• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAHMAN ALAN SORY Studi Seroprevalensi Mycoplasma gallisepticum

DAFTAR PUSTAKA

M. RAHMAN ALAN SORY Studi Seroprevalensi Mycoplasma gallisepticum

pada Bebek di Kecamatan Cipunegara Kabupaten Subang. Dibimbing oleh SRI MURTINI dan RETNO DAMAYANTI SOEJOEDONO.

Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi seroprevalensi Mycoplasma gallisepticum pada bebek di Kecamatan Cipunegara Kabupaten Subang. Penelitian ini menggunakan sampel 145 serum darah bebek. Pengujian

Mycoplasma gallisepticum menggunakan metode pengujian Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Seroprevalensi Mycoplasma gallisepticum pada bebek di Kecamatan Cipunegara Kabupaten Subang sebanyak 1.4%.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bebek merupakan salah satu sumber protein hewani yang telah dikenal dan disukai masyarakat karena harganya relatif terjangkau, memiliki rasa yang enak, mudah dalam pengolahan serta tinggi nilai gizinya (Grimes & Jackson 2001). Populasi bebek mengalami peningkatan setiap tahunnya di Indonesia. Namun jumlah total populasi bebek masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan ayam. Pada tahun 2009, populasi ayam kampung di Indonesia mencapai 249.9 juta ekor, sedangkan populasi bebek hanya sekitar 40.68 juta ekor (Deptan 2010).

Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Kabupaten Subang pada tahun 2006 populasi ternak bebek sebesar 520 260 ekor dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 mencapai populasi 547 906 ekor. Namun peningkatan populasi tersebut belum signifikan bila dilihat dari segi produksi telurnya pada tahun 2007 yang mencapai 3 582 358 kg (Pemerintah Kabupaten Subang 2010).

Penyakit yang sering menyerang ternak unggas di Subang, antara lain yaitu tetelo (ND), flu burung, dan Chronic Respiratory Disease (CRD) (Eko 2003). Ketiga jenis penyakit ini sama-sama menyerang saluran pernafasan dan menyebabkan penurunan produksi unggas, sehingga dapat menyebabkan kerugian yang besar bagi para peternak. Bebek dapat terserang berbagai penyakit-penyakit yang menghambat produksi telur maupun pertumbuhan bobot badan. Salah satu penyakit yang dapat menyerang bebek adalah Chronic Respiratory Disease atau CRD. Penyebab utama penyakit CRD adalah Mycoplasma gallisepticum.

Menurut Hirano (1978) Mycoplasma gallisepticum menyebabkan gangguan terhadap sistem pernafasan yang lebih parah pada unggas dibandingkan

Mycoplasma synoviae. Selain Mycoplasma gallisepticum dan Mycoplasma synoviae, bakteri Mycoplasma lainnya yang dapat menyebabkan penyakit serupa yaitu Mycoplasma iowae dan Mycoplasma meleagridis.

Penyakit CRD pada bebek mengakibatkan penurunan produktifitas, kenaikan konversi pakan, menurunnya berat karkas, mengurangi daya tetas dan pertumbuhan yang terhambat (Tully & Whitcomb 1979). Mycoplasma gallisepticum sering menyebabkan infeksi dengan gejala klinis yang sangat parah.

Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan angka pertumbuhan ternak unggas.

Mycoplasma dapat menimbulkan masalah ekonomi jika terjadi lesio pada traktus respiratorius yang menyebabkan tingginya angka morbiditas, mortalitas, dan penurunan kualitas karkas sehingga karkas tidak layak dikonsumsi. Mycoplasma gallisepticum tetap tinggal di dalam tubuh ayam pedaging dan tidak menyebabkan penyakit sampai ayam mengalami stres. Mycoplasma gallisepticum tidak bersifat membunuh, bahkan pada kenyataannya angka morbiditasnya rendah, tetapi jika infeksi Mycoplasma ini merupakan infeksi sekunder dari penyakit lain ataupun infeksi Mycoplasma ini disertai infeksi sekunder oleh bakteri lainnya secara berlebihan maka dapat menyebabkan tingginya morbiditas. Infeksi pada ayam menimbulkan gejala respirasi termasuk batuk, bersin, adanya discharge dari nasal, berbusa di sekitar mata, atau kesulitan bernafas (Tully & Whitcomb 1979).

