• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 464. K/Pdt/2012 DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN KONSUMEN KARTU KREDIT. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 464. K/Pdt/2012 DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN KONSUMEN KARTU KREDIT. Skripsi"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 464 K/Pdt/2012 DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN KONSUMEN

KARTU KREDIT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh: LISANUL FIKRI NIM : 1111048000002

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S PROGRAM STUDI I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

(2)
(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

Lisanul Fikri, NIM : 1111048000002, Analisis Putusan nomor 464 K/Pdt/2012 Dalam Perspektif Perlindungan Konsumen Kartu Kredit. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 / 2016 M. xiii + 59 halaman + 52 halaman lampiran.

Penelitian ini dilakukan karena ada ketimpangan dalam praktik pebankan, terdapat masalah yang timbul akibat dari kartu kredit yang dialami nasabah, seperti adanya tagihan terhadap transaksi yang tidak pernah dilakukan pemilik kartu kredit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutus perkara kasus Ny.Nelly melawan Standart Chartered Bank dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 464 K/Pdt/2012 sudah sesuai atau tidak, konsep/aspek perlindungan hukum bagi pengguna kartu kredit, dan dampak pasca dikeluarkannya Putusan Mahkamah Agung Nomor 464 K/Pdt/2012 terhadap perlindungan konsumen.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan metode pendekatan perundang-undangan (statute approach), dan pendekatan kasus (case approach). Pendekatan perundang-undangan mengacu kepada peraturan mengenai perlindungan konsumen/nasabah undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, undang-undang perbankan, Peraturan Bank Indonesia, dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Sedangkan Pendekatan kasus adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah suatu kasus yang telah menjadi putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap, dalam hal ini yaitu putusan Mahkamah Agung Nomor 464 K/Pdt/2012.

Hasil penelitian ini putusan Mahkamah Agung Nomor 464 K/Pdt/2012 melibatkan Ny. Nelly (nasabah) sebagai pemohon melawan Standart Chartered Bank. Pemohon mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum dan sisi lain Standart Chartered Bank mengajukan rekonvensi dengan dalil wanprestasi (ingkar janji). Pertimbangan hakim dalam memutus Ny. Nelly melakukan wanprestasi sudah sesuai, berdasarkan pasal 6 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007, Pasal 1918 KUH Perdata, Pasal 1866 KUH Perdata dan pasal 164 HIR, dan melalui Putusan Mahkamah Agung No. 2775 K/Pdt/1983. Hal ini menunjukan bahwa dari bukti-bukti transaksi yang di perlihatkan Standart Chartered Bank, menunjukan bahwa telah terjadi adanya transaksi.

Aspek hukum perlindungan konsumen dapat dirumuskan menjadi dua bentuk penyelesaian yang seharusnya di pertimbangkan oleh hakim; Pertama, merupakan pertanggungjawaban pelaku usaha berdasarkan pembentukan UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dalam pasal 19-28 BAB V, Indonesia menerapkan prinsip pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan dengan sedikit modifikasi mengenai beban pembuktian terbalik, dimana pelaku usaha bertanggungjawab atas kelalaian/kesalahan yang di perbuat; Kedua, merupakan pemenuhan hak konsumen yang diatur dalam pasal 4 UU Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Hanya saja aturan yang sudah ada lebih dikomprehensifkan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/PJOK.07/2013 tentang perlindungan konsumen sektor jasa keuangan.

(6)

vi

fasilitas jasa pebankan. Efeknya juga akan menjadikan lembaga penyedia jasa akan kekurangan nasabah, sehingga dapat mengalami penurunan pendapatan bahkan mengalami kebangkrutan.

Kata kunci : Kartu Kredit, Perbuatan Melawan Hukum, Wanprestasi, Perlindungan Konsumen.

Dosen Pembimbing I : Fahmi Muhammad ahmadi, M.Si Dosen Pembimbing II : Andi Syafrani, SH, M.LLC Daftar Pustaka : Tahun 1961 s.d Tahun 2010

(7)

vii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang hanya dengan hidayah dan nikmat dari-Nyalah skripsi Penulis “ANALISIS PUTUSAN NOMOR 464 K/Pdt/2012 DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN KONSUMEN KARTU KREDIT" dapat terselesaikan dengan baik. Ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga tetap selalu tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Tidak mudah bagi penulis untuk membuat karya seperti ini dikarenakan berbagai keterbatasan yang dimiliki, namun hal ini penulis jadikan sebagai motivasi rangkaian pengalaman hidup yang berharga. Selesainya penelitian ini tidak terlepas dari elaborasi keilmuan yang Penulis dapatkan dari kontribusi banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini ingin Penulis sampaikan setulus hati ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Drs. Abu Thamrin, SH., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan luang waktu, saran dan masukan terhadap kelancaran proses penyusunan skripsi ini.

(8)

viii penyusunan skripsi ini.

4. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN serta Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan;

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas berbagi ilmu pengetahuan dan pengalamanya kepada penulis

6. Kedua Orangtua yang sangat dicintai Penulis, Bapak Jihadi Surya dan Mamah tercinta Ibunda Nena Yunaena, yang merupakan kedua orang tua yang selalu yang sabar, mendoakan, mencintai, memberikan moril maupun materiil, serta memberikan dukungan yang menjadi sumber semangat dalam kehidupan penulis.

7. Kakak dan Adik penulis tercinta, Abangda A.Hafidh Adli, Kakanda Rifky Hamdani, Ka Jehan, Adinda Mukmin Alwan yang telah memberi support, tawa, dan menjadikan penulis termotivasi untuk menjadi orang yang sukses (Aamiin).

8. Nenek-nenek, Kakek, serta Bibi tercinta, Hadsiah, Enong Eyi Amriyah, Zulkarnaen Hamid, Bi Weni Puspita Sari, Mang Hepi Safari dan Bi Gemilianti Amelia yang telah memberikan nasihat, semangat moriil dan materiil, serta hantaran doa yang begitu besar disetiap sujud mereka kepada

(9)

ix

penulis. Serta keluarga besar yang tidak dapat di sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat penulis.

9. Rasa rindu, rasa bahagia berkat doa, semangat, kritikan, dan cinta yang di berikan Wanita terkasih Anis Amelia beserta Bpk. M.Nur dan Mamah Herni sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

10. Kakanda Mustafa Aqib Bintoro, Calon S.H., dan Rifky Alpiandi, S.H., sebagai sahabat dan sekaligus mentor penulis dalam menyelesaikain skripsi ini.

11. Terima kasih pun penulis ucapkan kepada sahabat yang telah penulis anggap sebagai keluarga sebenar-benarnya keluarga, pendamping berproses, mencari ilmu, tawa, canda, susah dan bahagia bersama, Waldan Mufathir, S.H., Fanny Fatwati P, S.H., Sri Andriyani, S.H., Juli Andreansyah, S.H., M. Iqbal Hidayatullah, S.H., Kakanda M. Caesal Regia, Mustafa Aqib Bintoro.

12. Seluruh keluarga besar Bentong Residence (BR), Ilyas Aghnini, Andrio, Idham Katiasan, Rudi Hartono, Dadan Gustiana, Kurnialif, Febyo Hartanto, Syawal Ritonga, Rifky Alpiandi, Nevo Amaba, Ian Nurdiansyah, Bara Muhammad, Muhammad Iqbal, Angga Ariyana terima kasih atas dukungan dan pengalaman yang telah diberikan selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13. Sahabat penulis Miftakhul Huda, Dimas Pandu Perdana, Amir Rahman, Jun Friend Lambok, Katariani, Bernard yang selalu memberikan masukan semangat dan mengingatkan penulis agar menyelesaikan skripsi.

