau perempuan bersifat membantu saja, dimana secara umum Ibu

mempunyai fungsi sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya (Millia,

1998:49).

Dari uraian di atas kiranya sudah menunjukkan bahwa peranan

(35)

Sejak dilahirkan, peranan seorang Ibu tampak nyata sekali, sehingga dapat

dikatakan bahwa pada awal proses sosialisasi, seorang Ibu mempunyai

peranan yang besar sekali, lebih besar daripada peran seorang Ayah

khususnya dalam hal urusan keluarga. Secara psikologis, antara seorang

Ibu dan anak terjadi hubungan emosional. Ada tali jiwa yang terhubung

utuh dan tak bisa diceraiberaikan. Sentuhan kasih sayang seorang Ibu

dapat meredakan tangisan anak. Kesakitan anak merupakan derita seorang

Ibu. Senyum seorang anak merupakan kebahagiaan seorang Ibu. Kelelahan

yang mendera karena setiap hari harus mengurus anak-anaknya tidak

dirasakan,karena ingin memberikan layanan yang terbaik untuk anak dan

keluarganya.

Bagi seorang Ibu, satu jika dalam perpisahan raga, jauh dimata

dekat dihati. Dalam keterpisahan itu selalu ada kerinduan seorang Ibu

kepada anaknya dan tak akan pernah terobati sebelum dipertemukan.

Hubungan darah antara Ibu dan anak serta anggota keluarga

lainnya dapat melahirkan pendidikan yang bersifat kodrati, karenanya

secara naluriah, meskipun mendidik anak merupakan suatu kewajiban,

tetapi setiap Ibu merasa terpanggil untuk mendidik anaknya dengan cara

mereka sendiri (Djamarah, 2004:56).

2.6 Kekuatan Dan Kelemahan Ibu

Ibu merupakan orang yang melahirkan kita, Ibu adalahguru

pertama kita, Ibu adalah pelindung kita. Kata-kata di atas merupakan

(36)

Ibu merupakan orang yang pertama kali melahirkan setiap

manusia di dunia. Melalui Ibulah semua orang menjadi ada di dunia ini.

Hampir selama sembilan bulan seorang Ibu mengandung anaknya dalam

rahimnya. Selama mengandung anaknya seorang Ibu mempunyai beban

dan tugas berat untuk merawat anak dalam kandungannya. Memberikan

asupan gizi yang cukup bagi janin dalam rahimnya. Selama mengandung

pula seorang Ibu tak henti-hentinya berdoa, agar anak yang dilahirkannya

dalam kondisi yang sehat dan baik.

Dalam masa-masa menjelang melahirkan dan selama proses

kelahirannya seorang Ibu mengalami perjuangan yang sangat berat karena

dalam proses kelahiran seorang anak, nyawa Ibu yang menjadi taruhannya

(Wijaya, 2001:45)

Setelah lahirnya anak, tugas seorang Ibu tidak cukup sampai

disitu. Ibu harus mengasuh anak yang dilahirkannya. Kelahiran seorang

anak merupakan awal dari proses awal pendidikan anak-anaknya di dunia.

Seorang Ibu dalam proses pendidikan seorang anak dikatakan sebagai guru

pertama (Goode,2004:78). Pertama kali bahasa yang dikenal oleh seorang

anak adalah bahasa Ibu. Selama seorang anak dalam masa pengasuhan,

seorang Ibu hampir setiap hari bersama dengan anaknya, sehingga apa

yang disampaikan oleh seorang Ibu akan dikenal dan ditangkap oleh anak.

Seiring dengan bertambahnya usia seorang anak bahkan

mencapai usia remaja, seorang Ibu masih mempunyai tugas yaitu

(37)

depan. Tidak jarang demi tercapai keinginan seorang anak, seorang Ibu

harus berjuang keras membantu mencapai keinginan anaknya dengan

memberikan pendidikan yang cukup, bahkan seorang Ibu rela

mengorbankan dirinya demi tercapai keinginan anak.

Meski seorang anak telah menikah, seorang Ibu tetap

mempunyai peran yang besar bagi anak. Ikatan batin seorang Ibu lebih

kuat dibandingkan seorang Bapak kepada anak, sehingga seringkali

seorang Ibu mempunyai firasat tertentu apabila sesuatu terjadi pada

anaknya.Meskijauh seorang Ibu tetap berdo’a bagi anak-anaknya.

