Lagu “Ibu” yang dipopuler kan oleh Sulis)
PROPOSAL
Oleh : RIZKINA .S.I NPM 0543010313
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DANPERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
J UDUL PENELITIAN :REPRESENTASI KASIH SAYANG DALAM LIRIK LAGU
(Studi Semiotika Tentang Repr esentasi Kasih
Sayang Dalam Lir ik Lagu “Ibu” yang
dipopulerkan oleh Sulis)
Nama Mahasiswa : RIZKINA SUMUNARING INSANI
NPM : 0543010313
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Telah di Uji pada tanggal : 17 November 2011
PEMBIMBING
Dr s. Saifuddin Zuhr i, MSi NPT. 3 7006 94 0035 1
TIM PENGUJ I
1. Ketua
J uwito, S.Sos, MSi NPT. 3 6704 95 0036 1
2. Sek r etar is
Dr s. Saifuddin Zuhr i, MSi NPT. 3 7006 94 0035 1
3. Anggota
Dr a. Diana Amalia, MSi NPT.19630907 199103 2 00 1 Mengetahui,
DEKAN
oleh KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kupanjatkan pada ALLAH SWT atas
sega1a rahmat dan hidayah pada penulis, sehingga mampu rnenyelesaikan
penu1isan skripsi sebagai tugas akhir dan syarat kelulusan di Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Terselesaikan skripsi ini berkat bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung, moral maupun materii1, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, Mp. Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
2. Ibu Dra. Hj Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Ibu Sumardjiati, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
4. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Pernbangunan Nasional ‘Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si selaku sekretaris Jurusan Ilmu
Komunikasi dan selaku Dosen Pembimbing yang se1ama proses
penyusunan tugas akhir ini te1ah banyak memberikan saran dan kritik
serta pemikiran-pemikirannya sehingga penulis dapat menye1esaikan
skripsi ini.
6. Dosen—dosen Jurusan Ilmu Komunikasi : Pak Catur, Pak Kusnarto, Pak
Tom, Pak Zainal Abidin, Ibu Herlina, Ibu Diana Amalia dan yang lainnya
yang telah memberikan bekal ilmu bagi penulis selama masa kuliah terima
kasih.
7. Keluarga tercinta, skripsi ini persembahan khusus untuk Papa Markum dan
Ibu Wati, serta Mama Lina (Alm) yang sudah meninggal, terima kasih
8. Adekku Fathin makasih sudah memberikan penulis semangat serta
dukungan agar bisa menyelesaikan tugas akhir ini
9. Buat mbah Kakung (Alm) dan mbah Putri (Alm) yang sudah meninggal,
terima kasih atas dukungan yang pernah diberikan kepada penulis.
10.Tante dan Om terima kasih banyak sudah memberikan dorongan dan
semangat buat penulis.
11.Buat mantan-mantanku terima kasih banyak sudah memberikan dorongan
dan semangat meskipun berada jauh dari sini tetapi tidak ada bosennya
untuk memberikan support dan do’a terus supaya tidak ada patah semangat
bagi penulis.
12.Teman-temanku dari angkatan 2005 terutama Andrey terima kasih sudah
memberikan bantuan kepada penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini.
13.Sahabat-sahabatku yang baik : Maya, Bibit, Basori, Dewi, Ima, Rizki,
Mbak Lila, Mas Agus, Sila, Ifa, Luluk terima kasih sudah memberikan
semangat agar tidak patah semangat lagi.
14.Teman-teman KKN Kelompok 04: Lina, Ayu, Icha, Luluk,Okky, Fila,
Fifi, Fildzah, A’ang, Jefa, Uno, Sastra, Arman, Delly, Deny, Bang Rusli
terima kasih atas dukungannya.
15.Crew Suara Mitra Thanks For ALL.
Kepada pembaca, peneliti mohon saran dan kritik yang membangun
semoga bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang berkepentingan serta
membutuhkan. Terima Kasih.
Surabaya, 25 November 20011
DAFTAR ISI
HALAMAN J UDUL Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
ABSTRAKSI ... vii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan Penelitian ... 12
1.4 Kegunaan Penelitian ... 12
BAB II :KAJ IAN PUSTAKA ... 13
2.1 Landasan Teori ... 13
2.1.1 Musik ... 13
2.1.2 Teori Musik ... 14
2.1.3 Lirik Lagu ... 16
2.2 Representasi ... 17
2.3 Definisi Kasih Sayang ... 21
2.4 Pengertian Kasih Sayang ... 22
2.5 Kasih Sayang Ibu ... 23
2.6 Kekuatan Dan Kelemahan Ibu ... 26
2.7 Ibu ... 30
2.8 Kesalehan Anak ... 31
2.9 Semiotika Komunikasi ... 34
2.10 Semiotika Roland Barthes ... 36
BAB III : METODE PENELITIAN... 47
3.1 Jenis Penelitian ... 47
3.2 Kerangka Konseptual ... 49
3.2.1 Unit Analisis ... 49
3.2.2 Corpus Penelitian ... 49
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.4 Metode Analisis Data ... 52
BAB IV: HASIL PEMBAHASAN……….. 54
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54
4.2 Penyajian Data Dan Analisis Data ... 57
4.2.1 Penyajian Data ... 57
4.2.2 Pemaknaan Lirik Lagu “Ibu” ... 60
4.3 Analisis Dan Interpretasi Data ... 61
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 105
5.1 Kesimpulan ... 105
5.2 Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
Lirik lagu Ibu……….
109
ABSTRAKSI
RIZKINA SUM UNARING INSANI. Represent asi Kasih Sayang Dalam Lirik Lagu. (St udi Semiot ika Tent ang Represent asi Kasih Sayang Dalam Lirik Lagu “ Ibu” yang dipopulerkan oleh Sulis)
Penelit ian dalam hal ini mempresent asikan secara cermat pada lirik lagu dengan membahas semua permasalahan dalam lirik lagu yang dicipt akan oleh Haydar Yahya yang mengambil t ema lagu “ Ibu” .Permasalahan dalam penelit ian ini adalah bagaimana represent asi kasih sayang dalam lagu Ibu yang dipopulerkan oleh Sulis. Teori yang di pakai dalam lirik lagu ini yait u t eori semiot ika Roland Bart hes.
M et ode penelit ian yang digunakan adalah analisis semiologi yang t ermasuk penelit ian kualit at if, dan di analisis dengan menggunakan t eori pet a t anda Roland Bart hes, untuk menganalisa berdasarkan penanda, pet anda, t anda denot at if.
Berdasar kan hasil analisis t erhadap lirik lagu Ibu, maka dapat disimpulkan bahw a Ibu yang t erdapat dalam lagu Ibu t ersebut adalah seorang sosok Ibu yang selama ini memberikan kasih sayang yang t ulus. Ibu juga t idak memint a balasan kepada anaknya jika kelak suat u saat nant i anaknya t ersebut mencapai cit a-cit anya. Harapan dari sang Ibu hanyalah supaya anaknya t idak melupakan kasih sayang, dan pengorbanan yang sudah dijalani sang Ibu demi anaknya yang sangat di cint ainya.
Kat a kunci : Represent asi Kasih Sayang Dalam Lirik Lagu “ Ibu” yang dipopulerkan oleh Sulis
ABSTRACT
RIZKINA SUM UNARING INSANI. Represent at ion In Love Lyrics. (St udies Semiot ics About Represent at ion In Love Song " M other" w hich w as popularized by Sulis) The research present ed in this case carefully in t he song lyrics t o discuss all Bart hes, t o analyze based on markers, marker, denot at ive sign.
Based on the analysis of the lyrics of the song M other, it follow s t hat contained in the song M ot her M ot her is a mot her figure w ho has been ext ending a sincere affect ion. M other also did not ask for a reply t o his son if his son someday soon reached his goal. Expect at ions of t he mother is just so t heir children do not forget t he compassion and sacrifice t hat has been undert aken of the mother for her child who is in love him.
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belaka ng Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya senantiasa
bergaul dengan individu lainnya. Dalam pergaulannya manusia atau
individu akan selalu berinteraksi dengan individu lainnya. Interaksi antara
individu satu dengan individu lainnya ini disebabkan karena setiap
manusia atau individu dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik
kehidupan yang bersifat fisik maupun kebutuhan yang bersifat non fisik.
