• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)TERHADAP KADAR RENIN MENCIT JANTAN (Mus muscullus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI DENGAN KONTROL VALSARTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)TERHADAP KADAR RENIN MENCIT JANTAN (Mus muscullus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI DENGAN KONTROL VALSARTAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

NINING TRIWULANSARI

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK

TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza

Roxb.)TERHADAP KADAR RENIN MENCIT

JANTAN (Mus muscullus) YANG DIINDUKSI

HIPERTENSI DENGAN KONTROL

VALSARTAN

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillahirrobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan pertolonganNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK

TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) TERHADAP KADAR RENIN

MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI DENGAN

KONTROL VALSARTAN.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi

pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Malang. Dalam penyusunan penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan

dari seluruh pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dra.Lilik Yusetyani, Apt.,Sp.FRSselaku dosen pembimbing I dan dr. Dyah

Hermayanti, Sp.PK selaku dosen pembimbing II atas saran, bimbingan, dan

arahannya dengan sabar meluangkan waktu untuk terselesaikannya skripsi ini.

2. Nailis Syifa, S. Farm., M. Sc., Apt. Dan Siti Rofida, S. Si., M.Farm., Apt. selaku

dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang terbaik.

3. Yoyok Bekti Prasetyo, M. Kep., Sp. Kom.selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

yang telah memberikan kesempatan penulis belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Nailis Syifa, S. Farm.,M. Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi

Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi hebat.

5. Sovia Aprina Basuki, S. Farm., M. Si., Apt. selaku Kepala Laboratorium di

Program Studi Farmasi dan Dosen Wali, yang telah memberi kesempatan kepada

penulis supaya bisa menyelesaikan penelitian skripsi di laboratorium Farmasi

Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Laboratorium Farmakologi dan Biomedik Universitas Muhammadiya Malang,

khususnya Pak Joko dan Mas Miftah dan Laboratorium Biomolekul Universitas

Brawijaya, khususnya Mas Adit dan Mas Dian yang telah bersedia meluangkan

waktu dan tempat agar penulis dapat melaksanakan penelitiannya dengan baik.

7. Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang sudah

(5)

v

S.Farm., Apt., dan Ibu Sendi Lia Yunita, S. Farm., Apt. yang telah susah payah

membantu jalanya ujian skripsi sehingga kami dapat melaksanakan ujian skripsi.

8. Staff Tata Usaha Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu kesehatan Universitas

Muhammadiyah Malang terima kasih karena telah membantu dalam hal

administrasi.

9. Untuk orang tua yang tercinta tersayang Hardjito dan Suryaningsih yang tiada

hentinya memotivasi dalam segala hal, sabar mendoakan untuk kesuksesan

putrinya. Terima kasih banyak atas didikan dan kerja keras untuk membuat

putrinya bahagia serta mendapatkan ilmu yang bemanfaat.

10. Untuk Saudaraku tersayang Mas Anes, Mbak Arum, Dx andre, Rara, Akbar, Mas

Topik, mb Ana yang memberi motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan

skripsi.

11. Untuk Sahabat tercinta yang telah mendukung dalam terselesaikannya skripsi ini

khususnya DLT (Onad, Leviastiti S, Nobita A, Thea, Mendoy, Nastiti, Marta,

Yulae, k’ Nur) Wiji, Silvia, FK Dewi, Reni, Sulis, Venny, Huda, Mahiru, ratna mbledos, Tutug, Nisa, Murty, Pebri, Enis, KOS srikandi 51 serta teman-teman

farmasi C.

12. Teman–teman seperjuangan biomedik : Kak Wawan, Mbak Mutia, Ilham,

Tanjung, Ega, Bela, Priyadi, Reni, Putri, Gita, Hasan dkk atas kebersamaan,

bantuan, motivasi dan semangat serta kerjasamanya sehingga skripsi ini dapat

terwujud.

13. Untuk Teman organisasi SEFA 2013/2014, HIMFA, KPAN yang mewarnai soft

skill. Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, mohon maaf dan

terima kasih sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini tak luput dari bantuan dan

doa teman.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, penulis mengharapkan

saran dan kritik yang membangun demi kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Malang,30 Juni 2015 Penyusun

(6)

vi

RINGKASAN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.)TERHADAP KADAR RENIN

MENCIT JANTAN (Mus muscullus) YANG DIINDUKSI

HIPERTENSI DENGAN KONTROL VALSARTAN

NINING TRIWULANSARI

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah sistole dan diastole. Penyakit ini diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit lain