Memang tidak ada manusia yang sempurna selain Rasulullah

SWT. Namun orang tua harus berusaha memiliki sifat-sifat terpuji agar

bisa dijadikan teladan bagi anak-anaknya. Semakin baik sifat-sifat orang

tua sebagai pendidik, semakin dekat tingkat keberhasilannya dalam

mendidik anak.

Menurut Asri Mulyani peran Ibu sangat dominan untuk

menghantarkan terciptanya generasi yang shaleh/shalehah. Hal-hal bisa

mendukung suksesnya peran/ sifat-sifat yang diemban para Ibu sebagai

berikut :

1) Penyayang: Sifat penyayang sangat dibutuhkan sebagai penghangat

suasana. Kita semua akan betah berada di antara orang yang penyayang.

Hati yang begitu lembut memancarkan rasa “care” pada anak sehingga

(38)

2) Sabar: Kita semua mengetahui bahwa jam kerja seorang istri dan Ibu

adalah 24 jam. Coba bayangkan sewaktu kita memiliki bayi. Pada malam

hari, dimana banyak orang terlelap kita tetap saja berjaga sewaktu-waktu

jika si bayi menangis, entah haus, ngompol atau malah buang air besar.

Beban berat ini akan sukses dilalui kalau si Ibu mempunyai sifat sabar.

3) Mau Berkorban: Ada istilah “segalak-galaknya harimau tidak akan

memakan anak kandungnya sendiri”. Jiwa mau berkorban wajib dimiliki

para Ibu, karena sangat mungkin kepentingan Ibu harus tersisihkan setelah

punya anak.

4) Disiplin: Disiplin disini lebih baik menitik beratkan pada kemandirian

anak sejak dini. Anak yang dididik mandiri sejak dini, akan mampu

menolong dirinya sendiri. Selain akan timbul rasa percaya diri juga tidak

akan merepotkan orang tua.

5) Tegas: Tegas disini mengharuskan bersikap konsisten terhadap peraturan,

mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Demi suksesnya aturan

dalam keluarga maka Ayah dan Ibu harus kompak sehingga anak tidak

binggung dalam bersikap.

6) Cerdas: Seorang Ibu wajib cerdas dalam menyikapi dan memecahkan

masalah. Segala sesuatu di dunia ini selalu berkembang dan berubah.

Semua membutuhkan ilmu dan hanya orang cerdaslah yang tetap mau

(39)

7) Bijaksana: Kenapa harus bijaksana? Karena diluar peraturan yang ada

mungkin masih ada sesuatu yang harus dipecahkan dan membutuhkan

kebijaksanaan.

8) Tawakal: Tawakal mengandung arti berusaha seoptimal mungkin, hasil

akhirnya diserahkan kepada Allah SWT. Kiranya sifat ini sangat penting

dimiliki oleh para Ibu.

(http://asri.bloggergarut.or.id/2010/01/sifat-penunjang-suksesnya-peran-ibu.jsp Asri Mulyani).

2.7 Ibu

Sesungguhnya jasa orang tua kita tidak terhitung banyaknya. Ibu

kita mengandung selama 9 bulan kemudian melahirkan kita dengan resiko

nyawa melayang. Ketika masih bayi tak berdaya, mereka beri kita minum

dan makanan. Ketika kita buang air besar, tanpa jijik mereka

membersihkan kita dengan penuh cinta. Kita diberi pakaian dan juga

pendidikan.

Seorang Ibu sabar menghadapi kemarahan kita, rengekan,

kenakalan, bahkan mungkin ketika masih kecil/balita pernah memukul

beliau Ibu tetap mencintai kita. Jadi kita merasa kesal dengan beliau,

apalagi jika beliau begitu tua sehingga kelakuannya kembali seperti

anak-anak, ingatlah kesabaran beliau dulu ketika menghadapi kita. Bagi yang

sudah memiliki anak pasti sudah paham kerewelan anak-anak yang butuh

(40)

Adakah kita mampu membalasnya? Bahkan seandainya Ibu kita

tidak berdaya sehingga untuk buang air, kita yang membersihkannya, itu

tidak akan sama. Seorang Ibu membersihkan kita dengan penuh cinta dan

harapan agar kita selamat dan panjang umur. Sementara si anak ketika

melakukan hal yang sama mungkin akan merengut dan bertanya kapan

“ujian” itu berakhir. Begitulah seperti kata pepatah, “kasih anak sepanjang

badan, kasih Ibu sepanjang jalan”. Tidak bisa dibandingkan.

