• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAGAM MODUS KEJAHATAN PERBANKAN

Dalam dokumen Modus Korupsi Sektor Perbankan (Halaman 48-55)

5 .1. D a la m Pe n ge lo la a n S im p a n a n

Model kejahatan dalam pengelolaan sim panan nasabah ada yang cukup sederhana, ada juga yang berbelit dengan m em anfaatkan sistem perbankan. Nam un, selalu m elibatkan pihak orang dalam bank.

5 .1.1. Mo d e l S e n d iri

Pada kasus yang terjadi di Manado m isalnya. Awalnya, seorang pegawai bank m em buka rekening. Tentu bisa atas nam a siapa saja. Setelah itu, atur strategi m engisi rekening baru itu dari dana nasabah yang tersim pan di ban k.

Untuk m engeruk dana, dilakukan dengan dua cara. Pertam a, m em buat transaksi fiktif, seolah-olah nasabah yang diin car telah transaksi bisn is, sehingga perlu m elakukan pem bayaran ke sebuah rekening [yang sudah dibuat pegawai bank tadi]. Tanda tangan nasabah dipalsukan. Maka, sejum lah dana langsun g berpindah, karena pegawai bank tersebut terlibat langsung dalam sistem validasi.

Kedua, dengan cara lebih sederhana. Pencairan dana dilakukan tidak lewat m odus transaksi fiktif, tapi cukup dengan m em alsukan tanda tangan nasabah yang bersangkutan untuk m enarik dana. Kem udian, disetor ke rekening yang sudah disiapkan.

Kerja secara individu m em bobol dana nasabah bisa juga dilakukan secara off-line. Polanya sam a, yaitu m em alsukan tandatangan nasabah dalam slip penarikan, kem udian m encairkan di bank cabang yang berbeda. Biasanya, yang m encairkan tidak dia sendiri, m elainkan m inta bantuan pihak lain.

Modus lain, bisa dilakukan oleh seorang pegawai bank yang tugasnya hanya m em buat kartu anjungan tunai m andiri (ATM). Orang dengan tugas seperti in i bisa m engaktifkan kem bali ATM yang sudah m ati, kem udian diberikan nom or PIN m ilik nasabah lain yang m asih aktif.

Ketika dana digelon torkan, seakan-akan yang m enarik adalah nasabah pem ilik rekening sen diri. Padahal, pegawai ban k den gan kartu ATM asli yang diberi nom or PIN palsu.

5 .1.2 . Mo d e l B e rke lo m p o k

Modus dengan kelom pok agak lebih rum it, karena m em butuhkan otoritas lebih dari satu pihak. Bisa satu, jika yang m elakukan pem egang otoritas tertinggi, seperti Kepala Cabang. Sebab, biasanya terkait dengan dana besar.

Seperti yang terjadi di BRI Senen. Seorang Kepala Cabang m em alsukan tanda tangan seorang nasabah yang mem iliki tabungan berbentuk deposito berjangka. Ia sadar, nasabah tersebut tergolong “kakap” dengan m elihat jum lah dananya yang tersim pan.

Setelah m enem ukan m angsa itu, Kepala Cabang m embuatkan sebuah surat palsu tentang perm ohonan kredit atas nam a nasabah tadi. J am inannya, deposito yang ada di bank tersebut [cash collateral]. Kredit pun cair dengan tanda tangan persetujuan dari Kepala Cabang yag bersangkutan.

Karena pencairan kredit, dipinjam pula sebuah perusahaan m ilik rekannya di luar. Dan, dananya langsung m asuk ke rekening perusahaan pinjam an itu.

Pem ilik perusahaan “abal-abal” itu, langsung m encairkan dananya dan m em indahkan ke rekening lain agar tak terlacak. Biasanya dalam bentuk yang berbeda, misalnya rekenng giro. Pencairann ya bisa di m ana saja.

Model yang m irip dengan di atas ada juga, yakni m elalui surat perintah palsu. Otoritas bank di cabang m em alsukan surat perintah transfer dana nasabah ke sebuah rekening, yang tentu m erupakan m ilik anggota kom plotannya. J adi, pem alsu surat dan pem ilik otoritas m erupakan orang yang sam a. Kalaupun berbeda, mereka dipastikan saling berhubungan atau berkonspirasi.