(10)

x

15. Adinda Khairul Atma, Falah, Ryan, Musa, Raden, Uli, Bella, Hafidz, Aulia, Rahmi, Unuy, Amri, yang selalu memberi cerita dan canda tawa kepada penulis.

16. Seluruh keluarga besar KKN KHAMSA, Rifky Alpiandi, Hafizs Tamjidi, Rizka Maftuha, Rand Rasyid, Andhianty Nur P, Aini Soraya, Bayu Nanda Pratama, Nadya Intan P, Dicha Agustin, Shela Octaviani, Imam Subhan, Asep Azhari, Arif Dianuari, Deni Hidayat, Ali Bazdawi terima kasih atas dukungan dan pengalaman yang telah diberikan selama sebulan KKN di Pulau Harapan Kepulauan Seribu dan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

17. Muhammad Irpan, Maftuh Muh Nur, Abdul Gopur, Inyong, Ronni, ucok, Dani Seluruh keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum (HMI KOMFAKSY) Cabang Ciputat, yang telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman kepada penulis.

18. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu, semoga Allah SWT memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan mereka (Aamiin).

(11)

xi

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat menjadi referensi untuk adik-adik kelas dan bermanfaat untuk setiap pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Jakarta, 30 September 2016 M Penulis

(12)

xii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ……….. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………... 8

D. Tinjauan Kajian Terdahulu ………. 10

E. Kerangka Konseptual ……….. 11

F. Metode Penelitian ………... 13

G. Sistematika Penulisan ………. 17

BAB II ASPEK HUKUM KARTU KREDIT A. Sejarah Kartu Kredit... 19

B. Dasar Hukum Penggunaan Kartu Kredit di Indonesia ... 21

C. Hukum Perlindungan Konsumen/Nasabah Kartu Kredit ... 23

BAB III PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA ANTARA NY. NELLY DAN STANDARTD CHARTERED BANK CQ. SERVICE CARD CENTRE A. Deskripsi Kasus ... 30

B. Putusan Kasus Hakim ... 35

1. Putusan Hakim Pengadilan Negeri ... 35

2. Putusan Hakim Pengadilan Tinggi ... 36

(13)

xiii

BAB IV ANALISIS PUTUSAN NOMOR 464 K/Pdt/2012 DALAM PERKARA ANTARA NY. NELLY DAN STANDARTD CHARTERED BANK CQ. SERVICE CARD CENTRE

A. Pertimbangan Hakim atas Gugatan Perbuatan Melawan Hukum

Melawan Wanprestasi... 38

B. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen ... 44

C. Dampak Putusan MA Nomor 464 K/Pdt/2012 Terhadap Perlindungan Konsumen ... 52 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 54 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN ... 61

(14)
(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kartu kredit telah menjadi bagian gaya dan kebutuhan hidup sehari-hari

manusia modern. Bahkan telah menjadi minat masyarakat sejak pertama kali

digunakan tahun 1960-an di Indonesia, kini kartu kredit telah digunakan di

hampir seluruh merchant modern.

Menurut data yang hanya didapat sejak tahun 1990 jumlah kartu kredit

yang beredar di Indonesia sebanyak 300.000 lembar. Tujuh tahun kemudian

(1997), menurut catatan AKKI (Asosiasi Kartu Kredit Indonesia) jumlahnya

naik mencapai 1.800.000 (satu juta delapan ratus) lembar dengan perincian:

1.

Visa kurang lebih 1.000.000 lembar.

2.

MasterCard kurang lebih 700.000 lembar.

3.

Sisanya AMEX, JCB, Diners Club, dsb.

Volume transaksi juga meningkat tajam dari Rp 790.000.000.000 (tujuh

ratus sembilan puluh

miliar

rupiah)

di tahun 1990 menjadi Rp

7.600.000.000.000 triliun (tujuh triliun enam ratus milyar rupiah) pada tahun

1996. Tahun 2001 pemegang kartu kredit membengkak menjadi 3,4 juta

nasabah dengan total transaksi mencapai 50 juta transaksi. Setelah itu

melonjak melebihi 117 juta transaksi atau 216 transaksi kartu kredit setiap

(16)

hari. Maksud atau pengertian transaksi ini adalah dipergunakan untuk

berbelanja membayar ini dan itu dengan kartu kredit.

AKKI menjelaskan terjadinya peningkatan jumlah kartu kredit yang

beredar menjadi 8,7 juta lembar kartu per september 2007 dengan total nilai

kredit (derivatif) sebesar Rp 25,2 triliun. Di tahun 2010 menurut data Bank

Indonesia, jumlah transaksi kartu kredit sudah melebihi Rp 163,2 triliun

dengan kata lain naik 2,5 kali lipat dari tahun 2007 yang hanya mencapai Rp

72,6 triliun.

1

Kartu kredit merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh

suatu lembaga keuangan atau lembaga perbankan dan dapat digunakan untuk

berbagai macam transaksi keuangan. Kartu kredit merupakan alat pembayaran

pengganti uang tunai yang dapat digunakan oleh konsumen untuk ditukarkan

dengan barang dan jasa yang diinginkannya di tempat-tempat yang dapat

menerima pembayaran dengan menggunakan kartu kredit (merchant).

2

Pengertian kartu kredit dalam pasal 1 angka 4 Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 sebagaimana diubah dengan Peraturan

Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan

Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, yaitu :

1

“Pangsa Pasar Kartu Kredit di Indonesia”, diakses tanggal 12 September 2016 pada pukul 21.13 dari http://www.mafiakartukredit.com/2011/06/pangsa-pasar-kartu-kredit-di-indonesia.html

2

Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,ed.2,cet.2,(Yogyakarta:Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,2005),h.39

(17)

3

“Kartu Kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu

yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang

timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan

dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, dimana kewajiban pembayaran

pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan

pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran

tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus (charge card)

ataupun secara angsuran.”

Kartu kredit itu salah satu mode kartu plastik yang dijadikan alat

transaksi. Kartu kredit merupakan salah salah satu instrumen atau bagian dari

lembaga perbankan.

Lembaga perbankan merupakan salah satu sektor yang memiliki

peranan penting di berbagai bidang yang antara lain dalam aktifitas

masyarakat untuk kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan pribadi.

Semua hal tersebut dapat terpenuhi lewat jasa-jasa perbankan.

Jasa-jasa yang dilakukan oleh pihak bank menurut ketentuan

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang-Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan harus sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu berdasarkan pada

jenis banknya.

3

Berdasarkan pada penggolongan jenis bank maka menurut

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

tentang Perbankan, jasa-jasa yang dapat dilakukan oleh bank umum salah

3

Jenis-jenis bank terolong ke dalam 3 macam, yaitu bank umum, bank central, bank perkreditan rakyat

(18)

satunya adalah transfer atau pemindahan uang.

4

Kartu kredit juga merupakan

salah satu bentuk alat pembayaran yang terkait dengan jasa transfer atau

pemindahan uang.

Berdasarkan hal tersebut diatas, kartu kredit memberikan sarana kepada

para nasabah dapat melakukan berbagai transaksi dan dengan kartu kredit

tidak perlu harus datang dan antri di kantor/bank pemberi jasa. Nasabah cukup

datang di outlet – outlet yang tersebar hampir di tempat–tempat strategis

sehingga sangat memudahkan bagi para nasabah untuk menggunakan

fitur-fitur yang ditawarkan oleh bank pemberi jasa.

Fenomena diatas yang menjadi suatu ketertarikan masyarakat dalam

penggunaan kartu kredit. Dalam hal ini masyarakat merupakan pengguna atau

dalam istilah kegiatan perbankan, nasabah bank dapat dikatakan sebagai

konsumen. Konsumen didefinisikan sebagai “ setiap orang dan/atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat,..”.