Dalam usaha memenuhi kebutuhannya ini setiap individu
memerlukan bantuan individu lainnya. Dalam interaksinya tersebut setiap
individu akan selalu melakukan kegiatan komunikasi. Komunikasi yang
dilakukan ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan setiap
kebutuhannya kepada individu lainnya sehingga masing-masing individu
akan saling mengetahui dan memahami apa sebenarnya yang dibutuhkan
oleh individu tersebut.
Dalam kegiatan komunikasi kadang kala komunikasi tidak
selalu menggunakan bahasa verbal saja akan tetapi sering kali juga
menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang tertentu. Dengan adanya
lambang-lambang atau tanda-tanda tertentu, maka kerapkali komunikasi
tidak dapat berjalan dengan baik dengan ketidakmengertian akan
lambang-lambang atau tanda-tanda tersebut berakibat pada tidak berjalannya
kegiatan komunikasi secara baik.
Lirik lagu dalam musik dapat menjadi sarana atau media
komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam
masyarakat. Lirik lagu dapat dipakai sebagai sarana untuk sosialisasi dan
pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah
lirik diaransir dan diperdagangkan kepada khalayak mempunyai tanggung
jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan nilai-nilai
bahkan prasangka tertentu. Menurut pendapat Soerjono Soekamto, suatu
lirik lagu dapat menggambarkan suatu realitas sosial yang terjadi di dalam
masyarakat.
Riffat hasan dalam Mufidah (2003 : 44) akar ketidakadilan
antara laki-laki dan perempuan adalah pandangan teologi tradisional yang
menyudutkan perempuan. Karena itu, ia berusaha membongkar tradisi itu
dan menggantikannya dengan teologi feminis, misalnya mengkritis
istilah-istilah khusus dalam Al-Qur’an yang sering dimaknai diskriminatif
terhadap perempuan.
Toshihiko Isutzu dalam Mufidah mengkaji secara mendalam
tentang konsep etis dalam Al-Qur’an dan berkesimpulan bahwa Al-Qur’an
tidak membatasi secara mutlak terdapat aktifitas perempuan dan menjadi
ukuran manusia bukan dari jenis kelaminnya.
Menurut Putnam Tong (1993 : 330-332), feminisme global
pada hasil opresif dari kebijakan dan praktek kolonial dan nasionalisme,
bagaimana pemerintah besar dan bisnis besar membagi dunia ke dalam apa
yang disebut sebagai dunia pertama dan apa yang disebut sebagai dunia
ketiga, sependapat dengan feminis multicultural bahwa definisi feminisme
harus diperluas untuk mencakup segala sesuatu yang mengopresi
perempuan, baik yang berdasarkan ras atau kelas, atau hasil dari
imperialisme atau kolonialisme, feminisme global menekankan bahwa
“opresi terhadap perempuan di satu bagian dunia yang lain, dan bahwa
tidak akan ada perempuan yang bebas hingga semua kondisi opresi
terhadap perempuan dihancurkan dimanapun juga.” Berkomitmen
terhadap tugas untuk meluruskan kesalahpahaman danmembangun aliansi
antara perempuan dunia ketiga dan dunia kesatu, feminisme global
bertekad untuk memperluas cakupan pemikiran feminisme.
Selain beberapa hal diatas, keterkaitan peneliti tentang lirik lagu
ini adalah peneliti tertarik menguak makna lagu ini, disebabkan lagu
tersebut salah satu lagu yang mendorong diri seseorang untuk lebih
mencurahkan kasih sayang kepada seorang Ibu, karena surga ada ditelapak
kaki Ibu.
Kasih sayang Ibu dikarenakan Ibulah yang lebih banyak
menderita dalam merawat dan melindungi anaknya. Dia (Ibu)
membesarkan anaknya dengan cintanya sejak dari pangkuan hingga dia
menyadari apa yang seorang Ibu lakukan untuk anaknya. Tidak ada
seorangpun yang dapat menandingi seorang Ibu.
Pengaruh Ibu terhadap karakter anak dikarenakan Ibulah yang
meletakkan fondasi dasar atas perilaku dan karakter anak. Karena melalui
air susunya dia memberikan makanan untuk tubuh; melalui ajarannya, dia
memperkuat jiwanya, akibatnya, anak tersebut mewarisi perilaku,
kebiasaandan karakter lain Ibunya sejak bayi dan akan tetap
menyimpannya hingga sepanjang hidupnya. Akhirnya, kebahagiaan anak
bergantung pada bagaimana dia dibesarkan oleh Ibunya. “Ibu memiliki
pengaruh yang lebih besar terhadap anak dibandingkan Ayahnya”.
Oleh karena itu mengerti dan memahami lirik-lirik lagu tersebut
secara utuh dan untuk mengetahui apa sebenarnya makna yang terkandung
dalam lirik lagu tersebut, serta untuk dapat merepresentasikan sosok Ibu
dalam lagu tersebut, penulis tertarik mempresentasikan karena dalam lirik
lagu tersebut terdapat makna-makna tersembunyi yang hanya dikupas
untuk bisa dengan mudah bisa dimengerti oleh khalayak, maka perlu
dilakukan sebuah analisis dengan menggunakan semiotika terhadap lagu
tersebut.
Dalam kaitannya penggunaan lambang-lambang atau
tanda-tanda dalam komunikasi, sering kali orang mengkomunikasikan sesuatu
melalui sesuatu yang kadang tidak dimengerti oleh orang lain, misalnya
orang menyampaikan pesannya melalui sebuah lukisan, sastra, musik, lagu
sulit untuk dimengerti kecuali oleh orang yang menyampaikan ini
menuntut kita untuk menelaah makna yang terkandung dalam bahasa
tersebut.
Kegiatan atau proses menelaah makna yang terkandung dalam
suatu pesan bukanlah suatu pekerjaan yang gampang akantetapi sesuatu
yang membutuhkan keahlian dan kejelian. Karena apabila individu tidak
mempunyai kemampuan untuk menelaah isi pesan dalam pesan yang
disampaikan tersebut akan diperoleh makna yang salah. Salah satu
keahlian untuk dapat memahami dan mengerti makna yang terkandung
dalam suatu pesan komunikasi berupa lambang atau tanda adalah dengan
menggunakan semiotika yaitu suatu cabang ilmu komunikasi yang
membahas mengenai tanda-tanda atau lambang-lambang.
Berdasarkan uraian di atas bahwa banyak sekali individu yang
menyampaikan pesan melalui musik dan lagu. Syair atau bait dalam suatu
lagu sering kali merupakan suatu pesan dari pencipta lagu kepada orang
lain. Syair atau bait dalam lagu kadang kala muncul karena adanya suatu
kejadian atau peristiwa tertentu bahkan tidak jarang syair atau bait dalam
suatu lagu berasal dari pengalaman pribadi pencipta lagu, sehingga orang
lain kadang tidak memahami dan tidak mengerti apa yang sebenarnya
ingin disampaikan atau pesan apa yang terkandung dalam lagu tersebut.
Diantara lagu-lagu yang diciptakan oleh seorang pencipta lagu,
banyak sekali lagu-lagu yang liriknya bercerita tentang sosok seorang Ibu.
lagu yang menggambarkan bagaimana peran seorang Ibu dalam keluarga
maupun peran Ibu bagi perkembangan dan pendidikan anaknya serta
bagaimana beratnya perjuangan seorang Ibu dalam membimbing dan
mencapai cita-cita yang diinginkan anaknya. Selain itu juga banyaknya
lagu mengenai Ibu ini disebabkan karena Ibu dalam keluarga sering kali
mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai Ibu bagi anak-anaknya dan
sekaligus pencari nafkah. Kehadiran seorang Ibu dalam mengasuh anak
sangat penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya pada masa
yang akan datang. Terlebih lagi untuk seorang Ibu, tanggung jawab yang
harus dilakukan tidaklah mudah.
Posisi Ibu sangat penting dalam perkembangan pribadi anak
semenjak muncul berbagai hasil penelitian tentang dampak ketidakhadiran
seorang Ibu dalam diri anak. Salah satu ungkapan penting dalam hal ini
adalah melalui rangsangan langsung, seperti membelai, mengajak
berbicara dan bermain. Disini akan berkembang suasana pertemanan yang
hangat, dimana seorang Ibu tidak selalu harus memerintah atau melarang
tetapi juga bisa diajak bercerita dan bermain selayaknya seorang sahabat.