Mekanisme patofisiologi hipertensi berhubungan dengan Renin

Angiotensin-Aldosteron System (RAAS) dimana aktivasi sistem renin-angiotensi-aldosteron (RAAS) merupakan salah satu mekanisme yang paling penting dalam berkontribusi pada sel endhotel disfungsi, remodeling vaskuler, dan hipertensi. Renin adalah sebuah protein yang diproduksi sendiri oleh sel juxtaglomerular di ginjal, renin memecah angiotensinogen yang dihasilkan oleh hati menjadi angiotensin I, angiotensin I diubah oleh angiotensin converting enzyme (ACE)

menjadi angiotensin II. ACE adalah enzyme yang melimpah di paru-paru, tetapi

juga hadir di jantung dan pembuluh darah sistemik (jaringan ACE). Chymase, sebuah protein serin di jantung dan arteri sistemik, menyediakan jalur alternatif untuk konversi dari Angiotensin I ke Angiotensi II. Interaksi Angiotensin II dengan protein G berpasangan AT 1 mengaktifkan reseptor dengan berbagai proses seluler yang berkontribusi terhadap hipertensi dan hipertensi mempercepat kerusakan organ sampai akhir. Interaksi ini membuat vasokonstriksi, generasi oksigen reaktif, peradangan pembuluh darah, pembuluh darah dan remodeling jantung, dan produksi aldosteron, yang utama mineralokortikoid. Bukti peningkatan aldosteron, Anngiotensin II, renin dan prorenin mengaktifkan jalur beberapa sinyal yang dapat merusak pembuluh darah sehat dan menyebabkan hipertensi

Dalam pemilihan terapi antihipertensi perlu dipertimbangkan selain untuk menurunkan tekanan darah juga dapat mempertahankan tekanan darah secara

optimal. Valsartan adalah golongan obat angiotensin reseptor blocker (ARB)

yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai kondisi jantung termasuk hipertensi. Valsartan menurunkan tekanan darah dengan antagonis renin-angiotensin-aldosteron sistem (RAAS) bersaing dengan angiotensin II untuk mengikat tipe-1 angiotensin II dengan sub tipe reseptor (AT1) dan mencegah tekanan darah meningkat karena efek angiotensin II. ARB tidak memiliki efek samping batuk kering. Valsartan dapat digunakan untuk mengobati hipertensi, hipertensi sistolik terisolasi, hipertrofi ventrikel kiri dan nefropati diabetik.

(7)

vii

seseorang dan temulawak dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menurunkan tekanan darah Fitriani (2013). Penelitian lain dari Kukongviriyapan, 2014 menyatakan bahwa kurkumin mampu menurunkan hipertensi melalui salah satu aktivitas kurkumin yaitu aktivitasnya sebagai antioksidan.

Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temulawak pada mencit jantan yang diinduksi hipertensi melalui parameter kadar renin. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui perbandingan pemberian ekstrak temulawak dengan pemberian valsartan dalam menurunkan kadar renin.

Dalam penelitian ini menggambarkan kerangka konseptual mekanisme kurkumin dalam menurunkan kadar renin yang dijelaskan melalui tiga fungsi

yaitu sebagai penghambat co-activator enzim P-300, sebagai antiinflamasi dan

sebagai antioksidan. Mekanisme kurkumin dengan menghambat co-activator

P-300 bertujuan untuk mencegah terjadinya hipertropi pada jantung yang akan menurunkan tekanan darah sehingga tidak terjadi peningkatan pada kadar renin. Mekanisme kurkumin sebagai antiinflamasi yaitu menghambat respon inflamasi

dengan menekan aktifitas NF-kB dan mengurangi gen inflamasi seperti TNF-α,

IL-1 dan IL-6 serta dengan mencegah terjadinya fibrosis pada ginjal. Apabila fibrosis ginjal dapat dicegah maka fungsi ginjal seperti laju filtrasi ginjal tidak mengalami penurunan sehingga tidak menstimulus pelepasan renin. Mekanisme kurkumin sebagai antioksidan yaitu dapat menurunkan kadar renin dengan menekan pembentukan ROS dan menangkap ROS berlebih yang menjadi penyebab utama stress oksidatif. Apabila kadar ROS tidak berlebih dalam tubuh maka biovailabilitas NO tidak menurun sehingga pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi oleh NO yang mencegah terjadinya stress oksidatif yang mengakibatkan tidak terjadi peningkatan pada tekanan darah dan kadar renin.

Metode yang digunkan untuk mengekstraksi temulawak adalah remaserasi yang menggunakan pelarut etanol 96%. Induksi hipertensi yang digunakan adalah L-Name selama 4 minggu dimana 2 minggu pertama diberikan sebelum adanya terapi. Kemudian 2 minggu berikutnya diberikan bersama terapi yaitu ekstrak temulawak dan Valsartan sebagai terapi control positif.

