digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Aborsi Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur ( Studi Putusan Pengadilan Negeri Gresik No.368/Pid.B/2012/PN.Gresik )” perumusan masalah sebagai berikut : (1) Bagaimana pertimbangan hakim terhadap sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik (2) Bagaimana analisis hukum pidana Islam terhadap pertimbangan hakim terhadap sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak di bawah umur dalam putusan pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis data pustaka (library research) dan dokumentasi sehingga mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini selanjutnya diketik dan ditulis sehingga dengan mudah untuk mempelajari, menelaah dan memeriksa bahan-bahan kepustakaan yang mempunyai relevansi dengan materi pembahasan lalu menghasilkan data yang sesuai dengan pola pikir deduktif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pertimbangan hakim dalam memberikan sanksi kepada pelaku aborsi menurut UU Nomor 3 tahun 1997 Pasal 24 ayat 1 huruf a, dan UU RI Nomor 23 tahun 2002 serta UU RI Nomor 4 tahun 1979 pasal 6 dan pasal 9 adalah tepat karena terdakwa yang berinisial ‘AN’ masih berusia 16 tahun 10 bulan yang tergolong anak dibawah umur Selanjutnya menurut Hukum Pidana Islam sanksi terhadap pelaku tindak pidana aborsi yang dilakukan
oleh terdakwa berinisial ‘AN’ adalah hukuman diyat karena usia terdakwa sudah
mencapai 16 tahun 10 bulan dan sudah pernah mengalami haid sehingga dinyatakan dewasa. Masyarakat yang sebagai warga negara serta orang tua bagi anaknya diharapkan mampu memberikan cerminan yang baik dan memberikan pembelajaran moral kepada anaknya sehingga tidak akan terjadi lagi perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain bahkan dapat merusak masa depannya sendiri.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
i DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ...i
PERNYATAAN KEASLIAN ...ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii
PENGESAHAN ...iv
ABSTRAK ...v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ...vii
DAFTAR TRANSLITERASI ...x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...6
C. Rumusan Masalah ...6
D. Kajian Pustaka ...7
E. Tujuan Penelitian ...8
F. Kegunaan Hasil Penelitian ...9
G. Definisi Operasional ...10
H. Metode Penelitian ...11
I. Teknik Pengumpulan Data ...15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ii
K. Teknik Analisis Data ...16
L. Sistematika Penulisan ...16
BAB II LANDASAN TEORI A.Pengertian Aborsi ...19
B.Pengertian Anak Di Bawah Umur ...25
C.Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Islam ...26
D.Sanksi Atau Hukuman Dalam Hukum Pidana Islam ...33
E. Hukuman Tindak Pidana Atas Janin ...39
F. Pengertian Diyat ...52
BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK TENTANG SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR A. Deskripsi Pengadialn Negeri Gresik ... 44
B. Deskripsi Terjadinya Tindak Pidana Sanksi Aborsi Anak Dibawah Umur...45
C. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Gresik Terhadap Sanksi Aborsi Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur ...49
D. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Gresik Terhadap Sanksi Aborsi Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur ...51
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
iii
A. Analisis Terhadap Sanksi Aborsi yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah
Umur di Pengadilan Negeri Gresik ...55
B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Aborsi Dalam Putusan
Hakim Pengadilan Negeri Gresik yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah
Umur ...59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...63
A. Saran ...65
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Angka aborsi di Indonesia saat ini cukup tinggi yaitu tak kurang dari dua
juta kasus per tahun. Hal ini terjadi karena liberalisme telah melahirkan
kehidupan masyarakat serba bebas. Tidak hanya bebas dalam memiliki
sesuatu, bebas berpendapat, bebas memilih agama, juga kebebasan bertingkah
laku. Tingginya free sex mengakibatkan tingginya angka kehamilan yang
tidak diinginkan, yang ujung-ujungnya berakhir pada tingginya angka aborsi.
Liberalisme juga telah membuat masyarakat ini dekat dengan pornografi dan
pornoaksi sehingga tak heran timbul kasus-kasus pelecehan seksual bahkan
perkosaan. Sebagai seorang Muslim yang seluruh perbuatannya harus terikat
dengan hukum syara, akan timbul pertanyaan bagaimanakah hukum aborsi
dalam pandangan Islam yang terlebih lagi dilakukan oleh anak dibawah umur.1
Secara bahasa aborsi adalah pengguguran kandungan (janin). Ia berasal dari
kata (
ضهج
-
اضهج
)
artinya menghilangkan Maka(
لماحلا تضهجأ
) artinyamembuang anak sebelum sempurna dan disebut dengan menggugurkan janin.
Atau secara bahasa juga bisa dikatakan, lahirnya janin karena dipaksa atau
karena lahir dengan sendirinya. Akan tetapi oleh para pakar bahasa, kata
al-ijha@d{ lebih sering diartikan dengan “keguguran janin yang terjadi sebelum
1Resmini Wayan, Pandangan Norma Agama dan Norma Hukum Tentang Aborsi, Mataram: Vol.
4 GanecSwara Vol. 4 No. 2, FKIP. Universitas Muhamadiyah Mataram, 2010, 53
memasuki bulan keempat dari usia kehamilannya”.2 Adapun secara
terminologi, al-ijhad berarti “mengakhiri kehamilan sebelum masanya, baik
terjadi dengan sendirinya (keguguran) ataupun dilakukan dengan sengaja”.
Demikian juga menurut fuqaha diantaranya seperti Al-Ghazali menurutnya
aborsi adalah pelenyapan nyawa yang ada dijanin atau merusakkan sesuatu
yang sudah terkonsepsi (mauju@d al-h{a@sil ), lebih lanjut dikatakan bahwa
pelenyapan nyawa didalam rahim adalah termasuk perbuatan jinayah karena
fase kehidupan janin telah dimulai sejak terpancarnya sperma dalam vagina
sehingga terjadi konsepsi. Ulama fiqh klasik berpendapat bahwa masa
kehamilan yang paling singkat adalah 6 bulan. Oleh karena itu, perempuan
yang melahirkan pada usia genap enam bulan tidak dapat digunakan sebagai
ijhad{ karena ia dianggap melahirkan secara normal. Adapun al-ijhad{ yang
dimaksud oleh syar’i adalah “mengakhiri masa kehamilan sebelum proses
persalinan yang wajar, yakni sebelum bulan keenam dari proses pembuahan”.
Dari beberapa uraian tentang pengertian aborsi di atas maka menurut penulis
aborsi adalah pengeluaran janin dari rahim seorang ibu, baik yang disengaja
atau yang terjadi secara spontanitas sebelum usia kehamilan sempurna.3
Dengan perkembangan dunia yang semakin kompleks dewasa ini, maka
tidak jarang pula menimbulkan berbagai permasalahan serius yang perlu
mendapatkan perhatian sedini mungkin salah satunya yaitu aborsi yang
2Resmini Wayan, Pandangan Norma Agama dan Norma Hukum Tentang Aborsi, Mataram: Vol.
