• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk putusan yang dijatuhkan oleh pengadilan tergantung dari hasil mufakat musyawarah hakim berdasarkan pada penilaian yang mereka peroleh dari surat dakwaan dihubungkan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di persidangan pengadilan. Dakwaan yang didakwa oleh jaksa penuntut umum dalam surat dakwaan menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dengan mempertimbangkan apakah unsur-unsur dari perbuatan yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum terhadap terdakwa terbukti atau tidak.

Tindak pidana yang bisa dijatuhi hukuman harus memenuhi syarat-syarat pokok yaitu:

a. Harus ada suatu perbuatan manusia, yaitu terdakwa Andrew Chan telah melakukan perbuatan tindak pidana penyalahgunaan narkotika yaitu “tanpa hak dan melawan

hukum mengekspor narkotika golongan I yang dilakukan secara terorganisir.”

b. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang dilukiskan di dalam ketentuan hukum, perbuatan terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam memberantas penyalahgunaan narkotika.

c. Harus terbukti melakukan tindak pidana, yaitu orangnya harus dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya. Terdakwa telah melakukan tindak pidana

penyalahgunaan narkotika yaitu “tanpa hak dan melawan hukum mengekspor narkotika golongan I yang dilakukan secara terorganisir.”

d. Perbuatan itu harus berlawanan dengan hukum, bahwa perbuatan Andrew Chan tidak mempunyai ijin dari pihak yang berwenang untuk menyimpan dan mengekspor narkotika golongan I.

Mengenai hukuman yang dijatuhkan seharusnya ketika jaksa menuntut terdakwa dengan tuntutannya yaitu hukuman mati, maka hakim dalam memberi hukuman harus lebih berat atau paling tidak sama dengan tuntutan jaksa. Dalam kasus ini hakim menjatuhkan putusan sama dengan tuntutan jaksa yang memberikan hukuman mati kepada terdakwa, dimana pemberian hukuman mati ini mengingat peranan terdakwa sebagai otak yang merencanakan pengeksporan narkotika dari bali menuju negara Australia.

Ada beberapa macam pendapat mengenai teori-teori pemidanaan, yaitu sebagai berikut:106

1. Teori absolut atau teori pemidanaan dimana negara berhak menjatuhkan pidana ialah karena penjahat tersebut telah melakukan kejahatan pada kepentingan hukum (pribadi, masyarakat atau negara) yang telah dilindungi, maka karena itu penjahat

106

harus diberikan pidana yang setimpal dengan perbuatan (berupa kejahatan) yang melakukannya.

2. Teori relative atau teori tujuan, dimana tujuan pidana adalah tata tertib masyarakat, dan untuk menegakkan tata tertib itu diperlukan pidana dan alat untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan, dengan tujuan agar tata tertib masyarakat tetap terpelihara.

3. Teori gabungan, teori gabungan ini mendasarkan pada asas pembalasan dan asas pertahanan tata tertib masyarakat, alasan kedua itu dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu pertama teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi pembalasan itu tidak boleh melampaui batas dari apa yang perlu dan cukup untuk dapat dipertahankannya tata tertib masyarakat. Kedua teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib masyarakat, tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh lebih berat dari pada perbuatan yang dilakukan terpidana.

Dari apa yang telah dikemukakan di atas mengenai hakekat dan tujuan pemidanaan, maka hakim harus mendapatkannya sendiri pendapat mana yang ia yakini, yang paling penting adalah bahwa dalam menghukum yang berupa penjatuhan pidana, hakim harus menyadari makna dari keputusan-keputusannya itu apakah yang hendak dicapai dengan pidana yang dijatuhkan, sehingga pertimbangan-pertimbangan yang diambil dalam sebuah keputusan dengan alasan-alasan tertentu atau yang ada dapat mendatangkan ketentraman tidak hanya bagi bersangkutan saja, akan tetapi masyarakat

banyak juga merasakannya, dengan adanya pemidanaan disini dikehendaki agar terpidana tidak melakukan tindak pidana lagi.

