• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR : STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK NO.368/PID. B/2012/PN.GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR : STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK NO.368/PID. B/2012/PN.GRESIK."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Aborsi Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur ( Studi Putusan Pengadilan Negeri Gresik No.368/Pid.B/2012/PN.Gresik )” perumusan masalah sebagai berikut : (1) Bagaimana pertimbangan hakim terhadap sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik (2) Bagaimana analisis hukum pidana Islam terhadap pertimbangan hakim terhadap sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak di bawah umur dalam putusan pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis data pustaka (library research) dan dokumentasi sehingga mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini selanjutnya diketik dan ditulis sehingga dengan mudah untuk mempelajari, menelaah dan memeriksa bahan-bahan kepustakaan yang mempunyai relevansi dengan materi pembahasan lalu menghasilkan data yang sesuai dengan pola pikir deduktif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pertimbangan hakim dalam memberikan sanksi kepada pelaku aborsi menurut UU Nomor 3 tahun 1997 Pasal 24 ayat 1 huruf a, dan UU RI Nomor 23 tahun 2002 serta UU RI Nomor 4 tahun 1979 pasal 6 dan pasal 9 adalah tepat karena terdakwa yang berinisial ‘AN’ masih berusia 16 tahun 10 bulan yang tergolong anak dibawah umur Selanjutnya menurut Hukum Pidana Islam sanksi terhadap pelaku tindak pidana aborsi yang dilakukan

oleh terdakwa berinisial ‘AN’ adalah hukuman diyat karena usia terdakwa sudah

mencapai 16 tahun 10 bulan dan sudah pernah mengalami haid sehingga dinyatakan dewasa. Masyarakat yang sebagai warga negara serta orang tua bagi anaknya diharapkan mampu memberikan cerminan yang baik dan memberikan pembelajaran moral kepada anaknya sehingga tidak akan terjadi lagi perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain bahkan dapat merusak masa depannya sendiri.

(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

i DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ...i

PERNYATAAN KEASLIAN ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

PENGESAHAN ...iv

ABSTRAK ...v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TRANSLITERASI ...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...6

C. Rumusan Masalah ...6

D. Kajian Pustaka ...7

E. Tujuan Penelitian ...8

F. Kegunaan Hasil Penelitian ...9

G. Definisi Operasional ...10

H. Metode Penelitian ...11

I. Teknik Pengumpulan Data ...15

(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ii

K. Teknik Analisis Data ...16

L. Sistematika Penulisan ...16

BAB II LANDASAN TEORI A.Pengertian Aborsi ...19

B.Pengertian Anak Di Bawah Umur ...25

C.Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Islam ...26

D.Sanksi Atau Hukuman Dalam Hukum Pidana Islam ...33

E. Hukuman Tindak Pidana Atas Janin ...39

F. Pengertian Diyat ...52

BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK TENTANG SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR A. Deskripsi Pengadialn Negeri Gresik ... 44

B. Deskripsi Terjadinya Tindak Pidana Sanksi Aborsi Anak Dibawah Umur...45

C. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Gresik Terhadap Sanksi Aborsi Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur ...49

D. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Gresik Terhadap Sanksi Aborsi Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur ...51

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI

(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

iii

A. Analisis Terhadap Sanksi Aborsi yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah

Umur di Pengadilan Negeri Gresik ...55

B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Aborsi Dalam Putusan

Hakim Pengadilan Negeri Gresik yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah

Umur ...59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...63

A. Saran ...65

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Angka aborsi di Indonesia saat ini cukup tinggi yaitu tak kurang dari dua

juta kasus per tahun. Hal ini terjadi karena liberalisme telah melahirkan

kehidupan masyarakat serba bebas. Tidak hanya bebas dalam memiliki

sesuatu, bebas berpendapat, bebas memilih agama, juga kebebasan bertingkah

laku. Tingginya free sex mengakibatkan tingginya angka kehamilan yang

tidak diinginkan, yang ujung-ujungnya berakhir pada tingginya angka aborsi.

Liberalisme juga telah membuat masyarakat ini dekat dengan pornografi dan

pornoaksi sehingga tak heran timbul kasus-kasus pelecehan seksual bahkan

perkosaan. Sebagai seorang Muslim yang seluruh perbuatannya harus terikat

dengan hukum syara, akan timbul pertanyaan bagaimanakah hukum aborsi

dalam pandangan Islam yang terlebih lagi dilakukan oleh anak dibawah umur.1

Secara bahasa aborsi adalah pengguguran kandungan (janin). Ia berasal dari

kata (

ضهج

-

اضهج

)

artinya menghilangkan Maka

(

لماحلا تضهجأ

) artinya

membuang anak sebelum sempurna dan disebut dengan menggugurkan janin.

Atau secara bahasa juga bisa dikatakan, lahirnya janin karena dipaksa atau

karena lahir dengan sendirinya. Akan tetapi oleh para pakar bahasa, kata

al-ijha@d{ lebih sering diartikan dengan “keguguran janin yang terjadi sebelum

1Resmini Wayan, Pandangan Norma Agama dan Norma Hukum Tentang Aborsi, Mataram: Vol.

4 GanecSwara Vol. 4 No. 2, FKIP. Universitas Muhamadiyah Mataram, 2010, 53

(11)

memasuki bulan keempat dari usia kehamilannya”.2 Adapun secara

terminologi, al-ijhad berarti “mengakhiri kehamilan sebelum masanya, baik

terjadi dengan sendirinya (keguguran) ataupun dilakukan dengan sengaja”.

Demikian juga menurut fuqaha diantaranya seperti Al-Ghazali menurutnya

aborsi adalah pelenyapan nyawa yang ada dijanin atau merusakkan sesuatu

yang sudah terkonsepsi (mauju@d al-h{a@sil ), lebih lanjut dikatakan bahwa

pelenyapan nyawa didalam rahim adalah termasuk perbuatan jinayah karena

fase kehidupan janin telah dimulai sejak terpancarnya sperma dalam vagina

sehingga terjadi konsepsi. Ulama fiqh klasik berpendapat bahwa masa

kehamilan yang paling singkat adalah 6 bulan. Oleh karena itu, perempuan

yang melahirkan pada usia genap enam bulan tidak dapat digunakan sebagai

ijhad{ karena ia dianggap melahirkan secara normal. Adapun al-ijhad{ yang

dimaksud oleh syar’i adalah “mengakhiri masa kehamilan sebelum proses

persalinan yang wajar, yakni sebelum bulan keenam dari proses pembuahan”.

Dari beberapa uraian tentang pengertian aborsi di atas maka menurut penulis

aborsi adalah pengeluaran janin dari rahim seorang ibu, baik yang disengaja

atau yang terjadi secara spontanitas sebelum usia kehamilan sempurna.3

Dengan perkembangan dunia yang semakin kompleks dewasa ini, maka

tidak jarang pula menimbulkan berbagai permasalahan serius yang perlu

mendapatkan perhatian sedini mungkin salah satunya yaitu aborsi yang

2Resmini Wayan, Pandangan Norma Agama dan Norma Hukum Tentang Aborsi, Mataram: Vol.

4 GanecSwara Vol. 4 No. 2, FKIP. Universitas Muhamadiyah Mataram, 2010,55

(12)

dilakukan oleh anak-anak dibawah umur. Hal ini di harapkan agar anak dapat

bertumbuh kembang dengan baik dan anak terlindungi dari ancaman kejahatan

yang membahayakan dirinya. Perlindungan hak-hak anak pada hakikatnya

menyangkut langsung pengaturan dalam peraturan perundang-undangan,

kebijaksanaan, usaha dan kegiatan yang menjamin terwujudnya perlindungan

hak-hak anak, pertama-tama didasarkan atas pertimbangan bahwa anak-anak

merupakan golongan yang rawan, di samping karena adanya golongan

anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya,

baik rohani, jasmani maupun sosial.4

Hukum pidana Islam memang merupakan hukum Islam yang paling lama

dan paling jauh ditinggalkan oleh umatnya. Sehingga wajar kalau sebagian

kalangan yang memiliki semangat Islamisasi menitikberatkan perhatiannya

pada penerapan hukum yang sangat jauh ditinggalkan. 5 Asas-asas atau aturan

pokok yang dikenal dalam hukum pidana positif pada umumnya terdapat pula

dalam aturan-aturan hukum pidana Islam yaitu asas legalitas, asas tidak

berlaku surut, asas praduga tak bersalah, asas tidak sahnya hukuman karena

keraguan,asas kesamaan di depan hukum, dan asas larangan memindahkan

kesalahan kepada orang lain. Asas-asas tersebut saling berkaitan satu sama

lain bahkan diantaranya merupakan sebuah konsekuensi dari asas lain.

