• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Perusahaan umum perum bulog (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peraturan Perusahaan umum perum bulog (2)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

MUKADIMAH

Bahwa sesungguhnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 adalah merupakan tujuan pembangunan nasional Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan partisipasi aktif dari seluruh komponen bangsa. [PT. ...] berusaha untuk turut memberikan kontribusi positif bagi pembangunan nasional berupa penyediaan lapangan kerja dan peningkatan taraf hidup karyawan. Sebagai sebuah organisasi, dibutuhkan sebuah perangkat peraturan yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban dari semua elemen perusahaan ini. Untuk itulah dengan diiringi kesadaran sepenuhnya akan tangung jawab bersama antara perusahaan dan karyawan, maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, disusunlah Peraturan Perusahaan ini yang bertujuan ;

 Mempertegas dan memperjelas hak dan kewajiban karyawan dan perusahaan.  Menciptakan hubungan kerja yang harmonis dalam perusahaan.

 Mengatur tata cara penyelesaian keluh kesah dan perbedaan pendapat antara karyawan dan pihak pengusaha.

 Meningkatkan produktivitas perusahaan.

Kami menyadari bahwa Peraturan Perusahaan ini belum sempurna dan perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan situasi dan kondisi. Dan dengan dijiwai

semangat kerja sama dan pengorbanan yang tinggi, kami harap Peraturan Perusahaan ini akan dapat dijalankan dengan baik dalam usaha bersama untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan kelangsungan perusahaan.

[...], [...]

[...]

(2)

MUKADIMAH

BAB

I

UMUM

Pasal

1

Pengertian dan Istilah

Pasal

2

Luasnya Peraturan

Pasal

3

Tanggung Jawab Perusahaan

Pasal

4

Tanggung Jawab Karyawan

Pasal

5

Status Golongan Karyawan

BAB

II

FORUM BIPARTIT

Pasal

6

Umum

Pasal

7

Pertemuan

Pasal

8

Pembinaan

Pasal

9

Pendidikan dan Pelatihan

BAB

III

HUBUNGAN KERJA

Pasal

10 Dasar Penerimaan, Penempatan, dan Mutasi Karyawan

Pasal

11 Persyaratan Umum Penerimaan Karyawan

Pasal

12 Masa Percobaan

Pasal

13 Pengangkatan Karyawan Tetap

Pasal

14 Hubungan Kerja untuk Jangka Waktu Tertentu

Pasal

15 Pangkat, Jabatan, dan Golongan

Pasal

16 Mutasi dalam Perusahaan

Pasal

17 Promosi

Pasal

18 Demosi

BAB

IV

TATA TERTIB

Pasal

19 Waktu Kehadiran Kerja

Pasal

20 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pasal

21 Tanggung Jawab Pengawasan

BAB

V

BALAS JASA

Pasal

22 Pengertian Umum

Pasal

23 Upah Lembur

Pasal

24 Gaji Pokok

Pasal

25 Pajak Penghasilan

Pasal

26 Upah dalam Menjalankan Kewajiban Negara

Pasal

27 Upah Selama Pembebasan Tugas Sementara

Pasal

28 Upah Selama Sakit Berkepanjangan

Pasal

29 Upah Selama Ditahan yang Berwajib

Pasal

30 Upah Selama Karyawan Dirumahkan

Pasal

31 Fasilitas Transpot

(3)

Pasal

34 Bantuan Tunjangan Tahunan

BAB

VI

JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Pasal

35 Pengertian Umum

Pasal

36 Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Pasal

37 Fasilitas Pengobatan

Pasal

38 Sumbangan Rumah Sakit

Pasal

39 Sumbangan Kacamata

Pasal

40 Sumbangan Uang Kedukaan

Pasal

41 Sumbangan Uang Kelahiran

Pasal

42 Keluarga Berencana

Pasal

43 Sumbangan Pernikahan

Pasal

44 Kesempatan Ibadah

BAB

VII HARI LIBUR DAN CUTI

Pasal

45 Hari-hari Libur Resmi

Pasal

46 Cuti Tahunan

Pasal

47 Cuti Haid

Pasal

48 Cuti Melahirkan

Pasal

49 Izin Meninggalkan Pekerjaan dengan Mendapatkan Upah

Pasal

50 Izin Meninggalkan Pekerjaan Tanpa Upah

Pasal

51 Izin Khusus

BAB

VII

I

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB KERJA DAN ATURAN

KEDISIPLINAN

Pasal

52 Disiplin dan Sanksi

Pasal

53 Teguran

Pasal

54 Surat Teguran

Pasal

55 Surat Peringatan Pertama (SP-1)

Pasal

56 Surat Peringatan Kedua (SP-2)

Pasal

57 Surat Peringatan Ketiga (SP-3)

Pasal

58 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

BAB

IX

PUTUSNYA HUBUNGAN KERJA

Pasal

59 Umum

Pasal

60 Dalam Masa Percobaan

Pasal

61 Mengundurkan Diri

Pasal

62 Berakhirnya Jangka Waktu yang Dijanjikan

Pasal

63 Sakit Berkepanjangan

Pasal

64 Meninggal Dunia

Pasal

65 Mencapai Batas Usia Kerja

(4)

Pasal

68 Pemberhentian Umum

Pasal

69 Tidak Cakap Bekerja

Pasal

70 Hutang Karyawan

Pasal

71 Uang Pesangon dan Uang Jasa

BAB

X

PENJELASAN KELUH KESAH

Pasal

72 Keluh Kesah

Pasal

73 Tata Cara Penyelesaian Keluh Kesah

BAB

XI

PERATURAN PELAKSANAAN

Pasal

74 Masa Berlaku

Pasal

75 Peraturan yang Bersifat Prosedural

Pasal

76 Penafsiran

Pasal

77 Hal-hal yang Belum Diatur

BAB

XII KETENTUAN PENUTUP

(5)

BAB I

Adalah [PT. ...], beralamat di, [Jl. ...]

2. Lingkungan Perusahaan

Adalah keseluruhan tempat yang secara sah berada di bawah penguasaan perusahaan dan digunakan untuk menunjang kegiatan perusahaan.

3. Peraturan Perusahaan

Adalah seluruh isi buku peraturan perusahaan ini termasuk MUKADIMAH dan surat keputusan serta petunjuk pelaksanaannya.

4. Pemimpin Perusahaan

Adalah mereka yang karena jabatannya mempunyai tugas memimpin perusahaan/bagian dari perusahaan.

5. Karyawan

Adalah semua orang yang terkait secara resmi dalam suatu hubungan kerja dengan perusahaan dan oleh karenanya menerima upah serta balas jasa sebagaimana diatur dalam peraturan perusahaan ini. Bagi karyawan/karyawati ketentuan-ketentuan mengenai tunjangan dan sumbangan hanya berlaku untuk dirinya sendiri, kecuali dia janda atau suaminya tidak bekerja dan tidak mempunyai penghasilan. Untuk hal ini harus disertai bukti secara tertulis yang sah atau peraturan perundangan yang menyatakan lain.

6. Keluarga Karyawan

Adalah istri/suami dan [...anak sah] dari karyawan dalam batas [usia

maksimum...] yang dikuatkan oleh surat nikah dan atau surat keterangan kelahiran catatan sipil atau surat keterangan yang sah dari pihak yang berwenang yang menjadi tanggungan karyawan dan terdaftar pada perusahaan.

Istri karyawan adalah seorang istri dari perkawinan yang sah menurut perundang-undangan yang berlaku dan terdaftar pada perusahaan.

Anak karyawan adalah anak yang sah yang berusia kurang dari [...tahun] yang masih menjadi tanggungan orang tuanya, belum kawin, belum mempunyai penghasilan sendiri, dan terdaftar pada perusahaan.

7. Ahli Waris

(6)

8. Hari Kerja

Adalah jangka waktu yang berjalan dari [pukul...sampai pukul...] hari berikutnya, tidak termasuk hari istirahat mingguan dan hari libur resmii.