Untuk menjadi Ibu yang menyenangkan, dalam segala kesempatan
diharapkan bisa melibatkan anak dalam pekerjaan Ibunya, baik itu di
kantor, tempat Ibunya bekerja atau dirumah dengan demikian seorang anak
akan terbiasa dan kenal dengan kegiatan Ibunya sehari-hari.
Secara psikologis, semakin sering Ibu bertemu dan
perhatian dan dukungan dari Ibunya. Tentunya tidak hanya kualitas atau
banyaknya pertemuan yang penting akan tetapi kualitasnya juga harus
diperhatikan. Sementara sosok Ibu secara kuantitas dan kualitas mampu
memberikan porsi melebihi yang diberikan Ayah, hal ini disebabkan sang
Ibu mampu mencurahkan perhatian yang berkualitas lewat tutur kata,
belaian, dan tatapan mata yang membuat anak merasa sangat dekat.
Selanjutnya tugas seorang Ibu adalah harus bisa untuk membangun citra
diri sang anak.
Bagaimana pentingnya kehadiran seorang Ibu dalam
perkembangan mental anak, tetapi suatu bukti yang sederhana
membicarakan bagaimana pentingnya kehadiran seorang Ibu dalam diri
anak berpengaruh kuat terhadap perkembangan diri seorang anak baik itu
perkembangan mental maupun psikologisnya, kehadiran figur Ibu dalam
diri anak dan perhatiannya dapat membantu merealisasikan potensi yang
dimiliki oleh anak tersebut. tingginya perhatian seorang Ibu dapat
menjadikan model bagi anak dalam ketekunan serta motivasi untuk
berprestasi. Seorang Ibu dapat dianggap teladan keberhasilan bagi
anak-anaknya di lingkungan yang lebih luas.
Seorang Ibu disini juga mempunyai peran penting dalam
pembentukan kepribadian anak di masa depan. Dengan figur Ibu yang
demikian, anak menjadi lebih mudah menyesuaikan diri dan
perkembangan kognitifnya juga menjadi lebih baik, dampak lainnya anak
menjadi sangat berarti, karena buat anak Ibu adalah seorang pembimbing,
penasehat, pelindung, guru, sekaligus kawan. Disamping peran-peran
tersebut, Ibu memiliki peran spesifik bagi anak yang sulit digantikan oleh
orang lain. Hubungan yang hangat dan kenangan yang manis di masa
perkembangannya, membantu diri si anak dapat mengembangkan dirinya
secara optimal.
Selama perkembangan anak tokoh Ibu itu umumnya lebih
memberikan semangat kepada anaknya supaya bisa hidup mandiri,
membiarkan anaknya mengenal lingkungan yang luas. Pola sikap seperti
inilah yang membedakan antara Ibu dengan Ayah. Di indonesia,
memperingati hari Ibu sudah menjadi sebuah tradisi. Karena Ibu, Bapak
dan Anak melambangkan keutuhan sebuah keluarga. “Ibu adalah orang
yang hebat” inilah yang menggambarkan betapa sosok Ibu sangatlah
berarti bagi seorang anak dalam di kehidupannya.
Namun ironisnya, fenomena-fenomena dewasa ini yang sering
terjadi dalam kehidupan adalah masih ditemukan adanya
kekerasan-kerasan dalam keluarga. Seperti seorang anak tega membunuh Ibunya atau
sebaliknya seorang Ibu tega menganiaya anaknya yang disebabkan suatu
hal yang tidak jelas atau sepele. Hal ini bisa saja terjadi karena kurangnya
kedekatan komunikasi antara anak dengan Ibu atau bisa juga karena
kurangnya rasa menghargai anak pada Ibunya yang dikarenakan faktor
dari dalam keluarga sendiri seperti kurangnya perhatian atau bisa juga
sehingga menjadi seperti demikian. Seorang Ibu sendiri pada dasarnya
tidak akan pernah melakukan hal yang sampai melukai anaknya apabila
tidak merasa tersakiti. Tetapi anak tetaplah anak terkadang suka lupa akan
jasa dan peran orang tua (khususnya Ibu) yang telah melahirkan, mendidik
dan membesarkannya.
Untuk menghindari agar tidak terjadi hal seperti itu (kekerasan
atau penganiayaan) seorang Ibu wajib memberikan kebijaksanaan serta
memberikan pengertian dan kesadaran terhadap anak-anaknya tentang saat
kini dan saat mendatang. Selain itu harus ditumbuhkan rasa saling
menghargai dalam diri si anak, karena seorang anak baru akan menyadari
dampak betapa besarnya arti kehadiran seorang Ibunya setelah merasakan
di tinggal oleh Ibunya.
Untuk menyampaikan betapa besarnya pengaruh kehadiran
seorang Ibu terhadap perkembangan sang anak ini secara otomatis
memerlukan media dalam mensosialisasikan seperti dalam tulisan, diskusi,
symposium, film, iklan, dan salah satu media yang digunakan untuk
mempresentasikan adalah melalui musik atau lirik lagu. Sebagaimana
dapat disimpulkan dari pendapat Soerjono Soekanto (Rahmawati, 2000:1)
bahwa musik berkaitan erat dengan setting sosial dimana lirik lagu
menjadi penunjang dalam musik tersebut dalam menjembatani isu-isu
sosial yang terjadi.
Musik senantiasa hadir dimanapun dan kapanpun manusia
macam media komunikasi elektronik, diantaranya adalah melalui radio,
tape recorder, compact disc, internet ataupun melalui sarana yang lain
seperti konser musik, pesta dan lain sebagainya. Salah satu hal yang paling
penting dari sebuah musik adalah lirik lagunya karena melalui lirik lagu
pencipta lagu menyampaikan pesan yang merupakan pengekspresian
terhadap dirinya, baik itu ekspresi bahagia maupun sedih, terhadap
fenomena-fenomena yang terjadi disekitar, dimana dia berinteraksi
didalamnya.
Lirik lagu dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk
mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat sekitar. Lirik
lagu dapat pula dijadikan sebagai sarana untuk sosialisasi terhadap suatu
sikap atau nilai. Suatu lirik lagu dapat menggambarkan realitas sosial yang
terjadi dalam masyarakat. Termasuk realitas sosial yang menggambarkan
peran seorang Ibu terhadap anaknya.
Salah satu pencipta lagu yang banyak sekali lirik-lirik dalam
lagunya merupakan pesan sosial adalah Haydar Yahya. Seperti sudah
diketahui oleh khalayak bahwa Haydar Yahya merupakan salah satu
musisi yang lagu-lagunya merupakan kritik sosial. Selain lagu-lagu
bertema sosial terdapat pula lagu yang diciptakan oleh Haydar Yahya yang
mengambil tema tentang sosok seorang Ibu yaitu lagu Ibu .
Karena dalam lirik lagu tersebut jelas tersirat bahwa Ibunya
tentang kasih sayang yang diberikan oleh Ibunya namun Ibu terus berjuang
dan tak pernah lelah untuk anaknya.
Lirik lagu Ibu dalam album Ibu memang cukup sederhana dan
singkat, namun demikian lirik dalam lagu Ibu tersebut kurang dapat
dimengerti oleh khalayak karena banyak menggunakan kata-kata yang
mengandung kata-kata kiasan atau makna yang bukan sebenarnya
sehingga seringkali khalayak salah dalam menafsirkan kandungan pesan
dalam lirik lagu tersebut.
Oleh karena itu untuk mengerti dan memahami lirik-lirik lagu
tersebut secara utuh dan untuk mengetahui apa sebenarnya makna yang
terkandung dalam lirik lagu tersebut serta untuk dapat menggambarkan
sosok Ibu dalam lagu tersebut maka perlu dilakukan sebuah analisis
dengan menggunakan semiotika terhadap lagu tersebut.
Dari beberapa hal diatas maka peneliti melihat bahwa lagu dari
Haydar Yahya sangat cocok untuk diteliti. Sehingga penelitian ini
berupaya lebih menitik beratkan pada “Representasi Kasih Sayang Dalam
Lirik Lagu Ibu” yang dinyanyikan oleh Sulis.
1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimanakah representasi kasih sayang digambarkan dalam
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimanakah representasi kasih
sayangdigambarkan dalam lirik lagu Ibu yang dinyanyikan Sulis dan
diciptakan oleh Haydar Yahya.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari diadakannya penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan teoritis
Secara teoritis yaitu bermanfaat untuk menambah literatur penelitian
kualitatif ilmu komunikasi khususnya mengenai analisis berupa lirik
lagu dengan menggunakan metode semiotika.