Salah satu pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana adalah hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan terdakwa, dimana alam persidangan, hakim sebelum menjatuhkan pidana terhadap terdakwa untuk melakukan berat atau ringannya pidana akan dijatuhkan harus mendasarkan diri dengan melihat dan menilai keadaan-keadaan yang terdapat dalam diri terdakwa, apakah terdakwa pernah dihukum sebelumnya atau tidak, sopan atau tidaknya terdakwa dalam persidangan, mengakui dan menyesali perbuatannya atau tidak.

Pertimbangan juga dilakukan terhadap apa dan peranan dan posisi terdakwa serta jumlah barang bukti yang diajukan ke persidangan yang turut mempengaruhi berat atau ringannya hukuman yang dijatuhkan kepada seorang terdakwa. Terjadinya perbedaan penjatuhan pidana disebabkan oleh persepsi hakim terhadap filsafat pemidanaan dan tujuan pemidanaan sangat memegang peranan penting didalam penjatuhan pidana. Seorang hakim mungkin berpikir bahwa tujuan serupa pencegahan hanya bisa dicapai dengan pidana penjara, namun di lain pihak dengan tujuan yang sama, hakim lain akan berpendapat bahwa pengenaan denda akan lebih efektif.

Seorang hakim yang memandang aliran klasik lebih baik daripada aliran modern akan menjatuhkan pidana lebih berat, sebab perundangannya adalah pidana harus sesuai dengan perbuatannya dan sebaliknya yang berpandangan modern akan memidana lebih ringan sebab ia berpendirian, bahwa pidana harus sesuai dengan

orangnya, apalagi dari segi teoritis, mengenai tujuan pemidanaan ini belum tercapai kesepakatan diantara para sarjana.107

Terjadinya perbedaan penjatuhan pidana bersifat kasuistis, dimana terjadinya perbedaan itu disebabkan oleh keadaan-keadaan seperti:108

a. Apakah terdakwa sebelumnya sudah pernah dihukum atau tidak.

b. Faktor-faktor yang mendorong terdakwa melakukan tindak pidana narkoba, misalnya keadaan ekonomi, dll.

c. Tingkat pengetahuan ataua pemahaman terdakwa, misalnya perbedaan tingkat pendidikan atau profesi pelaku.

d. Apa peranan terdakwa.

e. Cara melakukan tindak pidana antara terdakwa yang satu dengan terdakwa yang lain berbeda

f. Jumlah barang bukti.

Hakim dalam menjatuhkan pidananya, sedapat mungkin menghindari diri dari putusan yang timbul dari kehendak yang sifatnya subjektif. Walaupun hakim mempunyai kebebasan untuk itu, akan tetapi hakim tidak boleh bertindak sewenang-wenang karena adanya kontrol dari masyarakat yang menjadi kendali terhadap setiap putusan hakim apabila putusan tersebut tidak menunjukkan rasa keadilan masyarakat atau menjunjung perasaan keadilan masyarakat, dimana dalam kenyataannya sering dijumpai putusan hakim yang sangat kontradiktif dengan rasa keadilan masyarakat sehingga kewibawaan hukum itu sendiri sudah hilang di mata masyarakat.

Pada putusan ini terjadi disparitas pemidanaan, dimana Andrew Chan mulai pada pengadilan tingkat pertama sampai dengan peninjauan kembali tetap dijatuhi

107

Muladi, Lembaga Pidana Bersya rat, (Bandung: Alumni, 1992), hlm. 123

108

Agustina Wati Nainggolan, Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan), (Medan: Universitas Sumatera, 2009), hlm. 131

hukuman pidana mati, hal ini dikarenakan hakim memandang bahwa Andrew Chan merupakan otak yang merencanakan pengeksporan narkotika ke Australia, dengan merencanakan pengeksporan narkotika tersebut dengan teliti. Pemberian hukuman berupa pidana mati, menurut hemat penulis sudah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan rasa keadilan dimasyarakat, mengingat dampat narkotika begitu besar sehingga pengedar narkotika pantas di berikan hukuman mati.

