BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK TENTANG SANKSI
D. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Gresik Terhadap Sanksi Aborsi Yang
Dalam memberikan putusan, hakim harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan hukum yang digunakan. Pertimbangan hakim sesuai dengan pasal 346 ayat (1) jo 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gresik yang Mmeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan :
1. Terdakwa ADE NERISSA ARVIANA terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ turut serta melakukan perbuatan menggugurkan atau mematikan kendungannya”. 2. Menjatuhkan pidana oleh karenanya itu kepada terdakwa ADE
NERISSA ARVIANA, dengan pidana berupa tindakan pidana berupa tindakan agar dikembalikan kepada orang tuanya.
3. Memerintahkan barang bukti berupa :
1 ( satu ) buah selendang warna coklat kopi susu
1 ( satu ) buah perlak plastic motif kotak-kotak warna hijau biru
1 ( satu ) buah selimut warna merah motif kembang
2 ( dua ) potong kain sprei warna hijau motif batik
1 ( satu ) buah timba warna hitam
1 ( satu ) buah rampen warna hitam keabu-abuan
1 ( satu ) buah gelas
1 ( satu ) buah cowek
1 ( satu )buah hulek-hulek terbuat dari kayu
2 ( dua ) buah pil warna putih terdapat logo tambah dan ular ditengah pil
Dirampas untuk dimusnahkan ;
1 ( satu ) potong baju jubah kaos abu-abu motif garis warna kuning
1 ( satu ) potong jilbab warna abu-abu Dikembalikan kepada yang berhak yaitu terdakwa ;
4. Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- ( dua ribu rupiah )
Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gresik pada hari Rabu, tanggal 24 Oktober 2012, oleh kami Harto Pancono, SH.MH. selaku Ketua Majelis Hakim Moh. Fatkan,SH.M.Hum. dan Dameria Frisella S, SH.M.Hum. masing-masing sebagai Hakim-Hakim Anggota tersebut diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari itu juga, oleh Ketua Majelis Hakim tersebut dengan dihadiri oleh Hakim-Hakim Anggota tersebut diatas dengan dibantu oleh Akhmad Khasoniddin, SH.MH. Panitera pengganti
pada Pengadilan Negeri Gresik dan dihadiri oleh Erwin Indrapraja, SH.MH. Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Gresik serta dihadiri oleh terdakwa.
BAB IV
ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR
A. Analisis Terhadap Sanksi Aborsi yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur di Pengadilan Negeri Gresik
Dalam menyelesaikan suatu perkara pidana, majelis hakim harus menggunakan landasan hukum yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Majelis hakim di Pengadilan Negeri Gresik dalam menyelesaikan kasus pidana No. 368/Pid.B/2012/PN.Gs. tentang tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur oleh terdakwa A.N.A Majelis Hakim pengadilan Negeri Gresik menjadikan pasal 24 ayat ( 1 ) huruf a Undang-undang Nomor 03 tahun 1997 tentang peradilan anak. Yang berbunyi :
1. Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah : a. Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh ;
b. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan,pembinaan, dan latihan kerja; atau
c. menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja.
Ada dua kategori perilaku anak yang membuat dia harus berhadapan dengan hukum, yaitu :
1) Status Offence adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan.
2) Juvenile Deliquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum.
Sementara itu, dalam KUHP ditegaskan bahwa seseorang dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya karena adanya kesadaran diri dari yang bersangkutan dan ia juga telah mengerti bahwa perbuatan itu terlarang menurut hukum yang berlaku. Hal tersebut terlihat jelas dalam KUHP di Indonesia bahwa suatu perbuatan pidana harus mengandung unsur-unsur yaitu :
1) Adanya perbuatan manusia
2) Perbuatan tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum 3) Adanya kesalahan
4) Orang yang berbuat harus dapat dipertanggungjawabkan.51
Dari unsur tersebut kemudian hakim menetapkan hukuman kepada terdakwa yang disesuaikan juga dengan undang-undang yang berlaku serta pertimbangan-pertimbangan yang lainnya, maka hakim memutuskan
menghukum terdakwa dengan Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- ( dua ribu rupiah ).
Ancaman pidana mati dan pidana penjara seumur hidup tidak dapat dijatuhkan kepada anak, dengan harapan anak tersebut masih dapat dibina untuk diperbaiki budi pekertinya maupun akhlaknya. Sebagai pengganti adalah pidana penjara paling lama 10 tahun. Kemungkinan dapat terjadi bahwa anak yang mendekati umur 17 tahun dan belum mencapai umur 18 tahun telah ikut dalam kegiatan politik atau tindakan yang berdasarkan keyakinan yang patut dihormati maka terhadap anak tersebut dapat pula dikenakan pidana tutupan. Anak dibawah umur menurut UU No. 23 tahun 2002 adalah Seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Adapun sanksi tindakan yang dapat dijatuhkan terhadap anak dapat berupa: 1) Perawatan di rumah sakit jiwa
2) Penyerahan kepada pemerintah 3) Penyerahan kepada seseorang
Sedangkan tindakan yang dapat dikenakan terhadap anak tanpa menjatuhkan pidana pokok meliputi : 52
1) Pengembalian kepada orang tua, wali atau pengasuhnya
2) Penyerahan kepada pemerintah 3) Penyerahan kepada seseorang
4) Keharusan mengikuti suatu latihan yang diadakan oleh pemerintah atau badan swasta
5) Pencabutan surat izin mengemudi
6) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana 7) Perbaikan akibat tindak pidana
8) Rehabilitasi
9) Perawatan di Lembaga.