2. Kegunaan praktis
Secara praktis yaitu membantu pembaca dalam memahami tanda yang
mempresentasikan kasih sayang dalam lirik lagu Ibu tersebut. Dan
diharapkan akan dapat menyamakan persepsi terhadap pesan yang
disampaikan oleh si pencipta dan penyanyi dengan khalayak luas
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Musik
Sistem tanda musik adalah oditif, namun untuk mencapai
pendengarnya, pengubahan musik dalam mempersembahkan kreasinya
dengan perantara pemain musik dalam bentuk tanda perantara tertulis.
Bagi Simiotikus musik, adanya tanda-tanda perantara, yakni musik yang
dicatat dalam partitur orkestra. Hal ini sangat memudahkan dalam
menganalisis karya musik dengan teks. Itulah sebabnya mengapa
penelitian musik terarah pada sintaksis.
Meski demikian, semiotik tidak dapat hidup dengan sintaksis
tidak ada semiotik tanpa semantik. Jadi, juga tidak ada semiotika musik
tanpa semantik musik. Semantik musik, bisa dikatakan, harus senantiasa
membuktikan hak kehadirannya (Van Zoest, 1009:120-121).
Peranan dan kedudukan lagu adalah penting dalam sosialisasi
ide dan gagasan dalam tradisi kebudayaan. Sehubungan dengan hal
tersebut, seorang ahli psikologi indonesia, Dra. Yaumil A. Akhir (Savitri,
1991:3) menyatakan bahwa musik, lagu dan senandung adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari seluruh hidup manusia, sejak dari buaian
berbagai kebudayaan, manusia mengenal musik dan lagu menurut caranya
masing-masing.
2.1.2 Teor i Musik
Teori musik merupakan cabang ilmu yang menjelaskan
unsur-unsur musik. Cabang ilmu ini mencakup pengembangan dan penerapan
metode untuk menganalisis maupun mengubah musik, dan keterkaitan
antara notasi musik dan pembawaan musik. Hal-hal yang harus dipelajari
dalam teori musik mencakup misalnya : Suara, Nada, Ritme, Notasi,
Melodi, dan Harmoni.
a) Suara
Teori musik menjelaskan bagaimana suara dinotasikan atau
dituliskan dan bagaimana suara tersebut ditangkap dalam benak
pendengarnya. Dalam musik, gelombang suara biasanya dibahas tidak
dalam panjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan dalam
frekuensinya. Aspek-aspek dasar suara dalam musik biasanya dijelaskan
dalam tala (inggris : pitch, yaitu tinggi nada), durasi (berapa lama suara
nada), intensitas, dan timbre (warna bunyi).
b) Nada
Suara dapat dibagi-bagi ke dalam nada yang memiliki tinggi
nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif
tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Perbedaan tala antara
dua nada disebut sebagai interval. Nada dapat diatur dalam tangga nada
mayor, tangga nada minor, dan tangga nada pentatonik. Nada dasar suatu
karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut. Nada
dalam teori musik diatonis barat diidentifikasi menjadi 12 nada yang
masing-masing diberi nama yaitu nada C,D,E,F,G,A dan B. Serta
nada-nada kromatis yaitu Cis/Des, Dis/Es, Fis/Ges, Gis/As, dan Ais/Bes.
c) Ritme
Ritme adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Birama
merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda birama
menunjukkan jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung
dan dianggap sebagai satu ketukan. Nada-nada tertentu dapat diaksentuasi
dengan pemberian tekanan (dan pembedaan durasi).
d) Notasi
Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik.
Dalam notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertical, sedangkan
waktu (ritme) digambarkan secara horizontal. Kedua unsur tersebut
membentuk paranada, disamping petunjuk-petunjuk nada dasar, tempo,
dinamika, dan sebagainya.
e) Melodi
Melodi adalah serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian
tersebut dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat
merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu (biasanya merupakan
Melodi terbentuk dari sebuah rangkaian nada secara horizontal.
Unit terkecil dari melodi adalah motif. Motif adalah tiga nada atau lebih
yang memiliki maksud atau makna musikal. Gabungan dari motif adalah
Semi Frase, dan gabungan dari Semi Frase (kalimat). Sebuah melodi yang
paling umum biasanya terdiri dari dua Semi Frase yaitu kalimat tanya
(Antisiden) dan kalimat jawab (Konsekuen).
f) Harmoni
Harmoni secara umum dapat dikatakan sebagai kejadian dua
atau lebih nada dengan tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun
harmoni juga dapat terjadi bila nada-nada tersebut dibunyikan berurutan
(seperti dalam arpeggio). Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada
yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akord.
(http://www.id.wikipedia.org/wiki/teorimusik)
2.1.3 Lir ik Lagu
Lirik lagu dalam musik dapat menjadi sarana atau media
komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam
masyarakat. Lirik lagu dapat dipakai sebagai sarana untuk sosialisasi dan
pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah
lirik diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak mempunyai tanggung
jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan nilai-nilai
Suatu lirik lagu dapat menggambarkan suatu realitas sosial yang
terjadi di masyarakat. Sejalan dengan pendapat Soerjono Soekamto dalam
Rachmawati (2001 : 1), yang menyatakan :
“musik ber kaitan er at dengan setting sosial kemasyar akatan tempat dia ber ada. Musik mer upakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya inter aksi sosial, dimana dalam interaksi ter sebut manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lir ik sangat ber per an, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bukti suar a belaka kar ena yang menyangkut per ilaku manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah bahasa atau lir ik sebagai penunjangnya.”
Berdasarkan kutipan diatas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan
serta pula dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung
di dalam masyarakat.
Lirik lagu merupakan salah satu beragam karya seni yang ada,
juga pada dasarnya sama dengan puisi. Puisi tergolong sebagai seni kata.
Oleh karena itu lirik digolongkan sebagai seni kata sebab mediumnya
adalah kata dalam bahasa. (James Jerret dikutip oleh Herwindo, 2006 :11).
Lirik lagu pop pada umumnya memilikikecenderungan sama
yaitu ekspresi yang timbul dari perasaan dasar seperti tersebut di atas
terutama tentang pesona cinta dan asmara. Kenyataannya memang hal itu
bisa diterima bahkan digandrungi oleh masyarakat.
2.2 Repr esentasi
Representasi menunjuk baik dalam proses maupun produk dari
konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang konkret
Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial
pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia: diolog, tulisan, video,
film, fotografi, dan sebagainya. Secara ringkas, representasi adalah
produksi makna melalui bahasa.
Menurut Stuart Hall (1997), representasi adalah salah satu
praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan
konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut ‘pengalaman berbagi’.
Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika
manusia-manusia yang ada di situ membagi pengalaman yang sama, membagi
kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam ‘bahasa’yang sama
dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. Bahasa adalah medium yang
menjadi perantara kita dalam memaknai sesuatu, memproduksi dan
mengubah makna. Bahasa mampu melakukan semua ini karena ia
beroperasi sebagai sistem representasi. Lewat bahasa (simbol-simbol dan
tanda tertulis, lisan, atau gambar) kita mengungkapkan pikiran, konsep,
dan ide-ide kita tentang sesuatu. Makna sesuatu hal sangat tergantung dari
cara kita ‘mempresentasikannya’. Dengan mengamati kata-kata yang kita
gunakan dan imej-imej yang kita gunakan dalam mempresentasikan
sesuatu bisa terlihat jelas nilai-nilai yang kita berikan pada sesuatu
tersebut.
Untuk menjelaskan bagaimana representasi makna lewat bahasa
usaha untuk menjawab pertanyaan; darimana suatu makna berasal ; atau
bagaimana kita membedakan antara makna yang sebenarnya dari sesuatu
atau suatu imej dari sesuatu? Yang pertama adalah pendekatan reflektif.
Disini bahasa berfungsi sebagai cermin, yang merefleksikan makna yang
sebenarnya dari segala sesuatu yang ada di dunia. Kedua adalah
pendekatan intensional, dimana kita menggunakan bahasa untuk
mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan cara pandang kita terhadap
sesuatu. Sedangkan yang ketiga adalah pendekatan konstruksionis. Dalam
pendekatan ini kita percaya bahwa kita mengkonstruksi makna lewat
bahasa yang kita pakai.
