• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK

5. Putusan Hakim

Mengingat akan ketentuan Pasal 81 Ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Jo. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, serta Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan perkara ini, maka dalam perkara Nomor 117/Pid.B/P.A/2013/PN.LP Hakim memutuskan:

MENGADILI

1. Menyatakan Terdakwa AGUS PRIONO, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Dengan sengaja membujuk

anak untuk melakukan persetubuhan dengannya”.

2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan pidana penjara selama 4 (empat) Tahun dan 8 (delapan) Bulan, denda sebesar Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah), apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan.

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

5. Membebankan biaya perkara ini kepada terdakwa sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).

2. ANALISA KASUS

Setelah membaca, mempelajari, dan meneliti berkas perkara pidana atas nama Terdakwa Agus Priono Als. Agus, yang terdiri dari :

a. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) saksi-saksi dan tersangka, yang dilakukan oleh penyidik dari Kepolisian Polresta Kota Medan;

b. Laporan Penelitian Kemasyarakatan dari Balas Pemasyarakatan Kelas I Medan, Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia, Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Utara;

c. Surat Dakwaan dan Tuntutan Jaksa Penuntut Umum dari Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam;

d. Berita Acara Sidang dalam Putusan No. 117/Pid.B/P.A/2013/PN.LP atas nama terdakwa Agus Priono Als. Agus.

Penulis melakukan analisis berdasarkan berkas perkara di atas, atas proses pemidanaan pelaku tindak pidana persetubuhan terhadap anak yang dilakukan oleh Agus Priono Als. Agus menurut ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Pengadilan Anak, sebagai suatu kesatuan proses dalam sistem peradilan anak yang tidak terpisahkan.

Terdakwa Agus Priono Als. Agus menjalani seluruh proses penyidikan hingga proses persidangan berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997

tentang Pengadilan Anak. Hal ini dikarenakan kasus Terdakwa Agus Priono Als. Agus dilimpahkan dari Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam ke Pengadilan Negeri Lubuk Pakam pada tanggal 23 Januari 2013. Sehingga oleh karena itu perlindungan hukum yang diberikan kepada Terdakwa Agus Priono Als. Agus dalam menjalani acara peradilan harus disesuaikan dengan Undang-undang Pengadilan Anak Nomor 3 Tahun 1997 tersebut. Adapun perlindungan hukum yang diberikan kepada Terdakwa Agus Priono Als. Agus dalam proses acara peradilan anak adalah sebagai berikut :

a. Penangkapan

Pasal 43 Ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menyatakan bahwa penangkapan Anak Nakal dilakukan sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Oleh karena hal itu, maka yang digunakan sebagai dasar dalam penangkapan Anak Nakal adalah Pasal 16 KUHAP yang bertujuan untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan. Sedangkan dalam Pasal 17 KUHAP ditegaskan bahwa perintah penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

Anak harus dipahami sebagai orang yang belum mampu memahami masalah hukum yang terjadi atas dirinya. Dalam melakukan tindakan penangkapan, asas praduga tak bersalah harus dihormati dan dijunjung tinggi sesuai dengan harkat dan martabat anak. Menangkap anak yang diduga melakukan kenakalan, harus didasarkan pada bukti yang cukup dan jangka waktu yang terbatas. Penangkapan yang terjadi pada seorang anak akan menimbulkan hak-hak

anak yang dilindungi oleh hukum, sehingga hal ini akan menjadi faktor pertimbangan bagi seorang penyidik dan penuntut umum untuk membatasi tindakan upaya paksa. Ketentuan Pasal 5 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menentukan bahwa :

1. Dalam hal anak belum dewasa mencapai umur 8 (delapan) tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, maka terhadap anak tersebut dapat dilakukan pemeriksaan oleh penyidik.

2. Apabila menurut hasil pemeriksaan, penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 masih dapat dibina oleh orang tua, wali, atau orang tua asuhnya, penyidik menyerahkan kembali anak tersebut kepada orang tua, wali, atau orang tua asuhnya.

3. Apabila menurut hasul pemeriksaan, penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak dapat dibina lagi oleh orang tua, wali, atau orang tua asuhnya, penyidik menyerahkan anak tersebut kepada departemen sosial setelah mendengar pertimbangan dari pembimbing kemasyarakatan.

