• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAHASIA PERHITUNGAN HARI JAWA

Dalam dokumen CARA MENCARI HARI BAIK UNTUK KEPERLUAN M (Halaman 21-36)

Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam peradaban "JAWA" banyak kita jumpai aturan-aturan yang bersifat mengikat. Hal ini karena aturan-aturan tersebut merupakan wawasan dari nenek moyang kita yang sudah turun temurun diyakini dan disosialisasikan dalam kehidupan bermasyarakat khususnya dilingkungan masyarakat suku Jawa. Wawasan nenek moyang tersebut dalam kehidupan bermasyarakat disebut dalam istilah " ILMU TITEN". Mengapa disebut demikian ? Hal ini karena aturan-aturan tersebut berdasarkan pengalaman dan pengamatan terhadap hal-hal yang terjadi pada perubahan alam yang dikaitkan dengan

kejadian yang berlaku dalam kehidupan mereka saat itu.

Salah satunya adalah perhitungan hari dalam menentukan perjodohan, membangun rumah atau neptu/ weton dari kelahiran seseorang. Saya mengajak para generasi muda, khususnya generasi-generasi suku jawa untuk mengingat kembali sekaligus melestarikan budaya Jawa agar pengetahuan terhadap budaya tersebut tidak hilang begitu saja terlindas oleh kemajuan teknologi yang berkembang dengan pesat saat ini. Jangan sampai kita sebagai generasi muda dikatakan tidak pecus atau apatis untuk tidak dapat melestarikan

budaya kita sendiri, terlebih kita hidup di pulau Jawa.

Pada kesempatan ini saya mencoba mengulas kembali bagaimana orang tua kita menghitung Neptu/ Weton hari lahir sebagai acuan untuk menentukan baik buruknya suatu rencana yang akan kita laksanakan. Sebagaimana kita ketahui, bahwa hari lahir ( weton ) adalah merupakan awal dari manusia dalam kehidupannya di dunia ini, sangat diperlukan sekali bagi kita untuk mengetahui "Hari Lahir (Weton) " kita masing-masing. Sebagian besar suku Jawa menyakini bahwa merahasiakan hari lahir ( weton ) itu sangat penting, karena dengan diketahuinya hari lahir/ weton seseorang akan mudah bagi orang lain untuk berbuat hal-hal yang bersifat negatif, salah satunya santet atau teluh. Terlepas dari itu semua, tergantung pada

keyakinan kita masing-masing.

Untuk menghitung Neptu hari lahir ( weton ) berikut Pasarannya ada pedoman/ patokan angka yang digunakan oleh masyarakat orang jawa, berikut table hari, pasaran dan neptu seperti dibawah ini :

Dari pedoman/ patokan neptu hari dan pasaran di atas, dapat disusun suatu matrik/ tabel yang mana kita dapat mengetahui jumlah neptu hari lahir kita. Tabel perhitungan hari dan pasaran sebagai berikut :

Cara penggunaan tabel adalah sebagai berikut : Misalnya kita lahir pada hari Minggu Kliwon, untuk mengethui berapa jumlah neptu kita maka kita lihat pada hari Minggu yang neptunya 5, kemudian kita tari ke arah pasaran Kliwon yang neptunya 8. Langkah

berikutnya kita jumlahkan kedua neptunya sebagi berikut : 5 + 8 = 13, jadi jumlah neptu untuk Minggu Kliwon adalah 13.

Penggunaan kedua tabel diatas adalah sebagai berikut :

 Misal hari kemerdekaan bangsa Indonesia jatuh pada tanggaal 17 Agustus 1945. Tanggal tersebut jatuh pada hari apa ? Cara mencarinya adalah kita cari angka 45 pada tabel tahun, kita tarik gurus lurus ke kanan sampai bulan Agustus dan kita dapatkan angka 3.

 Kemudian angka 3 dijumlahkan dengan angka 17 (tanggal) hasilnya adalah 20.