Sementara konsumen dalam lembaga perbankan yang merupakan

nasabah bank dapat di bedakan sebagai kreditur (dalam hal penyimpanan uang

melalui tabungan atau deposito) atau sebagai debitur (dalam hal nasabah

melakukan pinjaman uang kepada bank). Tentunya hal ini memiliki

4

Sri Susilo dan Tim, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h.4

(19)

5

konsistensi dengan tata aturan sebagaimana yang di atur dalam pasal 1 angka

2 undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

5

Namun pada praktiknya terdapat masalah yang timbul akibat dari kartu

kredit yang dialami nasabah/konsumen, sehingga menimbulkan perlindungan

terhadap nasabah menjadi tidak jelas. Hal tersebut perlu menjadi perhatian

nasabah agar dapat lebih berhati-hati dalam menggunakannya.

Beberapa masalah itu timbul dari transaksi kartu kredit, yang biasanya

menimpa nasabah sehingga menimbulkan kerugian. Masalah tersebut seperti

tagihan terhadap transaksi yang tidak pernah dilakukan oleh pemilik kartu

kredit, perhitungan kredit limit atau saldo yang salah sehingga pemegang

kartu kredit membatalkan transaksi belanja, dan suku bunga yang tidak sesuai

saat perjanjian.

Suatu bentuk kasus yang dialami nasabah kartu kredit yang mencuat

sampai ke peradilan dengan permohonan Ny. Nelly kepada STANDART

CHARTERED BANK. Kasus ini bermula dari pemberian fasilitas kartu kredit

oleh STANDART CHARTERED BANK kepada Ny. Nelly yang ternyata

sama sekali tidak pernah mempergunakan dan mengaktifkan kartu tersebut.

Bahkan PIN yang diberikan/dikirim oleh STANDART CHARTERED BANK

dalam amplop tertutup kepada Ny. Nelly tersebut tidak pernah diaktifkan dan

atau diganti oleh Ny. Nelly, akan tetapi ternyata STANDART CHARTERED

5

Antonio, “Perlindungan Nasabah Perbankan”. Artikel diakses pada tanggal 1 Maret 2016, pukul 02.00 dari http://www.ka-lawoffices.com/articles/70.html

(20)

BANK secara sepihak telah menerbitkan Credit Card Statement Laporan

Keuangan Kartu Kredit Visa Gold No. 4511-9700-0341-1913. Atas laporan

tersebut sampai pada akhirnya Ny. Nelly masuk ke dalam daftar black list

(masuk dalam daftar hitam) di Bank Indonesia.

Kasus yang menghilangkan hak nasabah dalam putusan kasus diatas

tersebut mengingatkan kita terhadap lemahnya payung hukum serta

pemahaman hakim dalam mempertimbangkan letak kesalahan pihak bank

sendiri. Kasus ini merupakan kasus yang langka terjadi di bidang perdata

karena kasus yang umumnya terjadi adalah pemalsuan kartu kredit dan

pembobolan kartu kredit yang mana hal itu merupakan ranah pidana.

Melalui kasus ini, penulis ingin mengalisis mengenai konsistensi suatu

perundang - undangan yang mengatur mengenai electronic funds transfer agar

dapat lebih melindungi kepentingan nasabah dengan menetapkan aspek

standar sekuriti dan keamanan produk, standar perlindungan konsumen,

standar pengawasan dan penyelesaian sengketa. Baik yang menyangkut

tentang kedudukan, hak dan kewajiban nasabah selaku konsumen berdasarkan

Undang–Undang Perlindungan Konsumen maupun perundang-undangan

lainnya.

Berkaitan dengan hal-hal yang telah diuraikan tersebut, maka dari itu

penulis

tertarik

untuk

memilih

judul

“ANALISIS

PUTUSAN

MAHKAMAH

AGUNG

NOMOR.

464

K/Pdt/2012

DALAM

(21)

7

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka identifikasi masalah

dari penilitian ini ialah :

a. Apa saja bentuk dari jasa-jasa perbankan?

b. Bagaimana penggunaan kartu kredit dalam dunia perbankan di

Indonesia?

c. Permasalahan apa yang timbul dalam penggunaan kartu kredit?

d. Apa saja landasan hukum mengenai kartu kredit?

e. Bagaimana perlindungan hukum yang di peroleh oleh nasabah kartu

kredit?

f. Bagaimana pertimbangan putusan hakim dalam memutus perkara?

g. Dampak apa yang akan timbul dari putusan Hakim terhadap

perlindungan konsumen?

2. Pembatasan Masalah

Sesuai latar belakang yang di kemukakan di atas ruang lingkup

penulisan penelitian ini membahas tentang Analisis Putusan Mahkamah

Agung

Nomor. 464 K/Pdt/2012

dalam Perspektif

Perlindungan

Konsumen Kartu Kredit dan dimana analisis kasus mengacu pada putusan

Mahkamah Agung dikarenakan putusan Mahkamah Agung memiliki

kekuatan hukum yang mengikat (incracht van genuijde).

(22)

Putusan ini dibacakan tanggal 11 September 2012 dan merupakan

putusan paling akhir dalam upaya hukum biasa. Lagipula tidak ditemukan

upaya hukum lain, yakni pengajuan Peninjauan Kembali terhadap kasus

ini, maka dari itu penulis membahas mengenai putusan ini agar tidak

terlalu meluas sehingga menyebabkan ketidak jelasan pembahasan.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis

merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Apakah pertimbangan hakim dalam memutus perkara kasus Ny. Nelly

melawan

STANDART CHARTERED BANK

dalam putusan

Mahkamah Agung Nomor .464/K/Pdt/2012 sudah sesuai dengan

perundang–undangan yang berlaku?

b. Bagaimana konsep perlindungan hukum bagi pengguna kartu kredit

elektronik?

c. Apakah dampak yang terjadi atas putusan Mahkamah Agung Nomor

.464/K/Pdt/2012 terhadap perlindungan Konsumen?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan penulisan

Secara umum tujuan penulisan adalah untuk mendalami tentang

permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan

masalah. Secara khusus tujuan penulisan ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

(23)

9

a. Untuk mengetahui dasar hukum hakim dalam memutus perkara kasus

Ny. Nelly melawan STANDART CHARTERED BANK dalam

putusan Mahkamah Agung Nomor. 464/K/Pdt/2012 terkait regulasi

yang berlaku di Indonesia.

b. Untuk mengetahui kepastian undang-undang atau regulasi yang

mengatur mengenai keamanan mengenai transaksi EFT khususnya

kartu kredit.

c. Untuk mengetahui dampak terhadap perlindungan konsumen atas

putusan Mahkamah Agung Nomor. 464/K/Pdt/2012.

2. Manfaat penulisan

Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan dalam hukum bisnis dibidang Perlindungan Konsumen

atau yang lebih tepat pada kasus ini Nasabah, utamanya mengenai

segala aspek yang menyangkut perlindungan para pengguna Kartu

Kredit. Selain itu adanya tulisan ini dapat menambah perbendaharaan

koleksi karya ilmiah dengan memberikan kontribusi juga bagi

perkembangan hukum bisnis di Indonesia.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penulisan ini diharapkan dapat menjadi kerangka

acuan dan landasan bagi praktisi hukum, pengamat, mahasiswa ilmu

(24)

hukum, serta khalayak umum yang bergantungan dengan model

traksaksi pembayaran eletronik khususnya Kartu Kredit. Hal tersebut

dikarenakan banyak yang masih belum mengetahui perlindungan

dalam kasus ini dan harapan besar agar ini dapat memberi

pengetahuan bagi para pengguna kartu kredit.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penulisan skripsi ini untuk

menghindari kesamaan tema akan tetapi berbeda arah dan tujuan penulisan,

maka penulis akan menyertakan beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai

perbandingan tinjauan kajian materi yang akan dibahas, sebagai berikut :

Skripsi yang disusun oleh Mohammad Zen Wijanaka Universitas

Sebelas Maret Surakarta pada Tahun 2008 dengan judul Perlindungan Hukum

bagi Pemilik Kartu Kredit dalam Transaksi e-commerce. Skripsi ini mengacu

kepada upaya keselamatan serta perlindungan customer kartu kredit dalam

suatu transaksi e-commerce agar tersedia suatu pengamanan yang baik.