Peraturan diatas merupakan azas keleluasaan penyidik yang menunjukkan bahwa proses yang menyangkut dengan tugas dan tanggung jawab penyidik harus berdasarkan pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Namun ketentuan ini tidak dapat dipergunakan penyidik untuk menggunakan azas keleluasaan wewenang penyidik terhadap seorang anak yang berusia di atas 8 (delapan) tahun.

Proses pemeriksaan penyidikan terhadap kedudukan anak menimbulkan hak-hak anak secara khusus. Hak-hak anak yang dimaksud adalah untuk dapat mengesampingkan upaya paksa dan tindakan paksa dari proses pemeriksaan penyidik (penangkapan dan penahanan) terhadap anak, yaitu :

1. Terhadap keluarga anak sebagai tersangka untuk wajib diberitahukan terlebih dahulu baik melalui surat/maupun lisan sebelum proses penangkapan dilakukan ;

2. Penangkapan terhadap anak tidak dibolehkan dengan menggunakan alat atau senjata sebagai upaya paksa atau wewenang paksa ;

3. Tersangka anak atau orang yang belum dewasa harus segera mendapat proses pemeriksaan ;

4. Hak untuk mendapat atau menuntut ganti rugi sebagai akibat dari kesalahan penangkapan dan penahanan.

Ketentuan-ketentuan hukum acara pidana lain dalam proses penangkapan yaitu untuk tidak melakukan tindakan pelumpuhan terhadap anak yang melakukan tindakan kejahatan menggunakan alat yang terkategori sebagai pelumpuhan atau alat pemaksa yang digunakan oleh rasio Undang-undang Militer seperti, senjata api atau teknologi militer lain. Ketentuan yang dimaksud juga harus dilakukan oleh penyidik di dalam melakukan operasi disaat seorang anak tertangkap tangan dalam melakukan tindak pidana.

Terdakwa Agus Priono Als. Agus tidak menjalani proses penangkapan oleh penyidik. Hal ini dikarenakan terdakwa dibawa oleh tante saksi korban untuk mengakui kesalahan dan menyerahkan diri ke Kantor Polisi pada hari Sabtu tanggal 29 Desember 2012. Sehingga terdakwa langsung ditahan untuk melaksanakan proses penyidikan di Kantor Polisi Polresta Medan pada tanggal 30 Desember 2012.

b. Penahanan

Penahanan terhadap anak yang melakukan tindak pidana memiliki klasifikasi yang khusus. Penahanan terhadap tersangka anak digolongkan oleh KUHAP dengan tahanan rumah tahanan negara, tahanan rumah (keluarga), dan tahanan kota, sehingga mendapat dispensasi dari ketentuan-ketentuan yang dirumuskan oleh Pasal 44 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yaitu penahanan anak yang melakukan tindak pidana harus diletakkan di tempat tertentu yang disesuaikan untuk itu.

Pasal 44

(1) Untuk kepentingan penyidikan, Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) dan ayat (2) huruf a, berwenang melakukan penahanan terhadap anak yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

(2) Penahanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya berlaku paling lama 20 (dua puluh) hari.

(3) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, atas permintaan Penyidik dapat diperpanjang oleh Penuntut Umum yang berwenang, untuk paling lama 10 (sepuluh) hari. (4) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari Penyidik

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sudah harus menyerahkan berkas perkara yang bersangkutan kepada Penuntut Umum.

(5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dilampaui dan berkas perkara belum diserahkan, maka tersangka harus dikeluarkan dari tahanan demi hukum.

(6) Penahanan terhadap anak dilaksanakan di tempat khusus untuk anak di lingkungan Rumah Tahanan Negara, Cabang Rumah Tahanan Negara, atau di tempat tertentu.

Penahanan terhadap seorang anak dalam proses penyidikan ditentukan dalam batas waktu 20 (dua puluh) hari sebagaimana dengan masa perpanjangan

penahanan selama 10 (sepuluh) hari, sehingga dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari penyidik sudah harus melimpahkan perkara anak tersebut ke penuntut umum. Batas waktu penahanan yang ditentukan oleh Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak ini dikemukakan demi kepentingan hak-hak azasi anak dan perkembangan pendidikan anak, sehingga pemeriksaan perkara tindak pidana anak ditetapkan untuk secepatnya dan diprioritaskan terlebih dahulu dari pemeriksaan lain dengan batas waktu penahanan paling lama 30 (tiga puluh) hari.