Hukuman bagi pengedar seharusnya lebih berat, karena barang-barang (narkotika) yang diekspornya menimbulkan berbagai dampak negatif bagi penggunanya. Pengedar secara sadar mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain yang mengalami kecanduan akibat mengkonsumsi barang-barang yang dijual pengedar. Indonesia kini bukan saja sebagai daerah transit, tetapi telah menjadi daerah pemasaran dan produsen, dan harus dikukuhkan lagi sistem penegakan hukum yang benar-benar terintegrasi dalam menghadapi kejahatan narkotika terhadap masa depan bangsa.

2. Putusan Nomor 28 PK/Pid. Sus/2011

Penerapan kebijakan hukum pidana terhadap warga negara asing khususnya terhadap kurir dalam kasus bali nine yang diberikan sanksi pidana berupa pidana penjara seumur hidup baik pada tingkat pertama, banding, pada kasasi diberikan sanksi pidana mati dan pada peninjauan kembali diberikan sanksi berupa pidana penjara semur hidup, dapat dilihat dari ulasan Putusan Nomor 28 PK/Pid. Sus/2011, atas nama terdakwa Scoth Anthony Rush, yaitu sebagai berikut:

A. Posisi Kasus 1) Kronologi

Nama : Scott Anthony Rush Tempat Lahir : Brisbane, Australia

Tanggal Lahir : 19 Tahun / 03 Desember 1985 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kebangsaan : Australia

Alamat : 42 Glenwood St. Chelmer Brisbane Australia Agama : Kristen Katholik

Pekerjaan : Buruh

Terdakwa Scoth Anthony Rush bersama-sama dengan Myuran Sukumaran, Renae Lawrence, Michael William Czugaj, Matthew James Norman, Martin Erick Sthepens, Tan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen, Andrew Chan (di periksa dalam berkas perkara terpisah) dan Cerry Likit Bannakorn alias Pina (belum tertangkap)

pada hari Rabu tanggal 6 April 2005, pada hari Jum’at tanggal 8 April 2005, pada

hari Senin tanggal 11 April 2005, pada hari Jum’at tanggal 15 April 2005 dan atau pada hari Minggu tanggal 17 April 2005, atau setidak-tidaknya di satu waktu dalam tahun 2005 bertempat di Center Stage Hotel Hard Rock Kuta, di Hotel Kuta Sea View Kuta, di sebuah kedai makanan siap saji di Kuta, di Jalan Legian Kuta dan atau di Areal Terminal Keberangkatan Internasional Bandar Udara Ngurah Rai Tuban Kecamatan Kuta Kabupaten Badung atau setidak-tidaknya di satu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Denpasar, secara tanpa hak dan melawan hukum mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk di jual, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli atau

menukar Narkotika golongan I berupa Heroin dengan berat keseluruhan 8.202,11 gram atau setidak-tidaknya seberat 1.692,27 gram yang dilakukan secara terorganisasi.

2) Dakwaan

Jaksa mendakwa terdakwa dengan dakwaan bertingkat dimana pada dakwaan primair perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 82 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Pada dakwaan subsidair perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 82 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

Pada dakwaan lebih subsidair perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 82 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Pada dakwaan lebih subsidair lagi perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 82 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika jo Pasal 53 (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana jo Pasal 83 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Pada dakwaan lebih-lebih subsidair lagi perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 78 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

3) Tuntutan

Tuntutan Jaksa Penuntut Umum tanggal 23 Januari 2006 yang isinya adalah sebagai berikut:

1. Menyatakan terdakwa Scott Anthony Rush telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika yaitu

“tanpa hak dan melawan hukum mengekspor narkotika Golongan I yang

dilakukan secara terorganisir” sebagaimana dakwaan Primair melanggar Pasal 82 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Scott Anthony Rush dengan pidana

penjara selama seumur hidup.

3. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan.

4. Menyatakan sebanyak 31 (tiga puluh satu) jenis barang bukti dirampas untuk negara.

5. Menetapkan biaya perkara dibebankan kepada terdakwa sebesar Rp. 1.000 (seribu rupiah)

4) Fakta Hukum

Berdasarkan hasil pemeriksaan dari petugas Laboratorium Forensik PoIri Cabang Denpasar Nomor 178/KNF/2005 tanggal 23 Mei 2005 pada pokoknya menyimpulkan:

1. Sarung tangan yang ditemukan didalam barang bukti berupa satu buah koper plastik warna cokelat motif kembang yang disita di Hotel Melasti dengan sarung

tangan yang berada dalam tas punggung warna hitam merek Nike yang disita di Hotel Melasti memiliki keidentikan ciri fisik.