Selanjutnya skripsi yang disusun Melli Meilany Universitas Sumatera

Utara pada Tahun 2008 dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah

Bank Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen. Skripsi ini lebih mengacu kepada satu sisi

undang-undang tentang perlindungan konsumen dan aspek pertanggungjawaban bank

kepada nasabah.

(25)

11

fokus terhadap permasalahan mengenai adanya transaksi yang tidak pernah

dilakukan sebelumnya oleh pemilik kartu kredit namun yang terjadi adanya

pemberitahuan pihak bank mengenai tagihan kartu kredit tersebut dan

meninjau dari seluruh payung hukum yang berlaku di Indonesia tentang

perlindungan nasabah. Jadi terdapat perbedaan pembahasan dan masalah

mengenai uraian diatas dengan penelitian-penelitian yang sudah ada.

E. Kerangka Konseptual

Suatu kerangka konsepsi merupakan kerangka yang menggambarkan

hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin atau yang akan diteliti.

6

Untuk menghindari salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tentang

tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka ini menggambarkan

secara umum tentang pelaksanaan dan teori mengenai perlindungan hukum,

dan konsumen dalam perbankan.

1.

Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah perlindungan yang lahir dari suatu

ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat, yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat

tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota

6

(26)

masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap

mewakili kepentingan masyarakat.

7

2. Konsumen

Konsumen dalam masyarakat biasa dianggap sebagai orang yang

mengkonsumsi atau memanfaatkan suatu barang atau jasa. Pengertian

secara

harfiah

ialah

baik

tiap

orang

yang

memerlukan,

membelanjakan, atau menggunakan, pemakai atau pembutuh.

8

Pada dasarnya dalam kegiatan perbankan, nasabah bank dapat

dikatakan sebagai konsumen, menurut pasal 1 angka 2 undang-undang

No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen

didefinisikan sebagai “ setiap orang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat,..” Sementara konsumen sebagai nasabah bank dapat di

kategorikan kedalam 2 macam, yakni :

1. Konsumen sebagai kreditur (dalam hal penyimpanan uang melalui

tabungan atau deposito) dan,

2. Konsumen sebagai debitur (dalam hal nasabah melakukan

pinjaman kepada bank).

9

7

Lili RAsjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Remaja Rusdakarya, 1993), h.118.

8N.H.T. Siahaan, Hukum Konsumen.Perlindungan Konsumen ddan Tanggung Jawab Produk,

(Jakarta: Pana Rei, 2005), h.22

9

Antonio, “Perlindungan Nasabah Perbankan”. Artikel di akses pada tanggal 1 Maret 2016, pukul 02.00 dari http://www.ka-lawoffices.com/articles/70.html

(27)

13

3. Kartu Kredit

Kartu kredit merupakan alat pembayaran pengganti uang tunai

yang dapat digunakan oleh konsumen untuk ditukarkan dengan barang

dan jasa yang diinginkannya di tempat-tempat yang dapat menerima

pembayaran dengan menggunakan kartu kredit (merchant).

10

F. Metode Penelitian

Soerjono Soekanto mengatakan “ Penelitian hukum merupakan suatu

kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika tertentu yang

bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu

dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan

yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian

mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang

timbul di dalam gejala yang bersangkutan”.

11

Metode penelitian ini disistematiskan dalam suatu format sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam

penelitian ini, peneliti mengunakan metode jenis penelitian hukum

normatif (yuridis normatif).

Penelitian Hukum Normatif (yuridis normatif) merupakan suatu

penelitan hukum yang memposisikan hukum menjadi sebuah sistem

norma. Sistem norma yang dimaksud itu mengenai asas-asas, norma,

10

Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, h.39

11

(28)

kaidah dan peraturan perundang-undangan,

putusan pengadilan,

perjanjian, serta doktrin (ajaran).

12

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto & Sri Mamudji metode

penelitian hukum dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data

sekunder belaka

13

. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi

berbagai peratuan

perundang-undangan

yang berhubungan dengan

penelitian ini. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah deskriptif yaitu

tipe penelitian untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu

gejala atau fenomena, agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori

yang sudah ada, atau mencoba merumuskan teori baru.

2. Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan.

Pendekatan tersebut digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi dari

berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari

jawabannya. Pendekatan-pendakatan yang digunakan di dalam penelitian

hukum adalah pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan

kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach),

pendekatan komparatif

(comparative approach),

dan

pendekatan

12Fahmi Muhammad Ahmadi & Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga

Penelitian Hukum UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA,2010), h. 30

13

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h.13-14.

(29)

15

konseptual (conseptual approach).

14

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan

mengunakan metode pendekatan perundang-undangan (statute approach)

dan pendekatan

kasus

(case approach).

15

Pendekatan

perundang-undangan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen dan Undang-Undang lain yang mengacu terhadap

perlindungan konsumen. Sedangkan Pendekatan kasus digunakan dengan

cara menelaah suatu kasus yang telah menjadi putusan pengadilan

berkekuatan hukum tetap, dalam hal ini putusan Mahkamah Agung

Nomor. 464 K/Pdt/2012

. Dalam menggunakan pendekatan kasus yang

perlu dipahami oleh peneliti adalah racio deciend, yaitu alasan-alasan

hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai pada putusannya.

16

3. Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data

Berdasarkan jenis penelitian tersebut diatas, maka data yang

dikumpulkan berasal dari data sekunder. Data sekunder yang

dimaksudkan antara lain meliputi bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, bahan hukum tersier.

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer diperoleh dari Undang-Undang Nomor 8

14Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2007), h.93.

15 Johnny Ibrahim,Teori,meode,dan penelitian Hukum Normatif, (Malang: bayumedia

publishing, 2007), h.300

16

(30)

Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan perundang-undangan

lainnya terkait aturan yang melindungi konsumen agar

bertujuan

untuk melengkapi dan mendukung data-data ini, agar penelitian

menjadi lebih sempurna.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder diperoleh dengan menggunakan

penelitian kepustakaan (library research) yang diperoleh dari berbagai

literatur yang terdiri dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku, dan

hasil

penelitian

yang

mempunyai

hubungan

erat

terhadap

permasalahan yang diteliti.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan

petunjuk dan juga penjelasan terhadap data primer dan data sekunder

seperti Kamus Besar Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, dan Kamus

Hukum.

4. Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui penelitian kepustakaan (library research) yakni upaya untuk

memperoleh data dari literatur kepustakaan, peraturan

perundang-undangan dan sumber lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

Metode yang digunakan dalam menganalisis data-data yang

terkumpul adalah analisis yuridis. Maksud dari penggunaan metode

(31)

17

tersebut adalah memberikan gambaran terhadap permasalahan yang ada

berdasarkan pendekatan yuridis normatif.

5. Teknik Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode

penulisan sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku

Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk mempermudah

penjabaran dan pemahaman tentang permasalahan yang dikaji serta untuk

memberikan gambaran garis besar mengenai tiap-tiap bab sebagai berikut:

BAB I

Pendahuluan

Pada bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Batasan

dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan

(Riview) Kajian Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metodologi

Penelitian,

Sistematika

Penulisan

yang

berkenaan

dengan

permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

BAB II

Aspek Hukum Kartu Kredit

Membahas mengenai sejarah kartu kredit, aturan hukum yang berlaku

di Indonesia terkait kartu kredit, dan melihat aspek tentang hukum

perlindungan konsumen kartu kredit.