Batas waktu penahanan terhadap tersangka anak tersebut merupakan suatu tindakan yang positif karena dari aspek perlindungan anak, maka si anak tidak perlu terlalu lama berada dalam tahanan sehingga dapat meminimalisir terjadinya gangguan dalam pertumbuhan anak baik secara fisik, mental, maupun sosial.

Penahanan dilakukan setelah dengan sungguh-sungguh mempertimbangkan kepentingan anak dan/atau kepentingan masyarakat. 56

Penyidik menahan Terdakwa Agus Priono Als. Agus untuk melaksanakan proses penyidikan selama 19 (sembilan belas) hari sejak tanggal 30 Desember 2012 hingga 18 Januari 2012 dalam Surat Perintah Penahanan Berdasarkan pada ketentuan tersebut, maka dalam melakukan tindakan penahanan, penyidik harus terlebih dahulu mempertimbangkan dengan matang semua akibat yang akan dialami oleh si anak serta mempertimbangkan adanya unsur kepentingan masyarakat untuk memperoleh keadaan yang aman dan tentram.

56

No.Sp.Han/467/XII/2012/Reskrim. Hal ini sesuai dengan Pasal 44 Undang- undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, bahwa jangka waktu penahanan untuk kepentingan penyidikan anak dilaksanakan paling lama selama 30 (tiga puluh) hari. Proses penahanan terdakwa sangat diprioritaskan dan tidak memakan waktu lama agar tidak mengganggu hak-hak azasi manusia yang terdapat di diri terdakwa.

Bentuk perlindungan hukum lainnya yang diberikan kepada terdakwa anak yaitu berdasarkan Pasal 51 Ayat (1), yaitu :

(1) Setiap Anak Nakal sejak saat ditangkap atau ditahan berhak mendapatkan bantuan hukum dari seorang atau lebih Penasihat Hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan dalam undang- undang ini.

Terdakwa Agus Priono Als. Agus didampingi oleh penasehat hukum yang bernama Untung Haryono, SH pada saat proses pemeriksaan yang disediakan oleh Kepolisian. Penasihat hukum diharapkan agar memperhatikan kepentingan pelaku anak dan kepentingan umum agar suasana kekeluargaan tetap terpelihara dan berjalan lancar, baik saat proses pemeriksaan dan proses peradilan.

c. Penyidikan

Proses penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik selama pemeriksaan pendahuluan untuk mencari bukti-bukti tentang tindak pidana. Tindakan penyidikan meliputi pemanggilan dan pemeriksaan saksi-saksi, penyitaan barang bukti, penggeledahan serta pemanggilan dan pemeriksaan tersangka dengan melakukan penangkapan dan penahanan. Ketentuan Pasal 42 Ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 yang menyebutkan bahwa :

(1) Penyidik wajib memeriksa tersangka dalam suasana kekeluargaan.

Perlindungan hukum terhadap anak telah tercermin dalam ketentuan Pasal 42 Ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 ini yang menghendaki agar proses pemeriksaan dilakukan dengan pendekatan secara efektif, afektif, dan simpatik. Pendekatan secara efektif dan afektif dapat diartikan bahwa pemeriksaan tersebut tidak memakan waktu lama, dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan dapat mengajak tersangka memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya. Sedangkan pendekatan secara simpatik mempunyai maksud bahwa pada waktu proses pemeriksaan, penyidik harus bersikap sopan dan ramah serta tidak menakut-nakuti tersangka.57

Pasal 42 Ayat (2) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 menyebutkan bahwa :

(2) Dalam melakukan penyidikan terhadap Anak Nakal, penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan, dan apabila perlu juga dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, ahli kesehatan jiwa, ahli agama atau petugas kemasyarakatan lainnya.