4 GanecSwara Vol. 4 No. 2, FKIP. Universitas Muhamadiyah Mataram, 2010,55
dilakukan oleh anak-anak dibawah umur. Hal ini di harapkan agar anak dapat
bertumbuh kembang dengan baik dan anak terlindungi dari ancaman kejahatan
yang membahayakan dirinya. Perlindungan hak-hak anak pada hakikatnya
menyangkut langsung pengaturan dalam peraturan perundang-undangan,
kebijaksanaan, usaha dan kegiatan yang menjamin terwujudnya perlindungan
hak-hak anak, pertama-tama didasarkan atas pertimbangan bahwa anak-anak
merupakan golongan yang rawan, di samping karena adanya golongan
anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya,
baik rohani, jasmani maupun sosial.4
Hukum pidana Islam memang merupakan hukum Islam yang paling lama
dan paling jauh ditinggalkan oleh umatnya. Sehingga wajar kalau sebagian
kalangan yang memiliki semangat Islamisasi menitikberatkan perhatiannya
pada penerapan hukum yang sangat jauh ditinggalkan. 5 Asas-asas atau aturan
pokok yang dikenal dalam hukum pidana positif pada umumnya terdapat pula
dalam aturan-aturan hukum pidana Islam yaitu asas legalitas, asas tidak
berlaku surut, asas praduga tak bersalah, asas tidak sahnya hukuman karena
keraguan,asas kesamaan di depan hukum, dan asas larangan memindahkan
kesalahan kepada orang lain. Asas-asas tersebut saling berkaitan satu sama
lain bahkan diantaranya merupakan sebuah konsekuensi dari asas lain.
Asas-asaa tersebut dianut oleh hukum pidana Islam material dan formal.6
4 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Bandung: Refika Aditama,2006,35.
5Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta; Gema Insani Press,2003, 96
6Muhammad Nur Tahmid, Menggapai Hukum Pidana Ideal Kemaslahatan Hukum Pidana Islam,
Didalam ayat al-Qur’an menjelaskan
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah, melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. (Q.S. al-Isra’ : 31-33)7
Ada beberapa pasal bagi yang memberikan sanksi atas perilaku aborsi,
diantaranya : pasal 346 berbunyi “perempuan dengan sengaja menyebabkan
gugur atau mati kandungannya atau menyuruh orang lain menyebabkan itu
dihukum hukuman penjara selama-lamanya empat tahun” dan pasal 347,
bunyinya sebagai berikut :8
7 Depertemen Agama RI, Al-Qur’an & Terjemahnya, Bandung, Penerbit Diponegororo, 2009,hl.
227
1. Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati
kandungan dengan tidak dengan izin perempuan itu, dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu berakibat perempuan itu mati ia dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya selama lima belas tahun.
Pasal diatas menegaskan bahwa tindakan pengguguran bayi atau aborsi di
Indonesia adalah perbuatan yang dilarang oleh pemerintah Republik
Indonesia.
Bagi orang yang menggugurkan atau mengaborsi anak yang
berada didalam kandungan ( janin ) dan meskipun pelakunya masih berada
di bawah umur pantaslah dia memperoleh hukuman dari pemerintah yang
diwakili oleh Pengadilan Negeri di Gresik. Ada kasus tentang hal
tersebut, lalu Pengadilan Negeri Gresik memberi putusan kepada
pelakunya sebagai hukuman. Kemudia putusan tersebut apakah sesuai
atau tidak dengan Hukum Pidana Islam, sebab itu penulis menyusun judul
“ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI
YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK NOMOR
368/Pid.B/2012/PN.GRESIK)”.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa
masalah pada penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat
diidentifikasi sebagaimana berikut :
1. Sanksi tindak pidana terhadap aborsi yang dilakukan oleh anak
dibawah umur
2. Pertimbangan yang digunakan oleh hakim dalam putusan Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik Terhadap tindak pidana aborsi yang
dilakukan oleh anak dibawah umur.
3. Dasar hukum hakim Pengadilan Negeri Gresik dalam putusan
Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik terhadap tindak pidana aborsi
yang dilakukan oleh anak dibawah umur.
4. Analisis hukum pidana Islam terhadap tindak pidana aborsi yang
dilakukan oleh anak dibawah umur.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan juga bertujuan agar
permasalahan ini dikaji dengan baik, maka penulis membatasi penulisan
karya ilmiah dengan batasan :
1. Pertimbangan hakim terhadap anak di bawah umur sebagai pelaku
tindak pidana aborsi dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik
Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik
2. Analisis hukum pidana Islam tentang pertimbangan hakim
dalam putusan pengadilan Negeri Gresik Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka secara
lebih terperinci perumusan masalah dalam skripsi ini akan memfokuskan pada
beberapa pembahasan untuk diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Gresik terhadap
tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam
putusan Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik ?.
2. Bagaimana analisis hukum pidana Islam terhadap pertimbangan
sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam
putusan pengadilan Negeri Gresik Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik ?.
D. Kajian Pustaka
Penelitian masalah tentang aborsi sudah banyak sekali ditemukan
dalam buku atau dalam karya-karya ilmiah. Tetapi penelitian tentang
analisis hukum pidana Islam terhadap sanksi aborsi yang dilakukan oleh
anak dibawah umur sulit ditemukan, dan sepanjang pengetahuan penulis
tentang aborsi yang telah dibahas oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri
1. Siti Yulisti Ningsih9didalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum
Pidana Islam dan KUHP Terhadap Pelaku Aborsi (Studi Komparasi)”
pokok pembahasan yang dibuat adalah mencari persamaan dan
perbedaan bagi pelaku aborsi.
2. Edi Susilo menulis dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Tindak Aborsi Yang belum Bernyawa” menyatakan
bahwa: Hukum pengguguran janin yang dilakukan sebelum janin
bernyawa adalah diperbolehkan10 karena dengan sebab tertentu dan
dengan syarat harus ada keterangan dari medis dan izin dari pihak
keluarga.
3. Siti Khotijah yang menulis skripsi berjudul “Putusan Pengadilan negeri
Surabaya No.149/Pid.B/1999 tentang tindak pidana aborsi yang
dilakukan oleh dokter kebidanan dalam perspektif hukum Islam
menyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah melakukan tindak
pidana aborsi sehingga dihukum selama enam bulan satu minggu dan dia
harus membayar denda sebagai ongkos perkara sebesar lima ribu rupiah.
Sedangkan dalam perspektif hukum Islam Bahwa pelakunya mendapat
hukuman atau sanksi didunia yaitu mendapat dosa besar, terkena denda,
diyah kalimah dan kifarah, sedangkan sanksi diakhirat yakni neraka
9Siti Yulisti Ningsih, Tinjauan hukum Pidana Islam dan KUHP Terhadap pelaku Aborsi (Studi
komparasi). Skripsi, IAIN, Fakultas Syariah Jurusan Siyasah Jinayah, 2002
10 Edi Susilo, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Aborsi Kepada Janin Yang Belum
jahanam, murka Allah, laknat Allah dan siksaan yang berat.11
Dari perbedaan diatas penelitian yang diteliti merupakan hasil dari
analisis kasus tentang pelaku aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah
umur serta pertimbangan Hakim dalam memberikan sanksi yang belum
pernah di teliti oleh peneliti terdahulu.
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang ditulis diatas, maka skripsi ini
bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Gresik
terhadap tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah
umur dalam putusan Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik
2. Untuk mengetahui analisis hukum pidana Islam terhadap
pertimbangan sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah
umur dalam putusan pengadilan Negeri Gresik Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sekurang-kuarangnya
dalam dua aspek yaitu :
1. Aspek keilmuan (teoritis), dapat dijadikan sebagai sumbangan
pemikiran atau pedoman untuk menyusun hipotesis penulisan
11Siti Khotijah, Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.149/Pid.B/1999 Tentang Tindak Pidana
berikutnya bila ada kesamaan masalah ini dan memperluas
khazanah keilmuan, khususnya tentang tindak pidana aborsi yang
bisa mengakibatkan gangguan psikologis pada korbannya.
2. Aspek terapan ( praktis ), penelitian ini dapat menjadi
pertimbangan hakim dalam memutus perkara pidana khususnya
pidana aborsi dalam sistem apapun dan bahan penyuluhan baik
secara kumulatif, informatif maupun edukatif. Dan dapat
bermanfaat bagi orang tua untuk menjaga anak-anaknya agar
tidak menjadi korban aborsi.