Hasil pembuatan ekstrak etanol temulawak menggunakan metode maserasi berupa ekstrak kental berwarna coklat tua dengan berat 15,6 gram dengan kadar kurkumin sebesar 7,23%. Hasil rata-rata pengukuran tekanan darah setelah dua minggu induksi L-Name pada kelompok normal (Aquades) yaitu 146/76±4,8/4,7 mmHg, kelompok kontrol negative (L-Name) yaitu 208/81±7,0/2,4 mmHg,

kelompok kontrol positif (Valsartanl) yaitu 191,7/79,3±26,7/17,7mmHg dan

(8)

viii

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.)TERHADAP KADAR RENIN

MENCIT JANTAN (Mus muscullus) YANG DIINDUKSI

HIPERTENSI DENGAN KONTROL VALSARTAN

NINING TRIWULANSARI

Latar Belakang: Hipertensi merupakan suatu penyakit yang terjadi oleh peningkatan tekanan darah. Antihipertensi golongan ARB yaitu valsartan bekerja dengan menghambat reseptor Angiotensin II ke reseptor AT I yang dapat meningkatan tekanan darah yang mempengaruhi kadar renin. Temulawak

memiliki kandungan curcumin dengan mekanisme yang dapat menurunkan

hipertensi.

Tujuan : Pada Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian ekstrak temulawak terhadap kadar renin pada mencit jantan yang diinduksi hipertensi dibandingkan dengan pemberian Valsartan

Metode : Metode yang digunakan untuk mengekstraksi temulawak adalah remaserasi yang menggunakan pelarut etanol 96%. Induksi hipertensi yang digunakan adalah L-Name selama 4 minggu dimana 2 minggu pertama diberikan sebelum adanya terapi. Kemudian 2 minggu berikutnya diberikan bersama terapi yaitu ekstrak temulawak dan Valsartan sebagai terapi control positif.

Hasil dan Kesimpulan : Pada penelitian empat kelompok mencit yang digunakan menghasilkan kadar sebagai berikut kadar rata-rata renin kelompok aquades 36,22pg/ml, L-Name 59,45pg/ml, kurkumin 36,13 pg/ml dan valsartan

24,67pg/ml. Dalam uji One Way Anova menunjukan ada perbedaan yang

bermakna dimana menghasilkan nilai P 0,001 <0,05 dan Post Hoc Tukey

menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok L-Name dengan tiga kelompok lainnya. Dapat disimpulkan dalam penelitian ini ekstrak temulawak dapat menurunkan kadar renin mencit jantan yang hipertensi namun tidak sebagus valsartan.

(9)

ix

ABSTRACT

THE EFFECTIVITY OF TEMULAWAK EXTRACT (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) ON RENIN LEVEL IN MALE MICE

INDUCED HYPERTENSION (Mus muscullus) WITH

VALSARTAN CONTROL

NINING TRIWULANSARI

Background: Hypertension is a disease caused by an increase in blood pressure. Angiotensin receptor blocker (ARB) class of antihypertensive is valsartan works by blocking angiotensin II receptors to AT I receptor, which can increase blood pressure that affects the levels of renin. Curcuma contains curcumin with mechanisms can reduce hypertension.

Objective: This research aims to determine how the influence of Curcuma extract against renin level in male mice with hypertension induced compared with administration of Valsartan as a positive control treatment.

Methods: The method of curcuma extraction is remaserasion with ethanol 96%. Hypertension induced by L-Name that given during 4 weeks, first 2 weeks was given before the treatment. Then the next 2 weeks was given with therapy, that therapy is curcuma extraction and Valsartan as a positive control treatment. Results and Conclusion: The result in this study with four groups of mice showed renin average level aquades group is 36,22pg / ml, L-Name 59,45pg / ml, curcuma 36.13 pg / ml and valsartan 24,67pg / ml. In One Way Anova test showed significant difference which P value 0.001 <0.05 and Post Hoc Tukey test showed significant differences between L-Name group with the other three groups. The conclusion of this study is curcuma extract can reduce renin levels of male mice with hypertension but not as good as valsartan.

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Aplikasi ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Hipertensi ... 6

2.1.1 Definisi Hipertensi ... 6

2.1.2 Epidemiologi ... 6

2.1.3 Etiologi ... 7

2.1.4 Gejala Klinis Hipertensi ... 8

2.1.5 Klasifikasi Hipertensi ... 9

2.1.6 Patofisiologi Hipertensi ... 10

2.1.7 Tinjauan Renin ... 12

(11)