Pengertian Pembimbing Kemasyarakatan ini sudah diatur dalam Pasal 34 Undang-undang Pengadilan Anak Nomor 3 Tahun 1997, yaitu :

(1) Membantu memperlancar tugas Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim dalam perkara Anak Nakal, baik di dalam maupun di luar Sidang Anak dengan membuat laporan hasil penelitian kemasyarakatan;

(2) Membimbing, membantu, dan mengawasi Anak Nakal yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana bersyarat, pidana pengawasan, pidana denda, diserahkan kepada negara

57

Gultom, Maldin. Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Op.Cit. Hlm. 101

dan harus mengikuti latihan kerja, atau anak yang memperoleh pembebasan bersyarat dari Lembaga Pemasyarakatan.

Peranan Pembimbing Kemasyarakatan adalah memberikan informasi berupa latar belakang narapidana anak, mulai dari keluarga, hingga latar belakang anak dapat melakukan suatu tindak pidana. Pembimbing Kemasyarakatan juga bisa memberikan rekomendasi kepada hakim dalam rangka penjatuhan hukuman yang dapat digunakan bagi penegakkan hukum terutama dalam persidangan anak dan untuk menentukan terapi apa yang sesuai digunakan untuk pelaku anak. Laporan Penelitian Kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan merupakan syarat mutlak bagi hakim untuk dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat suatu keputusan. Kekuatan hukum rekomendasi Pembimbing Kemasyarakatan diatur dalam Pasal 59 Ayat (2) Undang-undang Pengadilan Anak Nomor 3 Tahun 1997 dan putusan hakim bisa batal demi hukum jika tidak mempertimbangkan rekomendasi dari Laporan Hasil Penelitian Kemasyarakatan tersebut. Hal ini mencerminkan suatu bentuk perlindungan hukum kepada pelaku anak agar keputusan yang dihasilkan mempunyai dampak yang positif, baik bagi si pelaku anak maupun terhadap pihak yang dirugikan, serta bagi masyarakat.

Ketentuan Pasal 42 Ayat (3) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 menyebutkan bahwa :

(3) Proses penyidikan terhadap perkara Anak Nakal wajib dirahasiakan.

Tindakan penyidik mulai dari tahap penyelidikan sampai dengan tahap penyidikan wajib dilakukan secara rahasia agar tidak dengan mudah dapat

diketahui oleh umum yang dapat menyebabkan depresi, malu atau minder, dan lain sebagainya yang nantinya berakibat secara psikis terhadap tumbuh kembangnya pelaku anak di masyarakat.

Proses penyidikan yang dijalani oleh Terdakwa Agus Priono Als. Agus dilaksanakan oleh penyidik dalam suasana kekeluargaan sesuai dengan ketentuan Pasal 42 Ayat (1) Undang-undang Pengadilan Anak Nomor 3 Tahun 1997. Suasana kekeluargaan yang dimaksudkan adalah terdakwa diperiksa oleh penyidik dengan melakukan pendekatan secara efektif, afektif, dan simpatik. Pendekatan efektif dapat diartikan bahwa pemeriksaan yang dijalani oleh terdakwa tidak memakan waktu yang lama, yaitu selama 19 (sembilan belas) hari masa tahanan. Pendekatan afektif yaitu proses pemeriksaan yang dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Pemeriksaan secara simpatik dapat diartikan bahwa pada waktu pemeriksaan terhadap terdakwa, penyidik bersikap sopan dan ramah serta tidak menakut-nakuti. Penyidik melakukan pemeriksaan dengan suasana santai sambil bercanda gurau, selayaknya teman sebaya atau teman sepermainan, diajak makan dan minum sehingga sehingga membuat terdakwa tidak tertekan dan dapat memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya. Suasana kekeluargaan itu juga berarti tidak ada pemaksaan, intimidasi atau sejenisnya selama dalam proses penyidikan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pelaksanaan perlindungan hukum terhadap Terdakwa Agus Priono Als. Agus sebagai pelaku anak.

Proses penyidikan terhadap Terdakwa Agus Priono Als. Agus juga dilakukan oleh penyidik yang meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan. Petugas Balai Pemasyarakatan (BAPAS) yang berupa Balai

Pemasyarakatan (BAPAS) dari Departemen Hukum dan HAM Kelas I Medan, Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Utara, yang disediakan untuk membuat Laporan Hasil Penelitian yang akan dibacakan pada saat persidangan dimulai.