 Kita cari angka 20 di tabel "Pencarian hari berdasarkan angka ", kita dapatkan angka 20 terletak pada baris "Jum'at".

 Dari perhitungan tersebut diatas menunjukkan bahwa tanggal 17 Agustus 1945 jatuh pada hari JUM'AT.Tentunya kita ingin mengetahui Neptu atau pasaran dari tanggal 17 Agustus 1945 jatuh pada hari Jum'at dengan Neptu apa? Berikut tabel untuk mengetahui Neptu/ Pasaran :

Cara mengetahui Neptu/ Pasaran suatu Tanggal kelahiran dengan menggunakan tabel di atas adalah sebagai berikut :

 Kita gunakan Contoh diatas yaitu tanggal 17 Agustus 1945 yang mana kita sudah mengetahui bahwa tanggal tersebut jatuh pada hari Jum'at. Disini kita tinggal mencari Neptu/ pasaran dari tanggal tersebut.  Kita cari angka 45 pada tabel "Tahun" kemudian kita tarik garis lurus ke kanan sampai pada bulan Agustus yang didapatkan angka "1".

 Kemudian kita jumlahkan angka "1" dengan 17 (tanggal ) hasilnya adalah "18".

 Kemudian kita cari angka "18" pada tabel "Pasaran berdasarkan angka" yang mana kita dapatkan angka tersebut terletak pada baris "LEGI".

 Dari hasil diatas menunjukkan bahwa tanggal 17 Agustus 1945 jatuh pada hari "JUM'AT LEGI" dengan jumlah neptunya adalah "11" ( perhitungan Neptu lihat pada Tabel perhitungan Hari dan Pasaran " ) Demikian cara-cara mengetahui perhitungan hari lahir yang merupakan moment penting bagi kita. Semoga bermanfaat khususnya bagi generasi muda sebagai wujud peduli kita untuk melestarikan bu

Dalam melakukan hajat perkawinan, mendirikan rumah, bepergian dan sebagainya. Kebanyakan orang jawa dahulu, mendasarkan atas hari yang berjumlah 7(senin-minggu) dan pasaran yang jumlahnya ada 5, tiap hari tentu ada rangkapannya pasaran, jelasnya : tiap hari tentu jatuh pada

pasaran tertentu.

Menurut peritungan Jawa pada umumnya dikenal 7 hari yang masing-masing mempunyai jumlah berlainan;

•Akad (Minggu) jumlah neptu 5 •Senen (Senin) jumlah neptu 4 •Selasa (selasa)jumlah neptu 3

•Rebo (Rabu) jumlah neptu 7

•Kemis (Kamis) jumlah neptu 8 •Jumuah (Jum’at)jumlah neptu 6 •Setu (Sabtu) jumlah neptu 9 Selain hari, orang Jawa juga sangat percaya adanya watak yang diakibatkan dari pengaruh Dasaran. dikenal adanya 5 pasaran yaitu

•Kliwon jumlah neptunya 8

•Legi jumlah neptunya 5

•Pahing jumlah neptunya 9

•Pon jumlah neptunya 7

•Wage jumlah neptunya 4

Neptu hari atau pasaran kelahiran untuk perkawinan Hari dan pasaran dari kelahiran dua calon temanten yaitu anak perempuan dan anak lelaki masing-masing dijumlahkan dahulu, kemudian masing-masing masing-masing dibuang (dikurangi) sembilan.