Oleh karena itu sebagai anak yang berbakti hendaknya kita

senantiasa berdo’a untuk Ibu/Bapak kita. Diantara doa-doa untuk orang tua

yang tercantum dalam Al-Qur’an salah satunya berikut:

Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa

robbayanii shogiirri

Artinya : “ Ya Tuhanku! Ampunilah aku, Ibu dan Bapakku dan kasihanilah

mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu

kecil.” Mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaat dari ilmu yang kita

dapat dengan mengamalkannya setiap hari. Amin ya robbal alamin.

(http://media-islam.or.id/2008/03/06doa-untuk-ibu-bapak-orang-tua).

2.8 Kesalehan Anak

Setiap orang pasti menginginkan anak-anaknya menjadi anak

yang shaleh/shalehah, berperangai terpuji dalam setiap pelakunya dan taat

dalam beribadah. Namun, pada zaman sekarang jarang orang tua yang

(41)

pekerjaannya tanpa peduli dengan anak-anaknya. Para orang tua merasa

yang terpenting sudah memasukkan anak ke sekolah itu sudah baik.

Padahal anak-anak usia dini itu masih sangat butuh bimbingan orang

tuanya terutama dalam pendidikan agama. Oleh karena itu orang tua wajib

dalam membimbing anak-anaknya menjadi putra-putri yang saleh dan taat

pada agamanya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua

dalam membangun kesalehan anak, diantaranya yang saya ambil dari

(bersumber dari Sarpani, S.Psi dan Mustafa Al-Adaway dalam bukunya

yang berjudul Fiqih pendidikan Anak) sebagai berikut :

1. Melatih Anak Sejak Dini Untuk Taat Beribadah

Sejak kecil, anak harus dilatih agar terbiasa beribadah, berbuat

baik, dan menjauhi kemungkaran.Rasulullah SWT bersabda:

perintahkanlah anak kalian untuk shalat ketika berusia tujuh tahun!

Pukullah mereka apabila tidak melaksanakan sholat ketika berusia sepuluh

tahun.

2. Tidak Membebani Anak Diluar Kemampuannya

Sudah sanatullah apabila kemampuan anak lebih rendah

dibanding orang dewasa. Oleh sebab itu orang tua harus memperhatikan

kemampuan akal sang buah hati, tidak semua perilaku anak harus ditegur.

Memang ada perilaku yang harus ditegur secara tegas namun penuh kasih

(42)

3. Memberi Semangat Untuk Berbuat Baik

Memberi semangat pada anak dengan cara memberikan pujian

yang dapat membangun kepercayaan diri yang baik pada diri sang buah

hati, memberikannya hadiah meskipun dalam bentuk apapun sebagai

apresiasi atas apa yang telah buah hati usahakan. Semua hal ini

mempunyai pengaruh besar atas perkembangannya.

4. Mencintai Anak Secara Adil Dan Obyektif

Nabi SAW memerintahkan kepada para orang tua untuk adil

dalam memberikan hadiah kepada semua anak. Meskipun jumhur ulama

berpendapat perintah untuk adil dalam memberi hadiah hanya anjuran saja.

Beberapa ulama ada yang mewajibkannya.

5. Anak Tidak Harus Dipukul

Setiap kondisi tidak dapat disikapi dengan sikap yang sama,

begitu juga dengan perilaku anak yang harus dibenahi. Apakah perilaku ini

tergolong perilaku yang jelek atau tidak? Apakah si anak sadar bahwa

perilaku yang dia lakukan bisa membawa dosa dan bahaya atau tidak?

Yang jelas dalam permasalahan ini kita harus mengacu pada sabda Nabi

SAW. Kelembutan adalah hiasan segala sesuatu. Jika dihilangkan sesuatu

itu akan menjadi buruk.

6. Mengajarkan AL-Qur’an dan as Sunnah

AL-Qur’an dan as Sunnah merupakan ilmu yang paling utama

dan amalan yang paling mampu mendekatkan seorang hamba kepada

(43)

tersebut. Demikianlah yang dianjurkan Allah SWT dan Rasulnya. Ajaran

sang buah hati secara intensif namun efektif.