xi

2.2 Terapi Hipertensi ... 15

2.2.1 Tujuan Terapi ... 15

2.2.2 Terapi Non Farmakologi ... 15

2.2.3 Terapi Farmakologi ... 17

2.3 Tinjauan Valsartan ... 20

2.3.1 Deskripsi Valsartan ... 20

2.3.2 Indikasi ... 21

2.3.3 Farmakodinamik ... 21

2.3.4 Mekanisme Valsartan ... 23

2.3.5 Rute Eliminasi ... 23

2.4 Tinjauan Tentang Temulawak ... 23

2.4.1 Temulawak ... 23

2.4.2 Klasifikasi Temulawak ... 24

2.4.3 Morfologi Temulawak... 24

2.4.4 Kandungan Kimia Temulawak... 25

2.4.5 Manfaat Temulawak ... 25

2.5 Tinjauan Kurkumin ... 26

2.5.1 Mekanisme kerja Curcumin ... 26

2.5.2 Penelitian Curcumin ... 27

2.6 Metode Maserasi dan Remaserasi ... 28

2.7 Tinjauan L-Name Sebagai Penginduksi ... 29

2.8 Tinjauan Hewan Coba ... 30

2.8.1 Mencit ... 30

2.8.2 Klasifikasi... 30

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 31

BAB IV METODE PENELITIAN ... 33

4.1 Rancangan Penelitian ... 33

4.1.1 Jenis Penelitian ... 33

4.1.2 Jumlah Sampel ... 34

4.2 Variabel Penelitian ... 34

4.2.1 Klasifikasi Variabel ... 34

(12)

xii

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

4.4 Subjek penelitian ... 35

4.4.1 Kriteria Inklusi ... 35

4.4.2 Kriteria Eksklusi ... 36

4.5 Prosedur Penelitian ... 36

4.5.1 Pembuatan Extrak Temulawak... 36

4.5.2 Dosis dan Konversi Dosis ... 37

4.5.3 Pemberian Induksi Hipertensi Hewan Coba ... 38

4.5.4 Pemberian Terapi Hewan Coba... 38

4.5.5 Pengukuran Kadar Renin Hewan Coba ... 38

4.6 Alat dan Bahan ... 39

4.6.1 Alat ... 39

4.6.2 Bahan ... 39

4.7 Alur Penelitian ... 40

4.8 Analisis Data ... 41

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Pembuatan Extrak Temulawak ... 42

5.2 Data Tekanan Darah Pada Mencit... 42

5.3 Data Renin Pada Penelitian ... 43

5.4 Uji Normalitas dan Homogenitas ... 44

5.5 Uji One way Anova ... 44

5.6 Post Hoc Tukey ... 45

5.7 Hasil Diagram Data Penelitian ... 46

BAB VI Pembahasan Hasil dan Penelitian ... 47

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Hipertensi ... 9

2.2 Klasifikasi Hipertensi ... 9

2.10 Khasiat Kandungan Kimia Temulawak ... 25

5.2.1 Data Tekanan darah Mencit 2 minggu sebelum diterapi... 43

5.3 Data pada Mencit jantan Mus muscullus dengan metode ELISA... 44

5.4.2 Tabel Uji Homogenitas pada Renin... 44

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.3 Patofisiologi Hipertensi ... 10

2.4 Patofisiologi Hipertensi ... 11

2.5 Mekanisme Renin... 13

2.6 Komplikasi dari Hipertensi ... 14

2.7 Struktur Kimia Vasartan ... 20

2.8 Mekanisme Kerja Valsartan ... 21

2.9 Temulawak ... 24

2.11 Rumus Kimia Kurkumin ... 27

2.12 Mencit ... 30

4.1 Bagan Alir Proses Ekstraksi ... 36

4.2 Alur Penelitian ... 40

5.1 Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.).... 42

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Riwayat Hidup ... 57

2 Perhitungan Pemberian Dosis ... 59

3 Elisa Renin ... 59

4 Data Absorban Data Renin... 61

5 Rancangan Biaya ... 66

6 Determinasi tanaman... 68

7 Dokumentasi ... 69

8 Lampiran SPSS ... 75

9 Perencanaan Penelitian... 78

10 Kode Etik. ... 79

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

ACE = Angiotensin Converting Enzim

ARB = Angiotensin Renin Blocker

AT1-R = Angiotensin II Receptor Type 1

CCB = Calcium Channel Blocker

Depkes = Departemen Kesehatan

ESH = European Society of Hypertension

JNC = Joint National Comittee

L-Name = Nω-nitro-L-arginine methyl ester NF-kB = Nuclear factor-κB

NO = Nitric Oxide

RAAS = Renin-Angiotensin Aldosterone System

ROS = Reactive Oxugen Spesies

(17)

52

DAFTAR PUSTAKA

Agnesia Nuarima., 2012. Faktor Resiko Hipertensi Pada Masyarakat di Desa

Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang. Laporan Hasil Penelitian Karya

Tulis Ilmiah.

Ahmad Said., 2007. Khasiat dan Manfaat Temulawak. Penerbit : PT. Sinar

Wadja Lestari

Akbar, B., 2010. Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang

Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilisasi. Jakarta : Adabia Press, hal 6-7.

Anonim, 2013. Darah Tinggi Pemicu Gangguan Jantung, Stroke serta Ginjal

Kronis. http://herbalxamthone.com. Diakses Pada tanggal 13 November

2014

Bader, M., 2004. Renin-angiotensin-aldosterone system. Enclopedic reference of

molecular pharmacology (pp. 810-814) Berlin, German: Spinger.