(32)

BAB III Deskripsi Kasus NELLY MELAWAN STANDART CHARTERED

BANK CQ. SERVICE CARDS CENTRE

Membahas mengenai kasus tentang sengketa nasabah pengguna kartu

kredit terhadap penyedia jasa kartu kredit, penjelasan kasus, putusan

kasus.

BAB IV Analisis Kasus

Membahas

mengenai

analisis pertimbangan putusan hakim

Mahkamah Agung Nomor. 464/K/Pdt/2012, ketentuan payung hukum

mengenai perlindungan nasabah dan.dampak putusan terhadap

perlindungan konsumen.

BAB V

Penutup

(33)

19

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

BUKU:

Ibrahim, Johnny, Teori,metode,dan penelitian Hukum Normatif,(Malang:

bayu media publishing, 2007)

Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung,

Remaja Rusdakarya, 1993)

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2007.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 2010.

Soekanto, Soerjono.,& Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif (Suatu

Tinjauan Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001)

Siahaan, N.H.T., Hukum Konsumen.Perlindungan Konsumen dan Tanggung

Jawab Produk, (Jakarta: Pana Rei, 2005)

Sri Susilo dan Tim, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba

Empat, 2000)

Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,ed.2,cet.2,

(Yogyakarta:Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

YKPN,2005)

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

(34)

INTERNET

Antonio,

Perlindungan Nasabah Perbankan”. Artikel di akses pada tanggal 1

Maret 2016, pukul 02.00 dari

http://www.ka-lawoffices.com/articles/70.html

“Pangsa Pasar Kartu Kredit di Indonesia”, diakses tanggal 12 September 2016

pada pukul 21.13 dari

http://www.mafiakartukredit.com/2011/06/pangsa-pasar-kartu-kredit-di-indonesia.html

(35)

19 BAB II

ASPEK HUKUM KARTU KREDIT A. Sejarah Kartu Kredit

Kartu kredit memiliki pengertian merupakan kartu yang dapat dijadikan alat pembayaran traksaksi jual beli barang dan jasa dengan sistem pembayaran dilakukan oleh pemegang kartu untuk melunasi penagihan baik secara langsung ataupun secara angsuran sesuai dengan waktu jatuh temponya.1

Model konsep awal mula penggunaan kartu kredit bermula setelah perang dunia ke II. Pada saat proses perdagangan antar negara berada dalam kemajuan, terutama Amerika dan Eropa. Bersamaan dengan hal tersebut kemajuan juga di ikuti dalam dunia perbankan, karena Perbankan merupakan salah satu sarana penyedia fasilitas modal.

Dalam perbankan juga terdapat model lain alat pembayaran selain penggunaan uang tunai. Demi memperlancar arus perdangan tersebut, perbankan juga menyediakan model lain di antaranya ialah pengunaan cek yang dirasa lebih aman dan praktis.

Seiring waktu berjalan, ternyata mulai muncul ketidaknyamanan serta kekhawatiran pedagang - pedagang di Negara Amerika dan Eropa dalam menggunakan alat pembayaran dengan uang tunai dan cek, disebabkan timbul karena adanya manipulasi cek kosong. Mengenai

1

Djoni S Gozali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), h. 424

(36)

kasus tersebut pengusaha bank mulai memunculkan terobosan-terobosan baru yang lebih praktis tentang model alat pembayaran yaitu kartu kredit

Pembayaran dengan menggunakan kartu kredit mulai dikenal pada awal tahun 1920-an di Amerika Serikat dimana pada saat itu kartu kredit hanya dapat dipergunakan untuk berbelanja di toko yang menerbitkan kartu kredit tersebut. Penerbitan kartu semacam ini tidak lepas dari adanya persaingan dagang antara pengusaha. Para pengusaha tersebut berusaha menarik minat pelanggannya dengan menerbitkan kartu yang memberikan fasilitas-fasilitas tertentu bagi pemegangnya. Fasilitas tersebut berupa kemudahan-kemudahan dalam berbelanja misalnya pembayaran yang dapat dilakukan kemudian atas barang yang telah dibeli.

Semakin lama kartu langganan tersebut semakin diminati. Sejak itu, kartu plastik ini pun mulai digunakan sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai. Penerbitan kartu plastik ini sebagai kartu kredit pertama kali dilakukan oleh Flatbush National Bank Of Brooklyn di New

York (Amerika Serikat) pada tahun 1946, diikuti kemudian oleh The Dinners Club Inc pada tahun 1950 dan kemudian oleh American Express Company dan Bank of America Overseas Bank pada tahun 1958. Kartu

kredit yang diterbitkan oleh Bank of American Overseas dikenal dengan istilah Bank Americard yang kemudian berubah nama menjadi Visa pada tahun 1976. Sedangkan MasterCard muncul kemudian pada tahun 1966.

(37)

21

Dari benua Amerika, kartu kredit berkembang pula sampai ke Inggris dan benua Eropa lain, yaitu yang dikeluarkan oleh Euro Cheque dan oleh Chargex. Di Eropa pun pasaran pasaran kartu kredit cukup menonjol disamping alat pembayaran lain seperti cek.

Sampai pada akhirnya perkembangan kartu kredit sampai ke Asia terutama di Jepang dengan dikeluarkannya kartu kredit oleh bank Sumitomo. Tidak kalah pula, di Indonesia sejak tahun 1964 Hotel Indonesia sudah menerima pembayaran dengan kartu kredit, tetapi baru terlihat menonjol penggunaan kartu kredit ini pada tahun 1970 – an.

American Express dan Dinners Club merupakan penerbit kartu kredit yang pertama kali muncul di Indonesia.Sedangkan bank nasional pertama yang menerbitkan kartu kredit adalah Bank BCA, namun kartu ini hanya dapat digunakan oleh nasabah BCA saja (bersifat internal). Bank nasional yang pertama kali menerbitkan kartu kredit bekerja sama dengan Internasional adalah Bank Duta.2

B. Dasar Hukum Penggunaan Kartu Kredit di Indonesia

Aturan kartu kredit perlu diatur dalam penggunaanya, harus ada payung hukum yang mewadahi keabsahanya. Kegiatan penerbitan dan penggunaan kartu kredit di Indonesia didasarkan pada beberapa ketentuan aturan yang telah diatur sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

2

D.Silfia, “Kartu Kredit Sebagai Alat Pembayaran”. di akses tanggal 28 Juli 2016 pada pukul 10.47 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17606/3/Chapter%20II.pdf, di akses tanggal 28 Juli 2016 pada pukul 10.47

(38)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Nasional. Penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu kredit didasarkan pada ketentuan Pasal 6 huruf 1 UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Pasal 6 huruf 1 Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa usaha kartu kredit merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh bank. Dengan demikian, Undang-Undang Perbankan dapat dijadikan dasar penyelenggaraan usaha kartu kredit sebagai alat pembayaran oleh bank. Namun, Undang-Undang Perbankan tidak mengatur secara lebih rinci mengenai penerbitan dan penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran.

2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan (Perpres No. 9 Tahun 2009).

Pasal 3 Perpres No. 9 Tahun 2009 menyebutkan bahwa salah satu kegiatan usaha perusahaan pembiayaan adalah usaha kartu kredit

(credit card). Sementara dalam Pasal 1 angka 8 disebutkan bahwa

yang dimaksud dengan usaha kartu kredit adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit.

3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan

(39)

23

Kartu yang diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012.

Peraturan Bank Indonesia Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (PBI APMK) merupakan peraturan dari Bank Indonesia yang mengatur secara khusus mengenai penyelenggaraan kegiatan pembayaran dengan menggunakan kartu kredit. Di dalam PBI APMK ini diatur mengenai proses pengajuan ijin oleh Bank dan Lembaga selain bank untuk menjadi prinsipal, penerbit, maupun sebagai acquirer. Selain itu PBI APMK ini juga mengatur mengenai penyelenggaraan dan penghentian kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan tersebut.