Menurut Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama,
representasi mental. Yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yang ada di kepala kita
masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk
sesuatu yang abstrak. Kedua, ‘bahasa’, yang berperan penting proses
konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus
diterjemahkan dalam ‘bahasa’ lazim, supaya kita dapat menghubungkan
konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol
tertentu.
Proses pertama memungkinkan kita untuk memakai dunia
dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara ‘pete
konseptual’ dengan bahasa atau simbol yang berfungsi merepresentasikan
konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara ‘sesuatu’, ‘pete
lewat bahasa. Proses yang menghubungkan tiga elemen ini secara
bersama-sama itulah yang kita namakan representasi.
Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan
baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah
ada. Intinya adalah : makna tidak inhern dalam sesuatu di dunia ini, ia
selalu dikonstruksikan, di produksi, lewat proses representasi. Ia adalah
hasil dari proses penandaan. Praktek yang membuat suatu hal bermakna
sesuatu. (http://kunci.or.id/esai/nws/04/representasi.htm)
Melalui representasi, maka makna (meaning) dapat berfungsi
dan pada akhirnya diungkap. Representasi disampaikan melalui
tanda-tanda (signs). Tanda-tanda-tanda (signs) tersebut seperti bunyi, kata-kata, tulisan,
ekspresi, sikap, pakaian dan sebagainya merupakan bagian dari dunia
material kita (Hall, 1997). Tanda-tanda tersebut merupakan media yang
membawa makna-makna tertentu dan mempresentasikan “meaning”
tertentu yang ingin disampaikan kepada dan oleh pikiran kita. Melalui
tanda-tanda tersebut, kita dapat mempresentasikan pikiran, perasaan dan
tindakan kita. Pembacaan tanda-tanda tersebut tentu saja dapat dipahami
dalam konteks sosial tertentu.
Representasi berasumsi bahwa praktik pemaknaan berbentuk
menjelaskan atau menguraikan objek atau praktik lain di dunia nyata.
Bagaimana dunia dikonstruksikan dan direpresentasi secara sosial kepada
dan oleh individu. Mengharuskan adanya exploitasi pembentukan makna
makna pada beragam konteks. Representasi memiliki materialitas tertentu,
yang melekat pada bunyi, prasasti, objek, citra, buku, majalah, dan
dipahami dalam konteks tertentu. (Bartker, Chris, 2000 : 9)
Piliang dalam bukunya “hipersemiotika” menyatakan bahwa
representasi adalah tindakan menghadirkan dan mempresentasikan sesuatu
lewat sesuatu yang lain diluar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol.
(Piliang, 2003Kasih)
2.3 Definisi Kasih Sayang
Kata kasih sayang itu mengandung pengertian yang luas. Dan yang
pasti setiap insan manusia perlu tahu dan mengerti apa makna kasih
sayang yang sebenarnya, sekaligus memilikinya di dalam sanubari.
Seseorang akan terlanda kekeringan jiwa jika hidup tanpa memiliki kasih
maupun sayang.
Yang dimaksud dengan kasih dan sayang disini lebih bersifat
universal. Sehingga hal ini bisa terjadi terhadap sahabat, saudara, keluarga
dan lain-lain. Dan yang perlu ditekankan adalah, bahwa kasih dan sayang
yang tulus itu selalu punya sifat yang ikhlas dan lebih banyak memberi
daripada menerima.
Menciptakan Rasa Kasih Dan Sayang Dalam Keluar ga
Agar di dalam suatu keluarga bisa tercipta rasa saling sayang dan
mengasihi, maka masing-masing anggota keluarga harus selalu berusaha
memberikan kasih sayang pada anaknya. Sedangkan anaknya memberikan
rasa cinta dan hormatnya pada kedua orang tuanya.
Ini semua bisa terlaksana bila setiap anggota keluarga, terutama
pihak orang tua bisa menjadi contoh dan teladan yang baik bagi anaknya.
Karena sang anak sejak lahir selalu ikut orang tua, maka secara mental dia
juga menjadikan orang tuanya sebagai panutan dalam menjalani hidupnya.
2.4 Penger tian Kasih Sayang
“Yang dimaksud dengan kasih sayang (attachment) adalah suatu
ikatan emosional yang erat antar orang satu dengan yang lain atau dalam
hal ini antara bayi dengan orang tua atau pengasuhnya”.
Sedangkan pengertian kasih sayang menurut kamus besar Bahasa
Indonesia (1998) adalah “suatu ungkapan perasaan cinta dan suka yang
tulus tanpa mengharap imbalan. Seperti kasih sayang orang tua ke
anaknya”.
Pada dasarnya, semua orang yang normal akan menyayangi
anaknya. Namun dalam prakteknya kualitas dan intensitas kasih sayang
orang tua itu bisa berbeda. Salah satu unsur dominan yang mempengaruhi
kualitas kasih sayang. Menurut Vasta Et al (1992) adalah kepekaan orang
tua. Jika orang tua berhasil mengekspresikan kasih sayangnya kepada anak
secara wajar. Maka kasih sayang orang tua yang kuat dapat meningkatkan
Per anan Kasih Sayang Or ang Tua
Peranan Seorang Ibu dalam Mendidik Anak
Mendidik anak adalah tugas yang sangat mulia. Seorang ibu
memegang peranan penting dalam mendidik anak di lingkungan rumah
tangga, sebab ibulah yang hampir setiap hari berada dirumah. Lingkungan
keluarga adalah sebuah sekolah. Seorang ibu harus menjadi seorang tokoh
utama didalam pekerjaan mendidik anak-anaknya teristimewa ketika
mereka masih kecil, maka seorang ibu haruslah senantiasa menjadi
pendidik dan teman mereka yang baik pula, dengan memberi perhatian dan
kasih sayang kepada anak.
2.5 Kasih Sayang Ibu
Perempuan dalam struktur fisik mempunyai ciri seksual tertentu
yang paling utama adalah bahwa perempuan mengalami haid,
mengandung dan melahirkan anak. Karena adanya faktor fisik inilah pada
akhirnya seorang perempuan akan menjadi seorang Ibu bagi
anak-anaknya.
Di dalam suatu keluarga masing-masing anggota keluarga
mempunyai peran masing-masing. Peran-peran dalam keluarga ini terdiri
dari Bapak, Ibu dan Anak-anak.
Salah satu peran dari anggota keluarga adalah Ibu. Ibu
merupakan sebutan bagi perempuan yang telah melahirkan seorang anak
(goode, 2004:139). Peran Ibu merupakan salah satu dari peran seorang
seorang Bapak mempunyai tugas membesarkan, mendidik seorang anak.
Dibandingkan dengan tugas seorang Bapak, tugas seorang Ibu dalam suatu
keluarga dipandang lebih berat. Pandangan ini disebabkan karena adanya
peran ganda seorang Ibu dalam suatu keluarga. (Goode, 2004:141).
Peran ganda yang dimaksud adalah adanya peran Ibu sebagai
pencari nafkah dan juga sebagai orang tua. Dalam hubungan dengan
pendidikan dalam keluarga, Ibu dipandang sebagai guru pertama.
(Sarwono, 2002:15). Ibu adalah sosok yang berinteraksi dan berhubungan
dengan seorang anak setelah seorang anak lahir ke dunia. Kata-kata
pertama kali bahkan kebiasaan-kebiasaan atau tingkah laku yang dilakukan
oleh seorang anak adalah cerminan dari ajaran seorang Ibu.
Seorang Ibu dalam hubungan dengan seorang anak mempunyai
jalinan emosional yang lebih erat dibandingkan anggota keluarga lainnya.
Hal ini disebabkan karena ibu adalah orang yang mengandung dan
melahirkannya (Sarwono, 2002:75).
Dari uraian tentang Ibu di atas jelaslah bahwa Ibu adalah
sebutan peran bagi perempuan yang sudah melahirkan. Ibu adalah sosok
guru pertama bagi anak-anak yang dilahirkannya. Ibu mempunyai jalinan
emosional dan ikatan batin yang sangat kuat dengan anak-anaknya.