9. Jam Kerja

Adalah jam-jam yang telah ditetapkan pada hari kerja di mana karyawan wajib berada di tempat kerja untuk melaksanakan pekerjaan.

10. Jumlah Jam Kerja Normal

Adalah [...jam] seminggu.

11. Hari Istirahat

Adalah hari Minggu atau hari raya lainnya yang ditentukan perusahaan, kecuali untuk jenis pekerjaan yang sifatnya khusus.

12. Hari Libur Resmi

Adalah hari-hari libur yang ditentukan pemerintah.

13. Kerja Lembur

Adalah bekerja melebihi ketentuan jam kerja menurut Undang-undang ketenagakerjaan atau bekerja di luar hari/jam kerja.

14. Pimpinan Kerja

Adalah atasan yang mempunyai tanggung jawab penugasan, pembinaan, dan pengawasan secara langsung terhadap karyawan di bagiannya.

Pasal-2

LUASNYA PERATURAN

1. Peraturan ini terbatas mengenai hal-hal umum seperti yang tertera dalam peraturan perusahaan ini serta petunjuk pelaksanaannya tanpa mengurangi hak-hak

perusahaan dan karyawan sajauh tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Peraturan perusahaan ini berlaku bagi semua karyawan sepanjang syarat-syarat kerjanya tidak diatur dalam perjanjian kerja khusus.

Pasal-3

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN

1. Memberikan balas jasa yang layak sesuai dengan jasa yang telah diberikan karyawan kepada perusahaan dengan pedoman pada ketentuan-ketentuan yang digariskan pemerintah.

2. Memperhatikan kesejahteraan karyawan atas akibat kecelakaan-kecelakaan yang dialami dalam hubungan kerjanya.

3. Melaksanakan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

4. Menempatkan karyawan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.

Pasal-4

(7)

1. Melaksanakan perintah/pekerjaan yang layak dan sesuai kebutuhan perusahaan. 2. Mencapai prestasi kerja yang telah ditetapkan.

3. Menaati tata tertib/peraturan perusahaan dengan mengindahkan ketentuan ketenagakerjaan yang berlaku.

4. Memberikan keterangan yang lengkap dan benar mengenai pekerjaan kepada perusahaan dalam hubungan dengan tugasnya.

5. Menyimpan dan menjaga kerahasiaan semua keterangan yang didapat karena jabatan atau dipercayakan kepadanya.

6. Menjaga dan merawat barang-barang milik perusahaan yang digunakan atau dipercayakan kepadanya.

7. Memberikan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.

Pasal-5

STATUS DAN PENGGOLONGAN KARYAWAN

Berdasarkan pada sifat dan jangka waktu ikatan kerja yang ada, karyawan terbagi atas status kekaryawannya, yaitu :

1. Karyawan Tetap

Adalah karyawan yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diterima, dipekerjakan, dan diberi imbalan jasa serta pada hubungan kerja dengan perusahaan yang tidak terbatas waktunya.

2. Karyawan Kontrak

Adalah karyawan yang terikat pada hubungan kerja secara terbatas dengan

perusahaan atas kontrak/perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu (disesuaikan dengan Undang-undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003).

3. Karyawan Harian

Adalah karyawan yang terikat pada hubungan kera secara terbatas dengan

perusahaan atas dasar pekerjaan harian secara terputus-putus yang sewaktu-waktu sifatnya.

4. Karyawan Honorer

(8)

BAB II

FORUM BIPARTIT

Pasal-6 Umum

Hubungan perburuhan/ketenagakerjaan yang berkembang dan dikembangkan dalam perusahaan berasaskan pada hubungan industrial Pancasila dengan saling

menghormati.

Pasal-7 PERTEMUAN

Karyawan dan perusahaan bertekad untuk meningkatkan ketenangan kerja bagi karyawannya dan ketenangan usaha bagi perusahaan. Untuk membina lancarnya hubungan timbal balik maka perusahaan dan karyawan mengadakan pertemuan-pertemuan :

1. Pertemuan rutin diadakan secara berkala.

2. Pertemuan Insidentil, dilakukan sewaktu-waktu untuk membahas masalah-masalah yang sifatnya mendesak.

Pasal-8 PEMBINAAN

Untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja demi tercapainya tingkat produktivitas yang optimal maka karyawan bertanggung jawab dengan cara : 1. Memelihara moral kerja ;

2. Meningkatkan disiplin kerja; dan 3. Menanamkan rasa tanggung jawab.

Pasal-9

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

1. Perusahaan memberikan biaya pendidikan dan pelatihan yang diharuskan oleh perusahaan yang berkenan dengan jabatan atau pekerjaan karyawan yang bersangkutan.

(9)

BAB III

HUBUNGAN KERJA

Pasal-10

DASAR PENERIMAAN, PENEMPATAN, DAN MUTASI KARYAWAN

Penerimaan, penempatan, dan mutasi karyawan disadarkan atas pendayungan tenaga kerja dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan.

Pasal-11

PERSYARATAN UMUM PENERIMAAN KARYAWAN

Yang menjadi persyaratan umum karyawan adalah sebagai berikut. 1. Warga negara Indonesia yang dibuktikan dengan kartu identitas.

2. Berusia antara [...tahun] sampai dengan [...tahun] pada saat penerimaan. 3. Berbadan dan berjiwa yang sehat.

4. Memenuhi tuntutan persyaratan jabatan pada saat penerimaan.

5. Bersedia menaati peraturan-peraturan dan tata tertib yang berlaku di perusahaan. 6. Tidak terlibat dalam organisasi terlarang.

7. Berlaku baik sesuai dengan surat keterangan dari pihak yang berwenang.

8. Tidak terkait dalam hubungan kerja secara formal dengan pihak lain/badan hukum atau subjek lainnya.

Pasal-12 MASA PERCOBAAN

Penerimaan karyawan baru dilakukan melalui masa percobaan selama [...bulan], dalam masa percobaan, baik pihak karyawan maupun pihak perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja tanpa imbalan apapun.

Pasal-13

PENGANKATAN KARYAWAN TETAP

Apabila karyawan dinyatakan lulus dalam masa percobaan selama [...bulan], maka karyawan dapat diangkat menjadi karyawan tetap, berdasarkan surat pengangkatan pimpinan perusahaan.

Pasal-14

HUBUNGAN KERJA UNTUK JANGKA WAKTU TERTENTU

(10)

Pasal-15

PANGKAT, JABATAN, DAN GOLONGAN

Rincian klasifikasi, jabatan, dan golongan diatur tersendiri.

Pasal-16

MUTASI DALAM PERUSAHAAN

1. Perusahaan berwenang memutasi karyawan dari devisi yang satu ke devisi yang lain, dengan tujuan pendayagunaan tenaga kerja dan terciptanya efektivitas jabatan. 2. Mutasi bersifat mendidik, membimbing, dan tidak didasari pada hal-hal yang dapat

merugikan karyawan dan tidak merugikan hak-hak yang diterima karyawan. 3. Setiap mutasi ditetapkan dengan surat mutasi oleh pimpinan yang bertalian dari

perusahaan.

4. Dalam hal seorang yang kan dimutasi, kepada karyawan yang bersangkutan

diberitahukan terlebih dahulu sekurang-kuraangnya [...bulan] sebelumnya, kecuali dalam keadaan mendesak yang mengakibatkan terganggunya operasional

perusahaan.

Pasal-17 PROMOSI

Perusahaan akan memberikan prioritas kepada karyawan yang memenuhi persyaratan untuk mengisi jabatan lebih tinggi berdasarkan kriteria sebagai berikut.

1. Catatan prestasi kerja berdasarkan penilaian tingkat kecakapan minimal dalam masa [...tahun]

2. Pendidikan. 3. Masa Kerja.

4. Kebutuhan Perusahaan.

Pasal-18 DEMOSI

1. Perusahaan dapat mengambil tindakan berupa pencabutan jabatan atau penurunan jabatan dari karyawan yang melakukan perbuatan melanggar peraturan atau tata tertib kerja dan aturan kedisiplinan.