C. Hukum Perlindungan Konsumen/Nasabah Kartu Kredit

Az. Nasution berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen.3

Perlindungan hak konsumen, baik diakui dan tidak diakui sebagai hak asasi manusia dituangkan dalam Undang-Undang dan bentuk peraturan lainnya dalam suatu negara termasuk di Indonesia. Tonggak sejarah penting di Indonesia adalah pada tahun 1999 melalui pembentukan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

3 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia edisi Revisi 2006, (Jakarta:

(40)

Konsumen4. Perlindungan konsumen atau nasabah didasari oleh berbagai ketetentuan yang di atur sebagai berikut :

1. Perlindungan hukum didasarkan sesuai dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen khususnya dalam Pasal 4 huruf a.

Dalam Pasal 4 huruf a Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/jasa”.

Untuk menyelesaikan sengketa terhadap nasabah pemegang kartu kredit diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yaitu Pasal 19 ayat (1) dan (2)–pasal 28. Dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2) disebutkan :

(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerugian, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau serta nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada ketentuan Pasal 23

dinyatakan: “pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi

4Inosentius Samsul. “Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan”. Artikel di akses pada

tanggal 22 Pebruari 2016 pada Pukul 11.40 dari http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/jurnal_kepakaran/Negara%20Hukum-5-1-Juni-2014.pdf

(41)

25

tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntunan kosumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atau mengajukan ke Badan Peradilan di tempat kedudukan konsumen.

Lahirnya UUPK diharapkan menjadi payung hukum (umbrella act) di bidang konsumen dengan tidak menutup kemungkinan terbentuknya peraturan perundang-undangan lain yang materinya memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 telah mengatur tentang Pengawasan dan Perlindungan terhadap Nasabah (konsumen) Bank. Pasal 29 ayat (1) menentukan bahwa pembinaan dan pengawasan Bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Selanjutnya untuk memberikan jaminan perlindungan hukum kepada nasabah (konsumen) Bank, Pasal 29 ayat (4) mengatur bahwa untuk kepentingan nasabah, Bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui Bank. Berkaitan dengan tugas pengawasan dari Bank Indonesia, Pasal 31 Undang-Undang Perbankan menentukan bahwa Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap Bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan

(42)

3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20121Nomor 11, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5275), perlu untuk melakukan perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 11, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5275), melakukan perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu serta terdapat prinsip perlindungan nasabah dalam ketentuan Butir VII.A yang telah diubah.

4. Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 tentang perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 10 DKSP, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5498) pada tanggal 21 Januari 2014, atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/16/DKSP perihal Tata Cara Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran. Peraturan Bank Indonesia (PBI) ini diterbitkan dalam rangka melengkapi pengaturan mengenai perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran yang saat ini tersebar dalam beberapa ketentuan Bank Indonesia agar lebih mencerminkan prinsip-prinsip

(43)

27

perlindungan konsumen.

5. Melalui Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan sehingga berkedudukan sebagai lembaga Negara yang telah dijamin kedudukannya secara hukum. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/PJOK.07/2013 tentang perlindungan konsumen sektor jasa keuangan.

Dalam pasal 1 ayat 3 ini di jelaskan Perlindungan Konsumen adalah perlindungan terhadap Konsumen dengan cakupan perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan. Dalam hal perlindungan konsumen secara umum, Otoritas Jasa Keuangan membentuk Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/PJOK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Perlindungan konsumen sektor Jasa Keuangan menerapkan prinsip transparansi, perlakuan yang adil, keandalan, kerahasiaan dan keamanan data/informasi konsumen, penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa konsumen secara sederhana, cepat dan biaya terjangkau.5

Pengaturan terkait perlindungan konsumen sektor jasa keuangan (perbankan) pada pokoknya mengatur mengenai jaminan perlindungan atas hak konsumen, larangan bagi Bank dan penyelesaian sengketa konsumen. Jaminan atas hak konsumen yang dilindungi dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

5

Lihat pasal 2 Peraturan OJK No. 1 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

(44)

1/PJOK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, antara lain:

a. Hak atas Informasi (pasal 5-8 dan pasal 10-12) b. Hak atas perlakuan yang adil (pasal 15 dan pasal 24) c. Hak untuk memilih produk dan layanan (pasal 18 ayat 2) d. Hak atas edukasi (pasal 9)

e. Hak atas ganti kerugian (pasal 29)

f. Hak untuk mengajukan keberatan dan complain atas produk (pasal 40)

Adapun larangan bagi bank dalam rangka perlindungan konsumen, antara lain:

a. Larangan pemasaran produk yang menjebak/menyesatkan (pasal 18 ayat 1)

b. Larangan pemasaran produk secara memaksa (pasal 18 ayat 2) c. Larangan pemasaran menggunakan sarana komunikasi pribadi

(pasal 19)

d. Larangan penggunaan klausul baku yang dilarang (pasal 22) e. Larangan penyebaran data pribadi nasabah kepada pihak ketiga

(pasal 31)

f. Larangan pengenaan biaya atas keluhan konsumen (pasal 33) Dalam hal penyelesaian sengketa konsumen, diatur dalam pasal 40-46 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/PJOK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, dimana

(45)

29

dalam hal ini Otorita Jasa Keuangan bertindak sebagai mediator yang mempertemukan para pihak (bank dan konsumen) untuk mendapatkan kesepakatan para pihak yang bersengketa dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) hari.

(46)

30 A. Deskripsi Kasus

Pada posisi ini kasus yang menjadi permasalahan ialah tagihan transaksi yang tidak dilakukan oleh pemilik kartu kredit. Para pihak yang berada dalam kasus ini yaitu Ny. Nelly yang kemudian disebut sebagai Penggugat/Pembanding serta Pemohon Kasasi, Ny. Nelly merupakan nasabah pengguna kartu kredit melawan STANDART CHARTERED BANK yang

selanjutnya disebut sebagai Tergugat/Terbanding serta Termohon Kasasi.

Standart Chartered Bank merupakan Bank Internasional yang berpusat di

London ( Inggris ) dan mempunyai cabang di seluruh dunia termasuk di Indonesia, Standart Charetered Bank ini pula sebagai penyedia jasa penggunaan fasilitas kartu kredit untuk kebutuhan alat transaksi.

Kasus ini terjadi pada kantor cabang yang berada di kota Medan, bermula dari pemberian fasilitas kartu kredit yang diberikan STANDART CHARTERED BANK kepada Ny. Nelly, setelah pemberian kartu tersebut ternyata terdapat suatu kejanggalan mengenai tagihan yang tidak sesuai dengan transaksinya sampai akhirnya Ny. Nelly menggugat pihak penyedia jasa kartu kredit STANDART CHARTERED BANK.