Misalnya :

Kelahiran anak perempuan adalah hari Jumat (neptu 6) wage (neptu 4) jumlah 10, dibuang 9 sisa 1 Sedangkan kelahiran anak laki-laki ahad (neptu 5) legi (neptu 5) jumlah 10 dikurangi 9 sisa 1. Menurut perhitungan dan berdasarkan sisa diatas maka perhitungan seperti dibawah ini:

Apabila sisa:

1 dan 4 : banyak celakanya

1 dan 5 :bisa

1 dan 6 : jauh sandang pangannya

1 dan 7 : banyak musuh

1 dan 8 : sengsara

1 dan 9 : menjadi perlindungan 2 dan 2 : selamat, banyak rejekinya 2 dan 3 : salah seorang cepat wafat

2 dan 4 : banyak godanya

2 dan 5 : banyak celakanya

2 dan 6 : cepat kaya

2 dan 8 : dekat rejekinya

2 dan 9 : banyak rejekinya

3 dan 3 : melarat

3 dan 4 : banyak celakanya

3 dan 5 : cepat berpisah

3 dan 6 : mandapat kebahagiaan

3 dan 7 : banyak celakanya

3 dan 8 : salah seorang cepat wafat

3 dan 9 : banyak rejeki

4 dan 4 : sering sakit

4 dan 5 : banyak godanya

4 dan 6 : banyak rejekinya

4 dan 7 : melarat

4 dan 8 : banyak halangannya 4 dan 9 : salah seorang kalah 5 dan 5 : tulus kebahagiaannya

5 dan 6 : dekat rejekinya

5 dan 7 : tulus sandang pangannya

5 dan 8 : banyak bahayanya

5 dan 9 : dekat sandang pangannya

6 dan 6 : besar celakanya

6 dan 7 : rukun

6 dan 8 : banyak musuh

6 dan 9 : sengsara

7 dan 7 : dihukum oleh istrinya 7 dan 8 : celaka karena diri sendiri 7 dan 9 : tulus perkawinannya

8 dan 8 : dikasihi orang

8 dan 9 : banyak celakanya

9 dan 9 : liar rejekinya

Neptu hari dan pasaran dari kelahiran calon mempelai laki-laki dan perempuan, ditambah neptu pasaran hari perkawinan dan tanggal (bulan Jawa) semuanya dijumlahkan kemudian dikurangi/ dibuang masing tiga, apabila masih sisa : 1 = berarti tidak baik, lekas berpisah hidup atau mati 2 = berarti baik, hidup rukun, sentosa dan dihormati 3 = berarti tidak baik, rumah tangganya hancur berantakan dan kedua-duanya bisa mati. Neptu hari dan pasaran dari kelahiran calon mempelai laki-laki dan perempuan, dijumlah kemudian dikurangi / dibuang empat-empat apabila sisanya :

1 = Getho, jarang anaknya,

2 = Gembi, banyak anak,

3 = Sri banyak rejeki,

4 = Punggel, salah satu akan mati Hari kelahiran mempelai laki-laki dan mempelai wanita, apabila :

Ahad dan Ahad, sering sakit Ahad dan Senin, banyak sakit

Ahad dan Selasa, miskin

Ahad dan Rebo, selamat

Ahad dan Kamis, cekcok

Ahad dan Jumat, selamat

Ahad dan Sabtu, miskin

Senen dan Senen, tidak baik

Senen dan Selasa, selamat

Senen dan Rebo, anaknya perempuan

Senen dan Kamis, disayangi

Senen dan Jumat, selamat

Senen dan Sabtu, direstui

Selasa dan Selasa, tidak baik

Selasa dan Rebo, kaya

Selasa dan Kamis, kaya

Selasa dan Jumat, bercerai

Selasa dan Sabtu, sering sakit

Rebo dan Rebo, tidak baik

Rebo dan Kamis, selamat

Rebo dan Jumat, selamat

Rebo dan Sabtu, baik

Kamis dan Kamis, selamat

Kamis dan Jumat, selamat

Kamis dan Sabtu, celaka

Jumat dan Jumat, miskin

Jumat dan Sabtu celaka

Sabtu dan Sabtu, tidak baik

HARI-HARI UNTUK MANTU DAN IJAB PENGANTIN (baik buruknya bulan untuk mantu): 1. Bulan Suro : Bertengkar dan menemui kerusakan (jangan dipakai) 2. Bulan Sapar : kekurangan, banyak hutang (boleh dipakai) 3. Bulan Mulud : lemah, mati salah seorang (jangan dipakai) 4. Bulan Bakdamulud : diomongkan jelek (boleh dipakai) 5. Bulan Bakdajumadilawal : sering kehilangan, banyak musuh (boleh dipakai) 6. Bulan Jumadilakhir : kaya akan mas dan perak 7. Bulan Rejeb : banyak kawan selamat