2.9 Semiotika Komunikasi

Semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

suatu tanda. Tanda itu sendiri adalah perangkat-perangkat yang kita pakai

dalam upaya mencari jalan didunia ini ditengah-tangah masyarakat dalam

hidup bersama manusia. Semiotika atau dalam istilah Barthes semiologi

pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)

memakai hal (thing). Memakai (to sinify) berarti tidak dapat dicampur

adukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti

bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga termasuk

dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi. (Kurniawan,

2001:53).

Semiotika berasal dari bahasa yunani, semeion yang berarti

tanda atau seme yang berarti penafsir tanda. Jika diterapkan dalam

tanda-tanda bahasa, maka huruf kata. Kalimat tidak memiliki arti pada dirinya

sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti (significant) dalam

kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan

tanda dengan apa yang ditandakan (signifie). Sebuah teks baik itu lagu,

musik, surat cinta, cerpen, puisi, komik, kartun semua hal itu mungkin

(44)

signifikasi yang menggunakan tanda yang menghubungkan objek dan

interpretasi.

Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan

makna adalah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda

(Little John, 1996) menurut Pines dengan tanda-tanda kita mencoba

menafsirkan keteraturan di tengah-tengah dunia yang centang-perenang

ini, setidaknya agar kita sedikit punya pegangan. Menurut Hjelmslev,

mendefinisikan tanda sebagai “suatu keterhubungan antara wahana

ekspresi dan wahana isi”. (Sobur, 2004 : 15-16).

Semiotika modern mempunyai dua orang Bapak yaitu Charles

Sanders Pierce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913).

Terdapat perbedaan antara Pierce dan Saussure antara lain; Pierce adalah

ahli filsafat dan ahli logika, sedangkan Saussure adalah tokoh cikal bakal

linguistic umum. (Sobur, 2004 : 110).

Kehadiran pragmatisme Pierce dan Strukturalisme Saussure

dalam kancah perbincangan filsafat bahasa mempertegas adanya studi

tanda dengan ilmu yang mereka sebut semiologi (Saussure) dan semiotika

(Pierce). Secara prinsip tidak ada perbedaan mendasar tentang dua nama

ilmu tentang tanda tersebut. Kalaupun ada, perbedaan itu hanya mengacu

pada orientasinya. Penggunaan semiologi menunjuk pengaruh kubu

Saussure (salah satunya Roland Barthes), sedangkan penggunaan

(45)

Semiologi menitik beratkan dirinya pada studi tentang tanda dan

segala yang berkaitan dengannya. Kubu Pierce cenderung meneruskan

tradisi skolastik yang mengarah pada inferensi (pemikiran logis) dan kubu

Saussure menekankan dari Pierce Amerika. Dengan kata lain, sebenarnya

kedua ilmu itu dapat sama-sama dipakai. Semiotik menurut Eco (1979),

pada prinsipnya adalah disiplin ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk mendustai. Mengelabuhi atau mengecoh.

Semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat

dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat

diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk

menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tersebut tidak perlu

harus ada, atau tanda itu secara nyata ada di suatu tempat pada suatu waktu

tertentu. Dengan begitu, semiotika pada prinsipnya adalah sebuah disiplin

yang mempelajari apapun yang bisa digunakan untuk menyatakan suatu

kebohongan. Jika sesuatu tersebut tidak dapat digunakan untuk

mengatakan sesuatu kebohongan, sebaliknya tidak bisa digunakan untuk

menyatakan kebenaran…(Berger dalam Sobur, 2004 : 18).

2.10 Semiotika Roland Bar thes

Roland Barthes adalah salah satu tokoh semiologi komunikasi

yang menganut aliran strukturalis yang getol mempraktikan model

linguistic dan semiologi Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra

(46)

pada studi sastra. Barthes berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda

yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam

waktu tertentu. Ia mengajukan pendapat ini dalam Writing Degree Zero

(1953; terj. Inggris 1977) dan Critical Essays (1964; terj. Inggris 1972).

(Sobur, 2004 : 63).

Sedangkan pendekatan karya strukturalis memberikan perhatian

terhadap kode-kode yang digunakan untuk menyusun makna.