Tindakan penyerahan kepada seseorang dilakukan demi kepentingan anak yang bersangkutan. Tindakan perawatan terhadap anak dimaksudkan untuk membantu orang tua dalam mendidik dan memberikan bimbingan kepada anak yang bersangkutan. Adapun yang menjadikan pertimbangan hukum hakim adalah suatu tindak pidana diancam dengan pidana pokok secara alternatif maka pidana pokok yang lebih ringan harus lebih diutamakan. Mengingat kenyataan yang terjadi di masyarakat bahwa adanya anak dibawah umur 12 tahun yang melakukan
kenakalan yang dikualifikasikan sebagai tindak pidana berat seperti aborsi.
Terhadap anak tersebut tetap akan diajukan ke pengadilan anak, namun tidak dimaksudkan untuk meminta pertanggungjawaban pidana tetapi lebih ditujukan kepada tanggungjawab orang tua terhadap anaknya. Atas dasar hal tersebut maka dalam proses pengadilan anak akan melibatkan partisipasi orang tua baik orang tua pelaku maupun korban. Sebab orang tua ikut bertanggungjawab dan sebagai bagian dari pertanggungjawaban tersebut orang tua anak dilibatkan dalam proses pengadilan anak.53
B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Aborsi Dalam Putusan Hakim Pengadilan Negeri Gresik yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur
Dalam hukum pidana Islam, anak dibawah umur khususnya periode mumayyiz tidak dimintai pertanggungjawaban pidana berdasarkan kemampuan berfikir dan memilih. Dalam penerapan sanksi, Islam sangat mempertimbangan rasa keadilan, baik secara sosial maupun keadilan secara individual. Disinilah nilai kemanusiaan tercakup. Abu Zahrah berpendapat bahwa kedatangan Islam adalah menegakkan keadilan dan melindungi keutamaan akal budi manusia. Pendapat tersebut juga dijelaskan oleh Ash-Shabuni, bahwa Islam datang dengan membawa kepentingan menuju pada tegaknya keadilan, melindungi kehormatan manusia, mencegah segala bentuk
kejahatan, memberi pelajaran pada pelaku tindak kejahatan dengan memberikan sanksi seimbang atas perbuatan yang dilakukannya.54
Menurut analisis penulis yang bersumber dari data-data yang terkumpul dapat diketahui bahwa hukuman terhadap perkara tindak pidana aborsi yang dilakukan anak dibawah umur dalam hukum pidana Islam adalah diyat. Penjelasan mengenai diyat telah dijelaskan secara lengkap pada bab-bab sebelumnya. Diyat adalah sejumlah harta yang dibebankan kepada pelaku, karena terjadinya tindak pidana (pembunuhan atau penganiayaan). Dari definisi tersebut jelaslah bahwa diyat merupakan hukuman yang bersifat harta, yang diserahkan kepada korban apabila ia masih hidup atau kepada wali apabila ia sudah meninggal. Menurut Imam Abu Yusuf jenis diyat itu ada enam macam yaitu unta, emas, perak, sapi, kambing, atau pakaian. Sedangkan untuk tindak pidana atas janin yang dilakukan dengan kesalahan yang menyerupai sengaja diyatnya diperingan yaitu bisa dibayar oleh keluarga atau bersama-sama dengan pelaku.55
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka pertimbangan hukum hakim tidak sesuai dengan hukum Islam. Hal ini dikarenakan hukuman bagi pelaku tersebut hanya bersifat mendidik dan mencegah. Terbukti bahwa hukuman yang diterima pelaku adalah agar dikembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh sebagaimana diatur dalam pasal 24 ayat (1) huruf a Undang-undang RI Nomor 03 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak
54Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta, Sinar Grafika Offset, 2005,228
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Dari uraian serta analisis yang peneliti jelaskan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gresik dalam menjatuhkan sanksi hukum pada putusan terhadap kasus sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur adalah sangat tepat karena Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gresik terlebih dahulu mempertimbangkan kembali kasus terdakwa yang telah melanggar pasal 346 KUHPidana jo 55 ayat ( 1 ) ke-1 KUHPidana dengan pertimbangan terdakwa masih dibawah umur dan telah menerima hasil penelitian dari balai pemasyarakatan ( BAPAS ) Kelas 1 Surabaya pada pokoknya menerangkan bahwa orang tua terdakwa sanggup membina anaknya lebih baik lagi dan menyarankan agar terdakwa dijatuhi tindakan dikembalikan kepada orang tua, orang tua wali, atau orang tua asuh sesuai UU RI Nomor 3 tahun 1997 pada pasal 24 ayat 1 huruf a dan UU RI Nomor 23 tahun 2002 serta UU RI Nomor 4 tahun 1979 pasal 6 dan 9. Berdasarkan unsur yang kesemuanya ada pada diri terdakwa Ade Nerissa maka menurut majelis hakim hal tersebut telah terbukti sah dan meyakinkan menurut hukum.