Dalam suatu keluarga pendekatan Ibu terhadap seluruh anggota
keluarganya termasuk kepada anak-anaknya lebih bersifat emosional. Ibu
jauh lebih sabar dan menahan diri jika dibandingkan dengan seorang
seorang Ibu dinilai cerewet dan banyak aturan oleh anak-anaknya. Karena
sifat Ibu selalu memperlihatkan rasa kasih dan sayang kepada
anaknya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak jarang
anak-anak menggunakan kelemahan Ibu. Hal ini kadang terwujud dari tingkah
laku Ibu yang menunjukkan keragu-raguan atas putusan atau tindakan
yang telah diambilnya berkenaan dengan tingkah laku atau perbuatan anak
yang salah atau kurang benar. Itulah sebabnya kadang-kadang yang
menyebabkan kurang berwibawanya seorang Ibu di mata anak-anaknya.
Dalam berbagai masalah yang dihadapinya, anak-anak
senantiasa menyampaikan keluhannya atau curahan hatinya kepada Ibu
secara lebih terus terang dibandingkan kepada Ayahnya. Anak-anak
cenderung manja pada Ibu mereka. Mereka lebih senang dan lebih terbuka
kepada Ibu mereka. Mereka tidak segan-segan bercerita bahkan membuka
suatu rahasia pribadi mereka sendiri kepada Ibu dan tidak jarang
anak-anak bersenda gurau dengan Ibu mereka (Diah, 1998:48).
Sebagai perempuan seorang Ibu dalam kehidupan rumah tangga
mempunyai peran sebagai Ibu rumah tangga yang tugas pokoknya adalah
mengurus rumah tangga, sehingga dalam urusan mencari nafkah seorang
Ibu atau perempuan bersifat membantu saja, dimana secara umum Ibu
mempunyai fungsi sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya (Millia,
1998:49).
Dari uraian di atas kiranya sudah menunjukkan bahwa peranan
Sejak dilahirkan, peranan seorang Ibu tampak nyata sekali, sehingga dapat
dikatakan bahwa pada awal proses sosialisasi, seorang Ibu mempunyai
peranan yang besar sekali, lebih besar daripada peran seorang Ayah
khususnya dalam hal urusan keluarga. Secara psikologis, antara seorang
Ibu dan anak terjadi hubungan emosional. Ada tali jiwa yang terhubung
utuh dan tak bisa diceraiberaikan. Sentuhan kasih sayang seorang Ibu
dapat meredakan tangisan anak. Kesakitan anak merupakan derita seorang
Ibu. Senyum seorang anak merupakan kebahagiaan seorang Ibu. Kelelahan
yang mendera karena setiap hari harus mengurus anak-anaknya tidak
dirasakan,karena ingin memberikan layanan yang terbaik untuk anak dan
keluarganya.
Bagi seorang Ibu, satu jika dalam perpisahan raga, jauh dimata
dekat dihati. Dalam keterpisahan itu selalu ada kerinduan seorang Ibu
kepada anaknya dan tak akan pernah terobati sebelum dipertemukan.
Hubungan darah antara Ibu dan anak serta anggota keluarga
lainnya dapat melahirkan pendidikan yang bersifat kodrati, karenanya
secara naluriah, meskipun mendidik anak merupakan suatu kewajiban,
tetapi setiap Ibu merasa terpanggil untuk mendidik anaknya dengan cara
mereka sendiri (Djamarah, 2004:56).
2.6 Kekuatan Dan Kelemahan Ibu
Ibu merupakan orang yang melahirkan kita, Ibu adalahguru
pertama kita, Ibu adalah pelindung kita. Kata-kata di atas merupakan
Ibu merupakan orang yang pertama kali melahirkan setiap
manusia di dunia. Melalui Ibulah semua orang menjadi ada di dunia ini.
Hampir selama sembilan bulan seorang Ibu mengandung anaknya dalam
rahimnya. Selama mengandung anaknya seorang Ibu mempunyai beban
dan tugas berat untuk merawat anak dalam kandungannya. Memberikan
asupan gizi yang cukup bagi janin dalam rahimnya. Selama mengandung
pula seorang Ibu tak henti-hentinya berdoa, agar anak yang dilahirkannya
dalam kondisi yang sehat dan baik.
Dalam masa-masa menjelang melahirkan dan selama proses
kelahirannya seorang Ibu mengalami perjuangan yang sangat berat karena
dalam proses kelahiran seorang anak, nyawa Ibu yang menjadi taruhannya
(Wijaya, 2001:45)
Setelah lahirnya anak, tugas seorang Ibu tidak cukup sampai
disitu. Ibu harus mengasuh anak yang dilahirkannya. Kelahiran seorang
anak merupakan awal dari proses awal pendidikan anak-anaknya di dunia.
Seorang Ibu dalam proses pendidikan seorang anak dikatakan sebagai guru
pertama (Goode,2004:78). Pertama kali bahasa yang dikenal oleh seorang
anak adalah bahasa Ibu. Selama seorang anak dalam masa pengasuhan,
seorang Ibu hampir setiap hari bersama dengan anaknya, sehingga apa
yang disampaikan oleh seorang Ibu akan dikenal dan ditangkap oleh anak.
Seiring dengan bertambahnya usia seorang anak bahkan
mencapai usia remaja, seorang Ibu masih mempunyai tugas yaitu
depan. Tidak jarang demi tercapai keinginan seorang anak, seorang Ibu
harus berjuang keras membantu mencapai keinginan anaknya dengan
memberikan pendidikan yang cukup, bahkan seorang Ibu rela
mengorbankan dirinya demi tercapai keinginan anak.
Meski seorang anak telah menikah, seorang Ibu tetap
mempunyai peran yang besar bagi anak. Ikatan batin seorang Ibu lebih
kuat dibandingkan seorang Bapak kepada anak, sehingga seringkali
seorang Ibu mempunyai firasat tertentu apabila sesuatu terjadi pada
anaknya.Meskijauh seorang Ibu tetap berdo’a bagi anak-anaknya.
Memang tidak ada manusia yang sempurna selain Rasulullah
SWT. Namun orang tua harus berusaha memiliki sifat-sifat terpuji agar
bisa dijadikan teladan bagi anak-anaknya. Semakin baik sifat-sifat orang
tua sebagai pendidik, semakin dekat tingkat keberhasilannya dalam
mendidik anak.
Menurut Asri Mulyani peran Ibu sangat dominan untuk
menghantarkan terciptanya generasi yang shaleh/shalehah. Hal-hal bisa
mendukung suksesnya peran/ sifat-sifat yang diemban para Ibu sebagai
berikut :
1) Penyayang: Sifat penyayang sangat dibutuhkan sebagai penghangat
suasana. Kita semua akan betah berada di antara orang yang penyayang.
Hati yang begitu lembut memancarkan rasa “care” pada anak sehingga
2) Sabar: Kita semua mengetahui bahwa jam kerja seorang istri dan Ibu
adalah 24 jam. Coba bayangkan sewaktu kita memiliki bayi. Pada malam
hari, dimana banyak orang terlelap kita tetap saja berjaga sewaktu-waktu
jika si bayi menangis, entah haus, ngompol atau malah buang air besar.
Beban berat ini akan sukses dilalui kalau si Ibu mempunyai sifat sabar.
3) Mau Berkorban: Ada istilah “segalak-galaknya harimau tidak akan
memakan anak kandungnya sendiri”. Jiwa mau berkorban wajib dimiliki
para Ibu, karena sangat mungkin kepentingan Ibu harus tersisihkan setelah
punya anak.
4) Disiplin: Disiplin disini lebih baik menitik beratkan pada kemandirian
anak sejak dini. Anak yang dididik mandiri sejak dini, akan mampu
menolong dirinya sendiri. Selain akan timbul rasa percaya diri juga tidak
akan merepotkan orang tua.
5) Tegas: Tegas disini mengharuskan bersikap konsisten terhadap peraturan,
mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Demi suksesnya aturan
dalam keluarga maka Ayah dan Ibu harus kompak sehingga anak tidak
binggung dalam bersikap.
6) Cerdas: Seorang Ibu wajib cerdas dalam menyikapi dan memecahkan
masalah. Segala sesuatu di dunia ini selalu berkembang dan berubah.
Semua membutuhkan ilmu dan hanya orang cerdaslah yang tetap mau
7) Bijaksana: Kenapa harus bijaksana? Karena diluar peraturan yang ada
mungkin masih ada sesuatu yang harus dipecahkan dan membutuhkan
kebijaksanaan.
8) Tawakal: Tawakal mengandung arti berusaha seoptimal mungkin, hasil
akhirnya diserahkan kepada Allah SWT. Kiranya sifat ini sangat penting
dimiliki oleh para Ibu.