5 .1.3 . B e rke lo m p o k ta p i Tid a k Me ru gika n N a s a b a h

Kasus ini m erupakan kerjasam a antara nasabah dengan dua karyawan tingkat rendahan. Seorang nasabah, m em buat slip setoran, yang kem udian diserahkan ke petugas bank, yang berhak m elakukan validasi atas slip setoran tersebut.

Petugas bank tadi kem udian m enandatangani slip yang diajukan nasabah, yang sudah dilengkapi koporus [form ulir rincian uang yang telah diisi]. Dibuat seolah-olah uang nasabah yang telah disetor dan diterim a secara tunai oleh keduanya. Lalu, slip setoran diserahkan terdakwa kepada teller untuk diinput dan divalidasi.

Dengan dem ikian, sejum lah nom inal uan g yang tertulis pada slip setoran telah m asuk ke rekening nasabah. Padahal secara fisik, uang tidak pernah disetor.

5 .1.4 . Me la lu i P e m in d a h b u ku a n

Model seperti in i jelas m elibatkan orang dalam bank, khususnya yang m em iliki otoritas pem indahbukuan. Kejahatan dilakukan, seperti m odel sebelum nya, dengan m em alsukan tandatangan nasabah.

Seorang nasabah yang sejatinya ingin m enanam kan dana di deposito, tiba- tiba dananya berpindah rekening, m isalnya ke giro. Setelah pindah, kem bali den gan tandatangan dan perintah palsu, dan a dicairkan .

Dalam kasus lain nam un m odelnya sam a, untuk m enutupi jejak kosongnya rekening, bisa saja diisi dengan jum lah yang jauh lebih sedikit dari aslinya. Tapi dalam bukti fisik cetakan, dibuat dengan jum lah yang sam a, sesuai m ilik nasabah yang dananya dibobol.

5 .2 . Pe n ya lu ra n Kre d it

5 .2 .1. Ma n ip u la s i Ma ks u d Kre d it d a n N ila i Agu n a n

Untuk kasus ini, tidak bisa dilakukan sen diri. Selalu ada kon spirasi antara pihak bank den gan penerim a kredit.

Polanya, debitur m engajukan kredit dan m em enuhi seluruh ketentuan adm inistrasi, walau tidak seluruh datanya benar. Setelah itu tinggal peran orang dalam bank, dalam hal ini bisa saja sebatas pegawai yang tugasnya m elakukan verifikasi persyaratan, term asuk bukti fisik agunan.

Walaupun tidak sesuai dengan yang tercantum pada pengajuan kredit, toh nota pencairan kredit bisa dicairkan degan bantuan orang dalam yang m em berikan penilaian “baik” atau “layak” pada persyaratan yang diajukan, setelah dilakukan verifikasi.

Setelah kredit cair, pem anfaatannya bisa untuk apa saja. Um um nya, tidak digunakan untuk kebutuhan seperti tercantum dalam surat-surat adm inistrasi perm ohonan pengajuan kredit.

5 .2 .2 . Me m a n fa a tka n Ke ku a s a a n a ta u Ke d u d u ka n

J ika pada bagian pertam a konspirasi dilakukan oleh sekelom pok orang dengan kekuasaan “terbatas”, m aka oleh pihak yang m em iliki kekuasaan lebih dari itu, hasiln ya bisa lebih berbahaya. Apalagi yang m elakukan setingkat pem ilik m odal yang m enjadi kom isaris.

Pada kasus yang sudah terungkap m isalnya, seorang kom isaris m em buat perusahaan fiktif. Sejum lah karyawan nam anya dicatut sebagai pendiri dan pengelola perusahaan “on paper” itu.

Selanjutnya, perusahaan yang hanya nam anya itu m engajukan kredit ke bank yang dikelola. Mengingat yang m em inta adalah pem ilik atau atasan yang setiap saat bisa m em ecat petugas kredit, m aka perm intaan pun dipenuhi. Cairlah kredit yang diajukan.

