• Tidak ada hasil yang ditemukan

P

esantren adalah miniatur kenegaraan. Konon katanya, jika seorang santri bisa mengatur dirinya di pesantren dan lulus dari segala cobaan yang ada, maka dia patut di acungi jempol. Suatu hal dalam berproses menjadi santri yang ideal harus menancapkan prinsip dan sikap yang kuat, yakni santun berakhlak karimah, sungguh-sungguh, tidak malas, patuh, dan mengabdi pada yang lebih atas derajadnya (kiai, ustadz, pengurus), tidak bermaksiat, rajin, jamaah tak pernah hilang, menekan diri untuk banyak hafal kalau bisa paham juga tentang ilmu pesantren, tidak melanggar peraturan yang ada. Jika santri sudah melaksanakan beberapa hal tersebut, niscaya tidak ada yang menolak keberadaannya di masyarakat. Ia akan selalu berguna, baik dalam pesantren maupun di luar pesantren.

Di dalam dunia santri, tak luput dari kisah-kisah yang unik di dalamnya. Kebanyakan para kiai, mubalig, santri, dan alumni selalu memiliki banyak cerita jika ditanya tentang pesantren. Baik itu cerita yang beralur baik, bergeronjal, jatuh, sakit, romantika, lucu, seram, seram tapi lucu, dan masih banyak lagi. Pada coretan karya ini sengaja penulis menuliskan judul tuyul pesantren, karena sesungguhnya memang di suatu pondok maupun pondok yang lain pasti dan mungkin ada kisah-kisah tentang kejadian penampakan tuyul pesantren.

Asrama Sunan Ampel, tempat penulis ini pertama kali dipaksa, terpaksa, terbiasa, dan luar biasa tinggal di pesantren. Dari pertama kali masuk aja sudah seram, “….Buk, Pak, menawi anak

jenengan niki ndablek, kersane kulo takzir mboten nopo-nopo nggeh?, nek gak ngefek kulo antemi”,

kata pengurus. Orang tua hanya bisa bicara

“Nggeh, mboten nopo-nopo”. Sungguh luar biasa

jawabannya.

Tuyul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah makhluk halus yang konon berupa bocah gundul, dapat diperintah oleh orang yang memeliharanya untuk mencuri uang dan sebagainya. Jika pembaca mendengar kata tuyul, pikirannya mesti gundul. Seperti pada film Tuyul dan Mbak Yul, yang gundul tuyulnya bukan mbaknya. Anehnya, saat ditelisik pada kamus bahasa Arab, penulis tidak menemukan bahasa

Arab tuyul. Mengapa demikian? Karena tuyul dan makhluk-makhluk astral yang aneh-aneh hanya ada di Indonesia, ada tangan berjalan, sundel bolong, kuntilanak, gendruwo, pocong, setan mulut lebar, wewe gombel, siluman ular, singa putih, dan lain-lain. Amerika mungkin hantunya mungkin drakula, wolf man. Sedangkan di Arab tidak pernah terdengar “Wah di dekat Arofah ada

tuyul, ia mencuri uang jamaah haji”. Nggak ada

kan?.

Pada Asrama Sunan Ampel juga, penulis menemukan tuyul dengan beragam jenis. Memang dalam buku Makrifat Jawa tidak akan menemukan pengelompokan tuyul, apalagi di Quran, al-Hadits, dan kitab-kitab yang lain. Ada 3 jenis tuyul yang ada di Asrama Sunan Ampel; pertama, tuyul asli. Tuyul gundul yang mana biasa dibuat pesugihan untuk mencari uang dengan mencuri harta orang lain dengan cara mengorbankan jiwa janin atau anak kecil. Pada suatu hari ketika ada kabar kehilangan dari beberapa santri, peristiwa ini terjadi berturut-turut sampai tiga hari. Hari kedua di siang bolong, seorang santri bernama Pandu sedang membuka almarinya. Tiba-tiba sekelebat kaget melompat, ada anak kecil gundul berjalan dengan cepat di depan kamarnya. Rasa takut gemetar muncul, namun tak membuat ia gentar untuk mengejar. Sekejap, makhluk astral tersebut hilang. Di hari ketiga teman-teman penulis bersama Pandu berkumpul, dia membuat

eksperimen dengan memancing tuyul dengan yuyu di depan jalan kamar lantai 2. Ia masukkan ke dalam timba. Pukul 23.00 WIB, para santri berkumpul sembunyi sambil menunggu ada yang datang. Tak seperti biasanya pondok senyap saat pukul 23.00 WIB. Tiba-tiba ada 2 tuyul bercelana dalam cawet putih, terlihat transparan oleh mata. Dari belakang dua santri menyergap dengan cepat. Satu tuyul berhasil ditangkap, satu tuyul lompat ke bawah balkon setinggi 3 meter dari bawah. Tuyul yang tertangkap tersebut sekejab menghilang dari sergapan santri dan melompatlah lagi. Mereka lari terbirit-birit dan tidak pernah kembali.

Kedua, tuyul ke-takzir. Tuyul ini bukan

lahir dari makhluk astral atau dari jiwa yang dikorbankan, tapi ia lahir dari rahim ibu, kemudian mondok di suatu tempat, melanggar aturan, kenak

takzir gundul.

Ketiga, tuyul jadi-jadian. Tuyul ini keluar

saat kumpulan santri mengorbankan temannya yang ingin atau dipaksa dengan bertemu tuyul. Biasanya yang menjadi tumbal adalah santri baru atau santri lama yang belum pernah bertatap muka dengan tuyul. Suatu malam, ada santri lama menuju kamar santri baru. Lebih dari tiga orang masuk ke kamar santri baru tersebut. Mereka mengambil dan menyeret santri yang polos tapi manut. “Heh Le, rinio!, tak duduhi tuyul gelem

ora?”. Muka seram campur senyum terlihat di

mengangguk. Dituntunlah santri baru ke kamar Utsman. “Carane mancing tuyul iku, awakmu kudu

udo blejet, krukupan sarung kudu ketutup kabeh awakmu”, ucap santri senior. “Isin aku Mas nek dewe”, kata santri baru. “Yo wis tak ewangi!”, sahut

santri senior. Mereka berdua masuk ke dalam kamar, dalam kamar yang gelap dinyalakanlah 3 lilin kecil. “Sakdurunge tak instruksi nginceng tuyul,

ojo metu disik”, kata santri senior. “Satu.. dua.. tiga….!!” Mundur perlahan santri senior, sekejap

ujung sarung santri baru ditarik dengan cepat.

“Whusss!!!”. Lari cepat santri senior keluar kamar

dan dinyalakan lampu kamar. Ketika itu di kamar tidak ada satu helai penutup sekalipun. Dari luar terlihat teman-teman senior banyak yang tertawa melihat penampakan tuyul tanpa busana (santri telanjang yang kena jebakan). Dia lari terombang-ambing mencari pakaian penutup, tapi sia-sia dia.

Tuyul satu dan tiga ini sering terjadi bertahun-tahun, bahkan sudah menjadi nasab yang mendarah daging di pondok saya. Meskipun, zaman sudah berubah dari era kriminalitas sampai ke zaman elektronik. Sekarang sampai Agustus Tahun 2017 penulis hanya menemukan satu tuyul saja, yakni nomer satu di Pondok Pesantren Panggung Tulungagung Putra. Itu saja bukan karena ke-takzir gara-gara pacaran atau bermain PS dan lain-lain kategori hukuman berat, melainkan gara-gara rambut dimodel metal. Tengah panjang sekali, samping kanan dan kiri