Asas-asaa tersebut dianut oleh hukum pidana Islam material dan formal.6

4 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Bandung: Refika Aditama,2006,35.

5Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta; Gema Insani Press,2003, 96

6Muhammad Nur Tahmid, Menggapai Hukum Pidana Ideal Kemaslahatan Hukum Pidana Islam,

(13)

Didalam ayat al-Qur’an menjelaskan





























































































“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.

Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah, melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. (Q.S. al-Isra’ : 31-33)7

Ada beberapa pasal bagi yang memberikan sanksi atas perilaku aborsi,

diantaranya : pasal 346 berbunyi “perempuan dengan sengaja menyebabkan

gugur atau mati kandungannya atau menyuruh orang lain menyebabkan itu

dihukum hukuman penjara selama-lamanya empat tahun” dan pasal 347,

bunyinya sebagai berikut :8

7 Depertemen Agama RI, Al-Qur’an & Terjemahnya, Bandung, Penerbit Diponegororo, 2009,hl.

227

(14)

1. Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati

kandungan dengan tidak dengan izin perempuan itu, dihukum

dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.

2. Jika perbuatan itu berakibat perempuan itu mati ia dihukum dengan

hukuman penjara selama-lamanya selama lima belas tahun.

Pasal diatas menegaskan bahwa tindakan pengguguran bayi atau aborsi di

Indonesia adalah perbuatan yang dilarang oleh pemerintah Republik

Indonesia.

Bagi orang yang menggugurkan atau mengaborsi anak yang

berada didalam kandungan ( janin ) dan meskipun pelakunya masih berada

di bawah umur pantaslah dia memperoleh hukuman dari pemerintah yang

diwakili oleh Pengadilan Negeri di Gresik. Ada kasus tentang hal

tersebut, lalu Pengadilan Negeri Gresik memberi putusan kepada

pelakunya sebagai hukuman. Kemudia putusan tersebut apakah sesuai

atau tidak dengan Hukum Pidana Islam, sebab itu penulis menyusun judul

“ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI

YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK NOMOR

368/Pid.B/2012/PN.GRESIK)”.

(15)

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa

masalah pada penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat

diidentifikasi sebagaimana berikut :

1. Sanksi tindak pidana terhadap aborsi yang dilakukan oleh anak

dibawah umur

2. Pertimbangan yang digunakan oleh hakim dalam putusan Nomor

368/Pid.B/2012/PN.Gresik Terhadap tindak pidana aborsi yang

dilakukan oleh anak dibawah umur.

3. Dasar hukum hakim Pengadilan Negeri Gresik dalam putusan

Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik terhadap tindak pidana aborsi

yang dilakukan oleh anak dibawah umur.

4. Analisis hukum pidana Islam terhadap tindak pidana aborsi yang

dilakukan oleh anak dibawah umur.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan juga bertujuan agar

permasalahan ini dikaji dengan baik, maka penulis membatasi penulisan

karya ilmiah dengan batasan :

1. Pertimbangan hakim terhadap anak di bawah umur sebagai pelaku

tindak pidana aborsi dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik

Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik

2. Analisis hukum pidana Islam tentang pertimbangan hakim

(16)

dalam putusan pengadilan Negeri Gresik Nomor

368/Pid.B/2012/PN.Gresik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka secara

lebih terperinci perumusan masalah dalam skripsi ini akan memfokuskan pada

beberapa pembahasan untuk diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Gresik terhadap

tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam

putusan Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik ?.

2. Bagaimana analisis hukum pidana Islam terhadap pertimbangan

sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam

putusan pengadilan Negeri Gresik Nomor

368/Pid.B/2012/PN.Gresik ?.

D. Kajian Pustaka

Penelitian masalah tentang aborsi sudah banyak sekali ditemukan

dalam buku atau dalam karya-karya ilmiah. Tetapi penelitian tentang

analisis hukum pidana Islam terhadap sanksi aborsi yang dilakukan oleh

anak dibawah umur sulit ditemukan, dan sepanjang pengetahuan penulis

tentang aborsi yang telah dibahas oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri

(17)

1. Siti Yulisti Ningsih9didalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum

Pidana Islam dan KUHP Terhadap Pelaku Aborsi (Studi Komparasi)”

pokok pembahasan yang dibuat adalah mencari persamaan dan

perbedaan bagi pelaku aborsi.

2. Edi Susilo menulis dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Tindak Aborsi Yang belum Bernyawa” menyatakan

bahwa: Hukum pengguguran janin yang dilakukan sebelum janin

bernyawa adalah diperbolehkan10 karena dengan sebab tertentu dan

dengan syarat harus ada keterangan dari medis dan izin dari pihak

keluarga.

3. Siti Khotijah yang menulis skripsi berjudul “Putusan Pengadilan negeri

Surabaya No.149/Pid.B/1999 tentang tindak pidana aborsi yang

dilakukan oleh dokter kebidanan dalam perspektif hukum Islam

menyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah melakukan tindak

pidana aborsi sehingga dihukum selama enam bulan satu minggu dan dia

harus membayar denda sebagai ongkos perkara sebesar lima ribu rupiah.

Sedangkan dalam perspektif hukum Islam Bahwa pelakunya mendapat

hukuman atau sanksi didunia yaitu mendapat dosa besar, terkena denda,

diyah kalimah dan kifarah, sedangkan sanksi diakhirat yakni neraka

9Siti Yulisti Ningsih, Tinjauan hukum Pidana Islam dan KUHP Terhadap pelaku Aborsi (Studi

komparasi). Skripsi, IAIN, Fakultas Syariah Jurusan Siyasah Jinayah, 2002

10 Edi Susilo, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Aborsi Kepada Janin Yang Belum

(18)

jahanam, murka Allah, laknat Allah dan siksaan yang berat.11

Dari perbedaan diatas penelitian yang diteliti merupakan hasil dari

analisis kasus tentang pelaku aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah

umur serta pertimbangan Hakim dalam memberikan sanksi yang belum

pernah di teliti oleh peneliti terdahulu.

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang ditulis diatas, maka skripsi ini

bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Gresik

terhadap tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah

umur dalam putusan Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik

2. Untuk mengetahui analisis hukum pidana Islam terhadap

pertimbangan sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah

umur dalam putusan pengadilan Negeri Gresik Nomor

368/Pid.B/2012/PN.Gresik

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sekurang-kuarangnya

dalam dua aspek yaitu :

1. Aspek keilmuan (teoritis), dapat dijadikan sebagai sumbangan

pemikiran atau pedoman untuk menyusun hipotesis penulisan

11Siti Khotijah, Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.149/Pid.B/1999 Tentang Tindak Pidana

(19)

berikutnya bila ada kesamaan masalah ini dan memperluas

khazanah keilmuan, khususnya tentang tindak pidana aborsi yang

bisa mengakibatkan gangguan psikologis pada korbannya.

2. Aspek terapan ( praktis ), penelitian ini dapat menjadi

pertimbangan hakim dalam memutus perkara pidana khususnya

pidana aborsi dalam sistem apapun dan bahan penyuluhan baik

secara kumulatif, informatif maupun edukatif. Dan dapat

bermanfaat bagi orang tua untuk menjaga anak-anaknya agar

tidak menjadi korban aborsi.

G. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kesalahpahaman

terhadap masalah yang dibahas, maka perlu kiranya dijelaskan beberapa

istilah sebagai berikut :

1. Analisis Hukum Pidana Islam : Analisis tentang

perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang diancam oleh Allah

dengan hukuman had, qissa@s, diyat atau ta’zir@ yang bersumber

dari dalil, baik dari Al-Qur’an maupun al-Hadits ataupun

sumber-sumber yang lain.12 Suatu perbuatan dinamai jarimah apabila

perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi orang lain baik

(20)

jasad anggota badan, jiwa, perasaan ataupun hal-hal lain yang

harus dipelihara dan dijunjung tinggi keberadaanya.13 Dan dalam

skripsi ini yang akan dijadikan landasan teori adalah diyat sebagai

analisis hukum pidana Islam terhadap anak dibawah umur sebagai

tindak pidana aborsi.

2. Sanksi : suatu bentuk imbalan atau balasan yang diberikan kepada

seseorang atas perilakunya. Sanksi yang dimaksud disini yaitu

berupa hukuman ( punishment ). Sanksi diberikan atau ditetapkan

oleh agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dan dalam

skripsi ini yaitu sanksi bagi pelaku aborsi.

Jadi maksud dari judul ini adalah untuk meneliti putusan Pengadilan

Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik mengenai pertimbangan

hakim yang digunakan untuk memutuskan sanksi bagi pelaku tindak

pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur kemudian

dianalisis dengan hukum pidana Islam dengan hukuman diyat.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library research)

dengan mempelajari, menelaah dan memeriksa bahan-bahan

kepustakaan yang mempunyai relevansi dengan materi

(21)

pembahasan.14 Kepustakaan yang dimaksud bersumber dari buku,

makalah, jurnal, majalah dan digital library dengan cara diketik dan

ditulis. Dalam hal ini penelitian dilaksanakan dengan cara membaca

dan menelaah konsep dari data yang obyektif tentang sanksi tindak

pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam putusan

Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik dengan

menggunakan pola pikir deduktif dengan menerapkan dari hal umum

lalu ditarik kesimpulan kedalam hal khusus.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif, yakni penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau ucapan

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.15 Dalam hal

ini dilakukan dengan menganalisa implementasi sanksi aborsi

sebagaimana yang terdapat dalam bahan-bahan kepustakaan dan

bagaimana penggunaannya sebagai metodologi perumusan putusan

Pengadilan Negeri Gresik. Dalam paradigma penelitian kualitatif ini

tidak hanya bermaksud mengumpulkan data dari sisi kuantitasnya,

tetapi juga ingin memperoleh pemahaman yang lebih mendalam

dibalik fenomena yang berhasil di rekam. Pendekatan kualitatif

(22)

digunakan karena tema penelitian ini menitik beratkan pada kajian

konseptual yang berupa butir-butir pemahaman dan bagaimana

pemahaman itu tersosialisasi. Pendekatan kualitatif ini berusaha

memberikan kunci bagi pengungkapan sebuah makna (meaning). Ini

merupakan hal yang paling esensial. Peneliti sebagai instrument

kunci untuk dapat menggali makna sehingga fenomena atas objek

dapat dideskripsikan secara objektif. Menurut Sugiyono, penelitian

kualitatif memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) dilakukan pada kondisi yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber

data dan peneliti adalah instrument kunci, (2) penelitian kualitatif

lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata

atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka, (3) penelitian

kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau

outcome, (4) penelitian kualitatif melakukan analisis data secara

induktif, (5) penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data

dibalik yang teramati).16

3. Sumber Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi

ini digunakan dua sumber data, yaitu :

a. Sumber Primer yaitu ata primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli ( tidak

(23)

melalui perantara ). Sumber primer dari penelitian ini adalah Putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik

b. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media

perantara ( diperoleh dan dicatat oleh pihak lain ).17 Sumber

sekunder adalah sumber yang didapat dari sumber tidak

langsung berfungsi sebagai pendukung terhadap kelengkapan

penelitian. Data yang dimaksud antara lain :

1) Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam:

Jakarta, Gema Insani, 2003

2) Muhammad Nur Tahmid, Menggapai Hukum Pidana

Ideal Kemaslahatan Hukum Pidana Islam:

Yogyakarta, Depublish, 2016

3) Siti Yulisti Ningsih, Tinjauan hukum Pidana Islam dan KUHP Terhadap pelaku Aborsi (Studi komparasi).

Skripsi, IAIN, Fakultas Syariah Jurusan Siyasah

Jinayah, 2002

4) Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam,Bandung: CV.

Pustaka Setia,2000

17 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,

(24)

5) Wayan Resmi, Pandangan Norma Agama dan Norma

Hukum Tentang Aborsi, Mataram: GanecSwara Vol. 4

No. 2, FKIP. Universitas Muhamadiyah Mataram,

2010.

6) Uddin, Reinterpretasi Hukum Islam tentang Aborsi:

Jakarta, Universitas Yarsi, 2007

7) Gultom Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak:

Bandung, Refika Aditama, 2006

8) Departemen Agama RI, al-Qur’an & Terjemahannya:

Bandung, Diponegoro, 2009

9) Marpaung Laden, Tindak Pidana terhadap Nyawa dan

Tubuh: Jakarta, Sinar Grafika, 2000

I. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

dipergunakan teknik yaitu Studi Dokumentasi, yakni teknik pengumpulan

data yang tidak langsung ditunjukkan pada subjek penelitian, namun melalui

dokumen, atau dilakukan melaui berkas yang ada dengan cara diketik, ditulis

dan putusan digandakan. Dokumen yang diteliti adalah putusan Pengadilan

Negeri Gresik tentang tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak

dibawah umur dalam putusan No. 368/Pid.B/2012/PN.Gresik18

J. Teknik Pengolahan Data

(25)

Data yang didapat dari dokumen dan terkumpulkan kemudian diolah,

berikut tahapan-tahapannya:

a) Editing : Melakukan pemeriksaan kembali terhadap data-data yang

diperoleh secara cermat baik dari sumber primer atau sumber

sekunder,19 yakni tentang kajian hukum pidana Islam terhadap tindak

pidana aborsi dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor

368/Pid.B/2012/PN.Gresik

b) Organizing : Menyusun data secara sistematis mengenai kajian

hukum pidana Islam terhadap tindak pidana aborsi yang dilakukan

oleh anak dibawah umur dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik (

Studi Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik )

c) Analizing : Tahapan analisis terhadap data,20 kajian hukum pidana

Islam mengenai pertimbangan hukum hakim dalam memutuskan

sanksi tindak tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah

umur dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor

368/Pid.B/2012/PN.Gresik

K. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu

19Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,

2008,134

20Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,

(26)

mendeskripsikan dalil-dalil dan data-data yang bersifat umum tentang tindak

pidana aborsi kepada permasalahan yang lebih bersifat khusus dalam putusan

Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik dan

relevansinya dengan hukum pidana Islam.

L. Sistematika Pembahasan

Dalam menyusun skripsi yang berjudul “ Analisis Hukum Pidana Islam

Terhadap Aborsi Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur (Studi Putusan

Pengadilan Negeri Gresik No. 368/Pid.B/2012/PN.Gresik) diperlukan adanya

suatu sistematika pembahasan, sehingga dapat diketahui kerangka skripsi ini

adalah sebagai berikut:

Bab 1 berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum yang terdiri

dari beberapa sub bab yang meliputi Latar Bealakang Masalah,

Identifikasi dan BatasanMasalah, Rumusan Masalah, Kajian

Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Sistematika

Pembahsan. Alasan sub bab tersebut diletakkan pada bab 1 adalah

untuk mengetahui alasan pokok mengapa penulisan ini dilakukan

dan untuk lebih mengetahui cakupan batasan, dan metode yang

dilakukan sehingga maksud dari penulisan ini dapat dipahami.

Bab II menguraikan tinjauan umum atau landasan teori mengenai

(27)

unsur-unsur aborsi macam-macam aborsi dan macam-macam

hukuman aborsi serta teori diyat.