2. Verban cokelat muda merek Leukoplast dalam tas warna hitam merek Country Road yang disita di Hotel Melasti Kuta, memiliki keidentik an ciri fisik dengan barang bukti verban yang disita dari Scoth Anthony Rush maupun Michael William Czugaj.

3. Kantong plastik yang disita di Hotel Melasti Kuta memiliki keidentikan ciri fisik dengan barang bukti berupa kantong plastik yang ada di dalam tas punggung kombinasi putih, biru hitam dan biru muda merek Rusty yang disita di Hotel Melasti.

4. Stagen yang disita di Hotel Melasti memiliki keidentikan ciri fisik dengan stagen yang disita dari Martin Eric Stephens dan barang bukti stagen yang disita dari Scoth Anthony Rush dengan barang bukti stagen yang disita dari Michael William Czugaj juga memiliki keidentikan ciri fisik.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dari petugas Laboratorium Forensik Polri Cabang Denpasar dengan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik No. Lab: 220/KNF/200s tanggal 15 Juni 2005 menyimpulkan:

1) Barang bukti berupa heroin yang disita dari Renae Lawrence, Martin Eric Stephens, Michael William Czugaj, Scoth Anthony Rush, Myuran Sukumaran, Tan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen dan Matthew James Norman adalah identik dengan serbuk heroin yang milik terdakwa Andrew Chan.

2) Barang bukti serbuk merica yang disita dari Renae Lawrence, Martin Eric Stephens, Michael Willi am Czugaj, Scoth Anthony Rush adalah identik dengan serbuk merica yang disita di Hotel Melasti Kuta yang disita dari Myuran Sukumaran, Tan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen dan Matthew James Norman. 5) Pertimbangan Hakim

Hakim menyatakan bahwa atas alasan-alasan tersebut mahkamah agung berpendapat, bahwa mengenai alasan-alasan pemohon peninjauan kembali atau terpidana tersebut dapat dibenarkan, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Hakim menyatakan bahwa terhadap isi Memori Peninjauan Kembali yang didasarkan atas alasan adanya keadaan baru (Novum) berupa Surat dari Australian Federal Police (AFP) kepada Polda Bali tangga l8 April 2005 dan tanggal 12 April 2005 tidak dapat di terima sebagai bukti atau keadaan baru (Novum) karena kedua surat tersebut meskipun berupa foto copy sudah pernah dikemukakan oleh Tim Penasihat Hukum Pemohon Peninjauan Kembali atau Terpidana dalam Nota Pembelaan maupun dalam Memori Banding dan Memori Kasasi sehingga bukan merupakan keadaan baru karena sudah diketahui sebelumnya.

2. Hakim menyatakan bahwa permohonan peninjauan kembali yang didasarkan atas alasan adanya kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata yaitu tidak mempertimbangkan fakta tentang peran Pemohon Peninjauan Kembali atau Terpidana dalam tindak pidana secara terorganisir tanpa hak mengekspor

narkotika Golongan I dapat dibenarkan, karena judex juris mempertimbangkan bahwa sifat perbuatan Pemohon Peninjauan Kembali atau Terpidana dan kawan-kawan berupa penyalahgunaan narkotika sangat merugikan dan merupakan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan manusia bangsa Indonesia dan negara lain, di samping itu jumlah heroin yang diekspor secara terorganisir dan dibawa Pemohon Peninjauan Kembali atau Terpidana cukup besar yaitu 888,90 gram-414,37 gram dan 389,90 gram, namun judex juris tidak mempertimbangkan fakta bahwa Pemohon Peninjauan Kembali atau Terpidana adalah merupakan orang yang dipergunakan sebagai media untuk mengekspor heroin tersebut dari Bandara Ngurah Rai Bali ke Australia oleh Myuran Sukumaran, Tan Duc Thanh Nguyen dan Andrew Chan, hal ini terbukti bahwa ketika masih berada di Australia Pemohon Peninjauan Kembali atau Terpidana diajak untuk berlibur ke Bali dan mengatakan kepada Pemohon Peninjauan Kembali atau Terpidana harus tahu Bali untuk itu baik tiket, akomodasi di Bali ditanggung oleh Myuran Sukumaran, di samping itu dalam perjalanan pulang bertempat di Hotel Adi Darma kamar 104 dan 105 Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang menempelkan plastik bening warna putih yang berisi heroin pada anggota tubuh Pemohon Peninjauan Kembali atau Terpidana dan kawan-kawannya yaitu Michael William Czugaj, Renae Lawrence dan Martin Eric Sthephens meskipun Pemohon Peninjauan Kembali atau Terpidana harus tetap bertanggung jawab atas perbuatannya namun penjatuhan pidana mati terhadap Pemohon Peninjauan Kembali atau Terpidana tersebut yang masih berus ia muda ketika tertangkap