(11)

BAB IV

TATA TERTIB

Pasal-19

WAKTU DAN KEHADIRAN KERJA

1. Penetapan waktu kerja didasarkan pada kebutuhan perusahaan dengan

mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

2. Berdasarkan ketentuan dan mengingat sifat pekerjaan di perusahaan, jam kerja diatur sebagai berikut.

Hari Senin s/d Kamis : [Pukul...s/d...WIB]

Istirahat selama : [...menit(pukul...s/d...WIB)] Hari Jumat : [Pukul...s/d...WIB]

Istirahat selama : [...menit(pukul...s/d...WIB)]

Hari Sabtu : Hari tidak kerja, kecuali di tempat-tempat tertentu Hari Minggu : Istirahat mingguan.

Penambahan istirahat hari Jumat dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada karyawan yang beragama Islam akan menunaikan ibadah sholat Jumat.

3. Jam istirahat tidak dihitung sebagai jam kerja.

4. Untuk jenis pekerjaan tertentu dan atau giliran kerja beregu (shift) ditentukan waktu kerja tersendiri dengan tetap mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Pekerjaan yang dilakukan karyawan atas perintah atasan di luar ketentuan waktu kerja di atas, dihitung sebagai jam lembur.

6. Setiap karyawan wajib hadir dan mulai bekerja waktu yang telah ditetapkan perusahaan.

7. Karyawan wajib mencatat kehadirannya setiap datang dan pulang kerja.

8. Keterlambatan masuk kerja atau meninggalkan tempat kerja sebelum jam kerja berakhir atau ketidakhadiran sehari penuh, dianggap sebagai pelanggaran tata tertib, kecuali dengan izin atasan langsung karena alasan-alasan yang dapat diterima. 9. Karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit atau karena alasan lain yang dapat

diterima oleh perusahaan, wajib memberitahukan kepada atasannya selambat-lambatnya [pukul...] pada hari kerja tersebut.

Apabila ketidakhadiran karena :

a. Sakit, diwajibkan membawa surat keterangan sakit darri dokter. b. Hal-hal lain, diwajibkan membuat pemberitahuan tertulis.

10. Karyawan diwajibkan mengenakan pakaian yang sopan, rapi, dan tidak diperkenankan mengenakan sendal.

Pasal-20

(12)

1. Perusahaan wajib menyediakan tempat sarana kerja yang nyaman bersih dan konduktif.

2. Setiap karyawan diwajibkan ikut menjaga ketertiban, keamanan, kebersihan, keselamatan kerja di lingkungan kerjanya.

3. Setiap karyawan diwajibkan memelihara barang-barang, aset perusahaan. 4. Setiap karyawan dilarang membawa, memindahkan, dan meminjamkan barang

barang milik perusahaan tanpa izin yang berwenang. 5. Setiap karyawan mendapat alat kelengkapan kerja.

6. Dalam rangka pembinaan keselamatan kerja perusahaan dapat membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

7. P2K3 terdiri atas wakil-wakil stiap devisi.

8. P2K3 bertugas mencegah terjadinya kecelakaan dan pengawasan keselamatan kerja.

Pasal-21

TANGGUNG JAWAB PENGAWASAN

1. Setiap pimpinan perusahaan/atasan langsung dari setiap kelompok karyawan bertanggung jawab atas berlakunya peraturan perusahaan, serta menjaga tegaknya kedisiplinan karyawan yang berada di bawah pengawasannya.

2. Setiap pimpinan perusahaan/atasan langsung menggunakan sanksi terhadap bawahannya apabila terdapat alasan-alasan yang menurut peraturan memerlukan tindakan tersebut.

BAB V

(13)

Pasal-22

PENGERTIAN UMUM

1. Yang dimaksud dengan balas jasa adalah keseluruhan penghasilan karyawan yang diterima dari perusahaan sebagai imbalan atas segala kegiatan yang telah dilakukan oleh karyawan bagi kepentingan perusahaan.

2. Struktur balas jasa terdiri atas : a. Gaji Pokok

b. Tunjangan

3. Yang dimaksud dengan gaji pokok adalah jasa berupa uang yang diterima oleh karyawan secara tetap setiap bulan, berdasarkan nilai/harga jabatan dan prestasi karyawan.

4. Yang dimaksud dengan tunjangan adalah balas jasa berupa uang di luar gaji pokok sehubungan dengan status karyawan/golongan/jabatan dalam perusahaan.

5. Jumlah gaji pokok dan beberapa tunjangan berupa uang yang diterima setiap bulan disebut UPAH.

6. Sesuai dengan ketentuan Undang-undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, balas jasa yang diberikan dalam bentuk uang akan dipungut pajak penghasilan.

7. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 Pasal 4, upah tidak dibayar apabila karyawan tidak melakukan pekerjaan(absen) kecuali hal ini terjadi oleh sebab-sebab yang tercantum dalam peraturan yang sama.

Pasal-23

UPAH LEMBUR

1. Yang dimaksud dengan kerja lembur adalah kerja yang dilakukan oleh karyawan di luar jam kerja yang telah ditetapkan perusahaan, ataupun pada hari istirahat mingguan atau pada hari libur.

2. Upah lembur diberikan kepada karyawan yang melakukan kerja lembur minimum 30 menit atau upah lembur diberikan kepada karyawan yang tidak mendapat tunjangan jabatan.

3. Dasar perhitungan upah lembur sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 72/MEN/1984 tanggal 31 Maret 1984 sebagai berikut : a. Tarif Upah Lembur atau TUL per jam

- Untuk pekerja bulanan = 1/173 x upah sebulan - Untuk pekerja harian =3/20 x upah sehari b. Besar upah lembur untuk tiap jam kerja diatur sebagai berikut.

(14)

Hari Kerja Jam I 1.5 x TUL

Biasa Jam II dst 2 x TUL

Hari Libur/Raya Jam I s/d VII 2 x TUL

Dan Jam VIII 3 x TUL

Istirahat Minggu Jam IX dst 4 x TUL

4. Untuk karyawan dengan status kontrak, honorer, dan khusus, berlaku tarif upah lembur untuk pekerjaan bulanan.

Pasal-24

GAJI POKOK

1. Peninjauan gaji pokok karyawan dilakukan sekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam setahun, berdasarkan tingkat kenaikan biaya hidupnya atau index harga konsumen, kemampuan perusahaan, dan prestasi kerja serta ketentuan upah minimum yang berlaku setiap provinsi.

2. Atasan langsung mempunyai wewenang untuk mengusulkan kenaikan gaji pokok karyawan yang dipimpin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Apabila karyawan berhalangan, upah dapat dibayarkan kepada pihak ketiga yang disertai surat kuasa dari karyawan yang bersangkutan di atas materai yang cukup. 4. Berdasarkan status karyawan, upah diatur dengan cara sebagai berikut.

a. Karyawan Tetap

- Pembayaran diatur menurut upah bulanan

- Dalam tiap tahun dinas karyawan menerima 12 x gaji pokok yang dibayar bulanan.

- Upah dibayar pada akhir bulan. b. Karyawan Kontrak

Pengupahan untuk karyawan kontrak diatur dan disepakati bersama dalam surat perjanjian kerja antara perusahaan dan karyawan yang bersangkutan dan berlaku selama masa kontrak.

c. Karyawan Harian

- Penggajian untuk karyawan harian diperhitungkan menurut jumlah kehadiran kerja karyawan dalam seminggu/sebulan.

- Gaji pokok harus ditetapkan sesuai dengan jenis pekerjaan dengan

mengindahkan peraturan perundang-undangan mengenai ketentuan upah minimum

d. Karyawan Honorer

(15)

Pasal-25

PAJAK PENGHASILAN

Perusahaan melaksanakan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 7 Tahun 1983).