Petugas Pembimbing Kemasyarakatan membuat suatu Laporan Penelitian Kemasyarakatan terhadap terdakwa mengenai identitas terdakwa dan keluarga terdakwa, latar belakang dan penyebab masalah yang dihadapi oleh terdakwa, akibat yang akan ditimbulkan oleh perbuatan terdakwa, riwayat hidup terdakwa, serta keadaan lingkungan masyarakat di sekitar lingkungan terdakwa. Hal ini mencerminkan suatu bentuk perlindungan hukum terhadap Terdakwa Agus Priono Als. Agus sebagai pelaku anak agar keputusan yang dibuat oleh hakim mempunyai dampak yang positif, baik bagi si anak maupun terhadap pihak yang dirugikan, serta bagi masyarakat karena mempertimbangkan hasil Laporan Penelitian yang dibuat oleh Balai Pemasyarakatan.

Proses pemeriksaan dan penyidikan terhadap Terdakwa Agus Priono Als. Agus dirahasiakan. Hal ini sesuai dengan Pasal 42 Ayat (3) Undang-undang Pengadilan Anak Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yaitu :

(3) Proses penyidikan terhadap perkara Anak Nakal wajib dirahasiakan.

Perkara anak nakal wajib dirahasiakan agar tidak mudah dapat diketahui umum yang dapat menyebabkan anak menjadi depresi, malu, minder dan lain sebagainya yang nanti berakibat secara psikis terhadap tumbuh kembangnya anak dalam masyarakat di masa yang akan datang. Bagian yang dirahasiakan adalah berupa identitas nama pelaku anak, korban anak, dan/atau saksi anak dalam pemberitaan di media. Jadi pasal ini tidak hanya mengatur perlindungan hukum

terhadap pelaku anak, tetapi juga memberikan perlindungan hukum terhadap korban anak dan/atau saksi anak.

d. Penuntutan

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada prinsipnya menghendaki agar setiap Kejaksaan Negeri memiliki penuntut umum anak untuk menangani anak nakal. Tetapi apabila Kejaksaan Negeri tidak mempunyai penuntut umum anak karena belum ada yang memenuhi syarat yang ditentukan atau karena mutasi/pindah, maka tugas penuntutan perkara anak nakal dibebankan kepada penuntut umum yang melakukan tugas penuntutan bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 53 ayat (3) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, yaitu :

(3) Dalam hal tertentu dan dipandang perlu, tugas penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dapat dibebankan kepada Penuntut Umum yang melakukan tugas penuntutan bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa.

Hal tersebut apabila ditinjau dari aspek perlindungan anak, maka dapat dikatakan bahwa anak tidak mendapatkan perlindungan. Bila penuntutan anak Nakal tidak dilakukan oleh penuntut umum anak, dikhawatirkan sasaran perlindungan anak menjadi diabaikan karena penuntut umum yang bersangkutan tidak memahami masalah anak, sehingga tindakan hukum yang dilakukan dalam penuntutan mempunyai kemungkinan tidak mencerminkan prinsip-prinsip perlindungan anak.

Penuntut umum anak dalam melakukan tugasnya yaitu meneliti berita acara yang diajukan oleh penyidik, jika dianggap perlu serta dengan persetujuan

hakim, anak tidak perlu mengajukan anak ke pengadilan. Anak cukup dikembalikan kepada orang tuanya dengan teguran dan nasihat. Orang tua/wali/orang tua asuh anak perlu diberi peringatan dan nasihat.

Penuntut umum Anak dapat meminta bantuan dari para ahli atau membentuk tim sendiri atas izin hakim anak. Petugas sosial seperti dari Balai Pemasyarakatan serta orang tua/wali/ orangtua asuh anak juga dilibatkan dalam menangani dan membina anak. Hal tersebut dilakukan atas pertimbangan bahwa anak membutuhkan perhatian, cinta kasih, asuhan, perlindungan, pembinaan, pendidikan serta rasa aman dan tenteram baik secara rohani maupun jasmani.58