8. Bulan Ruwah : selamat

9. Bulan puasa : banyak bencananya (jangan dipakai) 10. Bulan Syawal : sedikit rejekinya, banyak hutang (boleh dipakai) 11. Bulan Dulkaidah : kekurangan, sakit-sakitan, bertengkar dengan teman (jangan dipakai) 12. Bulan Besar : senang dan selamat

Hari anggara kasih adalah selasa kliwon, disebut hari angker sebab hari itu adalah permulaan masa wuku. Menurut adat Jawa malamnya (senin malam menghadap) anggara kasih orang bersemedi, mengumpulkna kekuatan batin untuk kesaktian dan kejayaan. Siang harinya (selasa kliwon) memelihara, membersihkan pusaka wesi aji, empu mulai membikin keris dalam majemur wayang. Bulan – bulan anggoro kasih tidak digunakan untuk mati, hajat-hajat lainnya dan apa saja yang

diangggap penting.

Adapun bulan-bulan tanpa anggara kasih adalah: 1. dalam tahun Alib bulan 2 : Jumadilakhir dan besar 2. dalam tahun ehe bulanl 2 dan : jumadilakhir 3. dalam tahun jimawal bulan 2 : Suro dan rejeb 4. dalam tahun Je bulan 2 : Sapar 5. dalam tahun Dal bulan 2 : yaitu sapar dan puasa 6. dalam tahun Be bulan 2 : mulud dan syawan 7. dalam tahun wawu bulan 2 : Bakdomulud/syawal 8. dalam tahuin Jimakir bulan 2 : Jumadilawal dan Dulkaidkah

SAAT TATAL

Saat tatal dibawah ini untuk memilih waktu yang baik untuk mantu juga untuk pindah rumah, berpergian jauh dan memulai apa saja yang dianggap penting. Ketentuan saat itu jatuh pada pasaran (tidak pada harinya ) : 1. pasaran legi : mulai jam 06.00 nasehet.mulai jam 08.24 Rejeki : mulai jam 25.36 rejeki mulai dri jam 10 48 selamat, mulai jam 13.12 pangkalan atau (halangan) mulai jam 15.36 pacak wesi 2. pasaran pahing : mulai jam 06.00 rejeki, jam 08.24 selamat, jam 10.48 pangkalan, jam 13.12 pacak wesi, jam 15.36 nasehat. 3. pasaran pon : mulai jam 06.00 selamat, jam 08.24 pangkalan, jam 10.48 pacak wesi, jam 13.12

nasehat, jam 15.36 rejeki

4. pasaran wage mulai jam 06.00 pangkalan, jam 08.24 pacak wesi, jam 13.12 nasehat jam 15.36 selamat.

5. pasaran kliwon, mulai jam 06.00 pacak wesi, jam 08.24 nasehat, jam 10.48 rejeki, jam 13-12 selamat jam 13.36 pangkalan. HARI PASARAN UNTUK PERKAWINAN Neptu dan hari pasaran dijumlah kemudian dikurangi/dibuang enam-enam apabila tersisa: 1 jatuh, mati, (tidak baik) asalnya bumi 2 jatuh, jodoh (baik) asalnya jodoh dengan langit 3 jatuh , selamat atau baik asalnya barat 4 jatuh, cerai atau tidak baik asalnya timur 5 jatuh, prihatin (tidak baik) asalnya selatan