Pasal-26

UPAH DALAM MENJALANKAN TUGAS NEGARA

Kepada karyawan yang menjalankan kewaiban negara sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindingan Upah, maka ketentuan upah diatur sebagai berikut.

a. Perusahaan wajib membayar upah karyawan maksimum selama 1(satu) tahun bilamana karyawan menjalankan kewajiban negara, karyawan tidak menerima upah dari negara.

b. Perusahaan berkewajiban membayar selisih upah karyawan bilamana upah yang diperoleh kurang dari yang biasa diterima di perusahaan, dengan jangka waktu maksimum 1(satu) tahun.

c. Perusahaan tidak diwajibkan membayar upah karyawan, bilamana selama menjalankan kewajiban negara tersebut karyawan telah memperoleh upah dan tinjauan lainnya yang besarnya sama atau lebih dari upah yang biasa diterima dari perusahaan.

Pasal-27

UPAH SELAMA PEMBEBASAN TUGAS SEMENTARA

1. Kepada karyawan yang melakukan pelanggaran tata tertib perusahaan yang dapat mengakibatkan dikenakannya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dapat dikenakan tindakan Pembebasan Tugas Sementara (skorsing).

2. Selama dalam pembebasan tugas sementara kepada karyawan tersebut diberikan upah sebesar 75% dari gaji yang diterima setiap bulan.

3. Bila kesalahan karyawan tersebut tidak terbukti, perusahaan wajib memberikan ganti rugi kepada karyawan sebanyak-banyaknya sebesar selisih dari gaji pokok yang seharusnya diterima dalam masa Pembebasan Tugas Sementara.

4. Pembebasan tugas sementara ini diberikan terbatas dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan.

Pasal-28

(16)

1. Dalam hal karyawan menderita sakit dan dirawat di rumah sakit atau di rumah sendiri di bawah pengawasan dokter sehingga karena sakitnya karyawan tidak dapat melaksanakan pekerjaannya, perusahaan akan membayar upah karyawan sebagai berikut.

Lama Sakit Upah yang dibayarkan

a. 3 (Tiga) bulan pertama 100% x upah

b

. Lebih dari 3 bulan s/d 6 bulan 75% x upah c. Lebih dari 6 bulan s/d 9 bulan 50% x upah d

. Lebih dari 9 bulan s/d 12 bulan 25% x upah Sesuai Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 Pasal 5 ayat 2.

2. Ketentuan pembayaran upah dengan bertahap berlaku bagi karyawan yang sakit terus-menerus. Yang termasuk sakit terus-menerus adalah penyakit menahun atau berkepanjangan, yang setelah sakit terus-menerus atau terputus-putus kemudian kembali bekerja, tapi dalam tenggang waktu kurang dari 4 minggu sakit kembali. 3. Biaya perawatan selama sakit diberikan oleh perusahaan sebagai sumbangan,

dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam 38 dan 39 peraturan perusahaan ini.

4. Terhadap karyawan yang sakit selama 1 tahun penuh secara terus-menerus, akan dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja sesuai dengan ketentuan UU No. 12 Tahun 1964 jo Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 150/MEN/2000.

5. Penggantian ini berlaku bagi karyawan dengan status karyawan tetap.

Pasal-29

UPAH SELAMA DITAHAN YANG BERWAJIB

1. Bilamana karyawan ditahan oleh pihak yang berwajib, upahnya diatur sebagai berikut.

a. Ditahan bukan berdasarkan pengaduan perusahaan, kepada keluarga karyawan diberikan tunjangan yang berdasarkan atas dasar jumlah anggota keluarga, yaitu: - 1(satu) orang tanggungan 25% x gaji

- 2(dua) orang tanggungan 35% x gaji - 3(tiga) orang tanggungan 45% x gaji - 4(empat) orang tanggungan 50% x gaji

b. Ditahan berdasarkan pengaduan perusahaan, upah karyawan dibayar 75% dari gaji. Dalam hal pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib karena pengaduan perusahaan selama yang di-PHK belum diizinkan P4D/D maka perusahaan wajib membayar upah karyawan 75%

(17)

Pasal-30

UPAH SELAMA KARYAWAN DIRUMAHKAN

1. Apabila terjadi situasi/kondisi di mana perusahaan terpaksa menghentikan sebagian/seluruh kegiatan/usaha pekerjaan, perusahaan mengambil tindakan “merumahkan” kepada karyawan.

2. Selama dalam masa “dirumahkan” kepada karyawan diberikan gaji pokok. 3. Masa “dirumahkan” paling lama 1(satu) tahun.

Pasal-31

FASILITAS TRANSPORT

1. Fasilitas transport adalah fasilitas yang dapat berupa uang, antar-jemput, atau fasilitas kendaraan yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Untuk fasilitas berupa uang diberikan berdasarkan kehadiran untuk perjalanan pergi dan pulang kerja dari tempat kerja.

2. Karyawan yang bekerja lembur pada hari libur/raya diberikan fasilitas transport. 3. Besar/jenis fasilitas transport diatur dalam ketentuan tersendiri.

Pasal-32

BIAYA PERJALANAN DINAS

1. Kepada karyawan yang menjalankan peralanan dinas diberikan uang perjalanan dinas.

2. Karyawan dianggap melakukan perjalanan dinas, apabila melakukan perjalanan dinas dalam rangka melaksanakan tugas perusahaan ke luar kota/luar negeri.

3. Macam alat transportasi yang digunakan dalam menjalankan perjalanan dinas disesuaikan dengan :

- Sarana transportasi yang ada di tempat tujuan

- Golongan karyawan yang melakukan perjalanan dinas

4. Biaya perjalana dinas mencangkup : biaya makan, penginapan, uang saku, dan uang transport.

5. Besar biaya perjalanan dinas didasarkan pada : - Golongan karyawan

- Tempat pelaksanaan tugas

(18)

6. Berdasarkan pada ketentuan-ketentuan di atas, ditetapkan biaya perjalanan dinas bagi setiap karyawan dengan suatu ketetapan dan diatur tersendiri.

Pasal-33

FASILITAS MAKAN

1. Fasilitas makan adalah tunjangan yang diberikan perusahaan kepada karyawan setelah sekurang-kurangnya bekerja 4 jam berturut-turut dan melampaui jam makan siang (siang pukul 12.00 WIB dan malam pukul 19.00 WIB).

2. Fasilitas makan berupa uang makan diberikan kepada karyawan dengan ketentuan diatur sendiri.

3. Perusahaan berhak mengubah fasilitas makan melalui jasa catering, bila hal tersebut dipandang perlu.

Pasal-34

TUNJANGAN HARI RAYA

1. Tunjangan Hari Raya (THR) keagamaan adalah bantuan yang diberikan perusahaan kepada karyawan agar dapat merayakan hari raya keagamaan, dengan ketentuan pembayaran diatur sebagai berikut.

a. Karyawan dengan masa kerja kurang dari 3(tiga) bulan tidak berhak menerima THR.

b. Karyawan dengan masa kerja 3(tiga) bulan atau lebih tetapi kurang dari 1(satu) tahun menerima THR yang diatur secara proposional.

c. Karyawan dengan masa kerja di atas 1(satu) menerima THR secara penuh. 2. Besar tunjangan THR adalah maksimal 1(satu) bulan gaji.

3. THR diberikan paling lambat 2(dua) minggu menjelang hari raya keagamaan.

BAB VI

JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN

Pasal-35

PENGERTIAN UMUM

(19)

Pasal-36

JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

1. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 1992, semua karyawan yang berusia di bawah 55 tahun diikutsertakan dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja pada Jamsostek. 2. Jaminan yang diberikan meliputi :

a. Jaminan kecelakaan dalam hubungan kerja b. Jaminan hari tua

c. Jaminan kematian

3. Besarnya iuran untuk Jamsostek sesuai dengan ketentuan yang berlaku Undang-Undang No. 3 Tahun 1993 jo Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993.

Pasal-37

FASILITAS PENGOBATAN

1. Fasilitas pengobatan adalah fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan dan keluarga inti dalam batas tertentu sebagai bantuan biaya pengobatan.