Bambang Hartono., 2011. Hipertensi : The Silent Killer. Artikel Hari Hipertensi

Sedunia.

BMCRI., 2014. Recent Advances In Treatment of Hypertension.

Champe. P., Mary J. M., Richard A. H., Bruce D. F., 2001 Farmakologi Ulasan

Bergambar. Edisi 2, Jakarta : Widya Medika. Hal 181

Chen et al., 2002.Therapeutic Target Database. Nucleic Acids 2002.

Corwin. Elizabet J., 2008. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 2. Jakarta : EGC,

2008.

David E. Golan, Armen H. 2012 The Pathophysiologic Basis of Drug therapy.

Principles of Pharmacology.

Departemen Kesehatan R.I, 2013 Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan., 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi.

Jakarta : Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Alat Kesehatan

Departemen Kesehatan.

Diana Lyrawati. 2008. Farmakologi Hipertensi.

(18)

53

Eni Hayani 2006 Analisis Kandungan Kimia Rimpang Temulawak Balai

penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Tenaga fungsional pertanian 2006

Fauzana, L.D., 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan Reperkolasi Terhadap Rendemen Ekstrak Temulawak (Curcuma canthorrhiza Roxb). Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Fitriani., 2013. Efektifitas Temulawak dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia di UPT Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya. Artikel Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Tnajungpura.

Ghosh, M.N., 1971. Fundamental of Experimental Pharmacology. Scientific

Book Agency, Calcutta, hal. 85.

Hardi Soenanto et al., 2009. Obat Tradisional.

Hernawati., 2007. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron : Perannya Dalam

Pengaturan Tekanan Darah Dan Hipertensi. Bandung : Karya Tulis Ilmiah

Universitas Pendidikan Indonesia.

Hlavačková Livia., 2011. Curcumin and Piperine Prevent Remodeling of Aorta in Experimental L-Name Induced Hypertension. BioMed Central. Vol.8, pp.72.

Huon H. G., Keith D. D., Iain A. S., Jhon M. M., 2012. Kardiologi. Edisi 4,

Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal 58

Indofatin., 2013. Hipertensi. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan RI.

Jeffery Martin, M.D., F.A.S.N 2008. Hypertension and Kidney Specialist.

Hypertension Guidelines ; Revisiting THE JNC 7 Recomendation

Kamiya Biomedical Company., 2012. Mouse Renin (REN) ELISA. K-Assay, p.

1-7.

Kapakos.G., Youreva. V., Srivastava., 2012. Cardiovascular Protection by

Curcumin: Molecular Aspects. Indian Journal of Biochemistry &

Biophysics, Vol.49, pp.306-315.

Klabunde RE. 2007. Cardiovascular physiology concepts. Tersedia :

http://www.cvphysiology.com/Blood%20pressure/BP001.htm. (17 Desember 2014)

Kotchen, T.A., 2008. Hypertensive Vascular Disease. In: Fauci, A.S., et al, ed.

(19)

54

Kuan Huei Ng., Adrian G Stanley., Bryan Williams., 2010. Hypertension.

Pathogenesis, Risk Factor and Prevention. Medicine Published by Elsevier

Kuan et al., 2003. Pharmacology and Toxicology., Volume 92, Issue 4, pages

160-162. April 2003

Kumala Sari., 2006. Pemanfaatan obat Tradisional dengan pertimbangan Manfaat dan Keamanan. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.1, April 2006, 01-07.

Lee Kennedy., 2009. Problem Solving in Hypertension. Oxford : Clinical Pub,

2009.

Leonard S. L., 2011. Pathophysiology of Heart Disease. Boston : A Collaborative Project of Medical Students and Faculty.

Liang Li-Hong.,dkk., 2008. Curcumin Prevents and reverses murine cardiac hypertropy. The Journal of Clinical Investigation, Vol. 118 No.3, Hal 879-893

Libby. P., Robert O. B., Douglas. L., 2008. Heart Disease. A Textbook of

Cardiovascular Medicine. Philadelphia, Edisi 8, Hal 1031.

Lubis. M., Alvarino., Tofrizal., Erkadius., 2013. Pengaruh Pemberian Valsartan dan Kurkumin Terhadap Pembentukan Fibrosis di Tubulus Proksimal Ginjal

Akibat Obtruksi Ureter Unilateral pada Tikus Wistar. Jurnal Kesehatan

Andalas

Mancia. G., Fagard. R., Narkiewicz. K., Waeber. B., 2013. The Task Force the Management of Arterial Hypertension of The European Society of

Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology. Journal of

Hypertension 2013. Vol.31, pp.1281-1357.

Marliani. L., Tantan. S., 2007. 100 Questions & Answers : Hipertensi. Jakarta :

Penerbit Elex Media Komputindo. Hal 44.

Maryuni. S., 2011. Tugas Akhir Proses Pembuatan Jamu Tablet Tangkur Tribulus

di PT Putro Kinasih. Surakarta : Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret.