G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kesalahpahaman
terhadap masalah yang dibahas, maka perlu kiranya dijelaskan beberapa
istilah sebagai berikut :
1. Analisis Hukum Pidana Islam : Analisis tentang
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang diancam oleh Allah
dengan hukuman had, qissa@s, diyat atau ta’zir@ yang bersumber
dari dalil, baik dari Al-Qur’an maupun al-Hadits ataupun
sumber-sumber yang lain.12 Suatu perbuatan dinamai jarimah apabila
perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi orang lain baik
jasad anggota badan, jiwa, perasaan ataupun hal-hal lain yang
harus dipelihara dan dijunjung tinggi keberadaanya.13 Dan dalam
skripsi ini yang akan dijadikan landasan teori adalah diyat sebagai
analisis hukum pidana Islam terhadap anak dibawah umur sebagai
tindak pidana aborsi.
2. Sanksi : suatu bentuk imbalan atau balasan yang diberikan kepada
seseorang atas perilakunya. Sanksi yang dimaksud disini yaitu
berupa hukuman ( punishment ). Sanksi diberikan atau ditetapkan
oleh agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dan dalam
skripsi ini yaitu sanksi bagi pelaku aborsi.
Jadi maksud dari judul ini adalah untuk meneliti putusan Pengadilan
Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik mengenai pertimbangan
hakim yang digunakan untuk memutuskan sanksi bagi pelaku tindak
pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur kemudian
dianalisis dengan hukum pidana Islam dengan hukuman diyat.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library research)
dengan mempelajari, menelaah dan memeriksa bahan-bahan
kepustakaan yang mempunyai relevansi dengan materi
pembahasan.14 Kepustakaan yang dimaksud bersumber dari buku,
makalah, jurnal, majalah dan digital library dengan cara diketik dan
ditulis. Dalam hal ini penelitian dilaksanakan dengan cara membaca
dan menelaah konsep dari data yang obyektif tentang sanksi tindak
pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam putusan
Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik dengan
menggunakan pola pikir deduktif dengan menerapkan dari hal umum
lalu ditarik kesimpulan kedalam hal khusus.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif, yakni penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau ucapan
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.15 Dalam hal
ini dilakukan dengan menganalisa implementasi sanksi aborsi
sebagaimana yang terdapat dalam bahan-bahan kepustakaan dan
bagaimana penggunaannya sebagai metodologi perumusan putusan
Pengadilan Negeri Gresik. Dalam paradigma penelitian kualitatif ini
tidak hanya bermaksud mengumpulkan data dari sisi kuantitasnya,
tetapi juga ingin memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
dibalik fenomena yang berhasil di rekam. Pendekatan kualitatif
digunakan karena tema penelitian ini menitik beratkan pada kajian
konseptual yang berupa butir-butir pemahaman dan bagaimana
pemahaman itu tersosialisasi. Pendekatan kualitatif ini berusaha
memberikan kunci bagi pengungkapan sebuah makna (meaning). Ini
merupakan hal yang paling esensial. Peneliti sebagai instrument
kunci untuk dapat menggali makna sehingga fenomena atas objek
dapat dideskripsikan secara objektif. Menurut Sugiyono, penelitian
kualitatif memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) dilakukan pada kondisi yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber
data dan peneliti adalah instrument kunci, (2) penelitian kualitatif
lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata
atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka, (3) penelitian
kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau
outcome, (4) penelitian kualitatif melakukan analisis data secara
induktif, (5) penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data
dibalik yang teramati).16
3. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi
ini digunakan dua sumber data, yaitu :
a. Sumber Primer yaitu ata primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli ( tidak
melalui perantara ). Sumber primer dari penelitian ini adalah Putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik
b. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara ( diperoleh dan dicatat oleh pihak lain ).17 Sumber
sekunder adalah sumber yang didapat dari sumber tidak
langsung berfungsi sebagai pendukung terhadap kelengkapan
penelitian. Data yang dimaksud antara lain :
1) Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam:
Jakarta, Gema Insani, 2003
2) Muhammad Nur Tahmid, Menggapai Hukum Pidana
Ideal Kemaslahatan Hukum Pidana Islam:
Yogyakarta, Depublish, 2016
3) Siti Yulisti Ningsih, Tinjauan hukum Pidana Islam dan KUHP Terhadap pelaku Aborsi (Studi komparasi).
Skripsi, IAIN, Fakultas Syariah Jurusan Siyasah
Jinayah, 2002
4) Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam,Bandung: CV.
Pustaka Setia,2000
17 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,
5) Wayan Resmi, Pandangan Norma Agama dan Norma
Hukum Tentang Aborsi, Mataram: GanecSwara Vol. 4
No. 2, FKIP. Universitas Muhamadiyah Mataram,
2010.
6) Uddin, Reinterpretasi Hukum Islam tentang Aborsi:
Jakarta, Universitas Yarsi, 2007
7) Gultom Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak:
Bandung, Refika Aditama, 2006
8) Departemen Agama RI, al-Qur’an & Terjemahannya:
Bandung, Diponegoro, 2009
9) Marpaung Laden, Tindak Pidana terhadap Nyawa dan
Tubuh: Jakarta, Sinar Grafika, 2000
I. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
dipergunakan teknik yaitu Studi Dokumentasi, yakni teknik pengumpulan
data yang tidak langsung ditunjukkan pada subjek penelitian, namun melalui
dokumen, atau dilakukan melaui berkas yang ada dengan cara diketik, ditulis
dan putusan digandakan. Dokumen yang diteliti adalah putusan Pengadilan
Negeri Gresik tentang tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak
dibawah umur dalam putusan No. 368/Pid.B/2012/PN.Gresik18
J. Teknik Pengolahan Data
Data yang didapat dari dokumen dan terkumpulkan kemudian diolah,
berikut tahapan-tahapannya:
a) Editing : Melakukan pemeriksaan kembali terhadap data-data yang
diperoleh secara cermat baik dari sumber primer atau sumber
sekunder,19 yakni tentang kajian hukum pidana Islam terhadap tindak
pidana aborsi dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik
b) Organizing : Menyusun data secara sistematis mengenai kajian
hukum pidana Islam terhadap tindak pidana aborsi yang dilakukan
oleh anak dibawah umur dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik (
Studi Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik )
c) Analizing : Tahapan analisis terhadap data,20 kajian hukum pidana
Islam mengenai pertimbangan hukum hakim dalam memutuskan
sanksi tindak tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah
umur dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik
K. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu
19Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,
2008,134
20Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,
mendeskripsikan dalil-dalil dan data-data yang bersifat umum tentang tindak
pidana aborsi kepada permasalahan yang lebih bersifat khusus dalam putusan
Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik dan
relevansinya dengan hukum pidana Islam.
L. Sistematika Pembahasan
Dalam menyusun skripsi yang berjudul “ Analisis Hukum Pidana Islam
Terhadap Aborsi Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur (Studi Putusan
Pengadilan Negeri Gresik No. 368/Pid.B/2012/PN.Gresik) diperlukan adanya
suatu sistematika pembahasan, sehingga dapat diketahui kerangka skripsi ini
adalah sebagai berikut:
Bab 1 berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum yang terdiri
dari beberapa sub bab yang meliputi Latar Bealakang Masalah,
Identifikasi dan BatasanMasalah, Rumusan Masalah, Kajian
Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Sistematika
Pembahsan. Alasan sub bab tersebut diletakkan pada bab 1 adalah
untuk mengetahui alasan pokok mengapa penulisan ini dilakukan
dan untuk lebih mengetahui cakupan batasan, dan metode yang
dilakukan sehingga maksud dari penulisan ini dapat dipahami.