2. Fasilitas pengobatan untuk keluarga karyawan berlaku setelah karyawan melewati masa percobaan.

3. Fasilitas pengobatan mencangkup hal-hal : a. Biaya pemeriksaan dokter umum/specialis

b. Biaya pembelian obat-obatan berdasarkan resep dokter c. Biaya perawatan/pengobatan gigi

d. Biaya pengobatan mata

e. Fasilitas fisioterapi atas dasar rekomendasi dari dokter f. Psikiatri

4. Fasilitas pengobatan bersifat sosial sesuai kemampuan perusahaan dan dibatasi dalam 1(satu) tahun. Batas umum fasilitas pengobatan selama 1(satu) tahun untuk karyawan beserta keluarganya diatur tersendiri.

5. Periode satu tahun untuk ketetapan jumlah fasilitas pengobatan diperhitungkan sebagai tahun takwin (Januari s/d Desember).

6. Untuk perhitungan fasilitas pengobatan ini ditetapkan batas minimum dan batas maksimumnya yang besarnya akan diatur tersendiri.

7. Apabila karena suatu hal, karyawan hanya dinas sebagian dari waktu satu tahun kalender, batas fasilitas pengobatan dihitung secara proporsional 1 bulan = 1/12 dari batas waktu maksimum. Waktu dinas kurang dari 1 bulan dibulatkan menjadi 1 bulan.

Pasal-38

(20)

1. Sumbangan rumah sakit adalah sumbangan yang diberikan kepada karyawan dan keluarganya untuk kepentingan perawatan di rumah sakit berdasarkan keterangan tertulis dari dokter dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan.

2. Penggantian biaya rumah sakit yang dimaksud adalah : a. Biaya kamar

b. Biaya-biaya lain yang timbul sebagai akibat dari perawatan dalam rumah sakit. 3. Besar sumbangan rumah sakit tersebut di atas besarnya diatur sendiri.

4. Sumbangan rumah sakit dimaksud setelah karyawan melewati masa percobaan. 5. Perawatan karena keguguran kandungan atas anjuran dokter termasuk dalam

sumbangan rumah sakit.

Pasal-39

SUMBANGAN KACAMATA

1. Sumbangan kacamata hanya diberikan untuk karyawan yang telah melewati masa percobaan dengan baik dan diangkat menjadi karyawan tetap.

2. Sumbangan kacamata diberikan berdasarkan resep dokter specialis mata. 3. Biaya pemeriksaan dokter diperhitungkan dari jatah tahunan biaya pengobatan

karyawan.

4. Besar sumbangan pembelian kacamata akan diatur tersendiri. 5. Batas pemberian sumbangan pembelian kacamata 1 kali per tahun.

Pasal-40

SUMBANGAN UANG KEDUKAAN

1. Sumbangan kedukaan adalah sumbangan yang diberikan kepada karyawan atau keluarganya yang meninggal.

2. Penerimaan sumbangan kedukaan adalah salah satu yang ditetapkan sebagai berikut. a. Dalam hal karyawan yang meninggal dunia, sumbangan diberikan pada ahli

warisnya yang sah/terdaftar di perusahaan.

b. Dalam hal keluarga karyawan yang meninggal dunia, sumbangan diberikan kepada karyawan yang bersangkutan. Bagi karyawan lajang, ketentuan ini berlaku jika orang tuanya meninggal.

(21)

pengurusnya akan dibantu oleh perusahaan, sesuai dengan Undang-undang No. 3 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993, dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Santunan Personal Accident atau sumbangan dan santunan jasa kerja yang besarnya diatur tersendiri.

b. Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Kematian (JK) dibayarkan oleh PT. Jamsostek. c. Upah pada bulan sedang bekerja diberikan penuh, santunan tersebut akan

diberikan pada ahli warisnya.

Pasal-41

SUMBANGAN UANG KELAHIRAN

1. Perusahaan dapat memberikan sumbangan bersalin/melahirkan kepada karyawan atau istri karyawan telah menjadi karyawan tetap.

2. Sumbangan bersalin diberikan maksimum hingga 3(tiga) kali melahirkan atau anak ketiga.

3. Untuk kelahiran anak kembar, sumbangan diberikan dengan memperhitungkan jumlah anak maksimal 3(tiga) orang.

4. Dalam hal terjadi kelahiran abnormal di mana harus dilakukan operasi/pembedahan dan atau keguguran/kuret, yang diberikan adalah sumbangan rumah sakit dan bantuan untuk mendapatkan sumbangan bersalin dalam bentuk uang tunai menjadi batal.

5. Ketentuan ini berlaku bagi karyawan dari pernikahan yang sah sesuai dengan ketentuan undang-undang pernikahan yang berlaku dan dari pernikahan yang pertama.

6. Besar sumbangan melahirkan akan diatur tersendiri.

Pasal-42

KELUARGA BERENCANA

1. Perusahaan menunjang program pemerintah di bidang Keluarga Berencana (KB). 2. Pelayanan KB yang dimaksud pada ayat 1 tersebut di atas adalah sebagai berikut :

a. Penggantian biaya konsultasi 80% b. Penggantian biaya alat kontrasepsi 80%

3. Biaya penggantian pelayanan KB termasuk di dalam tunjangan pengobatan.

Pasal-43

SUMBANGAN PERNIKAHAN

1. Sumbangan pernikahan adalah sumbangan untuk pernikahan pertama karyawan/karyawati.

(22)

3. Besar sumbangan ini diatur tersendiri.

Pasal-44

KESEMPATAN IBADAH

Perusahaan memperhatikan pembinaan moral para karyawan dengan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk melaksanakan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

BAB VII

HARI LIBUR DAN CUTI

Pasal-45

HARI LIBUR

Hari-hari libur yang diakui oleh perusahaan adalah hari-hari libur resmi yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia setiap tahunnya.

Pasal-46

(23)

1. Istirahat tahunan adalah hari-hari istirahat karyawan setelah mengalami masa kerja selama 12(dua belas) bulan secara terus-menerus.

2. Lama istirahat tahunan ditetapkan 2(dua) minggu (UU No. 1 Tahun 1951, pasal 14 ayat 1) atau secara keseluruhan berjumlah 12 hari kerja untuk masa kerja sampai dengan 6 tahun.

3. Perusahaan berhak mengatur hari-hari istirahat tahunan karyawan untuk menjamin kelangsungan kegiatan kerja perusahaan, sesuai dengan undang-undang yang berlaku, dengan memperhatikan kepentingan karyawan.

4. Hari-hari istirahat tahunan ini tidak dapat diuangkan.

5. Hak istirahat tahunan menjadi gugur apabila setelah 6(enam) tahun sejak lahirnya hak tersebut timbul, tetapi karyawan tidak mengambilnya.

6. Bagi karyawan dengan status hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu yang lamanya satu tahun atau lebih berlaku peraturan ini.

7. Istirahat tahunan dapat diambil/ditetapkan dalam beberapa bagian sedikitnya terdiri atas masa kerja 6(enam) tahun dengan terus menerus. Kecuali ada kesepakatan dari karyawan dan perusahaan.

Pasal-47

ISTIRAHAT HAID

1. Karyawati tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid dengan tetap mendapat upah, dengan melampirkan surat rekomendasi istirahat dari dokter. 2. Namun demikian dikarenakan alat/obat-obatan semakin baik, dihimbau agar

karyawati tetap bekerja sepanjang hal itu tidak menggangu kesehatan.

3. Peleksanaan istirahat haid dilaksanakan dengan memberitahukan pada pimpinan kerjanya.

4. Hal istirahat haid ini tidak dapat digantikan atau diuangkan.

Pasal-48

ISTIRAHAT MELAHIRKAN

Kepada karyawati yang melahirkan, diberikan hak istirahat selama tiga bulan, pelaksanaannya diatur sebagai berikut.

a. 1 ½ bulan sebelum melahirkan menurut perhitungan dokter/bidan yang merawatnya. b. 1 ½ bulan setelah melahirkan dan dengan tetap mendapatkan upah (pasal 13 UU No.

