• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.2 Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang disebabkan oleh terjadinya interaksi sosial yang dilakukan menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik

yang dibicaraka

indonesia/ diakses tanggal 28 April 2011).

Perbedaan-perbedaan bahasa dari penutur yang beragam menghasilkan ragam-ragam bahasa. Dengan keadaan yang seperti itu bahasa menumbuhkan varian-varian baik menurut pemakai maupun pemakaian.

Kridalaksana (1996 : 2) mengemukakan bahwa varian menurut pemakai disebut dengan dialek dan varian menurut pemakaian disebut dengan ragam bahasa. Variasi bahasa berdasarkan pemakai bahasa dibedakan atas dialek regional, dialek sosial, dialek temporal dan idiolek. Sedangkan variasi bahasa berdasarkan pemakaian bahasa dapat dibedakan atas ragam bahasa menurut pokok pembicaraan, medium pembicaraan (lisan atau tulisan ) dan sistem tutur sapa dengan unsur-unsur persona. Untuk lebih lanjut jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Dialek regional Dialek sosial Dialek temporal Idiolek Pokok pembicaraan :

ragam adat, sastra Medium pembicaraan : ragam percakapan

Surat-menyurat (lisan dan tulisan)

Tutur sapa : persona

Gambar 2.1 Variasi Bahasa (Sumber: Kridalaksana, 1978)

Nababan (1991: 14) menambahkan bahwa ragam bahasa berhubungan dengan daerah atau lokasi geografis disebut dialek; ragam bahasa yang

Variasi

Menurut pemakai bahasa

Menurut pemakaian bahasa

berhubungan dengan kelompok sosial disebut sosiolek; ragam bahasa yang berhubungan dengan situasi berbahasa dan/atau tingkat formalitas disebut fungsiolek; dan ragam bahasa yang mana perbedaan itu masih dapat dianggap perbedaan ragam dalam suatu bahasa secara analog disebut kronolog.

Variasi bahasa berdasarkan penuturnya adalah yang disebut dialek, yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu, sementara bila dikhususkan pada variasi perorangan disebut dengan idiolek. Variasi bahasa kronoleg atau dialek temporal yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi yang digunakan tahun limapuluhan, dan variasi yang digunakan pada masa kini. Variasi bahasa berdasarkan penuturnya disebut sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. (Chaer dan Leonie, 2004: 63-64).

Variasi dari segi pemakaian atau ragam menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang adat, bidang sastra, pendidikan dan kegiatan keilmuan. Variasi berdasarkan bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. Namun demikian, variasi berdasarkan bidang kegiatan tampak pula dalam tataran morfologi dan sintaksis (Chaer, 2004 : 68). Kridalaksana (1993 : 224) mendefinisikan variasi bahasa sebagai satuan yang sekurang-kurangnya mempunyai dua variasi yang dipilih oleh penutur tergantung dari faktor-faktor seperti jenis kelamin, umur, status sosial dan

situasi. Variasi dianggap sistematis karena merupakan interaksi antara faktor sosial dan faktor bahasa. Secara singkat dapat diformulasikan bahwa variasi bahasa ada karena perpaduan antara bahasa itu sendiri dan faktor yang ada di luar bahasa.

Nababan (1991 : 25) menempatkan pembagian variasi pada dua bagian yang saling terkait, yaitu variasi dari segi penutur yang mencakup dialek, idiolek, sosiolek dan dari segi pemakaian yang dikenal dengan ragam dan fungsiolek yang berhubungan dengan situasi berbahasa dan/atau tingkat formalitasnya.

Kajian variasi bahasa dari segi penggunaannya akan sangat jelas terlihat dari keberadaan kosa kata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain, contohnya, dalam kegiatan adat masyarakat Pakpak yang menggunakan bahasa Pakpak dapat ditemukan pada kosa kata kepeng ’uang’ dan riar ’uang’; baka

’sumpit’ dan kembal ’sumpit’; belagen ’tikar’ dan peramaken ’tikar’. Contohnya :

1. Kula- kula terhadap berru: Enggo ku jalo kami riar tokor berru nami. ‘Sudah kami terima uang mahar anak kami’.

Riar ’uang’ digunakan dalam konteks adat sedangkan dalam bahasa sehari – hari disebut kepeng.

2. Kula–kula terhadap berru: Baing ke mo berras i kembal i, embahen berrunta ‘Masukkanlah beras dalam sumpit untuk dibawa berrunta.’

Kembal ’ sumpit’ digunakan dalam konteks adat sedangkan dalam bahasa sehari – hari disebut baka.

3. Berru terhadap kula – kula: Kundul mo kene i peramaken i. ‘Duduklah kalian di tikar itu’

Peramaken ’ tikar’ digunakan konteks adat sedangkan dalam bahasa sehari– hari disebut belagen.

Ragam bahasa itu dapat juga ditemukan pada tingkat frasa, penggunaan ungkapan (idiom) dan bahasa estetis dengan menggunakan umpama ’pantun’ dari kedudukan yang berbeda dari penuturnya seperti kula-kula ’rombongan pihak perempuan’ dan berru ’rombongan pihak laki-laki’ dan sinina rombongan yang semarga baik dari pihak perempuan maupun laki-laki’.

Contoh :

1. Ragam diksi penggunaan kata ipesoh ‘diberikan’ (konteks adat) ibere ‘diberikan’ (bahasa sehari-hari) 2. Ragam diksi frasa

Merorohken pedasna ‘makanan ala kadarnya’ (konteks adat) Mangan silotna ‘makanan ala kadarnya’ (bahasa sehari-hari) 3. Ragam diksi mengenai pantun

Ketak-ketik mbelgah palu-paluna, bagen pe siboi ipe tupa kami mbelgah mo pinasuna. (artinya sederhanapun makanan yang dihidangkan pihak si gadis tetapi besarlah berkat yang ditimbulkannya)

4. Ragam diksi ungkapan

Tubuhen matawari mo kene. Ungkapan yang dikatakan kepada pengantin agar memperoleh anak laki-laki.

5. Ragam diksi kata sapaan

Tingkat tata krama kata sapaan

a. Sebutan kehormatan (tingkat tata krama) Contoh: kula-kula nami (kata sapaan) b. Kekerabatan (tingkat tata krama)

Contoh: puhun’paman’, silih ‘ipar laki-laki’(kata sapaan)

Ragam bahasa terjadi akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Andaikan penutur bahasa itu adalah kelompok yang homogen, baik etnis, status sosial maka variasi atau ragam bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat sosial (Chaer, 1985: 81).

Ragam bahasa

Penelitian ragam bahasa dari segi penggunaan tidak dapat terlepas dari segi penuturnya. Hartman dan Stork dalam Chaer dan Leoni (2004:62) menyatakan bahwa variasi dapat dibedakan berdasarkan kriteria latar belakang geografi dan sosial penutur, medium yang digunakan, dan pokok pembicaraan.

adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan.

Dengan demikian, dapat disederhanakan bahwa sosial penutur dalam penelitian ini adalah masyarakat Pakpak yang menggunakan bahasa Pakpak dengan medium lisan serta pokok pembicaraan adalah : upacara adat perkawinan.

Dokumen terkait