2. Dalam hukum pidana Islam sanksi terhadap pelaku tindak pidana aborsi adalah hukuman diyat. Hal ini dirasa tepat, hukuman yang diberikan adalah diyat sebab jika ditinjau dari hukum pidana Islam pelaku bukan anak dibawah umur karena usianya telah mencapai umur baligh yaitu 16 tahun 10 hari, Namun dalam hukum positif di Indonesia pelaku masih dibawah umur, sebab belum mencapai umur 18 tahun.
B. Saran
1. Undang-Undang Nomor 03 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak merupakan salah satu hukum yang diberikan oleh pakar yang semestinya tidak hanya dipahami sebatas wacana hukum, akan tetapi perlu dijadikan ketegasan dalam menegakkan hukum sebagai penjatuhan hukuman dari tindak pidana yang telah dilakukan oleh anak dibawah umur yang selama ini telah terjadi.
2. Pada hakim maupun calon hakim harus memiliki jiwa keadilan dan kecermatan dalam menjatuhkan hukuman pada setiap perkara yang dihadapi khususnya dalam tindak pidana yang dilakukan oleh anak yang masih dibawah umur. Hukuman yang dijatuhkan harus mempunyai efek jera bagi pelaku, bagi anak yang masih dibawah umur mempunyai efek pembelajaran agar tidak terulang lagi.
3. Masyarakat yang sebagai warga negara serta orang tua bagi anaknya diharapkan mampu memberikan cerminan yang baik dan memberikan pembelajaran moral kepada anaknya sehingga tidak akan terjadi lagi
perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain bahkan dapat merusak masa depannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2005
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : PT Bulan Bintang, 1990
A.Jazuli, Hukum Pidana Islam ( Fiqih Jinayah ), Bandung : Pustaka Setia, 2000 A. Rohman Ritonga, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta : PT. Ichtiar Baru van
Hoeve , 2006
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2006
A.Djazuli, Fiqih Jinayah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an & Terjemahnya, Bandung, Penerbit Diponegororo, 2009
Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta : Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1992
DudungAbdurrahman,PengantarMetodePenelitian, Yogyakarta : Kurnia Kalam Semesta, 2003
Edi Susilo, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Aborsi Kepada Janin Yang Belum Bernyawa. Skripsi, IAIN, Fakultas Syariah Jurusan Ahwalus Sykhsiyah, 2009
Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Rieneka Cipta, 2004 Hafizh Dasuki, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ihtiar Baru van Houve, 1994 Imam Mawardi, Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah, Jakarta : PT. Darul Falah, 2006 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta, Kencana Prenada Media
Group,2014
K. Prent, C. M. J. Adisubrata, WJS. Poerwadarminta, Kamus Latin Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1969
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya,2003
Laden Marpaung, Tindak Pidana terhadap Nyawa dan Tubuh, Jakarta : Sinar Grafika, 2000
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Bandung: Refika Aditama, 2006
Masfjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Toko Gunung Agung, 1997
Munawir Ahmad Anees, Islam dan Masa Depan Biologis Manusia, Bandung: Mizan, 1991
Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad, Intisari Hukum Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983
M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta : Amzah, 2013
Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad, Intisari Hukum Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983
Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Di Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2013
Resmini Wayan, Pandangan Norma Agama dan Norma Hukum Tentang Aborsi, Mataram: GanecSwara Vol. 4 No. 2, FKIP. Universitas Muhamadiyah Mataram, 2010
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000
Santoso Topo, Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta; Gema Insani Press, 2003
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2008
Siti Yulisti Ningsih, Tinjauan hukum Pidana Islam dan KUHP Terhadap pelaku Aborsi (Studi komparasi). Skripsi, IAIN, Fakultas Syariah Jurusan Siyasah Jinayah, 2002
Siti Khotijah, Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.149/Pid.B/1999 Tentang Tindak Pidana Aborsi Yang Dilakukan Oleh Dokter Kebidanan Dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi,Fakultas Syariah Jurusan Siyasah Jinayah, 2005
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2008
Sugiyono, Metode Penelitian Manajeman, Bandung: ALFABETA, 2013
Tahmid Nur Muhammad, Menggapai Hukum Pidana Ideal Kemaslahatan Hukum Pidana Islam, Yogyakarta, Depublish, 2016
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perkawinan, UU No. 1 Tahun 1974, pasal 47 ayat (1).
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perlindungan Anak, (UU No. 23 Tahun 2002), Pasal 1 ayat (1).
Uddin, Reinterprestasi Hukum Islam tentang Aborsi, Jakarta: Universitas Yarsi, 2007
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, Beirut : Dar Al-Fikr, 1997 cet ke-4 jilid VII