• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUTUSNYA HUBUNGAN KERJA

Dalam dokumen Peraturan Perusahaan umum perum bulog (2) (Halaman 30-36)

Pasal-59 UMUM

1. Pemutusan hubungan kerja adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan atau pekerja untuk memutuskan/mengakhiri hubungan kerja, baik putus karena hukum maupun akibat pelanggaran peraturan-peraturan yang ditentukan dalam perusahaan atau peraturan perundang-undangan.

2. Putusnya hubungan kerja dapat terjadi dalam hal : a. Pada masa percobaan

b. Mengundurkan diri

c. Berakhirnya jangka waktu yang diperjanjikan d. Sakit berkepanjangan

e. Meninggal dunia

f. Mencapai batas usia kerja g. Pelanggaran tata tertib kerja h. Putusan pengadilan

i. Pemberhentian umum j. Tidak cakap kerja

k. Berkali-kali menolak perintah atasan

DALAM MASA PERCOBAAN

1. Masa percobaan dilakukan selama 3(tiga) bulan dan dapat diperpanjang maksimal 3(tiga) bulan berikutnya.

2. Perusahaan sewaktu-waktu berhak melakukan pemutusan kerja dengan karyawan yang bersangkutan, bila dalam masa percobaan karyawan tidak memenuhi kualifikasi perusahaan.

3. Pemutusan hubungan kerja ini tidak disertai dengan pemberian imbalan/uang jasa ataupun pesangon.

Pasal-61

MENGUNDURKAN DIRI

1. Bagi karyawan yang mengundurkan diri wajib memberitahukan minimal 30 hari sebelumnya secara tertulis kepada perusahaan.

2. Kepada karyawan yang mengundurkan diri, perusahaan tidak berkewajiban

membayar uang pesangon, tetapi akan memberikan uang jasa sesuai ketentuan yang berlaku dengan mengacu Kepmen No. 150/MEN/2000 Pasal 23 dan 24.

Pasal-62

BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU YANG DIPERJANJIKAN

1. Sesuai dengan syarat-syarat kerja yang dinyatakan dalam isi surat perjanjian kontrak kerja, tanggal berakhirnya hubungan kerja antara karyawan dan perusahaan untuk periode tersebut.

2. Bilamana dianggap perlu, dengan persetujuan kedua belah pihak kokntrak dapat diperpanjang untuk satu periode lagi yang lamanya tidak melebihi periode lama. 3. Dengan berakhirnya kontrak kerja, perusahaan tidak berkewajiban untuk

memberikan imbalan/pesangon di luar hal-hal yang tercantum dalam surat kontrak.

Pasal-63

1. Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja dengan karyawan yang menderita sakit terus-menerus selama 12 bulan(1 tahun).

2. Maksud dari sakit yang berkepanjangan telah dijelaskan dalam pasal 28 ayat 2 sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-91/MEN/1982 tanggal 04-01-1986. 3. Untuk melaksanakan administrasi pemutusan hubungan kerja, perusahaan

berpedoman pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 150/MEN/2000.

Pasal-64 MENINGGAL DUNIA

1. Meninggalnya karyawan mengakibatkan hubungan kerja terputus dengan sendirinya. 2. Dalam hal meninggal oleh kecelakaan kerja, kepada ahli waris diberikan santunan

sebagaimana diatur dalam pasal 40 dalam peraturan ini.

3. Dalam hal meninggalnya karyawan bukan disebabkan oleh kecelakaan kerja, ahli warisnya diberikan sumbangan kedukaan sebagaimana diatur oleh pasal 40 dalam peraturan ini serta disesuaikan dengan Kepmen No. 150/MEN/2000.

Pasal-65

MENCAPAI BATAS USIA KERJA

1. Batas usia kerja di perusahaan ditetapkan pada saat dicapainya usia 55 tahun berdasarkan data yang ada di perusahaan.

2. Atas pertimbangan tertentu, perusahaan dapat meminta kepada karyawan yang telah mencapai usia sebagaimana ayat 1 untuk tetap bekerja, atas kesepakatan dengan karyawan.

3. Karyawan yang telah mencapai batas usia kerja diminta untuk meletakkan jabatan dan diberhentikan dengan hormat.

4. Karyawan yang telah mencapai usia sebagaimana termaksud dalam ayat 2, akan menerima hak-haknya dari Jamsostek pada saat yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun.

PELANGGARAN TATA TERTIB KERJA DAN ATURAN DISIPLIN

Dalam hal karyawan melakukan atau pelanggaran terhadap tata tertib kerja dan aturan kedisiplinan dapat dikenakan sanksi pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan.

Pasal-67

PUTUSAN PENGADILAN

Dalam hal karyawan dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Negeri dan menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan, hubungan kerjanya dapat diputuskan dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Apabila didasarkan pengaduan perusahaan, kepada karyawan tidak diberikan uang pesangon dan atau imbalan lainnya.