6 jatuh, mati besan (tidak baik) asalnya utara Dalam berdagang orang jawa mempunyai petungan (prediksi) khusus untuk mencapai sukses atau mendapatkan angsar (pengaruh nasib) yang baik, sehingga menjadikan rezekinya mudah. Diantaranya petungan tersebut sebagai berikut : Dalam “kitab primbon” (pustaka kejawen) terdapat berbagai cara dan keyakinan turun-temurun yang harus dilakukan orang yang akan melakukan kegiatan usaha perdagangan. Untuk memulai suatu usaha perdagangan orang jawa perlu memilih hari baik, diyakini bahwa berawal dari hari baik perjalanan usahapun akan membuahkan hasil maksimal, terhindar dari kegagalan. Menurut pakar ilmu kejawen abdi dalem Karaton Kasunanan Surakarta, Ki KRM TB Djoko MP Hamidjoyo BA bahwa berdasarkan realita supranatural, menyiasati kegagalan manusia dalam usaha perlu diperhatikan. Prediksi menurut primbon perlu diperhatikan meski tidak sepenuhnya diyakini. Menurut Kitab Tafsir Jawi, dina pitu pasaran lima masing-masing hari dan pasaran karakter baik. Jika hari dan pasaran tersebut menyatu, tidak secara otomatis menghasilkan karakter baik. Demikian juga dengan bulan suku, mangsa, tahun dan windu, masing-masing memiliki karakter baik kalau bertepatan dengan hari atau pasaran tertentu. Golek dina becik (mencari hari yang baik) untuk memulai usaha dagang pada hakekatnya adalah mencari perpaduan hari, pasaran, tahun, windu dan mangsa yang menghasilkan penyatuan karakter baik. Misalnya pada hari rebo legi mangsa kasanga tahun jimakir windu adi merupakan penyatuan anasir waktu yang menghasilkan karakter baik. Setiap karya akan berhasil sesuai dengan kodrat, jika dilakukan dalam kondisi waktu yang netral dari pencemaran, sengkala maupun sukerta. Manusia diberi kesempatan oleh Tuhan untuk beriktiar menanggulangi sukerta dan sengkala dengan melakukan wiradat. Misalnya dengan ruwatan atau dengan ajian rajah kalacakra, sehingga kejadian buruk tidak menjadi kenyataan. Orang yang akan membuka usaha pun dapat melakukan upaya sendiri pada malam hari sebelum memulai usaha, yaitu berdoa mendasari doa kepada Tuhan sambil mengucapkan mantera rajah kalacakra Salam, salam, salam Yamaraja jaramaya, yamarani niramaya, yasilapa palasiya, yamidora radomiya, yamidasa sadamiya, yadayuda dayudaya, yasilaca silacaya, yasihama mahasiya. Kemudian menutup dengan mantera Allah Ya Suci Ya Salam sebanyak 11 kali. Untuk usaha perdagangan orang jawa yang masih percaya pada petung, akan menggunakannya baik untuk menentukan jenis barang maupun tempat berdagang dan sebagainya. Petung tersebut didasarkan weton (kelahiran dari yang bersangkutan) Peluang merupakan filsafat kosmosentris bahwa manusia dan alam tidak dapat dipisahkan. Manusia merupakan bagian dari alam semesta sehingga geraknya tidak dapat lepas dari gerak alam, sebagaimana waktu dan arah mata angin. Orang jawa mempunyai keyakinan bahwa saat dilahirkan manusia tidak sendirian karena disertai dengan segala perlengkapannya. Perlengkapan itu merupakan sarana untuk bekal hidup dikemudian hari, yaitu bakat dan jenis pekerjaan yang cocok. Di dalam ilmu kejawen kelengkapan itu dapat dicari dengan petung hari lahir, pasaran, jam, wuku tahun dan windu.

Menurut Usman petung sekedar klenik atau gugon tuhon melainkan merupakan hasil analisa dari orang-orang jawa pada masanya. Hasil analisa itu ditulis dalam bentuk primbon. Dengan petungan jawa, orang dapat membuat suatu analisa tentang anak yang baru lahir berdasarkan waktu kelahirannya. Misalnya anak akan berhasil jika menjadi wartawan, atau sukses jika menjadi pedagang.