Bab III tentang objek penelitian, penetapan populasi dan sampel,

metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan metode

pengujian data yang digunakan. penyajian data dari putusan

Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.

Bab IV Menganalisis mengenai tindak pidana aborsi yang dilakukan

oleh anak dibawah umur menurut hukum pidana Islam dan

pertimbangan hukum yang dijadikan landasan oleh hakim dalam

memutuskan sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana aborsi dalam

putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik.

Bab V merupakan bab terakhir yang menjadi penutup dengan

berisikan kesimpulan dan saran-saran. Bab ini bertujuan untuk

memberikan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya mengenai apa dan

bagaimana isi pokok bahasan tersebut, apakah putusan hakim telah

sesuai dengan dengan hukum pidana Islam atau tidak, dan

selanjutnya memberikan saran untu Pengadilan Negeri Gresik dan

lembaga penegak hukum terkait mengenai isi dari penulisan skripsi

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Aborsi

Aborsi menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti pengguguran.

Aborsi atau abortus dalam bahasa latin berarti wiladah sebelum waktunya

atau keguguran.20 Dalam Bahasa Inggris istilah ini menjadi abortion yang

berati pengguguran janin dari rahim sebelum ia mampu hidup sendiri, yaitu

pada 28 minggu pertama dari kehamilan.21 Jadi aborsi atau abortus secara

etimologi bermakna keguguran, pengguguran kandungan, atau membuang

janin.

Adapun secara terminologi, abortus mengandung beberapa pengertian,

diantaranya:

a. Menurut istilah kedokteran, abortus adalah pengakhiran

kehamilan selama masa gestasi (kehamilan) yaitu 28 minggu

sebelum janin mencapai berat 1000 gram.

b. Menurut istilah hukum, aborsi adalah pennghentian kehamilan

atau matinya janin sebelum waktu kelahiran.22

c. Menurut Sardikin Ginaputra (Fakultas Kedokteran UI), aborsi

adalah penghentian kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup di luar kandungan.

20 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangn Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2.

21K. Prent, C. M. J. Adisubrata, WJS. Poerwadarminta, Kamus Latin Indonesia, Yogyakarta:

Kanisius, 1969, 2.

22Hafizh Dasuki, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ihtiar Baru van Houve, 1994, 33.

(29)

Berpijak dari pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat dikatakan,

bahwa aborsi adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi (janin) dari rahim ibu,

sebelum janin berumur 20 - 28 minggu atau sebelum waktunya. Hal ini

berati, bahwa dalam suatu aborsi mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Pengeluaran hasil konsepsi (janin) dari rahim, yaitu suatu proses

keluarnya janin yang telah ada dalam rahim.

b. Sebelum waktunya atau sebelum dapat secara alamiah, yaitu

pengeluaran tersebut terjadi pada masa janin belum dapat lahir

secara alamiah.

Definisi aborsi lainnya menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil

konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu berat janin kurang dari

500 gram. Aborsi merupakan pengakhiran hidup janin sebelum bertumbuh

besar.23

1. Macam – Macam Aborsi

Dalam dunia kedokteran dikenal adanya 3 macam aborsi, yaitu:24

a. Aborsi Spontan atau alamiah yaitu berlangsung tanpa tindakan

apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas

sel telur dan sel sperma. Para ulama sepakat tidak ada persoalan

dalam kasus ini karena terjadi secara alami dan atas kehendak

Allah Swt.

23Masfjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Toko Gunung Agung, 1997, 78.

(30)

Adapun jenis aborsi spontan dapat dibedakan sesuai dengan

kondisinya sebagai berikut :

1) Abortus Incipient

Pada aborsi jenis ini kehamilan tidak bisa dipertahankan lagi

sehingga pengobatannya hanya bertujuan menghentikan

pendarahan dan membersihkan rongga rahim dari sisa hasil

konsepsi.

2) Abortus Complete

Dalam keadaan ini, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan.

Abortus Incompletus

Pada aborsi jenis ini sebagian kandungan keluar dan sebagian

lagi tertunda di dalam perut, sehingga pengobatan bertujuan

menghentikan pendarahan dan membersihkan rongga rahim

dari sisi hasil konsepsi.

3) Abortus Habitualis

Pada jenis ini keguguran terjadi tiga kali atau lebih

berturut-turut. Penyebab dari keguguran ini adalah adanya kelainan

pada leher rahim atau pembengkakan pada rahim atau cacat

bawaan.

4) Abortus Imminance

Pada jenis ini kehamilan masih dapat dipertahankan misalnya

(31)

5) Aborsi Buatan atau sengaja, atau Abortus Provocatus

Criminalis, yaitu pengakhiran kehamilan sebelum usia

kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram

sebagai akibat dari tindakan yang disengaja dan didasari oleh

sang ibu maupun si pelaku aborsi (dalam hal ini dokter, bidan

atau dukun anak).

6) Aborsi Terapeutik atau Abortus Provocatus Therapeuticum,

yaitu pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas

indikasi medis. Contoh, seorang ibu yang sedang hamil

mengidap penyakit darah tinggi menahun, penyakit jantung

yang parah atau sesak nafas yang dapat membahayakan si

ibu dan janin yang dikandungnya.

Dengan demikian banyak cara yang dapat ditempuh untuk

melakukan pengguguran (aborsi). Cara yang paling tradisional adalah

dengan cara yang kasar dan keras, seperti memijat-mijat bagian

tertentu, yaitu perut dan pinggul dari tubuh wanita yang akan

digugurkan kandungannya. Cara lain adalah dengan meminum

obat-obatan atau ramuan tradisional dengan detelan melalui mulut, atau

diletakkan ke dalam vagina (alat kelamin wanita), dan ada juga yang

menggunakan cara dengan mengoleskan zat-zat yang memedihkan

kulit di bagian perut, atau si ibu sengaja berlapar-lapar agar janinnya

meninggal.25

(32)

Sedangkan pada masa sekarang dimana kemajuan dalam

bidang medis mengalami perubahan, maka banyak para ibu

maupun wanita menempuh cara dengan menggunakan jasa ahli

medis di rumah sakit. Sedangkan cara-cara atau praktik yang

dipakai oleh seseorang dalam melakukan aborsi, baik itu dengan

bantuan tenaga medis atau non medis, adalah sebagai berikut:

a. Pijat atau urut, biasanya dilakukan oleh dukun bayi,

kadang-kadang disertai pemberian ramuan dari akar atau

tumbuh-tumbuhan. Kegagalan cara ini sering menyebabkan pendarahan

yang hebat dan infeksi bahkan sampai pada kematian

b. Kuret atau dikenal dengan D & C (Ditaloge and Curatage)

sering digunakan dokter atau bidan.

c. Dengan alat khusus, mulut rahim dilebarkan, kemudian janin

dikiret (dicuret) dengan alat seperti sendok kecil.

d. Aspirasi yakni penyedotan isi rahim dengan pompa kecil.

e. Hysterotomi (melalui operasi).26

2. Dampak Aborsi

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada

beberapa dampak buruk atau resiko yang akan dihadapi seorang

wanita, yaitu dampak pada kesehatan wanita dan dampak psikologis

bagi wanita.

a. Dampak Pada Kesehatan Wanita:

(33)

1. Kerusakan leher rahim , Hal ini terjadi karena leher rahim

robek akibat penggunaan alat aborsi.

2. Infeksi, Penggunaan peralatan medis yang tidak steril

kemudian dimasukkan ke dalam rahim bisa menyebabkan

infeksi, selain itu infeksi juga disebabkan jika masih ada

bagian janin yang tersisa di dalam rahim.

3. Pendarahan Hebat, Ini adalah resiko yang sering dialami oleh

wanita yang melakukan aborsi, pendarahan terjadi karena leher

rahim robek dan terbuka lebar. Tentunya hal ini sangat

membahayakan jika tidak ditangani dengan cepat.

4. Kematian, Kehabisan banyak darah akibat pendarahan dan

infeksi bisa membuat sang ibu meninggal.