2. Apabila bukan berdasarkan pengaduan perusahaan, kepada karyawan diberikan uang pesangon.

Pasal-68

PEMBERHENTIAN UMUM

Pemberhentian umum merupakan pilihan terakhir yang akan dilakukan oleh perusahaan karena keadaan memaksa yang tidak dapat dihindarkan sehingga perusahaan harus melakukan pemutusan hubungan kerja, yang pelaksanaannya dimusyawarahkan bersama antara perusahaan dan karyawan dengan ketentuan :

1. Atas prakarsa perusahaan dengan adanya suatu program reorganisasi/resionalisasi atau perubahan system kerja, yang mengakibatkan karyawan kehilangan kerjanya maka karyawan yang bersangkutan dapat diberhentikan dengan hormat dari perusahaan yang dilaksanakannya sesuai dengan Undang-undang No. 12/1964 jo Kepmenaker RI No. 150/MEN/2000.

2. Untuk pemberhentian umum ini kepada karyawan dapat diberikan pesangon dan uang jasa sesuai dengan Kepmenaker RI No. 150/MEN/2000.

Pasal-69

1. Karyawan yang tidak dapat mencapai prestasi kerja seperti yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan walaupun telah dibina dan diberi surat peringatan dapat dikenakan tindakan pemutusan hubungan kerja.

2. Untuk pelaksanaan administratif pemutusan hubungan kerja, perusahaan berpedoman pada Undang-undang No. 12/1964 jo Kepmenaker RI No. 150/MEN/2000.

Pasal-70 HUTANG KARYAWAN

Pada saat putusnya hubungan kerja, karyawan diharuskan menyelesaikan hutang-hutang kepada perusahaan berdasarkan bukti-bukti yang ada :

1. Sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan maka hutang-hutang karyawan kepada perusahaan dengan bukti yang sah akan diperhitungkan sekaligus dengan uang pesangon/uang jasa atas nama karyawan atau dari sumber dana lain atas nama karyawan.

2. Bila ternyata uang pesangon atau sumber lainnya milik karyawan masih tidak cukup untuk melunasi hutangnya, pemutusan hubungan ini tidak secara otomatis

membebaskan karyawan tersebut dari sisa hutang-hutangnya kepada perusahaan.

Pasal-71

UANG PESANGON DAN UANG JASA

1. Karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja atas prakarsa perusahaan, kecuali oleh alasan-alasan yang mendesak/berat akan menerima uang pesangon dan uang jasa.

2. Besarnya uang pesangon dan uang jasa ditetapkan sesuai dengan Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 150/MEN/2000 Pasal 22 sekurang-kurangnya diatur sebagai berikut :

a. Uang Pesangon

- Masa kerja kurang dari 1 tahun : 1 bulan upah - Masa kerja 1 tahun lebih, tetapi kurang dari 2 tahun : 2 bulan upah - Masa kerja 2 tahun lebih, tetapi kurang dari 3 tahun : 3 bulan upah - Masa kerja 3 tahun lebih, tetapi kurang dari 4 tahun : 4 bulan upah

- Masa kerja 4 tahun lebih, tetapi kurang dari 5 tahun : 5 bulan upah - Masa kerja 5 tahun lebih, tetapi kurang dari 6 tahun : 6 bulan upah - Masa kerja 6 tahun lebih, tetapi kurang dari 7 tahun : 7 bulan upah b. Uang jasa/penghargaan sesuai dengan Kepmen No. 150/MEN/Pasal 23 - Masa kerja 3 tahun lebih, tetapi kurang dari 6 tahun : 2 bulan upah - Masa kerja 6 tahun lebih, tetapi kurang dari 9 tahun : 3 bulan upah - Masa kerja 9 tahun lebih, tetapi kurang dari 12 tahun : 4 bulan upah - Masa kerja 12 tahun lebih, tetapi kurang dari 15 tahun : 5 bulan upah - Masa kerja 15 tahun lebih, tetapi kurang dari 21 tahun : 7 bulan upah - Masa kerja 21 tahun lebih, tetapi kurang dari 24 tahun : 8 bulan upah - Masa kerja 24 tahun atau lebih : 10 bulan upah c. Ganti Kerugian sesuai Pasal 24 Kepmen No. 150/MEN/2000 meliputi :

- Ganti kerugian untuk istirahat tahunan yang belum diambil dan belum gugur - Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya ke tempat di mana

pekerja diterima kerja.

- Penggantian perumahan serta pengobatannya dan perawatan ditetapkan sebesar 15% dari uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja apabila masa kerja telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa karya. d. Upah sebagai dasar pembayaran uang pesangon, uang penghargaan masa kerja

diganti kerugian terdiri atas : - Upah pokok

- Segala macam tunjangan yang bersifat tetap yang diberikan kepada karyawan dak keluarganya.

- Harga pembelian dari catu (makan/ransum) yang diberikan kepada karyawan dengan cuma-cuma. Bilamana catu(makan/ransum) harus dibayarkan oleh karyawan dengan harga subsidi maka sebagian upah dianggap selisih antara harga pembelian dengan harga yang harus dibayar oleh karyawan.

BAB X

Dalam dokumen Peraturan Perusahaan umum perum bulog (2) (Halaman 30-36)

Dokumen terkait