Bab II menguraikan tinjauan umum atau landasan teori mengenai
unsur-unsur aborsi macam-macam aborsi dan macam-macam
hukuman aborsi serta teori diyat.
Bab III tentang objek penelitian, penetapan populasi dan sampel,
metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan metode
pengujian data yang digunakan. penyajian data dari putusan
Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.
Bab IV Menganalisis mengenai tindak pidana aborsi yang dilakukan
oleh anak dibawah umur menurut hukum pidana Islam dan
pertimbangan hukum yang dijadikan landasan oleh hakim dalam
memutuskan sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana aborsi dalam
putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik.
Bab V merupakan bab terakhir yang menjadi penutup dengan
berisikan kesimpulan dan saran-saran. Bab ini bertujuan untuk
memberikan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya mengenai apa dan
bagaimana isi pokok bahasan tersebut, apakah putusan hakim telah
sesuai dengan dengan hukum pidana Islam atau tidak, dan
selanjutnya memberikan saran untu Pengadilan Negeri Gresik dan
lembaga penegak hukum terkait mengenai isi dari penulisan skripsi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Aborsi
Aborsi menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti pengguguran.
Aborsi atau abortus dalam bahasa latin berarti wiladah sebelum waktunya
atau keguguran.20 Dalam Bahasa Inggris istilah ini menjadi abortion yang
berati pengguguran janin dari rahim sebelum ia mampu hidup sendiri, yaitu
pada 28 minggu pertama dari kehamilan.21 Jadi aborsi atau abortus secara
etimologi bermakna keguguran, pengguguran kandungan, atau membuang
janin.
Adapun secara terminologi, abortus mengandung beberapa pengertian,
diantaranya:
a. Menurut istilah kedokteran, abortus adalah pengakhiran
kehamilan selama masa gestasi (kehamilan) yaitu 28 minggu
sebelum janin mencapai berat 1000 gram.
b. Menurut istilah hukum, aborsi adalah pennghentian kehamilan
atau matinya janin sebelum waktu kelahiran.22
c. Menurut Sardikin Ginaputra (Fakultas Kedokteran UI), aborsi
adalah penghentian kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.
20 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangn Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2.
21K. Prent, C. M. J. Adisubrata, WJS. Poerwadarminta, Kamus Latin Indonesia, Yogyakarta:
Kanisius, 1969, 2.
22Hafizh Dasuki, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ihtiar Baru van Houve, 1994, 33.
Berpijak dari pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat dikatakan,
bahwa aborsi adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi (janin) dari rahim ibu,
sebelum janin berumur 20 - 28 minggu atau sebelum waktunya. Hal ini
berati, bahwa dalam suatu aborsi mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pengeluaran hasil konsepsi (janin) dari rahim, yaitu suatu proses
keluarnya janin yang telah ada dalam rahim.
b. Sebelum waktunya atau sebelum dapat secara alamiah, yaitu
pengeluaran tersebut terjadi pada masa janin belum dapat lahir
secara alamiah.
Definisi aborsi lainnya menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil
konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu berat janin kurang dari
500 gram. Aborsi merupakan pengakhiran hidup janin sebelum bertumbuh
besar.23
1. Macam – Macam Aborsi
Dalam dunia kedokteran dikenal adanya 3 macam aborsi, yaitu:24
a. Aborsi Spontan atau alamiah yaitu berlangsung tanpa tindakan
apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas
sel telur dan sel sperma. Para ulama sepakat tidak ada persoalan
dalam kasus ini karena terjadi secara alami dan atas kehendak
Allah Swt.
23Masfjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Toko Gunung Agung, 1997, 78.
Adapun jenis aborsi spontan dapat dibedakan sesuai dengan
kondisinya sebagai berikut :
1) Abortus Incipient
Pada aborsi jenis ini kehamilan tidak bisa dipertahankan lagi
sehingga pengobatannya hanya bertujuan menghentikan
pendarahan dan membersihkan rongga rahim dari sisa hasil
konsepsi.
2) Abortus Complete
Dalam keadaan ini, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan.
Abortus Incompletus
Pada aborsi jenis ini sebagian kandungan keluar dan sebagian
lagi tertunda di dalam perut, sehingga pengobatan bertujuan
menghentikan pendarahan dan membersihkan rongga rahim
dari sisi hasil konsepsi.
3) Abortus Habitualis
Pada jenis ini keguguran terjadi tiga kali atau lebih
berturut-turut. Penyebab dari keguguran ini adalah adanya kelainan
pada leher rahim atau pembengkakan pada rahim atau cacat
bawaan.
4) Abortus Imminance
Pada jenis ini kehamilan masih dapat dipertahankan misalnya
5) Aborsi Buatan atau sengaja, atau Abortus Provocatus
Criminalis, yaitu pengakhiran kehamilan sebelum usia
kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
sebagai akibat dari tindakan yang disengaja dan didasari oleh
sang ibu maupun si pelaku aborsi (dalam hal ini dokter, bidan
atau dukun anak).
6) Aborsi Terapeutik atau Abortus Provocatus Therapeuticum,
yaitu pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medis. Contoh, seorang ibu yang sedang hamil
mengidap penyakit darah tinggi menahun, penyakit jantung
yang parah atau sesak nafas yang dapat membahayakan si
ibu dan janin yang dikandungnya.
Dengan demikian banyak cara yang dapat ditempuh untuk
melakukan pengguguran (aborsi). Cara yang paling tradisional adalah
dengan cara yang kasar dan keras, seperti memijat-mijat bagian
tertentu, yaitu perut dan pinggul dari tubuh wanita yang akan
digugurkan kandungannya. Cara lain adalah dengan meminum
obat-obatan atau ramuan tradisional dengan detelan melalui mulut, atau
diletakkan ke dalam vagina (alat kelamin wanita), dan ada juga yang
menggunakan cara dengan mengoleskan zat-zat yang memedihkan
kulit di bagian perut, atau si ibu sengaja berlapar-lapar agar janinnya
meninggal.25
Sedangkan pada masa sekarang dimana kemajuan dalam
bidang medis mengalami perubahan, maka banyak para ibu
maupun wanita menempuh cara dengan menggunakan jasa ahli
medis di rumah sakit. Sedangkan cara-cara atau praktik yang
dipakai oleh seseorang dalam melakukan aborsi, baik itu dengan
bantuan tenaga medis atau non medis, adalah sebagai berikut:
a. Pijat atau urut, biasanya dilakukan oleh dukun bayi,
kadang-kadang disertai pemberian ramuan dari akar atau
tumbuh-tumbuhan. Kegagalan cara ini sering menyebabkan pendarahan
yang hebat dan infeksi bahkan sampai pada kematian
b. Kuret atau dikenal dengan D & C (Ditaloge and Curatage)
sering digunakan dokter atau bidan.
c. Dengan alat khusus, mulut rahim dilebarkan, kemudian janin
dikiret (dicuret) dengan alat seperti sendok kecil.
d. Aspirasi yakni penyedotan isi rahim dengan pompa kecil.
e. Hysterotomi (melalui operasi).26
2. Dampak Aborsi
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada
beberapa dampak buruk atau resiko yang akan dihadapi seorang
wanita, yaitu dampak pada kesehatan wanita dan dampak psikologis
bagi wanita.
a. Dampak Pada Kesehatan Wanita:
1. Kerusakan leher rahim , Hal ini terjadi karena leher rahim
robek akibat penggunaan alat aborsi.
2. Infeksi, Penggunaan peralatan medis yang tidak steril
kemudian dimasukkan ke dalam rahim bisa menyebabkan
infeksi, selain itu infeksi juga disebabkan jika masih ada
bagian janin yang tersisa di dalam rahim.
