• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA ANTARA NY. NELLY

B. Putusan Kasus Hakim

3. Putusan Hakim Mahkamah Agung

Dalam putusannya hakim Mahkamah Agung memutuskan dengan Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: NELLY, tersebut;

37

Menghukum Pemohon Kasasi/Tergugat I untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) ;

Demikian putusan ini diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Jum,at tanggal 7 September 2012 oleh H. Suwardi, SH.,MH.. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. Nurul Elmiyah, SH.,MH. dan Drs. H. Mukhtar Zamzami, SH.,MH.

38

BANK CQ. SERVICE CARDS CENTRE

A. Gugatan Perbuatan Melawan Hukum melawan Rekonvensi Wanprestasi Dalam sengketa perdata pada putusan Mahkamah Agung Nomor 464 K/Pdt/2012 merupakan kasus yang terjadi antara Ny. Nelly sebagai nasabah pengguna kartu kredit Standart Chartered Bank yang mana disebut sebagai Penggugat melawan Standart Chartered Bank sebagai Tergugat, Standart

Chartered Bank merupakan Bank Internasional yang berpusat di London (Inggris) dan mempunyai cabang di seluruh dunia termasuk di Indonesia, Standart Charetered Bank ini pula sebagai penyedia jasa penggunaan fasilitas kartu kredit untuk kebutuhan alat transaksi.

Pada dasarnya berawal dari gugatan perdata yang di ajukan oleh Ny. Nelly ke Pengadilan Negeri Medan terhadap Standart Chartered Bank. Penggugat menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum dalam penagihan traksaksi kartu kredit yang tidak dilakukan oleh Penggugat.

Terdapat dalil yang digunakan penggugat untuk menekankan bahwa tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum, yaitu adanya laporan Tergugat kepada Bank Indonesia yang tidak mengandung kebenaran tersebut akhirnya mengakibatkan nama Penggugat menjadi diblack list (masuk dalam daftar hitam) di Bank Indonesia. Sehingga jelas atas tindakan Tergugat yang

39

tidak professional sesuai dengan fakta hukum. Atas sikap dan tindakan Tergugat tersebut Akhirnya telah menimbulkan kerugian moril dan materiil. Sedangkan dalam gugatan rekonvensi yang di ajukan oleh Standart Chartered Bank kepada Ny. Nelly mengenai perbuatan ingkar janji (wanprestasi) yang megakibatkan Standart Chartered Bank kerugian materiil dan immaterial.

Pada prinsipnya, gugatan secara keperdataan dapat dibagi kedalam 2 (dua) macam, yakni gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) dan gugatan wanprestasi. Gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) didasarkan kepada rumusan pasal 1365 KUH Perdata, “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian

tersebut”.

Dalam sejarahnya, kemudian Perbuatan Melawan Hukum yang dimaksud dalam pasal 1365 KUHPerdata telah diperluas pengertiannya dan tidak hanya terbatas kepada pelanggaran atas ketentuan undang-undang saja, melainkan menjadi membuat sesuatu dan/atau tidak membuat sesuatu yang:1 1. Melanggar hak orang lain

2. Bertentangan dengan kewajiban hukum dari yang melakukan perbuatan tersebut

3. Bertentangan dengan kesusilaan, maupun asas-asas pergaulan kemasyarakatan mengenai kehormatan orang lain atau barang orang lain.

1

E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet. VI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1961), h. 17

Menurut Rosa Agustina, suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum manakala memenuhi persyaratan sebagai berikut:2 1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku

2. Bertentangan dengan hak subjektif orang lain 3. Bertentangan dengan kesusilaan

4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian

Teori tersebut sangat erat kaitannya dengan konsep Perbuatan Melawan Hukum (PMH) dalam hukum perdata. Dimana, setiap orang yang melanggar nilai kesusilaan dan kepatutan, tidak hanya bertanggung jawab secara pidana. Namun wajib bertanggung jawab pula atas kerugian yang diderita orang lain akibat perbuatan yang dilakukan.

Gugatan wanprestasi sendiri pada pokoknya ialah gugatan yang diajukan atas pelanggaran yang dilakukan seseorang atas perjanjian yang dilakukan. Wanprestasi didasarkan kepada rumusan pasal 1266 KUH

Perdata, “Syarat batal diangap selalu dicantumkan dalam perjanjian yang

bertimbal balik, mana kala salah satu piha tidak memenuhi kewajibannya atau wanprestasi”.

Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) yang di lakukan seseorang dapat berupa empat macam :

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak seperti yang dijanjikan 3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat

2

41

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjiantidak boleh dilakukannya Hukuman atau akibat yang tidak mengenakan bagi seseorang (debitur) yang lalai, anatara lain :

1. Membayar kerugian yang di derita oleh kreditur atau dengan kata lain di namakan ganti rugi

2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecah perjanjian 3. Peralihan risiko

4. Membayar biaya perkara jika sampai dioerkarakan ke depan pengadilan3 Mengingat gugatan yang diajukan oleh penggugat melalui Pengadilan Negeri Medan, Hakim telah memutuskan yaitu putusan Nomor 180/Pdt.G/2008/PN.Mdn tanggal 29 Januari 2009. Amar putusan Hakim Pengadilan Negeri Medan menyatakan bahwa gugatan yang diajukan penggugat tidak berdasar dan menolak gugatan penggugat serta menjatuhkan putusan terhadap Penggugat telah melakukan ingkar janji/wanpretasi karena tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar tagihan Kartu Kredit Nomor: 4511970003411913 dan Nomor: 4511970000306447 kepada Penggugat berupa hutang Rp5.851.918,- (lima juta delapan ratus lima puluh satu ribu Sembilan ratus depalan belas rupiah) bunga Rp5.266.726,- (lima juta dua ratus enam puluh enam ribu tujuh ratus dua puluh enam rupiah) dan denda Rp 9.990.072,- (sembilan juta sembilan ratus sembilan puluh ribu tujuh puluh dua rupiah) serta membayar biaya perkara sebesar Rp 79.000,- (tujuh puluh sembilan ribu rupiah).

3

Adanya putusan Pengadilan Negeri Medan yang memberatkan Ny. Nelly Sebagai Penggugat akhirnya Penggugat mengutarakan keberatannya pula dengan mengajukan permohonan banding. Dalam putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 446/PDT/2009/PT.MDN juga telah sama menguatkan putusan Pengadilan Negeri Medan tersebut.

Pada sampai akhirnya Ny. Nelly sebagai Penggugat/Pembanding mengajukan permohonan kasasi di Mahkamah Agung pada tanggal 16 Agustus 2011 sebagaimana tertuang dalam Akte Permohonan Kasasi No. 102/Pdt/Kasasi/2011/PN.MDN yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Medan. Atas permohonan kasasi tersebut Mahkamah Agung memutuskan dengan pertimbangan Judex Facti/Pengadilan Tinggi yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri tidak salah menerapkan hukum, bahwa Penggugat tidak dapat membuktikan kartu kreditnya telah dipergunakan orang lain, oleh karena itu beban tagihan sebesar Rp5.851.918,- (lima juta delapan ratus lima puluh satu ribu Sembilan ratus depalan belas rupiah) merupakan hutang Penggugat.

Terkait dengan kasus tersebut diatas, apakah putusan hakim menolak gugatan perbuatan melawan hukum penggugat dan mengabulkan rekonvensi wanprestasi tergugat dapat di benarkan secara hukum atau tidak. Berdasarkan pasal 6 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 menyatakan Pelapor wajib menyampaikan Laporan Debitur kepada Bank Indonesia secara lengkap, akurat, terkini, utuh, dan tepat waktu, setiap bulan untuk posisi akhir bulan.

43

Pasal 1918 KUH Perdata terkait bukti yang diajukan tergugat untuk kepentingan pembelaannya terhadap dalil dan fakta yang diajukan penggugat. Pasal 1866 KUH Perdata dan pasal 164 HIR mengatur secara rinci dan jelas mengenai alat bukti yang sah diakui dalam hukum acara perdata salah satunya merupakan bukti tertulis/tulisan.

Melalui Putusan Mahkamah Agung No. 2775 K/Pdt/1983 Hakim tidak dibenarkan mengambil putusan tanpa pembuktian. Kunci ditolak atau dikabulkannya gugatan, mesti berdasarkan pembuktian yang bersumber dari fakta-fakta yang diajukan para pihak. Pembuktian hanya dapat ditegakkan berdasarkan dukungan fakta-fakta, sehingga pembuktian tidak dapat ditegakkan tanpa adanya fakta-fakta yang mendukungnya.

Bahwa penulis sepakat akan hal tersebut diatas melihat dalil gugatan mengenai Penggugat dengan putusan hakim dalam perkara ini. Karena anjuran serta amanat sebagaimana Peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan untuk selalu memberikan laporan debitur kepada Bank Indonesia setiap bulan dan sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Perdata serta Jurisprudensi Hakim bahwa pembuktian/alat bukti menjadi hal yang sangat penting dalam pertimbangan memutus perkara.

Alat bukti hanya dapat ditegakkan berdasarkan fakta–fakta yang sesungguhnya. Maka dari itu gugatan Penggugat terkait tindakan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) atas penagihan serta pelaporan kepada Bank Indonesia mengenai penunggakan penggunaan fasilitas kredit kartu kredit Visa Gold Nomor 45119700 0341 1913 oleh Tergugat tidak terpenuhi.

Dokumen terkait