Petung yang demikian itu juga digunakan di dalam dunia perdagangan. Orang jawa masih mempercayainya, akan menggunakan petung dengan cermat. Dari menentukan jenis dagangan waktu mulai berdagang diperhitungkan. Semua sudah ada ketentuannya berdasar waktu kelahiran

yang bersangkutan.

Penerapan petung untuk usaha perdagangan akan menambah kemungkinan dan percaya diri untuk meraih sukses. Kepercayaan diri akan membuat lebih tepat dalam mengambil keputusan. Prediksi menurut petung di dalam perdagangan bukan hanya ada pada budaya orang jawa saja. Dalam budaya Cina misalnya, hingga kini perhitungan itu masih berperan besar, sekali pun pengusaha Cina itu sudah menjadi konglomerat. Di Cina petung itu ada dalam Kitab Pek Ji atau Pak Che (delapan angka) yang juga berdasarkan kelahiran seseorang, yaitu tahun kelahiran memiliki nilai 2, bulan nilai 2, hari memiliki nilai 2 dan jam

kelahiran nilai 2.

Meskipun orang lahir bersamaan waktu, rezeki yang diperoleh tidak sama karena yang satu menggunakan petung sedangkan yang lainnya tidak. Banyak pula orang yang tidak mempercayai petung. Mereka menganggapnya klenik atau tahayul. Mereka berpendapat dengan rasionya dapat manipulasi alam. Anggapan demikian belum pas, meskipun manusia dapat merekayasa, alam ternyata akan berjalan sesuai dengan mekanismenya sendiri

Untuk perhitungan mendirikan / pindahan rumah A. Pertama-tama yg diperhitungakan adalah Bulan Jawa, yaitu :

1. Bulan Sura = tidak baik

2. Bulan Sapar = tidak baik

3. Bulan Mulud (Rabingulawal) = tidak baik 4. Bulan Bakdamulud (Rabingulakir) = baik 5. Bulan Jumadilawal = tidak baik 6. Bulan Jumadilakir = kurang baik

7. Bulan Rejeb = tidak baik

8. Bulan Ruwah (Sakban) = baik 9. Bulan Pasa (Ramelan) = tidak baik 10. Bulan Sawal = sangat tidak baik 11. Bulan Dulkaidah = cukup baik

12. Besar = sangat baik

B. Langkah kedua yaitu menghitung jumlah hari dan pasaran dari suami serta istri. 1. Suami = 29 Agustus 1973 - Rabu = 7 - Kliwon = 8 - Neptu (Total) = 15 2. Istri = 21 Desember 1976 - Selasa = 3 - Kliwon = 8 - Neptu (Total) = 11

Jumlah Neptu Suami + Istri = 15 + 11 = 36 C. Langkah ketiga, menghitung Pancasuda. Jumlah ((Neptu suami + Neptu Istri + Hari Pindahan/Pendirian Rumah) : 5). Bila selisihnya 3, 2, atau 1 itu sangat baik. Cara ini disebut PANCASUDA.

PANCASUDA :

1. Sri = Rejeki Melimpah

2. Lungguh = Mendapat Derajat 3. Gedhong = Kaya Harta Benda 4. Lara = Sakit-Sakitan Primbon Jawa Lengkap 5. Pati = Mati dalam arti Luas Lalu mengurutkan angka hari pasaran mulai dari jumlah yang paling kecil yaitu (selasa (3) + wage (4) = 7), hingga sampai jumlah yang paling besar yaitu (Sabtu (9) + Pahing (9) = 18. 7 + 36 = 43 : 5 sisa 3 = Cukup Baik 8 + 36 = 44 : 5 sisa 4 = Tidak Baik 9 + 36 = 45 : 5 sisa 5 (yg habis dibagi 5 dianggap sisa 5) = Jelek Sekali 10 + 36 = 46 : 5 sisa 1 = Baik Sekali 11 + 36 = 47 : 5 sisa 2 = Baik 12 + 36 = 48 : 5 sisa 3 = Cukup Baik 13 + 36 = 49 : 5 sisa 4 = Tidak Baik 14 + 36 = 50 : 5 sisa 5 = Jelek Sekali 15 + 36 = 51 : 5 sisa 1 = Baik Sekali 16 + 36 = 52 : 5 sisa 2 = Baik 17 + 36 = 53 : 5 sisa 3 = Cukup Baik 18 + 36 = 54 : 5 sisa 4 = Tidak Baik Dari paparan tersebut diketahui hari baik untuk mendirikan rumah tinggal, khusus bagi pasangan suami–istri yang hari-pasaran-lahir keduanya berjumlah 36 adalah :