3. Pendarahan Hebat, Ini adalah resiko yang sering dialami oleh
wanita yang melakukan aborsi, pendarahan terjadi karena leher
rahim robek dan terbuka lebar. Tentunya hal ini sangat
membahayakan jika tidak ditangani dengan cepat.
4. Kematian, Kehabisan banyak darah akibat pendarahan dan
infeksi bisa membuat sang ibu meninggal.
5. Resiko Kanker, Karena leher rahim yang robek dan rusak bisa
mengakibatkan resiko kanker serviks, kanker payudara, indung
telur dan hati.
b. Dampak Psikologis Bagi Wanita:
1. Perasaan bersalah dan berdosa.
2. Kehilangan harga diri.
3. Depresi.
4. Trauma.
5. Ingin bunuh diri. 27
B. Pengertian Anak Dibawah Umur
Menurut hukum Islam mendefinisikan kriteria anak di bawah umur
sebagai berikut:
a. Anak di bawah umur dimulai sejak 7 tahun hingga mencapai kedewasaan
(baligh) dan fuqoha membatasinya dengan usia 15 tahun, yaitu masa
kemampuan berfikir lemah (tamyis yang belum baligh), jika seorang anak
telah mencapai usia tersebut, maka ia dianggap dewasa meskipun ia
belum dewasa dalam arti yang sebenarnya.
b. Imam Abu Hanifah membatasi kedewasaan atau baligh pada usia 18
tahun dan menurut satu riwayat 19 tahun, begitu pendapat yang terkenal
dari madzahb Maliki.28 Masa tamyiz dimulai sejak seorang anak mencapai
usia kecerdikan atau setelah mencapai usia 15 tahun atau telah
menunjukkan baligh alami adalah nampak adanya sifat-sifat kelaki-lakian
dan sifat kewanitaan yang berarti munculnya fungsi kelamin, hal ini
menunjukkan bahwa anak memasuki masa kelakian dan wanita sempurna.
Namun batas usia dewasa menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan terdapat dalam pasal 47 ayat (1) yang berbunyi: “
Anak yang belum mencapai 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama
mereka tidak dicabut dari kekuasaannya.”29
28Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Rieneka Cipta, 2004, 370
29Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perkawinan, UU No. 1 Tahun 1974, pasal 47 ayat
Batas usia pada pasal yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yaitu 21 (dua puluh satu) tahun, dan Undang-Undang
Perkawinan yaitu 18 (delapan belas) tahun. Hal inilah yang pada akhirnya
digunakan sampai saat ini sebagai pengertian anak atau pengertian
dewasa.
Pengertian anak menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak adalah “Seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.
Menurut pasal tersebut, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun yang termasuk anak yang masih dalam kandungan,
yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terh}ada
anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada di dalam kandungan
hingga berusia 18 (delapan belas) tahun.30
C. Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Islam
1. Pengertian Hukum Pidana Islam
Hukum Pidana Islam merupakan terjemahan dari kata Fiqih Jina@yah.
Fiqih Jina@yah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana
atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang muka#llaf
( orang yang dapat dibebani kewajiban ), sebagai hasil dari pemahaman
atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari al-Qur’an dan Hadits.
Tindakan kriminal yang dimaksud adalah tindakan-tindakan kejahatan
30 Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perlindungan Anak, (UU No. 23 Tahun 2002),
yang mengganggu ketentuan umum serta tindakan yang melawan
perundang-undangan yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits.31
Perbuatan manusia yang dinilai sebagai pelanggaran atau kejahatan
kepada sesamanya, baik pelanggaran atau kejahatan tersebut secara fisik
atau non fisik, seperti membunuh, menuduh atau memfitnah maupun
kejahatan terhadap harta benda dan lainnya, semua dibahas dalam
jina@yah. Pembahasan masalah jina@yah hanya dikhususkan pada perbuatan
dosa yang berkaitan dengan sasaran ( objek ) badan dan jiwa saja.
Ulama-ulama muta’akhiri@n menghimpunnya dalam dalam bagian khusus yang
dinamai fiqih jinayah atau yang dikenal dengan istilah Hukum Pidana
Islam. 32
2. Pengertian Tindak Pidana dan Macam-macamnya
Tindak pidana atau kejahatan dan pelanggaran dalam hukum
pidana Islam dikenal dengan istilah jina@yah atau jari@mah. Kedua istilah ini
secara etimologis mempunyai arti dan arah yang sama. Istilah yang satu
menjadi mura@dif ( sinonim ) bagi istilah lainnya atau keduanya bermakna
tunggal. Jina@yah artinya perbuatan dosa, perbuatan salah atau jahat.
Abdul Kadir Audah menjelaskan arti kata jina@yah, yaitu merupakan nama
bagi suatu perbuatan jelek seseorang. Adapun menurut istilah adalah
nama bagi suatu perbuatan yang diharamkan oleh shara’, baik perbuatan
tersebut mengenai jiwa, harta benda, maupun selain jiwa dan harta
31 Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta : Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan, 1992, 86.
benda. Pengertian jina@yah adalah semua perbuatan yang diharamkan.
Perbuatan yang diharamkan adalah tindakan yang dilarang atau dicegah
oleh shara’ ( Hukum Islam ). Apabila tetap dilakukan maka perbuatan
tersebut mempunyai konsekuensi yang membahayakan agama, jiwa, akal,
kehormatan, dan harta benda.33
Sedangkan jari@mah berarti larangan-larangan shara’ ( yang apabila
dikerjakan ) diancan oleh Allah SWT dengan dengan hukuman had atau
ta’zir@. Dalam hal ini kata jari@mah pun mencakup perbuatan ataupun tidak
berbuat, mengerjakan atau meninggalkan, aktif ataupun pasif. Oleh
karena itu, perbuatan jari@mah bukan saja mengerjakan perbuatan yang
jelas-jelas dilarang oleh peraturan, tetapi juga dianggap sebagai jari@mah
kalau seseorang meninggalkan perbuatan yang menurut peraturan harus
dikerjakan.34
D. Sanksi ( Hukuman ) dalam Hukum Pidana Islam
1. Pengertian Sanksi ( Hukuman )
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa sesuatu disebut
hukuman karena ia mengiringi perbuatan dan dilaksanakan sesudah
perbuatan itu dilakukan. Sedangkan dari pengertian kedua dapat dipahami
sesuatu disebut hukuman karena ia merupakan balasan terhadap perbuatan
yang menyimpang yang telah dilakukannya. Menurut kamus bahasa
Indonesia karangan S.Wojowaswito, hukuman berarti siksaan atau
pembalasan kejahatan ( kesalahan dosa ). Sedangkan Abdul Qodir Audah
memberikan definisi hukuman adalah pembalasan atas pelanggaran
perintah syara’ yang ditetapkan untuk kemaslahatan masyarakat.35
Disini dapat kita simpulkan bahwa hukuman ( sanksi ) merupakan
balasan yang setimpal atas perbuatan pelaku kejahatan yang
mengakibatkan orang lain menjadi korban akibat perbuatannya. Dalam
ungkapan lain, hukuman merupakan penimpaan derita dan kesengsaraaan
dari pelaku kejahatan sebagai balasan yang diterima si pelaku akibat
pelanggaran perintah syara’.36
2. Dasar Hukum Pemberlakuan Sanksi ( Hukuman )
Hukuman harus mempunyai dasar baik dari al-Qur’an, maupun
Hadits. Berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Islam dalam upaya
menyelamatkan manusia baik perseorangan maupun masyarakat dari
kerusakan dan menyingkirkan hal-hal yang menimbulkan kejahatan. Islam
berusaha mengamankan dengan berbagai ketentuan baik berdasarkan
al-Qur’an, Hadits, maupun berbagai ketentuan ulil amri. Semua itu pada
hakikatnya dalam menyelamatkan umat manusia dari ancaman kejahatan.