(http://asri.bloggergarut.or.id/2010/01/sifat-penunjang-suksesnya-peran-ibu.jsp Asri Mulyani).
2.7 Ibu
Sesungguhnya jasa orang tua kita tidak terhitung banyaknya. Ibu
kita mengandung selama 9 bulan kemudian melahirkan kita dengan resiko
nyawa melayang. Ketika masih bayi tak berdaya, mereka beri kita minum
dan makanan. Ketika kita buang air besar, tanpa jijik mereka
membersihkan kita dengan penuh cinta. Kita diberi pakaian dan juga
pendidikan.
Seorang Ibu sabar menghadapi kemarahan kita, rengekan,
kenakalan, bahkan mungkin ketika masih kecil/balita pernah memukul
beliau Ibu tetap mencintai kita. Jadi kita merasa kesal dengan beliau,
apalagi jika beliau begitu tua sehingga kelakuannya kembali seperti
anak-anak, ingatlah kesabaran beliau dulu ketika menghadapi kita. Bagi yang
sudah memiliki anak pasti sudah paham kerewelan anak-anak yang butuh
Adakah kita mampu membalasnya? Bahkan seandainya Ibu kita
tidak berdaya sehingga untuk buang air, kita yang membersihkannya, itu
tidak akan sama. Seorang Ibu membersihkan kita dengan penuh cinta dan
harapan agar kita selamat dan panjang umur. Sementara si anak ketika
melakukan hal yang sama mungkin akan merengut dan bertanya kapan
“ujian” itu berakhir. Begitulah seperti kata pepatah, “kasih anak sepanjang
badan, kasih Ibu sepanjang jalan”. Tidak bisa dibandingkan.
Oleh karena itu sebagai anak yang berbakti hendaknya kita
senantiasa berdo’a untuk Ibu/Bapak kita. Diantara doa-doa untuk orang tua
yang tercantum dalam Al-Qur’an salah satunya berikut:
Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa
robbayanii shogiirri
Artinya : “ Ya Tuhanku! Ampunilah aku, Ibu dan Bapakku dan kasihanilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil.” Mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaat dari ilmu yang kita
dapat dengan mengamalkannya setiap hari. Amin ya robbal alamin.
(http://media-islam.or.id/2008/03/06doa-untuk-ibu-bapak-orang-tua).
2.8 Kesalehan Anak
Setiap orang pasti menginginkan anak-anaknya menjadi anak
yang shaleh/shalehah, berperangai terpuji dalam setiap pelakunya dan taat
dalam beribadah. Namun, pada zaman sekarang jarang orang tua yang
pekerjaannya tanpa peduli dengan anak-anaknya. Para orang tua merasa
yang terpenting sudah memasukkan anak ke sekolah itu sudah baik.
Padahal anak-anak usia dini itu masih sangat butuh bimbingan orang
tuanya terutama dalam pendidikan agama. Oleh karena itu orang tua wajib
dalam membimbing anak-anaknya menjadi putra-putri yang saleh dan taat
pada agamanya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua
dalam membangun kesalehan anak, diantaranya yang saya ambil dari
(bersumber dari Sarpani, S.Psi dan Mustafa Al-Adaway dalam bukunya
yang berjudul Fiqih pendidikan Anak) sebagai berikut :
1. Melatih Anak Sejak Dini Untuk Taat Beribadah
Sejak kecil, anak harus dilatih agar terbiasa beribadah, berbuat
baik, dan menjauhi kemungkaran.Rasulullah SWT bersabda:
perintahkanlah anak kalian untuk shalat ketika berusia tujuh tahun!
Pukullah mereka apabila tidak melaksanakan sholat ketika berusia sepuluh
tahun.
2. Tidak Membebani Anak Diluar Kemampuannya
Sudah sanatullah apabila kemampuan anak lebih rendah
dibanding orang dewasa. Oleh sebab itu orang tua harus memperhatikan
kemampuan akal sang buah hati, tidak semua perilaku anak harus ditegur.
Memang ada perilaku yang harus ditegur secara tegas namun penuh kasih
3. Memberi Semangat Untuk Berbuat Baik
Memberi semangat pada anak dengan cara memberikan pujian
yang dapat membangun kepercayaan diri yang baik pada diri sang buah
hati, memberikannya hadiah meskipun dalam bentuk apapun sebagai
apresiasi atas apa yang telah buah hati usahakan. Semua hal ini
mempunyai pengaruh besar atas perkembangannya.
4. Mencintai Anak Secara Adil Dan Obyektif
Nabi SAW memerintahkan kepada para orang tua untuk adil
dalam memberikan hadiah kepada semua anak. Meskipun jumhur ulama
berpendapat perintah untuk adil dalam memberi hadiah hanya anjuran saja.
Beberapa ulama ada yang mewajibkannya.
5. Anak Tidak Harus Dipukul
Setiap kondisi tidak dapat disikapi dengan sikap yang sama,
begitu juga dengan perilaku anak yang harus dibenahi. Apakah perilaku ini
tergolong perilaku yang jelek atau tidak? Apakah si anak sadar bahwa
perilaku yang dia lakukan bisa membawa dosa dan bahaya atau tidak?
Yang jelas dalam permasalahan ini kita harus mengacu pada sabda Nabi
SAW. Kelembutan adalah hiasan segala sesuatu. Jika dihilangkan sesuatu
itu akan menjadi buruk.
6. Mengajarkan AL-Qur’an dan as Sunnah
AL-Qur’an dan as Sunnah merupakan ilmu yang paling utama
dan amalan yang paling mampu mendekatkan seorang hamba kepada
tersebut. Demikianlah yang dianjurkan Allah SWT dan Rasulnya. Ajaran
sang buah hati secara intensif namun efektif.
2.9 Semiotika Komunikasi
Semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
suatu tanda. Tanda itu sendiri adalah perangkat-perangkat yang kita pakai
dalam upaya mencari jalan didunia ini ditengah-tangah masyarakat dalam
hidup bersama manusia. Semiotika atau dalam istilah Barthes semiologi
pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)
memakai hal (thing). Memakai (to sinify) berarti tidak dapat dicampur
adukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti
bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga termasuk
dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi. (Kurniawan,
2001:53).
Semiotika berasal dari bahasa yunani, semeion yang berarti
tanda atau seme yang berarti penafsir tanda. Jika diterapkan dalam
tanda-tanda bahasa, maka huruf kata. Kalimat tidak memiliki arti pada dirinya
sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti (significant) dalam
kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan
tanda dengan apa yang ditandakan (signifie). Sebuah teks baik itu lagu,
musik, surat cinta, cerpen, puisi, komik, kartun semua hal itu mungkin
signifikasi yang menggunakan tanda yang menghubungkan objek dan
interpretasi.
Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan
makna adalah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda
(Little John, 1996) menurut Pines dengan tanda-tanda kita mencoba
menafsirkan keteraturan di tengah-tengah dunia yang centang-perenang
ini, setidaknya agar kita sedikit punya pegangan. Menurut Hjelmslev,
mendefinisikan tanda sebagai “suatu keterhubungan antara wahana
ekspresi dan wahana isi”. (Sobur, 2004 : 15-16).
Semiotika modern mempunyai dua orang Bapak yaitu Charles
Sanders Pierce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913).
Terdapat perbedaan antara Pierce dan Saussure antara lain; Pierce adalah
ahli filsafat dan ahli logika, sedangkan Saussure adalah tokoh cikal bakal
linguistic umum. (Sobur, 2004 : 110).
Kehadiran pragmatisme Pierce dan Strukturalisme Saussure
dalam kancah perbincangan filsafat bahasa mempertegas adanya studi
tanda dengan ilmu yang mereka sebut semiologi (Saussure) dan semiotika
(Pierce). Secara prinsip tidak ada perbedaan mendasar tentang dua nama
ilmu tentang tanda tersebut. Kalaupun ada, perbedaan itu hanya mengacu
pada orientasinya. Penggunaan semiologi menunjuk pengaruh kubu
Saussure (salah satunya Roland Barthes), sedangkan penggunaan
Semiologi menitik beratkan dirinya pada studi tentang tanda dan
segala yang berkaitan dengannya. Kubu Pierce cenderung meneruskan
tradisi skolastik yang mengarah pada inferensi (pemikiran logis) dan kubu
Saussure menekankan dari Pierce Amerika. Dengan kata lain, sebenarnya
kedua ilmu itu dapat sama-sama dipakai. Semiotik menurut Eco (1979),
pada prinsipnya adalah disiplin ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk mendustai. Mengelabuhi atau mengecoh.
Semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat
dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat
diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk
menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tersebut tidak perlu
harus ada, atau tanda itu secara nyata ada di suatu tempat pada suatu waktu
tertentu. Dengan begitu, semiotika pada prinsipnya adalah sebuah disiplin
yang mempelajari apapun yang bisa digunakan untuk menyatakan suatu
kebohongan. Jika sesuatu tersebut tidak dapat digunakan untuk
mengatakan sesuatu kebohongan, sebaliknya tidak bisa digunakan untuk
menyatakan kebenaran…(Berger dalam Sobur, 2004 : 18).
2.10 Semiotika Roland Bar thes
Roland Barthes adalah salah satu tokoh semiologi komunikasi
yang menganut aliran strukturalis yang getol mempraktikan model
linguistic dan semiologi Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra
pada studi sastra. Barthes berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda
yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam
waktu tertentu. Ia mengajukan pendapat ini dalam Writing Degree Zero
(1953; terj. Inggris 1977) dan Critical Essays (1964; terj. Inggris 1972).
(Sobur, 2004 : 63).
Sedangkan pendekatan karya strukturalis memberikan perhatian
terhadap kode-kode yang digunakan untuk menyusun makna.
Strukturalisme merupakan suatu pendekatan yang secara khusus
memperhatikan struktur karya sastra atau seni. Fenomena kesastraan dan
estetika didekati sebagai sistem tanda-tanda. (Budiman, 2003 : 111).
Linguistik merupakan ilmu tentang bahasa yang sangat
berkembang menyediakan metode dan peristilahan dasar yang dipakai oleh
seorang semiologi dalam mempelajari semua sistem tanda sosial lainnya.
Semiologis adalah ilmu tentang bentuk, sebab ia mempelajari bahasa
secara terpisah dari kandungannya. Didalam semiologi seseorang
diberikan “kebebasan” didalam memaknai sebuah tanda. (Kurniawan,
2001 : 53).
Barthes tertarik terhadap kenyataan bahwa kalimat yang sama,
bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda
situasinya. Dengan kata lain, barthes memperhatikan makna sebagai proses
negoisasi antara pembaca dengan penulis melalui teks. Tanda-tanda yang
penggunaanya dan juga secara konversi dengan apa yang diharapkan dan
dialami oleh penggunanya. (Fiske, 2006 : 17).
Barthes berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda
yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam
waktu tertentu (Sobur, 2004 : 63). Dalam pengkajian tekstual, Barthes
menggunakan analisis naratif struktural yang dikembangkannya. Analisis
naratif struktural secara metodologis berasal dari perkembangan akhirnya
dikenal sebagai semiologi teks atau semiotika. Jadi secara sederhana
analisis naratif struktural dapat juga disebut sebagai semiologi teks karena
memfokuskan diri pada naskah. Intinya sama yakni mencoba memahami
makna suatu karya dengan menyusun kembali makna-makna yang tersebar
dengan cara tertentu. (Kurniawan, 2001 : 89).
Hal pokok dalam semiologi adalah konsep Saussure tentang
tanda. Tanda linguistic Saussure memuat penanda (sisi ekspresi) dan
petanda (sisi isi). Menurut Bertens (2001) tanda adalah suatu kesatuan dari
suatu bentuk penanda dan petanda. Penanda adalah “bunyi yang
bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi penanda adalah aspek
material dari bahasa : apa yang dikatakan, apa yang didengar, dan apa
yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental pikiran dan
konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa. Yang harus
diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang konkret, kedua unsur
tersebut tidak dapat dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi
tidak berarti apa-apa dan arena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya
suiatu petanda, tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari
penanda, petanda, atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan
dengan demikian merupakan suatu faktor linguistic. “penanda dan petanda
merupakan kesatuan, seperti dua sisi sehelai kertas” (Sobur, 2004 : 46).
Setiap tanda kebahasan , menurut Saussure pada dasarnya menyatukan
sebuah konsep dan suatu citra suara (sound image), bukan menyatakan
sesuatu sebagai nama. Suara yang muncul dari sebuah kata yang
diucapkan merupakan penanda (signifier), sedangkan konsepnya adalah
penanda (signified). Dua unsur ini tidak dapat dipisahkan, memisahkannya
hanya berakibat menghancurkan ‘kata’ tersebut (Sobur, 2004 : 47).
Kode sebagai sistem makna yang lengkap sebagai acuan dari
setiap tanda, menurut Barthes terdiri dari lima jenis. Lima kode yang
ditinjau oleh Barthes adalah kode hermeneutika (kode teka-teki), kode
proaretik, kode budaya, kode semik, dan kode simbolik. (Kurniawan, 2001
: 69).
Kode hermeneutika atau kode teka-teki berkisar kepada harapan
pembaca untuk mendapatkan “kebenaran” bagi pertanyaan yang muncul
dalam teks. Kode teka-teki merupakan unsur terstruktur utama dalam
narasi tradisional. Didalam narasi ada suatu kesinambungan antara
pemunculan suatu peristiwa teka-teki dan penyelesaian di dalam cerita.
(Sobur, 2004 : 65). Dibawah kode ini orang dapat mendaftar beragam
dipertahankan, dan akhirnya disikapi. Kode ini disebut juga suara
kebenaran (The Voice of Truth). (Kurniawan, 2001 : 69) kode ini
berhubungan dengan teka-teki yang timbul dalam suatu wacana.
(Tinaburko, 2008 : 19).
Kode proaretik atau kode tindakan/kalakuan dianggapnya
sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang; artinya, antara lain,
semua teks yang bersifat naratif (Sobur, 2004 : 66).Kode proaretik yaitu
kode yang mengandung cerita, urutan, narasi atau antinarasi. (Tinaburko,
2008 : 19).
Kode budaya sebagai referensi kepada sebuah ilmu atau
lembaga pengetahuan. Biasanya orang mengindikasikan tipe pengetahuan
mengacu pada, tanpa cukup jauh mengkonstruksikan (atau
merekonstruksi), budaya yang mereka ekspresikan (Kurniawan, 2001 :
69). Gnomik atau kode cultural (budaya) banyak jumlahnya. Kode ini
merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan
dikodifikasi oleh budaya. Menurut Barthes, realisme tradisional didefinisi
oleh acuan ke apa yang telah diketahui. (Sobur, 2004 : 66).
Kode semik atau semantic, yaitu kode yang mengandung
konotasi pada level penanda. Kode semik menawarkan banyak sisi. Dalam
proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat bahwa
konotasi kata atau frase yang mirip. Jika kita melihat kumpulan satuan
dicatat bahwa Barthes menganggap bahwa denotasi sebagai konotasi yang
paling kuat dan paling “akhir”. (Sobur, 2004 : 66)
Kode simbolik (tema) yang bersifat tidak stabil dan dapat
dimasuki melalui beragam sudut pendekatan. Kode simbolik merupakan
aspek pengkodean fiksi yang paling khas bersifat struktural, atau tepatnya
menurut konsep Barthes, pasca struktural. Hal ini didasarkan pada gagasan
bahwa makna berasal dari beberapa oposisi biner atau pembedaan baik
dalam taraf bunyi menjadi fonem dalam proses produksi wicara, maupun
taraf oposisi psikoseksual yang melalui proses. (Sobur, 2004 : 66).
Semiologi Barthes tersusun atas tingkatan-tingkatan sistem
bahasa. Umumnya Barthes membuatnya dalam dua tingkatan bahasa,
bahasa pada tingkat pertama adalah sebagai objek dan bahasa tingkat
kedua disebut sebagai metabahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem
tanda yang memuat penanda dan patanda. Sistem tanda kedua terbangun
dengan menjadikan penanda dan petanda tingkat pertama sebagai petanda
baru yang kemudian memiliki penanda baru sendiri dalam suatu sistem
tanda baru pada taraf yang lebih tinggi. Sistem tanda pertama kadang
disebut sebagai konotasi atau sistem retoris atau mitologi. Fokus kajian
Barthes terletak pada sistem tanda tingkat kedua atau metabahasa.
(Kurniawan, 2001 : 115).
Tatanan pertandaan pertama adalah landasan kerja Saussure.
Tatanan ini menggambarkan relasi antara penanda dan petanda di dalam