Terbaik 1 :

a. hari-pasaran berjumlah 10 ( Selasa Pon, Jumat Wage dan Minggu Legi) b. hari-pasaran berjumlah 15 (Rabu Kliwon, Kamis Pon dan Jumat Pahing)

Terbaik 2 : a. hari-pasaran berjumlah 11 (Senin Pon, Selasa Kliwon, Rabu Wage dan Jumat legi) b. hari-pasaran berjumlah 16 (Rabu Pahing, Kamis Kliwon dan Sabtu Pon)

Terbaik 3 :

a. hari-pasaran berjumlah 7 (Selasa Wage) b. hari-pasaran berjumlah 12 (Senin Kliwon, Selasa Pahing, Rabu Legi, Kamis Wage dan Minggu Pon)

c. hari-pasaran berjumlah 17 (Kamis Pahing dan Sabtu Kliwon) D. Selanjutnya pilih salah satu dari 21 hari baik yang berada dalam bulan Bulan Bakdamulud, Bulan Ruwah, Bulan Dulkaidah dan Bulan Besar,yaitu: 1. Bulan Bakdamulud (Rabingulakir) Bulan baik untuk mendirikan sesuatu termasuk rumah tinggal. Keluarga yang bersangkutan mendapat wahyu keberuntungan, apa yang diinginkan terlaksana, cita-citanya tercapai, selalu menang dalam menghadapi perkara, berhasil dalam bercocok-tanam, berkelimpahan emas dan uang, mendapat doa restu Nabi, dan lindungan dari Allah.

2. Bulan Ruwah (Sakban)

Bulan baik untuk mendirikan rumah tinggal. Rejeki melimpah dan halal, disegani, dihormati dan disenangi orang banyak, mendapat doa Rasul.

3. Bulan Dulkaidah

Cukup baik, dicintai anak istri, para orang tua, saudara, dan handaitaulan. Dalam hal bercocok-tanam lumayan hasilnya. Banyak rejeki dan cukup uang. Keadaan keluarga harmonis, tentram, damai dan mendapatkan doa dari Rasul.

4. Bulan Besar.

Baik, banyak mendapat rejeki, berkelimpahan harta-benda dan uang. Anggota keluarga yang berdiam di areal rumah-tinggalnya yang dibangun pada bulan Besar merasakan ketentraman lair

batin, serta dihormati.

Terbaik 1 : 1. Selasa Pon, 2. Jumat Wage, 3. Minggu Legi, 4. Rabu Kliwon, 5. Kamis Pon, 6. Jumat Pahing, Terbaik 2 : 7. Senin Pon, 8. Selasa Kliwon, 9. Rabu Wage, 10. Jumat legi, 11. Rabu Pahing, 12. Kamis Kliwon,

13. Sabtu Pon, Terbaik 3 : 14. Selasa Wage, 15. Senin Kliwon, 16. Selasa Pahing, 17. Rabu Legi, 18. Kamis Wage, 19. Minggu Pon, 20. Kamis Pahing, 21. Sabtu Kliwon,