5. Resiko Kanker, Karena leher rahim yang robek dan rusak bisa

mengakibatkan resiko kanker serviks, kanker payudara, indung

telur dan hati.

b. Dampak Psikologis Bagi Wanita:

1. Perasaan bersalah dan berdosa.

2. Kehilangan harga diri.

3. Depresi.

4. Trauma.

5. Ingin bunuh diri. 27

(34)

B. Pengertian Anak Dibawah Umur

Menurut hukum Islam mendefinisikan kriteria anak di bawah umur

sebagai berikut:

a. Anak di bawah umur dimulai sejak 7 tahun hingga mencapai kedewasaan

(baligh) dan fuqoha membatasinya dengan usia 15 tahun, yaitu masa

kemampuan berfikir lemah (tamyis yang belum baligh), jika seorang anak

telah mencapai usia tersebut, maka ia dianggap dewasa meskipun ia

belum dewasa dalam arti yang sebenarnya.

b. Imam Abu Hanifah membatasi kedewasaan atau baligh pada usia 18

tahun dan menurut satu riwayat 19 tahun, begitu pendapat yang terkenal

dari madzahb Maliki.28 Masa tamyiz dimulai sejak seorang anak mencapai

usia kecerdikan atau setelah mencapai usia 15 tahun atau telah

menunjukkan baligh alami adalah nampak adanya sifat-sifat kelaki-lakian

dan sifat kewanitaan yang berarti munculnya fungsi kelamin, hal ini

menunjukkan bahwa anak memasuki masa kelakian dan wanita sempurna.

Namun batas usia dewasa menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan terdapat dalam pasal 47 ayat (1) yang berbunyi: “

Anak yang belum mencapai 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah

melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama

mereka tidak dicabut dari kekuasaannya.”29

28Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Rieneka Cipta, 2004, 370

29Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perkawinan, UU No. 1 Tahun 1974, pasal 47 ayat

(35)

Batas usia pada pasal yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yaitu 21 (dua puluh satu) tahun, dan Undang-Undang

Perkawinan yaitu 18 (delapan belas) tahun. Hal inilah yang pada akhirnya

digunakan sampai saat ini sebagai pengertian anak atau pengertian

dewasa.

Pengertian anak menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak adalah “Seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

Menurut pasal tersebut, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun yang termasuk anak yang masih dalam kandungan,

yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terh}ada

anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada di dalam kandungan

hingga berusia 18 (delapan belas) tahun.30

C. Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Islam

1. Pengertian Hukum Pidana Islam

Hukum Pidana Islam merupakan terjemahan dari kata Fiqih Jina@yah.

Fiqih Jina@yah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana

atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang muka#llaf

( orang yang dapat dibebani kewajiban ), sebagai hasil dari pemahaman

atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari al-Qur’an dan Hadits.

Tindakan kriminal yang dimaksud adalah tindakan-tindakan kejahatan

30 Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perlindungan Anak, (UU No. 23 Tahun 2002),

(36)

yang mengganggu ketentuan umum serta tindakan yang melawan

perundang-undangan yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits.31

Perbuatan manusia yang dinilai sebagai pelanggaran atau kejahatan

kepada sesamanya, baik pelanggaran atau kejahatan tersebut secara fisik

atau non fisik, seperti membunuh, menuduh atau memfitnah maupun

kejahatan terhadap harta benda dan lainnya, semua dibahas dalam

jina@yah. Pembahasan masalah jina@yah hanya dikhususkan pada perbuatan

dosa yang berkaitan dengan sasaran ( objek ) badan dan jiwa saja.

Ulama-ulama muta’akhiri@n menghimpunnya dalam dalam bagian khusus yang

dinamai fiqih jinayah atau yang dikenal dengan istilah Hukum Pidana

Islam. 32

2. Pengertian Tindak Pidana dan Macam-macamnya

Tindak pidana atau kejahatan dan pelanggaran dalam hukum

pidana Islam dikenal dengan istilah jina@yah atau jari@mah. Kedua istilah ini

secara etimologis mempunyai arti dan arah yang sama. Istilah yang satu

menjadi mura@dif ( sinonim ) bagi istilah lainnya atau keduanya bermakna

tunggal. Jina@yah artinya perbuatan dosa, perbuatan salah atau jahat.

Abdul Kadir Audah menjelaskan arti kata jina@yah, yaitu merupakan nama

bagi suatu perbuatan jelek seseorang. Adapun menurut istilah adalah

nama bagi suatu perbuatan yang diharamkan oleh shara’, baik perbuatan

tersebut mengenai jiwa, harta benda, maupun selain jiwa dan harta

31 Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta : Lembaga Studi Islam dan

Kemasyarakatan, 1992, 86.

(37)

benda. Pengertian jina@yah adalah semua perbuatan yang diharamkan.

Perbuatan yang diharamkan adalah tindakan yang dilarang atau dicegah

oleh shara’ ( Hukum Islam ). Apabila tetap dilakukan maka perbuatan

tersebut mempunyai konsekuensi yang membahayakan agama, jiwa, akal,

kehormatan, dan harta benda.33

Sedangkan jari@mah berarti larangan-larangan shara’ ( yang apabila

dikerjakan ) diancan oleh Allah SWT dengan dengan hukuman had atau

ta’zir@. Dalam hal ini kata jari@mah pun mencakup perbuatan ataupun tidak

berbuat, mengerjakan atau meninggalkan, aktif ataupun pasif. Oleh

karena itu, perbuatan jari@mah bukan saja mengerjakan perbuatan yang

jelas-jelas dilarang oleh peraturan, tetapi juga dianggap sebagai jari@mah

kalau seseorang meninggalkan perbuatan yang menurut peraturan harus

dikerjakan.34

D. Sanksi ( Hukuman ) dalam Hukum Pidana Islam

1. Pengertian Sanksi ( Hukuman )

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa sesuatu disebut

hukuman karena ia mengiringi perbuatan dan dilaksanakan sesudah

perbuatan itu dilakukan. Sedangkan dari pengertian kedua dapat dipahami

sesuatu disebut hukuman karena ia merupakan balasan terhadap perbuatan

yang menyimpang yang telah dilakukannya. Menurut kamus bahasa

Indonesia karangan S.Wojowaswito, hukuman berarti siksaan atau

(38)

pembalasan kejahatan ( kesalahan dosa ). Sedangkan Abdul Qodir Audah

memberikan definisi hukuman adalah pembalasan atas pelanggaran

perintah syara’ yang ditetapkan untuk kemaslahatan masyarakat.35

Disini dapat kita simpulkan bahwa hukuman ( sanksi ) merupakan

balasan yang setimpal atas perbuatan pelaku kejahatan yang

mengakibatkan orang lain menjadi korban akibat perbuatannya. Dalam

ungkapan lain, hukuman merupakan penimpaan derita dan kesengsaraaan

dari pelaku kejahatan sebagai balasan yang diterima si pelaku akibat

pelanggaran perintah syara’.36

2. Dasar Hukum Pemberlakuan Sanksi ( Hukuman )

Hukuman harus mempunyai dasar baik dari al-Qur’an, maupun

Hadits. Berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Islam dalam upaya

menyelamatkan manusia baik perseorangan maupun masyarakat dari

kerusakan dan menyingkirkan hal-hal yang menimbulkan kejahatan. Islam

berusaha mengamankan dengan berbagai ketentuan baik berdasarkan

al-Qur’an, Hadits, maupun berbagai ketentuan ulil amri. Semua itu pada

hakikatnya dalam menyelamatkan umat manusia dari ancaman kejahatan.

Adapun dasar penjatuhan hukuman (sanksi) tersebut ;

35Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad, Intisari Hukum Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983,

47

(39)

Surat Shad ayat 26 :































































Artinya : “ Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah

dimuka bumi ini, maka berilah keputusan ( perkara ) diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari Allah akan mendapatkan azab yang berat, karena mereka melupakan hari

perhitungan”.37

3. Macam-macam Sanksi ( Hukuman )

Hukuman dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan tindak

pidananya, antara lain :38

a) Hukuman ditinjau dari segi terdapat atau tidak terdapat nashnya dalam

al-Qur’an dan al-Hadits. Maka hukuman dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu :

1) Hukuman yang ada nashnya, yaitu Hudud@, Qishas@, Diyat,

dan Kafa@rat. Misalnya hukuman bagi pezina, pencuri,

(40)

perampok, pemberontak, pembunuh, dan orang yang

mendzihar istrinya.