Adapun dasar penjatuhan hukuman (sanksi) tersebut ;
35Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad, Intisari Hukum Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983,
47
Surat Shad ayat 26 :
Artinya : “ Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah
dimuka bumi ini, maka berilah keputusan ( perkara ) diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari Allah akan mendapatkan azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan”.37
3. Macam-macam Sanksi ( Hukuman )
Hukuman dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan tindak
pidananya, antara lain :38
a) Hukuman ditinjau dari segi terdapat atau tidak terdapat nashnya dalam
al-Qur’an dan al-Hadits. Maka hukuman dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1) Hukuman yang ada nashnya, yaitu Hudud@, Qishas@, Diyat,
dan Kafa@rat. Misalnya hukuman bagi pezina, pencuri,
perampok, pemberontak, pembunuh, dan orang yang
mendzihar istrinya.
2) Hukuman yang tidak ada nashnya, hukuman ini disebut
dengan hukuman ta’zir@ seperti percobaan melakukan
tindak pidana, tidak melaksanakan amanah, saksi palsu dan
melanggar aturan lalu lintas.39
b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman dengan
hukuman lain, hukuman daapat dibedakan menjadi empat yaitu :
1) Hukuman pokok, yaitu hukuman yang menempati tempat
hukuman yang asal bagi satu kejahatan, seperti hukuman mati
bagi pembunuh dan hukuman jilid seratus kali bagi pezina
ghairu@ muhs{han@.
2) Hukuman pengganti, yaitu hukuman yang menempati tempat
hukuman pokok apabila hukuman hukuman pokok itu tidak
dapat dilaksanakan karena suatu alasan hukum, seperti hukuman
diyat atau denda bagi pembunuh sengaja yang dimaafkan
qish@asnya oleh keluarga korban atau hukuman ta’zir@ apabila
karena suatu alasan hukum pokok yang berupa had tidak dapat
dilaksanakan.
3) Hukuman tambahan, yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada
pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok, seperti
terhalangnya seorang pembunuh untuk mendapat waris dari
harta terbunuh.
4) Hukuman pelengkap, yaitu hukuman yang dijatuhkan sebagai
pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan, seperti
mengalungkan tangan pencuri yang telah dipotong di lehernya.
Hukuman ini harus berdasarkan keputusan hakim tersendiri.40
c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan
hukuman, maka hukuman dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu, dimana hakim
tidak dapat menambah atau mengurangi batas itu, seperti
hukuman h{ad.
2) Hukuman yang memiliki dua batas yaitu batas tertinggi dan
batas terendah, dimana hakim dapat memilih hukuman yang
paling adil dijatuhkan kepada terdakwa, seperti dalam
kasus-kasus maksiat yang diancam dengan ta’zir@.
d) Hukuman ditinjau sasaran hukum, hukuman dapat dibagi menjadi
empat yaitu :41
1) Hukuman badan, yaitu hukuman yang dikenakan kepada badan
manusia, seperti hukuman jilid.
2) Hukuman yang dikenakan dengan hukuman jiwa, yaitu hukuman
mati.
3) Hukuman yang dikenakan kepada kemerdekaan manusia, seperti
hukuman penjara dan pengasingan.
4) Hukuman harta, yaitu hukuman yang dikenakan kepada harta,
seperti diyat@, denda dan perampasan.42
4. Syarat-syarat Sanksi ( Hukuman )
a) Sanksi ( hukuman ) harus ada dasarnya dari syara’
Hukum dianggap mempunyai dasar apabila ia didasarkan pada
sumber – sumber syara’, seperti al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’ atau
undang-undang yang ditetapkan dilembaga yang berwenang. Dalam hal
ini hukuman ditetapkan oleh ulil amri maka diisyaratkan tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan syara’. Apabila bertentangan
maka ketentuan hukuman tersebut menjadi batal. Dengan adanya
persyaratan tersebut maka seseorang hakim tidak boleh menjatuhkan
hukuman atas dasar pemikirannya sendiri walaupun ia berkeyakinan
bahwa hukuman tersebut lebih baik dan lebih utama daripada hukuman
yang telah ditetapkan.43
b) Sanksi ( hukuman ) harus bersifat pribadi ( perseorangan )
Hukuman diisyaratkan harus bersifat pribadi atau perseorangan,
artinya bahwa hukuman harus dijatuhkan pada orang yang melakukan
tindak pidana dan tidak mengenai orang lain yang tidak bersalah. Syarat
42 Imam Mawardi, Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah, Jakarta : PT Daruk Falah, 2006, 39
ini merupakan salah satu dasar dan prinsip yang ditegakkan oleh syariat
Islam dan telah dibicarakan berkaitan dengan masalah
pertanggungjawaban.44
c) Sanksi ( hukuman ) harus berlaku umum
Hukuman harus bersifat umum, karena seluruh pelaku pidana
dihadapan hakim sama derajatnya, tanpa membedakan apa dia kaya atau
miskin dari rakyat biasa atau penguasa. Apabila rakyat biasa dalam
tindak pidana aborsi dikenakan hukuman ta’zir@ maka penguasa yang
melakukan aborsi juga harus dikenakan ta’zir@. Namun demikian, prinsip
persamaan hukuman secara sempurna hanya dapat diberlakukan dalam
tindak pidana hudud@, pembunuhan dan perlukaan.45
E. Hukuman Untuk Tindak Pidana Atas Janin
Hukuman untuk tindak pidana atas janin bebeda-beda sesuai dengan
perbedaan akibat dari perbuatan pelaku. Akibat tersebut ada lima macam,
diantaranya sebagai berikut : 46
1. Gugurnya kandungan dalam keadaan meninggal
Apabila janin gugur dalam keadaan meninggal, hukuman bagi
pelaku adalah diyat janin, yaitu ghu@rrah ( hamba sahaya ) yang nilainya
lima ekor unta. Ghurrah menurut arti asalnya adalah khiyar@ ( pilihan ).
44 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : PT Bulan Bintang, 1990,142
45Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2006,
1872
46 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika
Hamba sahaya disebut ghu@rrah karena ia merupakan harta pilihan. Dalam
praktiknya, ghu@rrah ( hamba sahaya ) dinilai dengan lima ekor unta, atau
yang sebanding dengan itu, yaitu lima dinar, atau lima ratus dirham
menurut Hanafiyah, atau enam ratus dirham menurut jumhur ulama.
Ghu@rrah berlaku baik untuk janin laki-laki maupun perempuan.