1 Tahun 1951).

(24)

IZIN MENINGGALKAN PEKERJAAN MENDAPATKAN UPAH

1. Karyawan berhak mendapatkan izin meninggalkan pekerjaan dengan mendapat upah dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Karyawan sendiri melangsungkan pernikahan : 2 hari b. Anak karyawan melangsungkan pernikahan : 2 hari c. Istri sah karyawan melahirkan : 1 hari d. Anggota keluarga karyawan meninggal dunia,

yaitu suami istri, orang tua, mertua, dan anak

dan anak yang sah : 2 hari

e. Saudara kandung meninggal dunia : 1 hari f. Khitan/Baptisan anak karyawan : 1 hari g. Hari ujian kesarjanaan yang ada hubungannya

dengan kedinasan karyawan : 1 hari

h. Ujian yang mengambil waktu lebih dari 1 hari akan diperhitungkan dari hak cuti tahunan

i. Mendapatkan musibah atau bencana alam, dapat diberikan sesuai dengan waktu yang dianggap perlu.

j. Menjalankan/menunaikan ibadah haji untuk pertama kali diberikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981.

k. Memenuhi panggilan pengadilan atau pihak yang berwajib, dapat diberikan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.

2. Apabila hal itu terjadi di luar Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (JABOTABEK), setiap keperluan itu mendapat izin tambahan selama 2 hari dengan memperhatikan kasusnya.

3. Untuk pengurusan keperluan-keperluan pribadi lainnya, yang dipandang layak oleh perusahaan, kepada karyawan dapat diberikan izin meninggalkan pekerjaan yang diperhitungkan dari hak istirahat/cuti tahunan karyawan tersebut.

Pasal-50

IZIN MENINGGALKAN PEKERJAAN TANPA UPAH

1. Karyawan yang telah menjalani dinas selama 3 tahun terus menerus pada

perusahaan lain dalam grup yang sama, dapat diperoleh izin meninggalkan pekerjaan tanpa upah.

2. Lama waktu meninggalkan pekerjaan ini tidak melebihi 1 bulan, dan harus diambil minimal 10 hari kerja.

3. Selama meninggalkan pekerjaan, kepada karyawan yang bersangkutan tidak dibayar upah serta keuntungan-keuntungan lain yang berhubungan dengan pekerjaan untuk bulan tersebut.

(25)

5. Pengaturan selanjutnya mengenai fasilitas-fasilitas lain berupa upah, akan ditetapkan kemudian.

6. Yang mendapat izin ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan keperluan : - Keagamaan

- Pendidikan

- Urusan dengan kepentingan nasional

Pasal-51

IZIN KHUSUS

Izin khusus adalah izin yang diberikan perusahaan kepada karyawan untuk meninggalkan pekerjaannya dengan mendapat upah untuk keperluan-keperluan tertentu demi

kepentingan nasional ataupun regional dengan maksimum waktu 6(enam) hari kerja dalam 1(satu) tahun takwin.

BAB VIII

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB KERJA DAN ATURAN KEDISIPLINAN

Pasal-52

DISIPLIN DAN SANKSI

Perusahaan dan karyawan menyadari bahwa disiplin kerja perlu ditegakkan maka pelanggaran tata tertib kerja dan aturan kedisiplinan dapat dikenakan sanksi. Dalam

menentukan sanksi dipertimbangkan berat ringannya kesalahan/pelanggaran yang dilakukan serta hal-hal yang memengaruhi terjadinya kesalahan/pelanggaran tersebut.

1. Sanksi didasarkan pada : a. Macam pelanggaran

b. Frekuensi (seringnya/pengulangan) pelanggaran c. Besar/kecilnya pelanggaran

d. Tata tertib perusahaan e. Unsur kesengajaan

2. Akibat dari pelanggaran tata tertib kerja dan aturan kedisiplinan ditetapkan dengan sesuai dengan tingkat berikut.

(26)

b. Surat teguran

c. Surat Peringatan pertama d. Surat Peringatan kedua e. Surat Peringatan ketiga

f. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Pasal-53 TEGURAN

Pelanggaran yang dikategorikan sebagai tingkat pelanggaran yang berakibat diberikan sanksi teguran adalah :

1. Datang terlambat tanpa alasan yang wajar.

2. Meninggalkan tempat kerja atau pulang lebih awal tanpa izin dari atasannya. 3. Tidak menaati pengarahan atasan.

4. Dalam melakukan tugas tidak mengenakan alat-alat/perlengkapan keselamatan kerja dan atau seragam yang diberikan.

5. Memberikan keterangan yang tidak benar. 6. Tidur pada saat jam kerja.

Pasal-54

SURAT TEGURAN

Pelanggaran yang dikategorikan sebagai tingkat pelanggaran yang berakibat diberikan sanksi surat teguran adalah :

1. Terlambat masuk kerja, pulang lebih awal, meninggalkan tugasnya untuk kepentingan pribadi, sebanyak 3 kali dalam sebulan.

2. Mangkir 2 hari dalam sebulan, tanpa laporan/keterangan tertulis atau memberi laporan yang ternyata terbukti laporan palsu.

3. Pengulangan pelanggaran atas sanksi teguran

4. Mengganggu ketenangan dan ketertiban di tempat kerja. 5. Beristirahat tidak pada tempat yang ditentukan.

6. Masuk/keluar perusahaan tidak melalui pintu yang telah ditetapkan.

7. Menggunakan barang-barang perusahaan untuk kepentingan pribadi tanpa izin dari pihak yang berwenang.

(27)

Pasal-55

SURAT PERINGATAN PERTAMA

Pelanggaran yang dikategorikan sebagai tingkat pelanggaran yang berakibat diberikan sanksi surat peringatan pertama adalah :

1. Terlambat masuk kerja 12(dua belas) kali dalam sebulan. 2. Mangkir 3(tiga) kali dalam sebulan.

3. Peningkatan sanksi pelanggaran dari surat teguran yang berat jenisnya dan atau beratnya pelanggaran yang sama.

4. Bekerja tidak sesuai dengan tugas standart operasi yang ditentukan baginya 5. Melakukan perbuatan yang dapat merugikan perusahaan.

6. Tidak melapor pada atasannya tentang adanya gangguan keamanan yang diketahui, yang dapat merugikan perusahaan.

7. Ceroboh melakukan pekerjaan yang dapat menimbulkan kecelakaan/bahaya bagi dirinya sendiri atau orang lain.

8. Bekerja secara tidak cermat, kurang hati-hati sehingga dapat menimbulkan kerusakan, kerugian, dan atau bahaya bagi dirinya/orang lain dan perusahaan. 9. Menolak perintah/penugasan yang layak dari atasan.

10. Tidak hati-hati, menaruh atau menempatkan alat kerja atau barang milik perusahaan sehingga mengakibatkan hilangnya barang/alat tersebut.

Pasal-56

SURAT PERINGATAN KEDUA

Pelanggaran yang dikategorikan sebagai tingkat pelanggaran yang berakibat diberikan sanksi surat peringatan kedua ketika dalam masa waktu 6(enam) bulan mengulangi kesalahan seperti pada pasal 55.

Pasal-57

(28)

Pelanggara yang dikategorikan sebagai tingkat pelanggaran yang berakibat diberikan sanksi surat peringatan ketiga adalah :

 Dalam masa 6(enam) bulan tetap melakukan pelanggaran pada pasal 55  Mangkir 4(empat) hari berturut-turut

 Setelah tiga kali berturut-turut karyawan tetap menolak untuk menaati perintah

atau penugasan yang layak dari atasannya.

 Membawa senjata api dan atau membawa senjata tajam ke dalam lingkungan

perusahaan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan

 Melakukan tindakan yang dapat melakukan keonaran dan merugikan

perusahaan.

 Melakukan kewajiban/tugas yang serampang yang menimbulkan kerugian bagi

perusahaan.

 Merokok atau membuat api di tempat yang terdapat tanda larangan dan atau

yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran.