Tak lagi terpikirkan apakah calon debitur tersebut layak, atau kredit yang dikeluarkan m elanggar Batas Maksim um Pem berian Kredit (BMPK) atau tidak.

5 .2 .3 . D e n ga n d o ku m e n a s li ta p i p a ls u

Pada m odel kejahatan seperti ini, dokum an yang diajukan sebagai persyaratan kredit asli, tapi bukan pem ilik calon debitur. Sang debitur m em ang perlu m engubah identitasnya.

Melalui “m ain m ata” dengan orang dalam bank, kredit m udah cair. Asal, pem bagian jelas dan sesuai harapan.

5 .3 . Tra n s a ks i Va la s

5 .3 .1. Me m a n fa a tka n Ke le n ga h a n N a s a b a h

Tidak seluruh nasabah peduli denga struk transaksi. Term asuk ketika m elakukan jual-beli valuta asing. Kelem ahan nasabah seperti inilah yang dim anfaatkan oleh para pencoleng di bank.

Lokasi bandara bisa jadi tem pat favorit un tuk aksi seperti itu. Sebagai contoh, ketika seorang tenaga kerja baru pulang dari luar negeri. Perasaan in gin segera kembali ke kam pong halam an, m em buatnya tak teliti m em baca struk saat m enukar dinar di bandara. Tahu-tahu, dari uang 70 0 dinar ditukar, yang didapat hanya seharga 60 0 dinar.

5 .3 .2 . Me le w a ti Am ba n g Ba ta s

Setiap petugas di dealing room , ruang transaksi valas antarbank, m em iliki batas transaksi dan etika khusus. Yakni, etika cut loss atau m elepas valuta yang dipegang lantaran sedang terdepresiasi, untuk ditukarkan dengan valuta lain yang lebih stabil atau berpotensi m em berikan keuntungan.

Walaupun akhirnya, rugi, tapi m asih pada batas yang ditoleransi atau tidak terlalu besar dalam ukuran bank. Nam un, naluri untuk “berjudi” bisa m em buat

orang lupa. Ketika valuta yang digenggam nya sedang terjerem bab, bukan hanya tak m elepasnya, dia justru m em beli dengan harapan ada rebound dalam waktu singkat.

Etika sudah dilanggar. Beruntung, jika akhirnya insting yang digunakan benar. Buntung bagi bank, jika valuta yang digenggam dan beli justru bertahan di angka terendahnya.

5 .4 . Tra n s a ks i An ta rb a n k 5 .4 .1. Mo d e l As a l Ta h u S a m a Ta h u

Pola seperti in i perah terjadi. Sebuah bank m enerbitkan keluarkan sertifikat deposito yang dapat dinegosiasikan [NCD], kem udian m enyerahkannya kepada sebuah bank yang sebelum nya sudah diajak “kongkalikong”. Walau penerbitan surat utang itu tidak m elalui prosedur adm inistrasi sebagai m ana m estinya, tetap saja diterim a dan m enjadi bukti kepem ilikan piutang terhadap bank yang m engeluarkan.

Persoalann ya pada kasus ini, begitu dana pin jam an m acet, m aka yang terkena dam paknya langsung dua bank. Inilah yang pernah terjadi, sam pai akhirnya Bank Indonesia harus m enutup dua bank itu.

5 .4 .2 . Mu d a h n ya Me n ca irka n L/ C

Modusnya, berpura-pura sebagai eksportir. Sorongkan ke bank lokal di sini agar dikenal dan dapat m encairkan dana dari hasil transaksi dengan pihak im portir di luar negeri.

Dalam kolaborasi ini, tak lupa m elibatkan pihak berwenang di bank yang bakal dibobol. Dengan berkas-berkas bodong, seolah ada transaksi bisnis dengan im portir di luar negeri, kem udian ada pem bayaran berupa L/ C yang diterbitkan bank di luar negeri, m aka m udah m encairkannya.

Modus ini m em berikan tugas kepada pihak dalam bank sebatas dua hal: m em berikan verifikasi dan m encairkan dananya. Tak peduli, bank yang m enerbitkan surat berharga itu lokasinya tidak ada dalam peta dunia.