Strukturalisme merupakan suatu pendekatan yang secara khusus

memperhatikan struktur karya sastra atau seni. Fenomena kesastraan dan

estetika didekati sebagai sistem tanda-tanda. (Budiman, 2003 : 111).

Linguistik merupakan ilmu tentang bahasa yang sangat

berkembang menyediakan metode dan peristilahan dasar yang dipakai oleh

seorang semiologi dalam mempelajari semua sistem tanda sosial lainnya.

Semiologis adalah ilmu tentang bentuk, sebab ia mempelajari bahasa

secara terpisah dari kandungannya. Didalam semiologi seseorang

diberikan “kebebasan” didalam memaknai sebuah tanda. (Kurniawan,

2001 : 53).

Barthes tertarik terhadap kenyataan bahwa kalimat yang sama,

bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda

situasinya. Dengan kata lain, barthes memperhatikan makna sebagai proses

negoisasi antara pembaca dengan penulis melalui teks. Tanda-tanda yang

(47)

penggunaanya dan juga secara konversi dengan apa yang diharapkan dan

dialami oleh penggunanya. (Fiske, 2006 : 17).

Barthes berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda

yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam

waktu tertentu (Sobur, 2004 : 63). Dalam pengkajian tekstual, Barthes

menggunakan analisis naratif struktural yang dikembangkannya. Analisis

naratif struktural secara metodologis berasal dari perkembangan akhirnya

dikenal sebagai semiologi teks atau semiotika. Jadi secara sederhana

analisis naratif struktural dapat juga disebut sebagai semiologi teks karena

memfokuskan diri pada naskah. Intinya sama yakni mencoba memahami

makna suatu karya dengan menyusun kembali makna-makna yang tersebar

dengan cara tertentu. (Kurniawan, 2001 : 89).

Hal pokok dalam semiologi adalah konsep Saussure tentang

tanda. Tanda linguistic Saussure memuat penanda (sisi ekspresi) dan

petanda (sisi isi). Menurut Bertens (2001) tanda adalah suatu kesatuan dari

suatu bentuk penanda dan petanda. Penanda adalah “bunyi yang

bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi penanda adalah aspek

material dari bahasa : apa yang dikatakan, apa yang didengar, dan apa

yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental pikiran dan

konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa. Yang harus

diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang konkret, kedua unsur

tersebut tidak dapat dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi

(48)

tidak berarti apa-apa dan arena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya

suiatu petanda, tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari

penanda, petanda, atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan

dengan demikian merupakan suatu faktor linguistic. “penanda dan petanda

merupakan kesatuan, seperti dua sisi sehelai kertas” (Sobur, 2004 : 46).

Setiap tanda kebahasan , menurut Saussure pada dasarnya menyatukan

sebuah konsep dan suatu citra suara (sound image), bukan menyatakan

sesuatu sebagai nama. Suara yang muncul dari sebuah kata yang

diucapkan merupakan penanda (signifier), sedangkan konsepnya adalah

penanda (signified). Dua unsur ini tidak dapat dipisahkan, memisahkannya

hanya berakibat menghancurkan ‘kata’ tersebut (Sobur, 2004 : 47).

Kode sebagai sistem makna yang lengkap sebagai acuan dari

setiap tanda, menurut Barthes terdiri dari lima jenis. Lima kode yang

ditinjau oleh Barthes adalah kode hermeneutika (kode teka-teki), kode

proaretik, kode budaya, kode semik, dan kode simbolik. (Kurniawan, 2001

: 69).

Kode hermeneutika atau kode teka-teki berkisar kepada harapan

pembaca untuk mendapatkan “kebenaran” bagi pertanyaan yang muncul

dalam teks. Kode teka-teki merupakan unsur terstruktur utama dalam

narasi tradisional. Didalam narasi ada suatu kesinambungan antara

pemunculan suatu peristiwa teka-teki dan penyelesaian di dalam cerita.

(Sobur, 2004 : 65). Dibawah kode ini orang dapat mendaftar beragam

(49)

dipertahankan, dan akhirnya disikapi. Kode ini disebut juga suara

kebenaran (The Voice of Truth). (Kurniawan, 2001 : 69) kode ini

berhubungan dengan teka-teki yang timbul dalam suatu wacana.

(Tinaburko, 2008 : 19).