 Ceroboh melakukan pekerjaan sehingga menimbulkan kerugian atau kecelakaan

bagi dirinya sendiri, orang lain, dan perusahaan.

 Memindahkan barang milik perusahaan dari tempatnya dengan niat untuk

memiliki.

 Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun sudah dicoba beberapa kali.

Pasal-58

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Pelanggaran yang dikategorikan sebagai tingkat pelanggaran yang berakibat diberikan sanksi Pemutusan Hubungan Kerja(PHK) adalah:

1. Peningkatan sanksi pelanggaran dari surat peringatan ketiga yang sejenis dan atau berat pelanggarannya sama sebelum masa sanksi berakhir (enam bulan).

(29)

3. Melakukan tindakan penggelapan, pencurian, penipuan, dan pemalsuan.

4. Memperdagangkan barang terlarang, baik dalam lingkungan perusahaan maupun di luar lingkungan perusahaan.

5. Melakukan penganiayaan, penghinaan, tindak kekerasan, mengancam perusahaan atau karyawan beserta keluarganya.

6. Menyuruh,membujuk atau ikut serta melakukan perbuatan yang melanggar

hukum/norma kesusilaan terhadap perusahaan atau karyawan beserta keluarganya. 7. Merusak, merugikan, atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik

perusahaan, baik dengan sengaja maupun karena kecerobohan.

8. Memberikan keterangan palsu pada saat membuat perjanjian kerja atau dokumen persyaratan kerja.

9. Membongkar rahasia perusahaan atau mencemarkan nama baik pimpinan perusahaan dan keluarganya yang harus dirahasiakan, kecuali untuk kepentingan negara.

10. Berjudi, minum-minuman keras, dan atau mabuk, madat, menyalahgunakan obat-obatan.

11. Menerima pemberian imbalan jasa dari siapapun untuk melakukan hal-hal yang merugikan perusahaan.

12. Melakukan perbuatan asusila di tempat kerja.

(30)

BAB IX

PUTUSNYA HUBUNGAN KERJA

Pasal-59

UMUM

1. Pemutusan hubungan kerja adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan atau pekerja untuk memutuskan/mengakhiri hubungan kerja, baik putus karena hukum maupun akibat pelanggaran peraturan-peraturan yang ditentukan dalam perusahaan atau peraturan perundang-undangan.

2. Putusnya hubungan kerja dapat terjadi dalam hal : a. Pada masa percobaan

b. Mengundurkan diri

c. Berakhirnya jangka waktu yang diperjanjikan d. Sakit berkepanjangan

e. Meninggal dunia

f. Mencapai batas usia kerja g. Pelanggaran tata tertib kerja h. Putusan pengadilan

i. Pemberhentian umum j. Tidak cakap kerja

k. Berkali-kali menolak perintah atasan

(31)

DALAM MASA PERCOBAAN

1. Masa percobaan dilakukan selama 3(tiga) bulan dan dapat diperpanjang maksimal 3(tiga) bulan berikutnya.

2. Perusahaan sewaktu-waktu berhak melakukan pemutusan kerja dengan karyawan yang bersangkutan, bila dalam masa percobaan karyawan tidak memenuhi kualifikasi perusahaan.

3. Pemutusan hubungan kerja ini tidak disertai dengan pemberian imbalan/uang jasa ataupun pesangon.

Pasal-61

MENGUNDURKAN DIRI

1. Bagi karyawan yang mengundurkan diri wajib memberitahukan minimal 30 hari sebelumnya secara tertulis kepada perusahaan.

2. Kepada karyawan yang mengundurkan diri, perusahaan tidak berkewajiban

membayar uang pesangon, tetapi akan memberikan uang jasa sesuai ketentuan yang berlaku dengan mengacu Kepmen No. 150/MEN/2000 Pasal 23 dan 24.

Pasal-62

BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU YANG DIPERJANJIKAN

1. Sesuai dengan syarat-syarat kerja yang dinyatakan dalam isi surat perjanjian kontrak kerja, tanggal berakhirnya hubungan kerja antara karyawan dan perusahaan untuk periode tersebut.

2. Bilamana dianggap perlu, dengan persetujuan kedua belah pihak kokntrak dapat diperpanjang untuk satu periode lagi yang lamanya tidak melebihi periode lama. 3. Dengan berakhirnya kontrak kerja, perusahaan tidak berkewajiban untuk

memberikan imbalan/pesangon di luar hal-hal yang tercantum dalam surat kontrak.

Pasal-63

(32)

1. Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja dengan karyawan yang menderita sakit terus-menerus selama 12 bulan(1 tahun).

2. Maksud dari sakit yang berkepanjangan telah dijelaskan dalam pasal 28 ayat 2 sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-91/MEN/1982 tanggal 04-01-1986. 3. Untuk melaksanakan administrasi pemutusan hubungan kerja, perusahaan

berpedoman pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 150/MEN/2000.

Pasal-64

MENINGGAL DUNIA

1. Meninggalnya karyawan mengakibatkan hubungan kerja terputus dengan sendirinya. 2. Dalam hal meninggal oleh kecelakaan kerja, kepada ahli waris diberikan santunan

sebagaimana diatur dalam pasal 40 dalam peraturan ini.

3. Dalam hal meninggalnya karyawan bukan disebabkan oleh kecelakaan kerja, ahli warisnya diberikan sumbangan kedukaan sebagaimana diatur oleh pasal 40 dalam peraturan ini serta disesuaikan dengan Kepmen No. 150/MEN/2000.

Pasal-65

MENCAPAI BATAS USIA KERJA

1. Batas usia kerja di perusahaan ditetapkan pada saat dicapainya usia 55 tahun berdasarkan data yang ada di perusahaan.

2. Atas pertimbangan tertentu, perusahaan dapat meminta kepada karyawan yang telah mencapai usia sebagaimana ayat 1 untuk tetap bekerja, atas kesepakatan dengan karyawan.

3. Karyawan yang telah mencapai batas usia kerja diminta untuk meletakkan jabatan dan diberhentikan dengan hormat.

4. Karyawan yang telah mencapai usia sebagaimana termaksud dalam ayat 2, akan menerima hak-haknya dari Jamsostek pada saat yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun.

(33)

PELANGGARAN TATA TERTIB KERJA DAN ATURAN DISIPLIN

Dalam hal karyawan melakukan atau pelanggaran terhadap tata tertib kerja dan aturan kedisiplinan dapat dikenakan sanksi pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan.

Pasal-67

PUTUSAN PENGADILAN

Dalam hal karyawan dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Negeri dan menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan, hubungan kerjanya dapat diputuskan dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Apabila didasarkan pengaduan perusahaan, kepada karyawan tidak diberikan uang pesangon dan atau imbalan lainnya.

2. Apabila bukan berdasarkan pengaduan perusahaan, kepada karyawan diberikan uang pesangon.

Pasal-68

PEMBERHENTIAN UMUM

Pemberhentian umum merupakan pilihan terakhir yang akan dilakukan oleh perusahaan karena keadaan memaksa yang tidak dapat dihindarkan sehingga perusahaan harus melakukan pemutusan hubungan kerja, yang pelaksanaannya dimusyawarahkan bersama antara perusahaan dan karyawan dengan ketentuan :

1. Atas prakarsa perusahaan dengan adanya suatu program reorganisasi/resionalisasi atau perubahan system kerja, yang mengakibatkan karyawan kehilangan kerjanya maka karyawan yang bersangkutan dapat diberhentikan dengan hormat dari perusahaan yang dilaksanakannya sesuai dengan Undang-undang No. 12/1964 jo Kepmenaker RI No. 150/MEN/2000.

2. Untuk pemberhentian umum ini kepada karyawan dapat diberikan pesangon dan uang jasa sesuai dengan Kepmenaker RI No. 150/MEN/2000.

Pasal-69

(34)

1. Karyawan yang tidak dapat mencapai prestasi kerja seperti yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan walaupun telah dibina dan diberi surat peringatan dapat dikenakan tindakan pemutusan hubungan kerja.