yaitu 19 tahun dan kini sudah berusia 26 tahun dengan perannya sebagai orang yang digunakan sebagai media oleh sindikat kejahatan narkotika yang bersifat transnasional dengan iming-iming berwisata ke Bali, dipandang kurang atau tidak memenuhi rasa keadilan sehingga tentang penjatuhan pidana terhadap Pemohon Peninjauan Kembali atau Terpidana dapat dipertimbangkan aspek perbuatan dan perannya maupun pelaku daader yang bersangkutan.

3. Hakim menyatakan bahwa terdapat kekeliruan yang nyata dalam putusan judex juris Nomor 1782 K/Pid/2006 karena hal-hal yang relevan secara yuridis tidak dipertimbangkan dengan benar yaitu Universal Declaration of Human Rights, tidak bias dipisahkan dengan Convensi-Convensi PBB lainnya yang telah diratifikasi oleh Indonesia antara lain adalah ICCPR (International Covenant on Civil and Political Rights) dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 yang mensyaratkan penjatuhan hukuman mati dengan sangat selektif jika negara tersebut memberlakukannya.

4. Hakim menyatakan bahwa dalam perkara a quo Pemohon Peninjauan Kembali atau Terpidana berposisi sebagai kurir dan yang berperan sebagai kurir lainnya yaitu kawan Pemohon Peninjauan Kembali bernama Renae Lawrence telah dijatuhi pidana selama 20 (dua puluh) tahun.

5. Hakim menyatakan bahwa Pemohon Peninjauan Kembali terbilang masih muda usianya yaitu 19 tahun secara yuridis dapat menjadi keadaan-keadaan yang meringankan sebagaimana di tentukan dalam Pasal 197 ayat (1) huruf f KUHAP.

6. Hakim menyatakan bahwa demikian pula orang yang bersama-sama dengan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu Michael William Czugaj yang sama-sama sebagai kurir dijatuhi pidana seumur hidup.

7. Hakim menyatakan bahwa terdapat pertentangan antara pelbagai putusan yaitu antara putusan Kasasi Nomor 1782 K/Pid /2006 dalam perkara atas nama terpidana Scott Anthony Rush dengan putusan Kasasi Nomor 1785 K/Pid/2006 dalam perkara atas nama terpidana Michael William Czugaj dapat dibenarkan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

a. Hakim menyatakan bahwa putusan Kasasi Nomor 1785 K/Pid /2006 atas nama Michael William Czugaj tanggal 6 September 2006 Majelis Hakim Mahkamah Agung telah menjatuhkan pidana terhadap terdakwa tersebut dengan pidana penjara seumur hidup, sedangkan putusan Kasasi Nomor 1782 K/Pid/2006 atas nama Scott Anthony Rush tanggal 31 Agustus 2006 telah menjatuhkan pidana mati.

b. Hakim menyatakan bahwa perbuatan yang dinyatakan terbukti antara kedua putusan tersebut adalah sama yaitu terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana secara terorganisir tanpa hak mengekspor Narkotika Golongan I.

c. Hakim menyatakan bahwa peran yang dilakukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali dengan Michael William Czugaj sesuai fakta sebagaimana termuat dalam putusan Pengadilan Negeri Nomor 622/2005 atas nama Michael William Czugaj.