Muchid, A., 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta.

Nakmareong, S., Kukongviriyapan, U., and Phisalaphong, C., 2011. Antioxidant and Vascular Protective Effects of Curcumin and Tetrahydrocurcumin in Rats

With L-NAME-Induced Hypertension. Naunyn-Schmied Arch Pharmacol,

(20)

55

Nakmaroeng, S., Upa, K., Poungrat, P., Veerapol, K., 2010. Effect of Curcumin on Hemodynamic Status and Aortic Elasticity in L-NAME Hypertensive Rat. Srinagarid Med. J, Hal. 240-242

Nina Jusnita., 2014. Produksi Nanoemulsi Extrak Temulawak Dengan Metode Homogenisasi. Tesis Sekolah Pasca Sarjana ITB bogor 2014

Permadi. A., 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta.

Prasetyo. Y.T., 2012. Tentang Instan : Jahe, Kunyit, Kencur, Temulawak.

Yogyakarta.

Priyadarsini. Kl., 2013. Chemical and Structural Faeture Influencing the

Biological Activity of Curcumin. Vol. 19. 1873-4286

Rahardjo Mono., 2010. Penerapan SOP Budidaya Untuk Mendukung Temulawak

Sebagai Bahan Baku Obat Potensial. Balai Penelitian Tanaman Obat dan

Aromatik. Vol.9, No.2, Hal 1-61

Rahardjo. R., 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Rukmana. R., 2006. Temulawak Tanaman Rempah dan Obat. Yogyakarta :

Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI)

Sari Pediatri., 2012. Hipertensi Sekunder akibat Perubahan Histologi Ginjal. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.

Sari. L., 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat Dan

Keamannnya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. III, No.1, April 2006,

01-07.

Setiawan Dalimartha., 2000. Atlas tumbuhan obat indonesia.

Setiawan. B., Ernawati., 2006. Efek Proteksi Curcumin Terhadap Sel

Endothelium pada Stress. Surabaya : Departemen Famakologi, Fakultas

Kesehatan Universitas Wijaya Kusuma.

Shimatsu, A., Kakeya, H., Imaizumi, A., Morimoto, T., Kanai, M., and Maeda, S., 2012. Clinical Application of “Curcumin”, A Multi-Functional Substance. Anti-Aging Medicine, Vol.9, No. 2, P.75-85.

Siragy et al., 2002. Differences in AT2- receptor stimulation between AT1 –

receptor blockers valsartan and losartan quantified by renal interstitial fluid cGMP. Journal Hypertension 2002.

(21)

56

Tambayong, Jan., 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC, 2000. Hal 94

Tatsuya Morimoto., Sunagawa. Y., Kawamura. T., Takaya. T., 2008. The Dietary Compound Curcumin Inhibits p300 Histone Acetyltransferase Activity and

Prevent Heart Failure in Rat. The Journal of Clinical Investigation.

Vol.118, No.3

Tedjasukmana Pradana., 2012. Tata Laksana Hipertensi. Jakarta : Departemen

Kardiologi, RS Premier Jatinegara dan RS Graha Kedoya. Vol. 39, no. 4, tahun. 2012.

Upa Kukongviriyapan., Pannangpetch. P., Kukongviriyapan. V., Donpunha. W., 2014. Curcumin Protects against Cadmium-Induced Vascular Dysfunction,

Hypertension and Tissue Cadmium Accumulation in Mice. Article Journal

Nutrients. Vol. 6. Hal 1194-1208

Wahyuningsih., 2012. Fitofarmaka : Problem dan Pengatasannya

Phytopharmaceutical. Yogyakarta : Bagian Farmasi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Univertsitas Gajah Mada.

Weber et al., 2013. A Statement by the American Society of Hypertension and the

International Society of Hypertension. The Journal of Clinical

Hypertension. Official journal of American Society of Hypertension.

Weerapon.S., Wanida. D., Kukongviriyapa. U., Poungrat. P., Veerapol. K., Praphassorn. S., 2012. Effect of Curcumin on Kidney Function and Arterial Blood Pressure in Rat with Long-Term and Low Level Exposure of Lead and Cadmium. Srinagarind Medicine J

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan

darah. Penyakit ini diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer

atau esensial dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit

lain (Rahardjo et al., 2008)

Hipertensi masih menjadi permasalahan dunia, hampir 1 milyar orang

mempunyai hipertensi. Penyakit ini terjadi di dua sampai tiga negara

berkembang. Hipertensi satu kasus yang penting dari kematian dini di dunia

dan terus berkembang di tahun 2025 diperkirakan 1,56 milyar dewasa akan

hidup dengan hipertensi. Hipertensi hampir membunuh 8 juta orang tiap

tahun di seluruh dunia dan 1.5 juta orang tiap tahun di wilayah South-East

Asia (SEA). Diperkirakan 1 sampai 3 dari populasi orang dewasa di wilayah

Asia Tenggara SEA mempunyai tekanan darah tinggi (WHO, 2011).