Penggugat pernah diberi fasilitas kartu kredit oleh Tergugat sekitar bulan Mei 2005 dengan kartu kredit Visa Gold Nomor 4511 9700 03411913 (yang kemudian diganti dengan Nomor 4511-9700-0030-6447), Sejak

(47)

31

menerima kartu kredit tersebut Penggugat sama sekali belum pernah mempergunakan kartu kredit pemberian Tergugat baik Nomor :4511 9700 0341 1913 ataupun Nomor : 4511-9700-0030-6447 sampai sekarang ini, mengenai PIN yang diberikan/dikirim oleh Tergugat dalam amplop kepada Penggugat tersebut tidak pernah diaktifkan dan atau diganti oleh Penggugat, sehingga yang lebih mengetahui atau yang secara pasti mengetahui PIN yang bersifat rahasia milik Penggugat hanyalah pihak intern Tergugat, sebab seluruh data/dokumen yang mendukung untuk diterbitkan kartu kredit tersebut seperti aplikasi data-data Penggugat dan surat pemberitahuan Nomor PIN hanya Penggugat dan Tergugat yang mengetahui kerahasiannya, sehingga hanya Tergugatlah yang mengetahui data-data rahasia tersebut;

Meskipun Penggugat tidak pernah menggunakan kartu kredit tersebut, Tergugat secara sepihak telah menerbitkan Credit Card Statement Laporan Keuangan Kartu Kredit Visa Gold No. 4511-9700-0341-1913 atas nama Penggugat sebesar Rp5.295.902,- (lima juta dua ratus sembilan puluh lima ribu sembilan ratus dua rupiah) bertanggal 5 Juni 2005;

Pada hal lain, ternyata Tergugat dengan diam-diam melaporkan Penggugat secara melawan hukum kepada Bank Indonesia tentang penunggakan pembayaran kredit atas fasilitas kartu kredit Visa Gold Nomor 4511-9700-0341-1913. Laporan tersebut seakan merupakan tanggung jawab Penggugat untuk melunasinya, sedangkan menurut fakta-fakta hukum di atas Penggugat tidak pernah sama sekali menggunakan karrtu kredit tersebut.

(48)

Adanya laporan Tergugat kepada Bank Indonesia yang tidak mengandung kebenaran tersebut akhirnya mengakibatkan nama Penggugat menjadi Black List (masuk dalam daftar hitam) di Bank Indonesia. Sehingga jelas atas tindakan Tergugat yang tidak professional sesuai dengan fakta hukum dan uraian diatas bahwa hal tersebut dapat di kategorikan sebagai perbuatan melawan hukum (onrecht matigedaad) serta melakukan perbuatan yang bertentangan dan melanggar Undang–Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 . Atas sikap dan tindakan Tergugat tersebut Akhirnya telah menimbulkan kerugian moril dan materiil.

Melihat gugatan tersebut Tergugat (Standard Chartered Bank) melakukan pengajuan gugatan rekonvensi kepada Penggugat (Ny. Nelly), mengenai gugatan rekonvensi tersebut mengajukan bahwa Ny. Nelly tidak melakukan pembayaran atas tagihan kartu kredit merupakan perbuatan ingkar janji/wanprestasi. Sebagaimana bukti tagihan :

No. Tgl Laporan Keuangan Tgl Jatuh Tempo Jumlah Tagihan

1. 5 Mei 2005 20 Mei 2005

31.000,-2. 20 Juni 2005 5 Juni 2005

5.295.902,-3. 4 Juli 2005 IMMEDIATE

(49)

5.851.918,-33

1. Tagihan bulan Mei 2005

2. Tagihan bulan Juni 2005

No. Tanggal Transaksi Tempat Transaksi Jumlah (Rp)

1. 24 Mei 2005 00565/KK SUN

PLAZA

1.000.000,-2. 24 Mei 2005 BLOCK BUSTER

MOVIE

61.600,-3. 24 Mei 2005 CASH ADVANCE

FEE

40.000,-4. 26 Mei 2005 02290/MDN.PLAZA LIPPO BANK

500.000,-5. 26 Mei 2005 CASH ANVANCE

FEE

34.000,-6. 26 Mei 2005 00226/KCP SUTOMO

1.000.000,-7. 26 Mei 2005 CASH ADVANCE

FEE

40.000,-8. 26 Mei 2005 00226/KCP SUTOMO

1.000.000,-9. 26 Mei 2005 CASH ADVANCE

FEE

40.000,-10. 26 Mei 2005 CR. GUARDS INS 05/2

1,-No Tanggal Transaksi Tempat Transaksi Jumlah (Rp)

1. 27 April 2005 CR.GUARDS INS 04/2

(50)

31.000,-11. 29 Mei 2005 ARCHA PHOTO

721.000,-12. 31 Mei 2005 SUZUYA

171.000,-13. 31 Mei 2005 CAREFOUR MEDAN

436.595,-14. 3 Juni 2005 INTEREST

49.931,-TOTAL

5.295.902,-\

3. Tagihan bulan Juli 2005

No. Tanggal Transaksi Transaksi Jumlah (Rp)

1. PREVIOUS BALANCE 5.295.902,-2. 13 Juni 2005 CARD REPLACEMENT FEE

25.000,-3. 13 Juni 2005 LATE CHARGES FEE

25.000,-4. 13 Juni 2005 INTEREST

156.398,-TOTAL

5.502.300,-4. Tagihan bulan Agustus 2005

No. Tanggal Transaksi Transaksi Jumlah (Rp)

1. PREVIOUS

BALANCE

5.502.300,-2. 18 Juli 2006 SALES SLIP

RETRIEVAL FEE

(51)

100.000,-35

3. 22 Juli 2006 LATE CHARGES

26.000,-4. 26 Juli 2006 CR. GUARDS INS 07/2

35.000,-5. 04 Agustus 2006 INTEREST I

186.857,-TOTAL

5.851.981,-Dalam konpensi gugatan mengenai perbuatan melawan hukum ini berdasarkan KUHPerdata pasal 1365 dan gugatan rekonvensi mengenai ingkar janji/wanprestasi berdasarkan KUHPerdata pasal 1238. Perihal kasus tersebut hakim telah memberikan putusan untuk menegakkan kebenaran sesuai dengan hukum yang berlaku.

B. Putusan Kasus

1. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Medan

Dalam gugatan tersebut Pengadilan Negeri Medan telah mengambil putusan, yaitu putusan No. 180/Pdt.G/2008/PN.Mdn. tanggal 29Januari 2009 yang amarnya sebagai berikut :

Dalam Konpensi : Dalam Eksepsi:

• Menolak eksepsi Tergugat;

Dalam Pokok Perkara:

• Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

Dalam Rekonvensi: Dalam Eksepsi:

(52)

• .Menolak eksepsi Tergugat;

Dalam Pokok Perkara:

• Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebahagian;

• Menyatakan Tergugat telah melakukan ingkar janji/wanprestasi

karena tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar tagihan Kartu Kredit Nomor: 4511970003411913 dan Nomor: 4511970000306447 kepada Penggugat berupa hutang Rp5.851.918,- bunga Rp5.266.726,- dan denda Rp 9.990.072,-;

• Menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya; Dalam Konvensi

Dan Rekonvensi:

• Membebankan kepada Penggugat Konvensi/Tergugat

Rekonvensi untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 79.000,-(tujuh puluh Sembilan ribu rupiah);

2. Putusan Hakim Pengadilan Tinggi Medan

Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Penggugat/Pembanding putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Sumatera Utara di Medan dengan putusan No. 446/PDT/2009/PT.MDN, tanggal 8 Juli 2010;

3. Putusan Hakim Mahkamah Agung

Dalam putusannya hakim Mahkamah Agung memutuskan dengan Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: NELLY, tersebut;

(53)

37

Menghukum Pemohon Kasasi/Tergugat I untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) ;

Demikian putusan ini diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Jum,at tanggal 7 September 2012 oleh H. Suwardi, SH.,MH.. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. Nurul Elmiyah, SH.,MH. dan Drs. H. Mukhtar Zamzami, SH.,MH.

(54)

38

BANK CQ. SERVICE CARDS CENTRE

A. Gugatan Perbuatan Melawan Hukum melawan Rekonvensi Wanprestasi Dalam sengketa perdata pada putusan Mahkamah Agung Nomor 464 K/Pdt/2012 merupakan kasus yang terjadi antara Ny. Nelly sebagai nasabah pengguna kartu kredit Standart Chartered Bank yang mana disebut sebagai Penggugat melawan Standart Chartered Bank sebagai Tergugat, Standart

Chartered Bank merupakan Bank Internasional yang berpusat di London (Inggris) dan mempunyai cabang di seluruh dunia termasuk di Indonesia, Standart Charetered Bank ini pula sebagai penyedia jasa penggunaan fasilitas kartu kredit untuk kebutuhan alat transaksi.