Contoh : Jum’at Pahing

- 20 April 2007

- 07 September 2007

- 21 Desember 2007

Dalam astrologi Jawa juga dikenal adanya bintang, yang biasa disebut Wuku; ada 30 wuku yang masing-masing mempunyai Dewa (Betara) pelindung (yang kemudian sering dijadikan simbol dari wuku tersebut, seperti misalnya dalam zodiak Sagitarius disimbolkan manusia dengan badan kuda sedang memanah), hari baik, hari sial, dan watak serta bakat sendiri-sendiri. Ke 30 wuku tersebut

adalah sebagai berikut:

1 . Sinta dewa pelindung Dewa Betara Jamadipati 2. Landep dewa pelindung Dewa Betara Mahadewa 3. Wukir dewa pelindung Dewa Betara Mahajekti 4. Kurantil dewa pelindung Dewa Betara Langsur 5. Tolu dewa pelindung Dewa Betara Baju 6. Gumbreg dewa pelindung Dewa Betara Tjandra 7. Warigalit dewa.pelindung Dewa Betara Asmara 8. Warigagung dewa pelindung Dewa Betara Maharesi 9. Djulungwangi dewa pelindung Dewa Betara Sambu 10. Sungsang dewa pelindung Dewa Betara Gana 11. Galungan dewa pelindung Dewa Betara Kamadjaja 12. Kuningan dewa pelindung Dewa Betara Indera 13. Langkir dewa pelindung Dewa Betara Kala 14. Mandasija dewa pelindung Dewa Betara Brama 15. Djulungpudjud dewa pelindung Dewa Betara Guritna 16. Pahang dewa pelindung Dewa Betara Tantra 17. Kuruwelut dewa pelindung Dewa Betara Wisnu 18. Marakeh dewa pelindung Dewa Betara Surenggana 19. Tambir dewa pelindung Dewa Betara Siwah 20. Medangkungan dewa pelindung Dewa Betara Basuki 21. Maktal dewa pelindung Dewa Betara Sakri 22. Wuje dewa pelindung Dewa Betara Kuwera 23. Manahil dewa pelindung Dewa Betara Tjitragotra 24. Prangbakat dewa pelindung Dewa Betara Bisma 25. Bala dewa pelindung Dewa Betari Durga

26. Wugu dewa pelindung Dewa Betara Singdjalma 27. Wajang dewa pelindung Dewa Betari Sri 28. Kuwalu dewa pelindung Dewa Betara Sadana 29. Dukut dewa pelindung Dewa Betara Sakri 30. Watugunung dewa pelindung Dewa Betara Anantaboga Dalam memperhitungkan perjodohan seorang harus menghitung jumlah naptu dari hari pasaran kedua calon pengantin tersebut. Menurut kepercayaan di jawa, apabila naptu dari dua orang yang akan dijodohkan berjumlah 25 maka hubungan kedua belah tersebut tidak bisa dilanjutkan. Hal ini disebabkan 25 apabila dikurangi 24 tinggal satu (1) angka I ini tidak bisa dibagi dua (perkawinan melibatkan dua orang). Angka 24 ini diambil dari angka 3 dikalikan 8, jadi pada pokoknya angka yang paling dihindari adalah tiga (3). Angka tiga dianggap angka sial, karena angka ini adalah angka pati, tali yang mengikat orang mati (Jawa=Pocongan) berjumlah tiga, jumlah tali itulah yang kemudian dianggap sebagai jumlah angka yang membawa sial. Dan nampaknya orang Jawa pada umumnya masih sangat mempercayai

perhitungan ini.

Selain perhitungan jumlah hari pasaran, perkawinan pada masa lalu juga mempunyai pantangan tertentu, seseorang tidak boleh menikah dengan orang yang RUBUH KARANG yaitu: Orang yang tinggal saling berhadapan Orang yang tinggal saling membelakangi (ketemu punggung) Orang yang tinggal tepat bersebelahan di kanan kiri (Ilmu Warisan Leluhur)

Dalam dokumen CARA MENCARI HARI BAIK UNTUK KEPERLUAN M (Halaman 21-36)

Dokumen terkait