Di Indonesia hipertensi juga menjadi permasalahan penting. Prevalensi

hipertensi di Indonesia pada umur ≥ 18 tahun terdiagnosis hipertensi oleh

tenaga kesehatan melalui jawaban kuesioner. Prevalensi hipertensi di

Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8

persen. Jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus

hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis.Prevalensi hipertensi pada umur

≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti

Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat

(29,4%). Prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi

daripada laki-laki (Riskesdas, 2013).

Mekanisme patofisiologi hipertensi berhubungan dengan Renin

Angiotensin-Aldosteron System (RAAS) dimana aktivasi sistem

renin-angiotensi-aldosteron (RAAS) merupakan salah satu mekanisme yang paling

penting dalam berkontribusi pada sel endhotel disfungsi, remodeling

vaskuler, dan hipertensi. Renin, sebuah protein yang diproduksi sendiri oleh

(23)

2

oleh hati menjadi angiotensin I, angiotensin I diubah oleh angiotensin

converting enzyme (ACE) menjadi angiotensin II. ACE adalah enzyme yang

melimpah di paru-paru, tetapi juga hadir di jantung dan pembuluh darah

sistemik (jaringan ACE). Chymase, sebuah protein serin di jantung dan arteri

sistemik, menyediakan jalur alternatif untuk konversi dari Angiotensin I ke

Angiotensi II. Interaksi Angiotensin II dengan protein G berpasangan AT 1

mengaktifkan reseptor dengan berbagai proses seluler yang berkontribusi

terhadap hipertensi dan hipertensi mempercepat kerusakan organ sampai

akhir. Interaksi ini membuat vasokonstriksi, generasi oksigen reaktif,

peradangan pembuluh darah, pembuluh darah dan remodeling jantung, dan

produksi aldosteron, yang utama mineralokortikoid. Bukti peningkatan

aldosteron, Anngiotensin II, renin dan prorenin mengaktifkan jalur beberapa

sinyal yang dapat merusak pembuluh darah sehat dan menyebabkan

hipertensi (Libby et al, 2008).

Sistem renin-angiotensin, renin memicu produksi angiotensin (zat

penekan) dan aldosteron (yang memacu natrium sehingga terjadi resistensi air

sebagai akibat). Beberapa studi menunjukkan sebagian pasien hipertensi

primer mempunyai kadar renin yang meningkat, tetapi sebagian besar normal

atau rendah, disebabkan efek homeostatik dan mekanisme umpan balik

karena kelebihan beban volume dan peningkatan tekanan darah dimana

keduanya diharapkan akan menekan produksi renin (Libby et al, 2008).

Hipertensi dapat diturunkan dengan mengkonsumsi obat-obatan secara

teratur sepanjang hidup penderita. Dari segi farmakologi ada beberapa

golongan obat yang dapat digunakan, seperti diuretik (Furosemide), beta

blocker (atenolol, metoprolol), ACE inhibitor (captropil, enalapril, lisinopril),

ARB (losartan, valsartan, irbesartan, candesartan, eprosartan), dan calcium

channel blocker (nitrendipine, amlodipine) (Lyrawati, 2008).

Menurut Standfield, (2008) Valsartan adalah golongan obat angiotensin

reseptor blocker (ARB) yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai

kondisi jantung termasuk hipertensi, nefropati diabetik dan gagal jantung.

Valsartan menurunkan tekanan darah dengan antagonis

(24)

3

tipe-1 angiotensin II dengan sub tipe reseptor (AT1) dan mencegah tekanan

darah meningkat karena efek angiotensin II. Tidak seperti enzyme (ACE)

inhibitor angiotensin-converting, ARB tidak memiliki efek samping batuk

kering. Valsartan dapat digunakan untuk mengobati hipertensi, hipertensi

sistolik terisolasi, hipertrofi ventrikel kiri dan nefropati diabetik. Hal ini juga

dapat digunakan sebagai agen alternatif untuk pengobatan gagal jantung,

disfungsi sistolik, infark miokard dan penyakit arteri koroner.

Meskipun obat-obat diatas telah terbukti dalam terapi hipertensi, namun

demikian penggunaan obat tradisional atau fitofarmaka perlu diperhatikan

sebagai alternatif pengobatan. Penggunaaan obat tradisional sebagai alternatif

pengobatan ditingkat global terus meningkat, begitu juga di Indonesia. Efek

samping obat-obat kimia penurun tekanan darah cukup banyak dijumpai

seperti sakit kepala, pusing, lemah, mual meskipun tidak selalu menjadi

keluhan penderita. Untuk menghindari efek samping ini obat alternatif yang

bisa lebih efektif menurunkan tekanan darah dan sekaligus aman untuk

dikonsumsi seperti penggunaan obat-obat tradisional (Kumala Sari, 2006).