2. Untuk pelaksanaan administratif pemutusan hubungan kerja, perusahaan berpedoman pada Undang-undang No. 12/1964 jo Kepmenaker RI No. 150/MEN/2000.

Pasal-70

HUTANG KARYAWAN

Pada saat putusnya hubungan kerja, karyawan diharuskan menyelesaikan hutang-hutang kepada perusahaan berdasarkan bukti-bukti yang ada :

1. Sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan maka hutang-hutang karyawan kepada perusahaan dengan bukti yang sah akan diperhitungkan sekaligus dengan uang pesangon/uang jasa atas nama karyawan atau dari sumber dana lain atas nama karyawan.

2. Bila ternyata uang pesangon atau sumber lainnya milik karyawan masih tidak cukup untuk melunasi hutangnya, pemutusan hubungan ini tidak secara otomatis

membebaskan karyawan tersebut dari sisa hutang-hutangnya kepada perusahaan.

Pasal-71

UANG PESANGON DAN UANG JASA

1. Karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja atas prakarsa perusahaan, kecuali oleh alasan-alasan yang mendesak/berat akan menerima uang pesangon dan uang jasa.

2. Besarnya uang pesangon dan uang jasa ditetapkan sesuai dengan Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 150/MEN/2000 Pasal 22 sekurang-kurangnya diatur sebagai berikut :

a. Uang Pesangon

(35)

- Masa kerja 4 tahun lebih, tetapi kurang dari 5 tahun : 5 bulan upah - Masa kerja 5 tahun lebih, tetapi kurang dari 6 tahun : 6 bulan upah - Masa kerja 6 tahun lebih, tetapi kurang dari 7 tahun : 7 bulan upah b. Uang jasa/penghargaan sesuai dengan Kepmen No. 150/MEN/Pasal 23 - Masa kerja 3 tahun lebih, tetapi kurang dari 6 tahun : 2 bulan upah - Masa kerja 6 tahun lebih, tetapi kurang dari 9 tahun : 3 bulan upah - Masa kerja 9 tahun lebih, tetapi kurang dari 12 tahun : 4 bulan upah - Masa kerja 12 tahun lebih, tetapi kurang dari 15 tahun : 5 bulan upah - Masa kerja 15 tahun lebih, tetapi kurang dari 21 tahun : 7 bulan upah - Masa kerja 21 tahun lebih, tetapi kurang dari 24 tahun : 8 bulan upah - Masa kerja 24 tahun atau lebih : 10 bulan upah c. Ganti Kerugian sesuai Pasal 24 Kepmen No. 150/MEN/2000 meliputi :

- Ganti kerugian untuk istirahat tahunan yang belum diambil dan belum gugur - Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya ke tempat di mana

pekerja diterima kerja.

- Penggantian perumahan serta pengobatannya dan perawatan ditetapkan sebesar 15% dari uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja apabila masa kerja telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa karya. d. Upah sebagai dasar pembayaran uang pesangon, uang penghargaan masa kerja

diganti kerugian terdiri atas : - Upah pokok

- Segala macam tunjangan yang bersifat tetap yang diberikan kepada karyawan dak keluarganya.

(36)

BAB X

PENYELESAIAN KELUH KESAH

Pasal-72

KELUH KESAH

Adalah tugas dan tanggung jawab perusahaan untuk memerhatikan dan penyelesaikan keluh kesah karyawan yang dinilai wajar dan dilaksanakan secara bipartit.

Pasal-73

TATA CARA PENYELESAIAN KELUH KESAH

1. Setiap keluhan atau pengaduan seorang karyawan diusahakan terlebih dahulu dibicarakan dan diselesaikan dengan atasan langsung.

2. Bila langkah pada ayat 1 tidak dapat diselesaikan, dengan sepengetahuan atasannya, karyawan yang bersangkutan dapat menyampaikan keluh kesah pengaduannya kepada atasannya yang lebih tinggi secara lisan/tertulis.

3. Bila langkah kedua menemui jalan buntu, karyawan yang bersangkutan dapat meneruskan keluh atau pengaduannya kepada atasannya untuk menyelesaikan bersama-sama dengan bagian personalia atau kepada lembaga bipartit yang ada di perusahaan.

4. Setelah dirundingkan dengan sungguh-sungguh ternyata masih terdapat perbedaan pendapat yang tidak dapat diselesaikan secara mufakat, persoalanya dapat

disampaikan kepada suku dinas tenaga kerja setempat untuk diberikan bantuan penyelesaiannya.

(37)

PERATURAN PELAKSANAAN

Pasal-74

MASA BERLAKU

1. Jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan ini adalah 2(dua) tahun sejak diserahkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta.

2. Untuk peraturan perusahaan berikutnya akan ditinjau/disusun paling lama 3(tiga) bulan sebelum berakhirnya masa berlaku peraturan perusahaan ini.

Pasal-75

PERATURAN-PERATURAN YANG SIFATNYA PROSEDURAL

Peraturan-peraturan yng sifatnya prosedural dan merupakan peraturan pelaksanaan akan disusun berdasarkan pada peraturan yang dikemukakan dalam pasal-pasal terdahulu boleh dikonsultasikan dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta.

Pasal-76

PENAFSIRAN

Dalam penafsiran peraturan-peraturan di atas, bila terdapat kekurang jelasan makna dan penafsiran yang dikemukakan dalam pasal-pasal ataupun peraturan perusahaan ini akan dikonsultasikan dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta.

Pasal-77

HAL-HAL YANG BELUM DIATUR

Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan perusahaan ini, akan disusun kemudian dan ditambahkan sebagai pelengkap ke dalam peraturan ini atau merupakan peraturan

(38)

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal-78

PENUTUP

1. Peraturan perusahaan ini disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta dan berlaku untuk jangka waktu 2(dua) tahun.

2. Perusahaan membagikan buku peraturan perusahaan ini kepada semua karyawan sebagai pedoman dalam mengatur hubungan kerja serta hak-hak dan kewajiban perusahaan dan karyawan.

3. Apabila terjadi salah penafsiran terhadap peraturan perusahaan ini, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan dengan musyawarah.

4. Jika terdapat persyaratan kerja dalam peraturan perusahaan ini yang kurang atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, persyaratan kerja tersebut batal demi hukum dan yang diberlakukan adalah yang diatur dalam perundang-undangan yang berlaku.

Peraturan perusahaan ini mulai berlaku terhitung sejak ditandatangani direksi

perusahaan dan atau disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta.

[...],[...] [PT. ...]

(39)

Referensi

Dokumen terkait

selama jabatan anggota Direksi kosong dan Menteri belum mengangkat anggota Direksi yang kosong sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Dewan Pengawas menunjuk salah seorang anggota

Prosedur perjanjian kerja di PT Pelita Karya Juhari yaitu merupakan ikatan perjanjian kerja, dimana calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berhak menerima upah sesuai

(5) Direktur Utama diwajibkan menyampaikan laporan triwulanan dan laporan berkala lainnya sesuai dengan batas jangka waktu yang ditetapkan, beserta laporan lainnya menurut

a) Kami berhak, dari waktu ke waktu, merevisi, memperbaharui dan/atau menyunting Perjanjian atau setiap syarat dan ketentuan lainnya yang berhubungan dengan setiap Layanan

PSrE TILAKA berhak, dari waktu ke waktu, merevisi dan memperbarui Perjanjian Pemilik Sertifikat atau setiap syarat dan ketentuan lainnya yang berhubungan dengan

Adanya ketentuan waktu tertentu dan syarat tertentu yang biasanya dicantumkan dalam perjanjian lisensi tersebut. Meskipun jangka waknr perlindungan rahasia dagang tak terbatas,

Hotel Ciputra Semarang mempekerjakan tenaga kerja tetap, tenaga kerja kontrak dan tenaga kerja harian.Tenaga kerja tetap adalah karyawan perusahaan yang sudah

Tugas pokok BULOG sesuai Keppres tersebut adalah mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, gandum, terigu, kedelai, pakan dan bahan pangan lainnya, baik