Perhitungannya adalah untuk janin laki-laki seperduapuluh diyat laki-laki,
dan untuk janin perempuan sepersepuluh di@yat kami@lah ( sempurna )
untuk perempuan. Hasilnya tetap sama yaitu lima ekor unta, karena di@yat
perempuan adalah sepersepuluh laki-laki.47
Dalam tindak pidana atas janin yang dilakukan dengan sengaja,
menurut Malikiyah di@yatnya diperberat ( mughalladah ), yaitu harus
dibayar oleh pelaku dari hartanya sendiri dengan tunai. Sedangkan untuk
tindak pidana atas janin yang dilakukan dengan kesalahan atau
menyerupai sengaja, di@yatnya diperingan ( mukhaffafah ), yaitu dibayar
oleh ‘aqilah ( keluarga ) atau bersama-sama dengan pelaku. Apabila janin
yang gugur kembar dua atau tiga dan seterusnya maka di@yatnya juga
berlipat. Apabila janinnya dua, hukumannya dua ghu@rrah ( hamba sahaya
) atau dua kali lima ekor, yaitu sepuluh ekor unta. Kalau ibu meninggal
setelah dilaksanakannya hukuman, maka disamping ghu@rrah, pelaku juga
dikenakan di@yat untuk ibu yaitu lima puluh ekor unta.48
47 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika
Offset,225
2. Gugurnya Janin dalam Keadaan Hidup Tetapi Kemudian Meninggal
Akibat Perbuatan Pelaku
Apabila janin gugur dalam keadaan hidup tetapi kemudian ia
meninggal akibat perbuatan pelaku, menurut pendapat ulama yang
menyatakan adanya kesengajaan, hukumannya adalah qisas@ . Akan tetapi
bagi ulama yang berpendapat tidak ada kesengajaan dalam tindak pidana
atas janin melainkan hanya shibhul ‘amd, hukuman bagi pelaku adalah
di@yat kami@lah . Demikian pula menurut pendapat kedua dari kelompok
yang menyatakan adanya kesengajaaan ( sebagian malikiyah ) dan tindak
pidana yang terjadi karena kesalahan, hukumannya juga adalah di@yat
kami@lah . perbedaan antara di@yat sengaja dan menyerupai sengaja serta
kekeliruan, bukan dalam jumlah untanya, melainkan pada sifatnya, yaitu
diperberat dan diperingan.
Di@yat kami@lah untuk janin berbeda sesuai dengan perbedaan
jenisnya. Untuk di@yat laki-laki berlaku di@yat laki-laki yaitu seratus ekor
unta, sedangkan untuk di@yat janin perempuan, yaitu separuh di@yat
laki-laki ( lima puluh ekor unta ). Apabila janin yang gugur kembar maka
di@yatnya juga berlipat.
3. Gugurnya Janin dalam Keadaan Hidup Terus atau Meninggal Karena
Sebab Lain.
Apabila janin gugur dalam keadaan hidup dan ia tetap bertahan
bagi pelaku adalah hukuman ta’zir@ . Hal ini karena meninggalnya janin
tersebut bukan karena perbuatannya. Adapun hukuman untuk
pembunuhan atas janin setelah terpisah dari ibunya adalah hukuman mati,
karena jari@mah yang terjadi adalah melenyapkan nyawa manusia yang
masih hidup.
4. Janin tidak Gugur atau Gugur Setelah Meninggalnya Ibu
Apabila karrena perbuatan pelaku janin tidak gugur atau ibu
meninggal sebelum kandungannya keluar, atau janin gugur setelah
meninggalnya ibu maka hukumannya bagi pelaku dalam semua kasus ini
adalah ta’zir@. Ketentuan ini berlaku apabila tidak ada petunjuk yang pasti
bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku mengakibatkan
meninggalnya janin, atau menggugurkannya, dan meninggalnya ibu tidak
ada kaitannya dengan hal ini.
5. Tindak Pidana Mengakibatkan Luka pada Ibu, Menyakitinya, atau
Menyebabkan Kematian.
Apabila perbuatan yang dilakukan oleh pelaku tidak hanya
menggugurkan kandungan, melainkan menimbulkan akibat pada ibu baik
luka potong atau bahkan meninggal maka akibat tersebut harus
dipertanggungjawabkan kepada pelaku, sesuai denagn akibat yang terjadi.
Kalau akibatnya berupa meninggalnya ibu maka disamping ghurrah untuk
janin, juga berlaku hukuman di@yat untuk ibu, yaitu lima puluh ekor unta.
Apabila pelaku memukul ibu dengan pukulan yang tidak meninggalkan
pelaku dikenakan hukuman ta’zir@ , dan untuk pengguguran kandungannya
berlaku di@yat janin, yaitu ghu@rrah lima ekor unta.
Disamping hukuman yang telah disebutkan untuk lima jenis akibat
dari tindak pidana atas janin, terdapat pula hukuman yang lain, yaitu
hukuman kafa@rat . Hukuman kafa@rat ini berlaku apabila janin gugur baik
dalam kedaan hidup atau mati, dan pelakunya ibu atau orang lain. Apabila
janin yang gugur itu kembar, menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad
maka kafa@ratnya juga berlipat.
Imam Malik berpendapat bahwa kafa@rat dalam jinayah atas janin
hanya mandub ( tidak wajib ). Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah
kafa@rat hanya berlaku apabila janin gugur dalam keadaan hidup.49
F. Pengertian Diyat
Pengertian diyat sebagaimana dikemukakan oleh Sayid Sabiq adalah
sejumlah harta yang dibebankan kepada pelaku , karena terjadinya tindak
pidana ( pembunuhan atau penganiayaan ) dan diberikan kepada korban atau
walinya. Diyat merupakan uqubah maliyah (hukuman yang bersifat harta),
yang diserahkan kepada korban apabila ia masih hidup, atau kepada wali
(keluarganya) apabila ia sudah meninggal, bukan kepada pemerintah.
Menurut Imam Abu Yusuf, Imam Muhammad ibn Hasan, dan Imam Ahmad
ibn Hanbal , jenis diyat itu ada enam macam yaitu :
1. Unta
49Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika
2. Emas
3. Perak
4. Sapi
5. Kambing
6. Atau Pakaian.
Menurut Hanabilah, lima jenis yang dipertama merupakan asal diyat,
sedangkan keenam, yaitu pakaian bukan asal, karena bisa berubah-ubah.
Adapun kadar (ukuran) diyat, yaitu apabila diyatnya unta jumlahnya 100
ekor, sapi 200 ekor, kambing 2.000 ekor uang emas 1.000 dinar, uang
perak 12.000 dirham dan pakaian 200 setel. Dalam hal ini tidak ada
perbedaan pendapat di kalangan ulama.50 Jika dikurskan dengan rupiah
tahun 2016 1 dinar sama dengan Rp 34,772.81 . Jadi apabila diyat yang
dijatuhkan sebesar lima dinar maka yang harus dibayarkan sebesar Rp
173.860,00.
50Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika
BAB III
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK TENTANG SANKSI ABORSI
YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR
A.Deskripsi Pengadilan Negeri Gresik
Pengadilan Negeri Gresik adalah Pengadilan Negeri berstatus kelas 1B
yang berada dibawah lingkungan Pengadilan Tinggi Jawa Timur. Wilayah
hukumnya meliputi daerah kota Gresik.
Visi :
Mewujudkan supermasi hukum melalui kekuasaan kehakiman yang
mandiri, efektif, efisien serta mendapat kepercayaan publik, profesional dalam
memberikan pelayanan hukum yang berkualitas, keterbukaan, etis, terjangkau,
dan biaya rendah bagi masyarakat, serta mampu menjawab pelayanan publik.
Misi :
1.Mewujudkan rasa keadilan sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan
serta keadilan masyarakat.
2.Mewujudkan peradilan yang mandiri dan independen, bebas dari campur
tangan pihak lain dan transparan.
3.Meningkatkan akses pelayanan hukum dibidang peradilan secara prima
kepada masyarakat pencari keadilan.
4.Memperbaiki kualitas input pada proses peradilan
5.Mewujudkan institusi peradilan yang efektif, efisien, bermartabat,
berwibawa dan dihormati.
6.Meningkatkan profesionalisme kinerja aparat pengadilan.