5 .4 .3 . Me m b o b o l Sis te m Ele ktro n ik

Form ula surat antarbank, pada um um nya m em iliki standar yang sam a. Entah, jika m em ang ada kode khusus dem i keam anan.

ditunjuk oleh pem beri perintah. Model kerjasam a ini lazim disebut dengan transaksi telex transfer.

J ika urusan elektron iknya dikuasai, sistem nya sudah diketahui, dengan m udah bisa dijawab oleh pem bobol seandain ya ada konfirm asi dari bank koresponden. Tinggallah bank yang dibobol harus m em bayar tagihan ke bank koresponden. Sebab, pelaksanaan transfer dilakukan atas perintah.

5 .5 . Ke ja h a ta n In te rn a l B a n k

Lazim nya pada kasus ini, orang dalam bank yang sudah tahu seluk-beluk sistem perbankan m em anfaatkan sisi kelem ahannya. Dengan begitu, seolah-olah tanpa m elanggar sistem yang berlaku, kejahatan berjalan dengan baik.

5 .5 .1. Ta b u n ga n Ta n p a D a n a

Model seperti in i m odusnya sangat sederhana. Seorang nasabah m engisi slip setoran tabungan dengan jum lah tertentu. Bekerja sam a dengan teller atau pihak yang berwenang m em berikan validasi, slip itu diserahkan.

Tinggal m em berikan cap atau tanda bahwa setoran itu sah, dan m enginputnya ke dalam rekening nasabah yang bersangkutan. Nam un sebenarnya, si penabung tidak pernah m enyetorkan dana serupiah pun.

5 .5 .2 . Me m bo bo l Bia ya Op e ra s io n a l

Banyak cara m enjadi kaya, m emang. Tak harus m engeruk dana nasabah, cukuplah m enilep sedikit dem i sedikit dana perusahaan lewat klaim atau lainnya, sem acam tunjangan dan pin jam an .

Yang bisa m elakukan ini, biasanya bagian personalia. Di antara slip yang sesungguhnya, m isalnya perm intaan penggantian biaya berobat, diselipkan nota perm intaan dari karyawan lain, yang sebenarnya tidak m engajukan. Perusahaan akan tetap bayar, karena notanya asli dan disetujui serta diajukan oleh pihak berwenang, yaitu bagian personalia.

Pada kasus Bank Lippo Melawai m isaln ya. Modus seperti in i baru diketahui setelah 13 tahun berjalan dan perusahaan rugi Rp 2 m iliar.

5 .6 . S u ra t Be rh a rga

5 .6 .1. Me n gga n d e n g J a b a ta n

Mem asarkan barang ke konsum en yang tepat. Inilah yang jadi fokus dalam m odus operandi penerbitan surat utang fiktif, dengan m enggandeng Kepala Cabang sebuah bank. Keuntungan pertam a, nasabah percaya. Kedua, pim pinan bisa m engintip rekening tabungan calon korban.

Pihak pertam a, dalam hal in i pem ilik produk, m en geluarkan barangnya berupa surat berharga. Pem im pin Cabang m isalnya, bertugas m enawarkan kepada nasabah, seolah-olah yang ditawarkan m erupakan produk bank tersebut. Dengan im ing-im ing suku bunga tinggi, nasabah kaya dengan m udah tertarik.

5 .7. La in -La in - Ma n ip u la s i La p o ra n Ke u a n ga n

Laporan keuangan dibuat dua. Yang pertam a m em asukkan aset yang sudah diam bil alih, dan kedua tidak m em asukkannya. J elas, hasilnya akan berbeda. Tak perlu bantuan auditor, tulis saja “audited”.

Banyak m anfaat dari laporan keuangan ganda ini. Bisa m enghindar dari pajak m aupun pem bayaran kewajiban untuk laporan tertulis m erugi. Bisa juga m em pengaruhi calon kreditor, untuk laporan keuangan yang m enyatakan adanya laba sebagai indikator perusahaan sehat dan prospektif.

BAB 6

Dalam dokumen Modus Korupsi Sektor Perbankan (Halaman 48-55)

Dokumen terkait