2) Hukuman yang tidak ada nashnya, hukuman ini disebut

dengan hukuman ta’zir@ seperti percobaan melakukan

tindak pidana, tidak melaksanakan amanah, saksi palsu dan

melanggar aturan lalu lintas.39

b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman dengan

hukuman lain, hukuman daapat dibedakan menjadi empat yaitu :

1) Hukuman pokok, yaitu hukuman yang menempati tempat

hukuman yang asal bagi satu kejahatan, seperti hukuman mati

bagi pembunuh dan hukuman jilid seratus kali bagi pezina

ghairu@ muhs{han@.

2) Hukuman pengganti, yaitu hukuman yang menempati tempat

hukuman pokok apabila hukuman hukuman pokok itu tidak

dapat dilaksanakan karena suatu alasan hukum, seperti hukuman

diyat atau denda bagi pembunuh sengaja yang dimaafkan

qish@asnya oleh keluarga korban atau hukuman ta’zir@ apabila

karena suatu alasan hukum pokok yang berupa had tidak dapat

dilaksanakan.

3) Hukuman tambahan, yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada

pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok, seperti

(41)

terhalangnya seorang pembunuh untuk mendapat waris dari

harta terbunuh.

4) Hukuman pelengkap, yaitu hukuman yang dijatuhkan sebagai

pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan, seperti

mengalungkan tangan pencuri yang telah dipotong di lehernya.

Hukuman ini harus berdasarkan keputusan hakim tersendiri.40

c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan

hukuman, maka hukuman dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu, dimana hakim

tidak dapat menambah atau mengurangi batas itu, seperti

hukuman h{ad.

2) Hukuman yang memiliki dua batas yaitu batas tertinggi dan

batas terendah, dimana hakim dapat memilih hukuman yang

paling adil dijatuhkan kepada terdakwa, seperti dalam

kasus-kasus maksiat yang diancam dengan ta’zir@.

d) Hukuman ditinjau sasaran hukum, hukuman dapat dibagi menjadi

empat yaitu :41

1) Hukuman badan, yaitu hukuman yang dikenakan kepada badan

manusia, seperti hukuman jilid.

2) Hukuman yang dikenakan dengan hukuman jiwa, yaitu hukuman

mati.

(42)

3) Hukuman yang dikenakan kepada kemerdekaan manusia, seperti

hukuman penjara dan pengasingan.

4) Hukuman harta, yaitu hukuman yang dikenakan kepada harta,

seperti diyat@, denda dan perampasan.42

4. Syarat-syarat Sanksi ( Hukuman )

a) Sanksi ( hukuman ) harus ada dasarnya dari syara’

Hukum dianggap mempunyai dasar apabila ia didasarkan pada

sumber – sumber syara’, seperti al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’ atau

undang-undang yang ditetapkan dilembaga yang berwenang. Dalam hal

ini hukuman ditetapkan oleh ulil amri maka diisyaratkan tidak boleh

bertentangan dengan ketentuan-ketentuan syara’. Apabila bertentangan

maka ketentuan hukuman tersebut menjadi batal. Dengan adanya

persyaratan tersebut maka seseorang hakim tidak boleh menjatuhkan

hukuman atas dasar pemikirannya sendiri walaupun ia berkeyakinan

bahwa hukuman tersebut lebih baik dan lebih utama daripada hukuman

yang telah ditetapkan.43

b) Sanksi ( hukuman ) harus bersifat pribadi ( perseorangan )

Hukuman diisyaratkan harus bersifat pribadi atau perseorangan,

artinya bahwa hukuman harus dijatuhkan pada orang yang melakukan

tindak pidana dan tidak mengenai orang lain yang tidak bersalah. Syarat

42 Imam Mawardi, Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah, Jakarta : PT Daruk Falah, 2006, 39

(43)

ini merupakan salah satu dasar dan prinsip yang ditegakkan oleh syariat

Islam dan telah dibicarakan berkaitan dengan masalah

pertanggungjawaban.44

c) Sanksi ( hukuman ) harus berlaku umum

Hukuman harus bersifat umum, karena seluruh pelaku pidana

dihadapan hakim sama derajatnya, tanpa membedakan apa dia kaya atau

miskin dari rakyat biasa atau penguasa. Apabila rakyat biasa dalam

tindak pidana aborsi dikenakan hukuman ta’zir@ maka penguasa yang

melakukan aborsi juga harus dikenakan ta’zir@. Namun demikian, prinsip

persamaan hukuman secara sempurna hanya dapat diberlakukan dalam

tindak pidana hudud@, pembunuhan dan perlukaan.45

E. Hukuman Untuk Tindak Pidana Atas Janin

Hukuman untuk tindak pidana atas janin bebeda-beda sesuai dengan

perbedaan akibat dari perbuatan pelaku. Akibat tersebut ada lima macam,

diantaranya sebagai berikut : 46

1. Gugurnya kandungan dalam keadaan meninggal

Apabila janin gugur dalam keadaan meninggal, hukuman bagi

pelaku adalah diyat janin, yaitu ghu@rrah ( hamba sahaya ) yang nilainya

lima ekor unta. Ghurrah menurut arti asalnya adalah khiyar@ ( pilihan ).

44 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : PT Bulan Bintang, 1990,142

45Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2006,

1872

46 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika

(44)

Hamba sahaya disebut ghu@rrah karena ia merupakan harta pilihan. Dalam

praktiknya, ghu@rrah ( hamba sahaya ) dinilai dengan lima ekor unta, atau

yang sebanding dengan itu, yaitu lima dinar, atau lima ratus dirham

menurut Hanafiyah, atau enam ratus dirham menurut jumhur ulama.

Ghu@rrah berlaku baik untuk janin laki-laki maupun perempuan.

Perhitungannya adalah untuk janin laki-laki seperduapuluh diyat laki-laki,

dan untuk janin perempuan sepersepuluh di@yat kami@lah ( sempurna )

untuk perempuan. Hasilnya tetap sama yaitu lima ekor unta, karena di@yat

perempuan adalah sepersepuluh laki-laki.47

Dalam tindak pidana atas janin yang dilakukan dengan sengaja,

menurut Malikiyah di@yatnya diperberat ( mughalladah ), yaitu harus

dibayar oleh pelaku dari hartanya sendiri dengan tunai. Sedangkan untuk

tindak pidana atas janin yang dilakukan dengan kesalahan atau

menyerupai sengaja, di@yatnya diperingan ( mukhaffafah ), yaitu dibayar

oleh ‘aqilah ( keluarga ) atau bersama-sama dengan pelaku. Apabila janin

yang gugur kembar dua atau tiga dan seterusnya maka di@yatnya juga

berlipat. Apabila janinnya dua, hukumannya dua ghu@rrah ( hamba sahaya

) atau dua kali lima ekor, yaitu sepuluh ekor unta. Kalau ibu meninggal

setelah dilaksanakannya hukuman, maka disamping ghu@rrah, pelaku juga

dikenakan di@yat untuk ibu yaitu lima puluh ekor unta.48

47 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika

Offset,225

(45)

2. Gugurnya Janin dalam Keadaan Hidup Tetapi Kemudian Meninggal

Akibat Perbuatan Pelaku

Apabila janin gugur dalam keadaan hidup tetapi kemudian ia

meninggal akibat perbuatan pelaku, menurut pendapat ulama yang

menyatakan adanya kesengajaan, hukumannya adalah qisas@ . Akan tetapi

bagi ulama yang berpendapat tidak ada kesengajaan dalam tindak pidana

atas janin melainkan hanya shibhul ‘amd, hukuman bagi pelaku adalah

di@yat kami@lah . Demikian pula menurut pendapat kedua dari kelompok

yang menyatakan adanya kesengajaaan ( sebagian malikiyah ) dan tindak

pidana yang terjadi karena kesalahan, hukumannya juga adalah di@yat

kami@lah . perbedaan antara di@yat sengaja dan menyerupai sengaja serta

kekeliruan, bukan dalam jumlah untanya, melainkan pada sifatnya, yaitu

diperberat dan diperingan.