B. Deskripsi Terjadinya Tindak Pidana Sanksi Aborsi yang Dilakukan Oleh Anak
Dibawah Umur
Kasus tindak pidan aborsi yang sering dilakukan oleh anak dibawah
umur seharusnya tidak terjadi. Tindak pidana yang dilakukan anak dibawah
umur dipandang sangat memprihatinkan oleh masyarakat. Anak yang masih
dibawah umur seharusnya tidak melakukan hal yang melanggar hukum, sebab
semestinya seorang anak masih harus banyak belajar hal baik disekolahnya
maupun di lingkungannya. Tindak pidana aborsi yang dilakukan anak dibawah
umur dipandang sebagai korban perbuatan yang buruk dan merupakan suatu
kesalahan yang melanggar hukum. Contoh pada kasus tindak pidana aborsi
yang dilakukan oleh anak dibawah umur terjadi pada Ade Nerissa Arvina
pelajar kelas 3 SMA yang bertempat tinggal di Jl. Palangkaraya I No. 18
Perum GKB Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, untuk lebih detailnya
peneliti akan menjelaskan kronologisnya.
Berawal pada hari Sabtu tanggal 11 Februari 2012 sekira pukul 14.00
WIB, sepulang sekolah terdakwa main kerumah saksi Faria Indarta
(disidangkan dalam perkara terpisah) yang merupakan pacara dari terdakwa,
sesampainya ditempat tersebut tiba-tiba saksi Faris Indarta mengatakan pada
kandungan yang beralamat di Jalan Akim Gang 7 Kelurahan Sukorame,
Kecamatan Gresik, kabupaten Gresik, kemudian saksi Faris Indarta dan
terdakwa sepakat pergi ketempat tersebut dengan menggunakan sepeda motor
milik saksi Faris Indarta. Sesampainya ditempat saksi Miningwati
(disidangkan dalamperkara terpisah) yang berprofesi sebagai dukun bayi, saksi
Faris Indarta dan terdakwa menyampaikan keinginannya untuk menggugurkan
kandungan dari terdakwa. Selanjutnya saksi Miningwati menyuruh terdakwa
untuk masuk kamar tempat praktek, lalu saksi Miningwati memeriksa
kandungan terdakwa, dan setelah melakukan pemeriksaan kemudian saksi
Miningwati menerangkan kepada saksi Faris Indarto alias Darto bahwa
untuk menggugurkan kandungan terdakwa dan karena usia kandungan sudah
sekitar 4 (empat) bulan, maka saksi Miningwati meminta kompensasi
pengguguran kepada saksi Faris Indarto alias dan terdakwa sebesar Rp,.
12.000.000, (dua belas juta rupiah) kemudian saksi Faris Indarto menawar
kompensasi tersebut dengan alasan saksi Faris Indarto dan terdakwa masih
pelajar, akhirnya saksi Miningwati setuju kompensasi tersebut dibayar
separuhnya terlebih dahulu, selanjutnya saksi Faris Indarto memberikan uang
muka kepada saksi Miningwati sebesar Rp. 4.700.000,- (empat juta tujuh ratus
ribu rupia) dan sisanya sebesar Rp. 1.300.000,- (satu juta tiga ratus ribu
rupiah) akan dibayar saksi Faris Indarto pada saat dating kembali ketempat
saksi Miningwati kemudian saksi Miningwati menuruh saksi Faris Indarto
alias Darto dan terdakwa pulang untuk mengambil bekal berupa pakaian dan
Setelah saksi Faris Indarto alias Darto dan terdakwa pulang saksi
Miningwati bertemu dengan saksi Titik Puji Lestari dan mengatakan kepada
saksi Titik Puji Lestari kalau saksi Miningwati akan melakukan proses
persalinan menggugurkan kandungan kemudian saksi Miningwati bersama
dengan saksi Titik Puji Lestari mempersiapkan pralatan yang digunakan
praktek menggugurkan kandungan terdakwa tersebut berupa :
1) 1 (satu) buah selendang warna coklat kopi susu;
2) 1 (satu) buah perlak plastic motif kotak- kotak warna hijau biru;
3) 1 (satu) buah selimut warna merah motif kembang;
4) 2 (dua) potong kain sprei warna hijau motif batik;
5) 1 (satu) buah timba warna hitam;1 (satu) buah gayung warna
merah muda;
6) 1 (satu) buah nampan warna hitam keabu-abuan;
7) 1 (satu) buah gelas;
8) 1 (satu) buah cowek;
9) 1 (satu) buah hulek-hulek terbuat dari kayu;
10)2 (dua) buah pil warna putih terdapat logo tambah dan ular
ditengah pil; Dirampas untuk dimusnahkan;
11)1 (satu) potong baju jubah kaos abu-abu motif garis warna kuning;
12)1 (satu) potong jilbab warna abu-abu;
Dikembalikan kepada yang berhak yaitu terdakwa.
Sekitar jam 19.30 WIB saksi Faris Indarto alias Darto dan terdakwa dating
buang air kecil (kencing) serta masuk kekamar praktek. Saat didalam kamar
praktek saksi Miningwati menyuruh terdakwa untuk membuka pakaiannya
serta menyuruh terdakwa untuk minum pil penggugur kandungan berupa
tablet warna putih terdapat logo tambah (+) dan ular ditengahnya sebanyak 2
(dua) butir dan sebanyak 3 (tiga) butir pil (tablet) oleh saksi Miningwati
dimasukan kedalam lubang vagina terdakwa, lalu saksi Miningwati menyuruh
terdakwa untuk tidur dalam possi miring kekiri dengan maksud agar obat
tersebut cepat masuk dan merasuk kedalam rahim bayi.
Sekitar jam 02.00 WIB saksi Miningwati memijat perut terdakwa dengan
arah memutar dan karena terdakwa kesakitan maka saksi Miningwati
mengikat perut saksi dengan selembar selendang dengan maksud agar janin
dalam perut terdakwa tidak naik dan langsung turun selanjutnya sekitar jam
09.00 WIB saksi Miningwati menyuruh terdakwa makan telur serta racikan
(ramuan) yang dibuat saksi Miningwati sendiri berupa merica yang
dihaluskan, ragi dan person daun waru, selanjutnya sekitar jam 10.00 WIB
saat terdakwa mengatakan bayinya akan keluar lalau saksi Miningwati
menuruh terdakwa untuk ngeden sementara itu saksi Titik Puji Lestari
memegangi tangan kiri dan paha kaki sebelah kiri terdakwa, sementara saksi
Miningwati menyobek gelembung air ketuban dengan garam, kemudian
bayi/janin yang terbugkus ari-ari sebesar kepalan tangan dan dalam keadaan
sudah meninggal keluar melalui vagina terdakwa. Setelah janin/bayi tersebut
keluar oleh saksi Miningwati dibersihkan lalu dibungkus kain putih dan tas
diserahkan kepada saksi Titik Puji Lestari yang saat itu sedang membersihkan
tubuh serta memakaikan korset pada perut terdakwa serta membersihkan
perlak dari noda darah. Setelah proses pengguguran tersebut selesai, saksi
Miningwati langsung pergi ke babat lamongan untuk menjenguk cucunya
kemudian saksi Titik Puji Lestari menyerahkan janin/bayi kepada
keponakannya yang bernama Ririn dan Devi (belum tertangkap) untuk
dikuburkan. Akibat perbuatan terdakwa bersama-sama dengan saksi Faris
Indarta (disingkan dalam perkara terpisah) menyebabkan janin/bayi yang
dikandungnya meninggal, karena janin/bayi yang masih berumur 4 (empat)
bulan yang belum waktunya untuk lahir tersebut oleh terdakwa dipaksa keluar
dan rahim terdakwa, dengan cara minum tablet warna putih terdapat logo (+)
dan ular ditengahnya sebanyak 2 (dua) tablet dan 3 (tiga) tablet dimasukkan
kedalam vaginanya serta meminum racikan (ramuan) saksi Miningwati sendiri
berupa merica yang dihaluskan, ragi dan perasan daun waru.
C. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Gresik terhadap Sanksi Aborsi yang
Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur
Dari keterangan saksi-saksi serta keterangan terdakwa sendiri di