Keuntungan menggunakan obat tradisional atau fitofarmaka adalah

merupakan sediaan obat yang telah dibuktikan keamannya dan khasiatnya,

bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah

memenuhi persyaratan yang berlaku (Maryuni, 2011).Efek samping obat

tradisional atau fitofarmaka relatif kecil jika digunakan secara tepat bahan,

ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan

(Sari., 2006).Adapun kelemahan yang berada pada fitofarmaka ialah

mendapatkan simplisia yang benar dan tepat variasi spesies tanaman,

ketepatan waktu panen, penggunaan teknologi baru untuk extraksi bahan

yang steril, berkualitas dan bermutu (Wahyuningsih., 2012). Berbeda dengan

obat kimia valsartan dimana dibuat dalam satu senyawa dan dapat digunakan

untuk mengobati berbagai kondisi jantung termasuk hipertensi, nefropati

diabetik dan gagal jantung (Stanfield, 2008).

Berdasarkan penelitian, Fitriani (2013) membuktikan bahwa temulawak

efektif untuk menurunkan tekanan darah seseorang dan temulawak dapat

(25)

4

juga dilakukan oleh Georgia Kapakos et al (2012) menyatakan bahwa isolat

curcumin dari Kunyit yang diberikan pada mencit yang telah di induksi

L-Name telah terbukti memberi efek proteksi kardiovaskular, anti-inflamasi dan

antioksidan. Selain itu temulawak juga memiliki khasiat sebagai diuretik

(Rahardjo, 2010). Pada penelitian (Kukongviriyapan, 2014) membuktikan

antioksidan kuat dari kurkumin menguntungkan untuk pengurangan

hipertensi, disfungsi vaskular meningkat dan stress oksidatif yang berkurang

pada tikus setelah paparan Cd. Dengan mekanisme induksi eNOS vaskuler,

menunjukkan ekspresi eNOS protein dalam aorta mengalami penurunan

sebesar 70% pada tikus terpapar Cd.

Dengan dasar ilmiah diatas maka akan dilakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh pemberian senyawa kurkumin dari ekstrak temulawak

terhadap kadar renin dengan kontrol valsartan pada mencit jantan (Mus

musculus) hipertensi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Berkaitan dengan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu

masalah yaitu : Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak temulawak

(Curcuma xanthorriza Roxb) terhadap kadar renin pada mencit jantan (Mus

musculus) hipertensi dengan kontrol valsartan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Secara Umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pemberian kurkumin yang terkandung dalam temulawak terhadap kadar renin

pada mencict jantan hipertensi.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui perbandingan kadar renin pada mencit jantan (Mus

musculus) hipertensi antara extrak temulawak (Curcuma Xanthorriza

Roxb) dan valsartan sebagai kontrol yang diberikan.

2. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak temulawak (Curcuma xanthorriza

Roxb) terhadap kadar renin pada mencit jantan (Mus musculus) hipertensi

(26)

5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Ilmiah

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi tentang

potensi Curcumin dari temulawak dalam menurunkan tekanan darah

sekaligus mengetahui pengaruhnya terhadap kadar renin mencit jantan (Mus

musculus) yang hipertensi. Diharapkan akan diperoleh dosis yang optimal

pada pemberian ekstrak temulawak untuk menurunkan tekanan darah dan

dapat memberikan pengaruh positif terhadap renin

1.4.2. Manfaat Aplikasi

Bila pemberian ekstrak temulawak terbukti dapat menurunkan tekanan

darah dan memberikan pengaruh terhadap renin padamencit jantan yang

hipertensi, maka dapat diinformasikan kepada masyarakat tentang potensi dan

manfaat ekstrak temulawak, sehingga dapat dijadikan obat alternatif dalam

Gambar

Tabel Halaman2.1 Klasifikasi Hipertensi  ..........................................................................
Gambar Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui efek hepatorepair ekstrak temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb ) pada tikus putih jantan galur wistar yang di induksi paracetamol.. Metode

Kesimpulan: ekstrak temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb ) mempunyai efek hepatorepair pada tikus putih jantan galur wistar yang di induksi paracetamol.. Kata kunci:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat efek gastroprotektor temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap. kerusakan histologis lambung mencit akibat

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui efek analgesik ekstrak etanol 70% rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan

Penelitian ini dapat memberi informasi ilmiah mengenai efek ekstrak etanol 70% rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) sebagai analgesik pada mencit

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) mempunyai efek penurunan kadar kolesterol total pada

Data hasil pemeriksaan preparat histopatologi hati mencit ( Mus musculus ) jantan terhadap pengaruh lama pemberian ekstrak rimpang Temu hitam ( Curcuma aeruginosa

Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat efek protektif dari ekstrak temulawak terhadap ginjal mencit yang akan diinduksi dengan gentamisin Metode : Metode