Di@yat kami@lah untuk janin berbeda sesuai dengan perbedaan

jenisnya. Untuk di@yat laki-laki berlaku di@yat laki-laki yaitu seratus ekor

unta, sedangkan untuk di@yat janin perempuan, yaitu separuh di@yat

laki-laki ( lima puluh ekor unta ). Apabila janin yang gugur kembar maka

di@yatnya juga berlipat.

3. Gugurnya Janin dalam Keadaan Hidup Terus atau Meninggal Karena

Sebab Lain.

Apabila janin gugur dalam keadaan hidup dan ia tetap bertahan

(46)

bagi pelaku adalah hukuman ta’zir@ . Hal ini karena meninggalnya janin

tersebut bukan karena perbuatannya. Adapun hukuman untuk

pembunuhan atas janin setelah terpisah dari ibunya adalah hukuman mati,

karena jari@mah yang terjadi adalah melenyapkan nyawa manusia yang

masih hidup.

4. Janin tidak Gugur atau Gugur Setelah Meninggalnya Ibu

Apabila karrena perbuatan pelaku janin tidak gugur atau ibu

meninggal sebelum kandungannya keluar, atau janin gugur setelah

meninggalnya ibu maka hukumannya bagi pelaku dalam semua kasus ini

adalah ta’zir@. Ketentuan ini berlaku apabila tidak ada petunjuk yang pasti

bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku mengakibatkan

meninggalnya janin, atau menggugurkannya, dan meninggalnya ibu tidak

ada kaitannya dengan hal ini.

5. Tindak Pidana Mengakibatkan Luka pada Ibu, Menyakitinya, atau

Menyebabkan Kematian.

Apabila perbuatan yang dilakukan oleh pelaku tidak hanya

menggugurkan kandungan, melainkan menimbulkan akibat pada ibu baik

luka potong atau bahkan meninggal maka akibat tersebut harus

dipertanggungjawabkan kepada pelaku, sesuai denagn akibat yang terjadi.

Kalau akibatnya berupa meninggalnya ibu maka disamping ghurrah untuk

janin, juga berlaku hukuman di@yat untuk ibu, yaitu lima puluh ekor unta.

Apabila pelaku memukul ibu dengan pukulan yang tidak meninggalkan

(47)

pelaku dikenakan hukuman ta’zir@ , dan untuk pengguguran kandungannya

berlaku di@yat janin, yaitu ghu@rrah lima ekor unta.

Disamping hukuman yang telah disebutkan untuk lima jenis akibat

dari tindak pidana atas janin, terdapat pula hukuman yang lain, yaitu

hukuman kafa@rat . Hukuman kafa@rat ini berlaku apabila janin gugur baik

dalam kedaan hidup atau mati, dan pelakunya ibu atau orang lain. Apabila

janin yang gugur itu kembar, menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad

maka kafa@ratnya juga berlipat.

Imam Malik berpendapat bahwa kafa@rat dalam jinayah atas janin

hanya mandub ( tidak wajib ). Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah

kafa@rat hanya berlaku apabila janin gugur dalam keadaan hidup.49

F. Pengertian Diyat

Pengertian diyat sebagaimana dikemukakan oleh Sayid Sabiq adalah

sejumlah harta yang dibebankan kepada pelaku , karena terjadinya tindak

pidana ( pembunuhan atau penganiayaan ) dan diberikan kepada korban atau

walinya. Diyat merupakan uqubah maliyah (hukuman yang bersifat harta),

yang diserahkan kepada korban apabila ia masih hidup, atau kepada wali

(keluarganya) apabila ia sudah meninggal, bukan kepada pemerintah.

Menurut Imam Abu Yusuf, Imam Muhammad ibn Hasan, dan Imam Ahmad

ibn Hanbal , jenis diyat itu ada enam macam yaitu :

1. Unta

49Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika

(48)

2. Emas

3. Perak

4. Sapi

5. Kambing

6. Atau Pakaian.

Menurut Hanabilah, lima jenis yang dipertama merupakan asal diyat,

sedangkan keenam, yaitu pakaian bukan asal, karena bisa berubah-ubah.

Adapun kadar (ukuran) diyat, yaitu apabila diyatnya unta jumlahnya 100

ekor, sapi 200 ekor, kambing 2.000 ekor uang emas 1.000 dinar, uang

perak 12.000 dirham dan pakaian 200 setel. Dalam hal ini tidak ada

perbedaan pendapat di kalangan ulama.50 Jika dikurskan dengan rupiah

tahun 2016 1 dinar sama dengan Rp 34,772.81 . Jadi apabila diyat yang

dijatuhkan sebesar lima dinar maka yang harus dibayarkan sebesar Rp

173.860,00.

50Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika

(49)

BAB III

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK TENTANG SANKSI ABORSI

YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

A.Deskripsi Pengadilan Negeri Gresik

Pengadilan Negeri Gresik adalah Pengadilan Negeri berstatus kelas 1B

yang berada dibawah lingkungan Pengadilan Tinggi Jawa Timur. Wilayah

hukumnya meliputi daerah kota Gresik.

Visi :

Mewujudkan supermasi hukum melalui kekuasaan kehakiman yang

mandiri, efektif, efisien serta mendapat kepercayaan publik, profesional dalam

memberikan pelayanan hukum yang berkualitas, keterbukaan, etis, terjangkau,

dan biaya rendah bagi masyarakat, serta mampu menjawab pelayanan publik.

Misi :

1.Mewujudkan rasa keadilan sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan

serta keadilan masyarakat.

2.Mewujudkan peradilan yang mandiri dan independen, bebas dari campur

tangan pihak lain dan transparan.

3.Meningkatkan akses pelayanan hukum dibidang peradilan secara prima

kepada masyarakat pencari keadilan.

4.Memperbaiki kualitas input pada proses peradilan

(50)

5.Mewujudkan institusi peradilan yang efektif, efisien, bermartabat,

berwibawa dan dihormati.

6.Meningkatkan profesionalisme kinerja aparat pengadilan.

B. Deskripsi Terjadinya Tindak Pidana Sanksi Aborsi yang Dilakukan Oleh Anak

Dibawah Umur

Kasus tindak pidan aborsi yang sering dilakukan oleh anak dibawah

umur seharusnya tidak terjadi. Tindak pidana yang dilakukan anak dibawah

umur dipandang sangat memprihatinkan oleh masyarakat. Anak yang masih

dibawah umur seharusnya tidak melakukan hal yang melanggar hukum, sebab

semestinya seorang anak masih harus banyak belajar hal baik disekolahnya

maupun di lingkungannya. Tindak pidana aborsi yang dilakukan anak dibawah

umur dipandang sebagai korban perbuatan yang buruk dan merupakan suatu

kesalahan yang melanggar hukum. Contoh pada kasus tindak pidana aborsi

yang dilakukan oleh anak dibawah umur terjadi pada Ade Nerissa Arvina

pelajar kelas 3 SMA yang bertempat tinggal di Jl. Palangkaraya I No. 18

Perum GKB Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, untuk lebih detailnya

peneliti akan menjelaskan kronologisnya.