Pada dasarnya berawal dari gugatan perdata yang di ajukan oleh Ny. Nelly ke Pengadilan Negeri Medan terhadap Standart Chartered Bank. Penggugat menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum dalam penagihan traksaksi kartu kredit yang tidak dilakukan oleh Penggugat.

Terdapat dalil yang digunakan penggugat untuk menekankan bahwa tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum, yaitu adanya laporan Tergugat kepada Bank Indonesia yang tidak mengandung kebenaran tersebut akhirnya mengakibatkan nama Penggugat menjadi diblack list (masuk dalam daftar hitam) di Bank Indonesia. Sehingga jelas atas tindakan Tergugat yang

(55)

39

tidak professional sesuai dengan fakta hukum. Atas sikap dan tindakan Tergugat tersebut Akhirnya telah menimbulkan kerugian moril dan materiil. Sedangkan dalam gugatan rekonvensi yang di ajukan oleh Standart Chartered Bank kepada Ny. Nelly mengenai perbuatan ingkar janji (wanprestasi) yang megakibatkan Standart Chartered Bank kerugian materiil dan immaterial.

Pada prinsipnya, gugatan secara keperdataan dapat dibagi kedalam 2 (dua) macam, yakni gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) dan gugatan wanprestasi. Gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) didasarkan kepada rumusan pasal 1365 KUH Perdata, “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian

tersebut”.

Dalam sejarahnya, kemudian Perbuatan Melawan Hukum yang dimaksud dalam pasal 1365 KUHPerdata telah diperluas pengertiannya dan tidak hanya terbatas kepada pelanggaran atas ketentuan undang-undang saja, melainkan menjadi membuat sesuatu dan/atau tidak membuat sesuatu yang:1 1. Melanggar hak orang lain

2. Bertentangan dengan kewajiban hukum dari yang melakukan perbuatan tersebut

3. Bertentangan dengan kesusilaan, maupun asas-asas pergaulan kemasyarakatan mengenai kehormatan orang lain atau barang orang lain.

1

E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet. VI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1961), h. 17

(56)

Menurut Rosa Agustina, suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum manakala memenuhi persyaratan sebagai berikut:2 1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku

2. Bertentangan dengan hak subjektif orang lain 3. Bertentangan dengan kesusilaan

4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian

Teori tersebut sangat erat kaitannya dengan konsep Perbuatan Melawan Hukum (PMH) dalam hukum perdata. Dimana, setiap orang yang melanggar nilai kesusilaan dan kepatutan, tidak hanya bertanggung jawab secara pidana. Namun wajib bertanggung jawab pula atas kerugian yang diderita orang lain akibat perbuatan yang dilakukan.

Gugatan wanprestasi sendiri pada pokoknya ialah gugatan yang diajukan atas pelanggaran yang dilakukan seseorang atas perjanjian yang dilakukan. Wanprestasi didasarkan kepada rumusan pasal 1266 KUH

Perdata, “Syarat batal diangap selalu dicantumkan dalam perjanjian yang

bertimbal balik, mana kala salah satu piha tidak memenuhi kewajibannya atau wanprestasi”.

Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) yang di lakukan seseorang dapat berupa empat macam :

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak seperti yang dijanjikan 3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat

2

(57)

41

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjiantidak boleh dilakukannya Hukuman atau akibat yang tidak mengenakan bagi seseorang (debitur) yang lalai, anatara lain :

1. Membayar kerugian yang di derita oleh kreditur atau dengan kata lain di namakan ganti rugi

2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecah perjanjian 3. Peralihan risiko

4. Membayar biaya perkara jika sampai dioerkarakan ke depan pengadilan3 Mengingat gugatan yang diajukan oleh penggugat melalui Pengadilan Negeri Medan, Hakim telah memutuskan yaitu putusan Nomor 180/Pdt.G/2008/PN.Mdn tanggal 29 Januari 2009. Amar putusan Hakim Pengadilan Negeri Medan menyatakan bahwa gugatan yang diajukan penggugat tidak berdasar dan menolak gugatan penggugat serta menjatuhkan putusan terhadap Penggugat telah melakukan ingkar janji/wanpretasi karena tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar tagihan Kartu Kredit Nomor: 4511970003411913 dan Nomor: 4511970000306447 kepada Penggugat berupa hutang Rp5.851.918,- (lima juta delapan ratus lima puluh satu ribu Sembilan ratus depalan belas rupiah) bunga Rp5.266.726,- (lima juta dua ratus enam puluh enam ribu tujuh ratus dua puluh enam rupiah) dan denda Rp 9.990.072,- (sembilan juta sembilan ratus sembilan puluh ribu tujuh puluh dua rupiah) serta membayar biaya perkara sebesar Rp 79.000,- (tujuh puluh sembilan ribu rupiah).

3

(58)

Adanya putusan Pengadilan Negeri Medan yang memberatkan Ny. Nelly Sebagai Penggugat akhirnya Penggugat mengutarakan keberatannya pula dengan mengajukan permohonan banding. Dalam putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 446/PDT/2009/PT.MDN juga telah sama menguatkan putusan Pengadilan Negeri Medan tersebut.

Pada sampai akhirnya Ny. Nelly sebagai Penggugat/Pembanding mengajukan permohonan kasasi di Mahkamah Agung pada tanggal 16 Agustus 2011 sebagaimana tertuang dalam Akte Permohonan Kasasi No. 102/Pdt/Kasasi/2011/PN.MDN yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Medan. Atas permohonan kasasi tersebut Mahkamah Agung memutuskan dengan pertimbangan Judex Facti/Pengadilan Tinggi yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri tidak salah menerapkan hukum, bahwa Penggugat tidak dapat membuktikan kartu kreditnya telah dipergunakan orang lain, oleh karena itu beban tagihan sebesar Rp5.851.918,- (lima juta delapan ratus lima puluh satu ribu Sembilan ratus depalan belas rupiah) merupakan hutang Penggugat.

Terkait dengan kasus tersebut diatas, apakah putusan hakim menolak gugatan perbuatan melawan hukum penggugat dan mengabulkan rekonvensi wanprestasi tergugat dapat di benarkan secara hukum atau tidak. Berdasarkan pasal 6 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 menyatakan Pelapor wajib menyampaikan Laporan Debitur kepada Bank Indonesia secara lengkap, akurat, terkini, utuh, dan tepat waktu, setiap bulan untuk posisi akhir bulan.

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan wawasan umum desain interior kepada mahasiswa menyangkut peranan desain di dalam meningkatkan mutu interior baik didalam kerangka memecahkan persoalan kinerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat hubungan positif tingkat kesadaran pengemudi terhadap kualitas emisi kendaraan dinas di Kabupaten Sleman dibuktikan

Ketika responden memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan harapan responden (siswa), maka mereka mempertimbangkan berbagai faktor yang terdapat dalam komponen

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 tingkat konsep diri berada pada kategori sedang dengan prosentase 68% sebanyak 34 anak asuh; 2 tingkat dukungan sosial berada pada kategori

Penilaian responden yang banyak memilih jawaban sangat baik menunjukkan bahwa pegawai negeri Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya puas dengan penghitungan beban kerja

Dalam hal tanggapan atas substansi surat sebagaimana dimaksud pada huruf a dianggap perlu dibahas melalui proses pengambilan keputusan (forum/rapat TKPRD),

pembebanan terhadap jaminan fidusia adalah menjadi mutlak dilakukan dalam bentuk akte notaris dan terdaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia diberikan kepada

oleh orang lain karena pekerjaannya serabutan. Aku ingin suamiku bekerja yang layak misalnya perusahaan atau yang sejenis”. Kemudian konselor melanjutkan konfrontasi agar