Jaksa penuntut umum dianjurkan untuk mengenal dasar psikologi anak pada berbagai usia atau jenjang umur dari batas bawah 0 (nol) tahun sampai batas atas 18 (delapan belas) tahun. Dimana dalam usia anak yang dikategorikan belum dewasa perlu mendapatkan ketetapan hukum yang dapat melindungi hak anak dalam hubungan dengan penuntutan. Hak-hak anak yang perlu mendapat perhatian dalam proses penuntutan meliputi :

1. Menetapkan masa tahanan terhadap anak, hanya pada urgensi pemeriksaan;

2. Membuat dakwaan yang dimengerti oleh anak;

3. Secepatnya melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri;

Tindakan untuk memberikan perlindungan terhadap anak sebagai terdakwa dilakukan oleh jaksa penuntut umum harus sesuai dengan sistem

58

Gultom, Maldin. Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Op.Cit. Hlm. 111

peradilan pidana anak yang sebenarnya. Dalam tugas-tugasnya jaksa penuntut umum diwajibkan untuk mengikuti anjuran yang ditentukan, yakni :

1. Kejaksaan harus menunjukkan seorang jaksa khusus sebagai penuntut umum untuk perkara anak;

2. Jaksa dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, pembacaan dakwaan dalam persidangan anak tidak diperbolehkan menggunakan toga atau pakaian-pakaian dinas masing-masing;

3. Surat dakwaan harus dibuat sesederhana mungkin agar tidak menyulitkan anak untuk memahami dan mengikuti tujuan persidangan.

Penuntut umum dalam menjalankan tugasnya dalam perkara anak wajib dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan dan melakukan penahanan terhadap anak sebagai penahanan lanjutan selama 10 (sepuluh) hari dan dapat diperpanjang menjadi 15 (lima belas) hari. Dalam jangka waktu 25 (dua puluh lima) hari dakwaan penuntut umum terhadap anak yang melakukan tindak pidana kejahatan dan atau pelanggaran sudah dilimpahkan kepada Pengadilan Anak.

Penahanan selama proses penuntutan terhadap Terdakwa Agus Priono Als. Agus berlangsung selama 19 (sembilan belas) hari yaitu sejak tanggal 21 Januari 2013 sampai dengan tanggal 09 Februari 2012 dalam Surat Perintah Penahanan No. Print 40/N.2.22/Ep.3/01/2013. Hal ini sesuai dengan Pasal 46 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa proses penahanan terdakwa anak selama proses penuntutan paling lama dilakukan selama 25 (dua puluh lima) hari. Penahanan Terdakwa Agus Priono Als. Agus yang dilakukan demi proses pemeriksaan pada tingkat kejaksaan ini dilaksanakan

secara singkat selama 19 (sembilan belas) hari karena didasarkan pada sudut urgensi saja, sehingga diharapkan agar tidak memberikan beban pikiran kepada terdakwa yang menyebabkan depresi dan tertekan karena berada di dalam tahanan.

Jaksa penuntut umum tidak menggunakan pakaian dinas pada saat proses peemeriksaan dan pakaian toga pada saat proses persidangan berlangsung. Hal ini bertujuan agar menghilangkan rasa takut dan cemas kepada Terdakwa Agus Priono Als. Agus pada saat memberikan keterangan, baik dalam proses pemeriksaan maupun dalam proses persidangan. Sehingga terdakwa diharapkan dalam kondisi nyaman dalam menjalani setiap proses acara pidana.

e. Persidangan

Keutamaan dalam pemeriksaan di sidang pengadilan yaitu dalam hal sidang perkara anak, sebelum sidang dibuka atau dimulai, hakim memerintahkan agar pembimbing kemasyarakatan untuk menyampaikan laporan hasil penelitian kemasyarakatan mengenai anak yang bersangkutan. Yang dimaksudkan dengan pembimbing kemasyarakatan adalah petugas pemasyarakatan yang melakukan bimbingan warga binaan masyarakat.

Petugas pembimbing kemasyarakatan ditentukan oleh Departemen Kehakiman yang bertugas mulai dari awal penyidikan sampai pada penuntutan, persidangan, dan pemasyarakatan anak atau berdampingan dengan penyidik, penuntut umum, hakim, dan lembaga pemasyarakatan dimana pada setiap

Dokumen terkait