Berawal pada hari Sabtu tanggal 11 Februari 2012 sekira pukul 14.00

WIB, sepulang sekolah terdakwa main kerumah saksi Faria Indarta

(disidangkan dalam perkara terpisah) yang merupakan pacara dari terdakwa,

sesampainya ditempat tersebut tiba-tiba saksi Faris Indarta mengatakan pada

(51)

kandungan yang beralamat di Jalan Akim Gang 7 Kelurahan Sukorame,

Kecamatan Gresik, kabupaten Gresik, kemudian saksi Faris Indarta dan

terdakwa sepakat pergi ketempat tersebut dengan menggunakan sepeda motor

milik saksi Faris Indarta. Sesampainya ditempat saksi Miningwati

(disidangkan dalamperkara terpisah) yang berprofesi sebagai dukun bayi, saksi

Faris Indarta dan terdakwa menyampaikan keinginannya untuk menggugurkan

kandungan dari terdakwa. Selanjutnya saksi Miningwati menyuruh terdakwa

untuk masuk kamar tempat praktek, lalu saksi Miningwati memeriksa

kandungan terdakwa, dan setelah melakukan pemeriksaan kemudian saksi

Miningwati menerangkan kepada saksi Faris Indarto alias Darto bahwa

untuk menggugurkan kandungan terdakwa dan karena usia kandungan sudah

sekitar 4 (empat) bulan, maka saksi Miningwati meminta kompensasi

pengguguran kepada saksi Faris Indarto alias dan terdakwa sebesar Rp,.

12.000.000, (dua belas juta rupiah) kemudian saksi Faris Indarto menawar

kompensasi tersebut dengan alasan saksi Faris Indarto dan terdakwa masih

pelajar, akhirnya saksi Miningwati setuju kompensasi tersebut dibayar

separuhnya terlebih dahulu, selanjutnya saksi Faris Indarto memberikan uang

muka kepada saksi Miningwati sebesar Rp. 4.700.000,- (empat juta tujuh ratus

ribu rupia) dan sisanya sebesar Rp. 1.300.000,- (satu juta tiga ratus ribu

rupiah) akan dibayar saksi Faris Indarto pada saat dating kembali ketempat

saksi Miningwati kemudian saksi Miningwati menuruh saksi Faris Indarto

alias Darto dan terdakwa pulang untuk mengambil bekal berupa pakaian dan

(52)

Setelah saksi Faris Indarto alias Darto dan terdakwa pulang saksi

Miningwati bertemu dengan saksi Titik Puji Lestari dan mengatakan kepada

saksi Titik Puji Lestari kalau saksi Miningwati akan melakukan proses

persalinan menggugurkan kandungan kemudian saksi Miningwati bersama

dengan saksi Titik Puji Lestari mempersiapkan pralatan yang digunakan

praktek menggugurkan kandungan terdakwa tersebut berupa :

1) 1 (satu) buah selendang warna coklat kopi susu;

2) 1 (satu) buah perlak plastic motif kotak- kotak warna hijau biru;

3) 1 (satu) buah selimut warna merah motif kembang;

4) 2 (dua) potong kain sprei warna hijau motif batik;

5) 1 (satu) buah timba warna hitam;1 (satu) buah gayung warna

merah muda;

6) 1 (satu) buah nampan warna hitam keabu-abuan;

7) 1 (satu) buah gelas;

8) 1 (satu) buah cowek;

9) 1 (satu) buah hulek-hulek terbuat dari kayu;

10)2 (dua) buah pil warna putih terdapat logo tambah dan ular

ditengah pil; Dirampas untuk dimusnahkan;

11)1 (satu) potong baju jubah kaos abu-abu motif garis warna kuning;

12)1 (satu) potong jilbab warna abu-abu;

Dikembalikan kepada yang berhak yaitu terdakwa.

Sekitar jam 19.30 WIB saksi Faris Indarto alias Darto dan terdakwa dating

(53)

buang air kecil (kencing) serta masuk kekamar praktek. Saat didalam kamar

praktek saksi Miningwati menyuruh terdakwa untuk membuka pakaiannya

serta menyuruh terdakwa untuk minum pil penggugur kandungan berupa

tablet warna putih terdapat logo tambah (+) dan ular ditengahnya sebanyak 2

(dua) butir dan sebanyak 3 (tiga) butir pil (tablet) oleh saksi Miningwati

dimasukan kedalam lubang vagina terdakwa, lalu saksi Miningwati menyuruh

terdakwa untuk tidur dalam possi miring kekiri dengan maksud agar obat

tersebut cepat masuk dan merasuk kedalam rahim bayi.

Sekitar jam 02.00 WIB saksi Miningwati memijat perut terdakwa dengan

arah memutar dan karena terdakwa kesakitan maka saksi Miningwati

mengikat perut saksi dengan selembar selendang dengan maksud agar janin

dalam perut terdakwa tidak naik dan langsung turun selanjutnya sekitar jam

09.00 WIB saksi Miningwati menyuruh terdakwa makan telur serta racikan

(ramuan) yang dibuat saksi Miningwati sendiri berupa merica yang

dihaluskan, ragi dan person daun waru, selanjutnya sekitar jam 10.00 WIB

saat terdakwa mengatakan bayinya akan keluar lalau saksi Miningwati

menuruh terdakwa untuk ngeden sementara itu saksi Titik Puji Lestari

memegangi tangan kiri dan paha kaki sebelah kiri terdakwa, sementara saksi

Miningwati menyobek gelembung air ketuban dengan garam, kemudian

bayi/janin yang terbugkus ari-ari sebesar kepalan tangan dan dalam keadaan

sudah meninggal keluar melalui vagina terdakwa. Setelah janin/bayi tersebut

keluar oleh saksi Miningwati dibersihkan lalu dibungkus kain putih dan tas

(54)

diserahkan kepada saksi Titik Puji Lestari yang saat itu sedang membersihkan

tubuh serta memakaikan korset pada perut terdakwa serta membersihkan

perlak dari noda darah. Setelah proses pengguguran tersebut selesai, saksi

Miningwati langsung pergi ke babat lamongan untuk menjenguk cucunya

kemudian saksi Titik Puji Lestari menyerahkan janin/bayi kepada

keponakannya yang bernama Ririn dan Devi (belum tertangkap) untuk

dikuburkan. Akibat perbuatan terdakwa bersama-sama dengan saksi Faris

Indarta (disingkan dalam perkara terpisah) menyebabkan janin/bayi yang

dikandungnya meninggal, karena janin/bayi yang masih berumur 4 (empat)

bulan yang belum waktunya untuk lahir tersebut oleh terdakwa dipaksa keluar

dan rahim terdakwa, dengan cara minum tablet warna putih terdapat logo (+)

dan ular ditengahnya sebanyak 2 (dua) tablet dan 3 (tiga) tablet dimasukkan

kedalam vaginanya serta meminum racikan (ramuan) saksi Miningwati sendiri

berupa merica yang dihaluskan, ragi dan perasan daun waru.

C. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Gresik terhadap Sanksi Aborsi yang

Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur

Dari keterangan saksi-saksi serta keterangan terdakwa sendiri di

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang bahwa untuk mendapatkan anak/perempuan Terdakwa telah menawarkan pekerjaan kepada Hesti Winarni untuk mencari anak/perempuan untuk dijadikan PSK (Pekerja Seks

sehingga tidak bisa menyatakan semangat kepada diri sendiri. 4) Konseli menganggap tugas- tugas yang ada adalah beban sehingga sering mengeluh dan mengerjakan

Ilustrasi ini menunjukan bahwa langakah kecil yang dapat dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat dapat memberikan dampak yang sangat luas bagi kesehatan lingkungan yang pada

Pada tanggal 28 Desember 2010 dan 21 April 2011, Entitas Induk bersama dengan SDN, DKU, BIG dan PT Mitra Abadi Sukses Sejahtera, pihak berelasi, menandatangani

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan

Dalam budaya orang Dani laki- laki tinggal bersama saudara laki-laki atau anak laki- laki dengan ayah mereka beserta kerabat laki- laki mereka yang lainnya dalam satu tempat tempat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa langkah-langkah atau upaya yang dilakukan petani sayur dalam mensejahterakan keluarga di Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao

PERENCANAAN ULANG TIMBUNAN OPRIT DAN ABUTMENT JEMBATAN PLASMA BATU TUGU- PLASMA TANJUNG KURUNG, PALEMBANG (YANG MENGALAMI KERUNTUHAN SEBELUMNYA PADA SAAT PELAKSANAAN).. RIF’