8. Hakim menyatakan bahwa dari fakta tersebut juga nampak jelas peran terdakwa Michael William Czugaj, Scott Anthony Rush, Renae Lawrence dan Martin Eric Stephenss adalah sebagai kurir yang dipakai oleh kelompok tersebut untuk meloloskan paket-paket heroin tersebut ke tempat tujuan yaitu Australia sedang dalam putusan Pengadilan Negeri Nomor 628/Pid. B/2005/PN. Dps. atas nama Scott Anthony Rush dinyatakan telah diperoleh fakta-fakta antara lain bahwa modus operandi dari penyalahgunaan narkotika tersebut adalah dilakukan secara tertib, rapi dan rahasia di mana Andrew Chan, Myuran Sukumaran dan Tan Duc Thanh sebagai pihak yang mengatur dan menyalurkan dana, jadwal keberangkatan di mana sebelumnya telah dilakukan perekrutan yaitu dengan adanya ajakan kepada Scott Anthony Rush demikian Michael William Czugaj untuk berlibur ke Bali, sehingga melihat fakta-fakta tersebut maka peran Pemohon Peninjauan Kembali dan kawannya yaitu Michael William Czugaj sebagai kurir atau media.

9. Hakim menyatakan bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka perbuatan Pemohon Peninjauan Kembali terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan Primair, oleh karena itu cukup alasan untuk mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali dengan mempertimbangkan perbuatan dan perannya sebagai orang yang digunakan sebagai media oleh sindikat kejahatan narkotika, dengan demikian Pemohon Peninjauan Kembali harus dijatuhi hukuman yang memenuhi rasa keadilan dan setimpal dengan perbuatannya.

6) Putusan

Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 628/Pid. B/2005/PN. Dps, tanggal 13 Februari 2006 yang amar lengkapnya sebagai berikut:

1. Menyatakan terdakwa Scott Anthony Rush telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana narkotika “tanpa hak mengekspor narkotika golongan I yang dilakukan secara terorganisasi.”

2. Menjatuhkan pidana atas diri terdakwa Scott Anthony Rush oleh karena itu dengan pidana penjara seumur hidup.

3. Menetapkan terdakwa Scott Anthony Rush tetap berada dalam tahanan.

4. Menyatakan sebanyak 31 (tiga puluh satu) jenis barang bukti dirampas untuk negara.

5. Menetapkan biaya perkara dibebankan kepada terdakwa sebesar Rp. 1.000 (seribu rupiah)

Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar Nomor 20/Pid. B/2006 /PT. Dps. Tanggal 26 April 2006 yang amar lengkapnya sebagai berikut:

1. Menerima permintaan banding dari penasihat hukum terdakwa atas Putusan Sela Pengadilan Negeri Denpasar tanggal 10 November 2005 Nomor 628/Pid. B/2005 /PN. Dps dan permintaan banding dari penasihat hukum terdakwa atas putusan akhir tanggal 13 Februari 2006 Nomor 628/Pid. B/2005/PN. Dps,

2. Menguatkan Putusan Sela Pengadilan Negeri Denpasar tanggal 10 November 2005 Nomor 628/Pid. B/2005/PN. Dps dan Putusan Akhir Pengadilan Negeri Denpasar tanggal 13 Februari 2006 Nomor 628/Pid. B/2005/PN. Dps.

3. Menyatakan sebanyak 31 (tiga puluh satu) jenis barang bukti dirampas untuk negara.

4. Menetapkan agar terdakwa tetap dalam tahanan.

5. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa dalam dua tingkat peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp. 2.500 (dua ribu lima ratus rupiah).

Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 1782 K/Pid/2006 tanggal 31 Agustus 2006 yang amar lengkapnya sebagai berikut:

1. Mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon kasasi Scott Anthony Rush tersebut.

2. Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Denpasar Nomor 20/Pid. B/2006/PT. Dps, tanggal 26 April 2006 yang menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 628/Pid. B/2005/PN. Dps, tanggal 13 Februari 2006, kemudian mengadili sendiri:

1) Menyatakan terdakwa scott anthony rush tersebut di atas telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “secara terorganisir tanpa hak mengekspor narkotika golongan I.”

Dokumen terkait