Kode proaretik atau kode tindakan/kalakuan dianggapnya

sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang; artinya, antara lain,

semua teks yang bersifat naratif (Sobur, 2004 : 66).Kode proaretik yaitu

kode yang mengandung cerita, urutan, narasi atau antinarasi. (Tinaburko,

2008 : 19).

Kode budaya sebagai referensi kepada sebuah ilmu atau

lembaga pengetahuan. Biasanya orang mengindikasikan tipe pengetahuan

mengacu pada, tanpa cukup jauh mengkonstruksikan (atau

merekonstruksi), budaya yang mereka ekspresikan (Kurniawan, 2001 :

69). Gnomik atau kode cultural (budaya) banyak jumlahnya. Kode ini

merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan

dikodifikasi oleh budaya. Menurut Barthes, realisme tradisional didefinisi

oleh acuan ke apa yang telah diketahui. (Sobur, 2004 : 66).

Kode semik atau semantic, yaitu kode yang mengandung

konotasi pada level penanda. Kode semik menawarkan banyak sisi. Dalam

proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat bahwa

konotasi kata atau frase yang mirip. Jika kita melihat kumpulan satuan

(50)

dicatat bahwa Barthes menganggap bahwa denotasi sebagai konotasi yang

paling kuat dan paling “akhir”. (Sobur, 2004 : 66)

Kode simbolik (tema) yang bersifat tidak stabil dan dapat

dimasuki melalui beragam sudut pendekatan. Kode simbolik merupakan

aspek pengkodean fiksi yang paling khas bersifat struktural, atau tepatnya

menurut konsep Barthes, pasca struktural. Hal ini didasarkan pada gagasan

bahwa makna berasal dari beberapa oposisi biner atau pembedaan baik

dalam taraf bunyi menjadi fonem dalam proses produksi wicara, maupun

taraf oposisi psikoseksual yang melalui proses. (Sobur, 2004 : 66).

Semiologi Barthes tersusun atas tingkatan-tingkatan sistem

bahasa. Umumnya Barthes membuatnya dalam dua tingkatan bahasa,

bahasa pada tingkat pertama adalah sebagai objek dan bahasa tingkat

kedua disebut sebagai metabahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem

tanda yang memuat penanda dan patanda. Sistem tanda kedua terbangun

dengan menjadikan penanda dan petanda tingkat pertama sebagai petanda

baru yang kemudian memiliki penanda baru sendiri dalam suatu sistem

tanda baru pada taraf yang lebih tinggi. Sistem tanda pertama kadang

disebut sebagai konotasi atau sistem retoris atau mitologi. Fokus kajian

Barthes terletak pada sistem tanda tingkat kedua atau metabahasa.

(Kurniawan, 2001 : 115).

Tatanan pertandaan pertama adalah landasan kerja Saussure.

Tatanan ini menggambarkan relasi antara penanda dan petanda di dalam

Gambar

Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 4.1 Peta Tanda Roland Barthes dalam lirik Pelita hidupku
Gambar 4.2 Peta Roland Barthes dalam lirik Penerang hatiku
+7

Referensi

Dokumen terkait

Banyaknya jumlah data yang harus diolah oleh panitia penerimaan siswa baru dengan jumlah terbatas dan dalam waktu singkat untuk membuat laporan, akan sangat menyulitkan jika

tahunan Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Kabupaten Pesisir Selatan.. Dengan mempertimbangkan berbagai keberhasilan dalam pelaksanaan pembangunan. ditahun-tahun

Pada penulisan ini diuraikan tentang algoritma pembentukan pohon biner, menyisipkan simpul pada pohon biner dan juga kunjungannya yang berupa InOrder, PreOrder dan

kegiatan SKPD serta masyarakat dalam pencapaian tujuan pembangunan Kabupaten

maka akan semakin sulit manajemen akan memprediksi lingkungan akan berubah. Ketidakmampuan manajemen dalam memprediksi perubahan lingkungan, akan memburuk citra perusahaan

menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik cair biokultur urin sapi berpengaruh nyata terhadap bobot segar tanaman, bobot eskip umbi, bobot kering tanaman

segar dipotong-potong kemudian dioven selama 1x24 jam dengan suhu 35 o C. Daun pandan wangi yang telah menjadi bubuk selanjutnya ditimbang sebanyak 10 gram

regresi yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan hasil bahwa, secara bersama-sama ke dua variabel Kemampuan dan Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap tingkat