Kerugian yang diakibatkan penyakit Mycoplasma mencapai jutaan dollar (Carpenter et al. 1979). Penelitian terhadap kerugian ekonomi yang disebabkan oleh CRD pada ayam pedaging di Pakistan menunjukkan bahwa infeksi CRD pada ayam pedaging menyebabkan penurunan berat badan sebesar 0.6 kg per 25 ekor ayam (Smith 1988). Di Indonesia pada tahun 1989, Soeripto melaporkan bahwa CRD dapat menurunkan berat badan sebesar 62.1 gr per ekor ayam pedaging. Eksistensi penyakit ini pada ayam ras telah dilaporkan di Indonesia dengan diagnosa menggunakan uji aglutinasi (Soeripto 1989). Pada ayam buras dilaporkan bahwa kejadian mikoplasmosis diperkirakan mencapai 70-80% (Smith 1988).

Mycoplasma merupakan bakteri bersifat parasit obligat pada ayam dan kalkun (Gillespie & Timoney 1981), inang alami penyakit ini adalah ayam dan kalkun (Kleven et al. 1991). Secara genetik ayam lebih rentan daripada kalkun tetapi dilaporkan bahwa angsa dapat terinfeksi secara alami (Bencina et al. 1988). Angsa merupakan hewan yang peka terhadap infeksi Mycoplasma synoviae

buatan (Kleven et al. 1991). Angsa juga dapat terinfeksi jika dipelihara bersama- sama dengan ayam-ayam penderita (Bencina et al. 1988). Bebek juga dapat terserang mikoplasmosis, penelitian Barnes (2003) menyatakan bahwa mikoplasmosis dapat diisolasi dari bebek.

Daerah Subang sebagai sentra peternakan ayam sektor 1 dan 2 yang dikelilingi oleh pemukiman penduduk yang memelihara unggas pedaging skala komersial atau sektor 3 dan unggas back yard ( sektor 4). Sektor 1 merupakan peternakan yang memiliki sistem industri yang terintegrasi, biosecurity yang tinggi, dan pemasaran produk untuk tujuan komersial. Sektor 2 merupakan peternakan yang memiliki sistem komersial, biosecurity sedang sampai tinggi, dan pemasaran produk untuk tujuan komersial. Sektor 3 merupakan peternakan yang memiliki sistem komersial, biosecurity yang rendah, dan pemasaran produk berupa ayam hidup yang dijual ke pasar ayam. Sektor 4 merupakan peternakan yang memiliki sistem pemeliharaan tradisional, biosecurity sangat rendah, dan biasanya hanya untuk konsumsi keluarga maupun dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Naipospos 2010).

Peternakan bebek di daerah Subang merupakan bebek gembalaan yang digembalakan secara berpindah-pindah (Naipospos 2010). Sistem penggembalaan ini sangat berpengaruh dalam penyebaran penyakit. Pola beternak dengan sistem gembalaan berpindah memiliki sistem biosecurity tidak layak yang memungkinkan berbagai penyakit muncul. Penelitian di Thailand menunjukan bahwa tentang penggembalaan bebek berpindah yang terinfeksi virus Avian Influenza H5N1 dalam waktu dua minggu dapat menyebarkan virus ke manusia dan unggas lainnya hingga menyebabkan kematian (Songserm et al. 2006).

Salah satu penyakit yang ada pada bebek adalah mikoplasmosis.

Pengetahuan tentang prevalensi penyakit Mycoplasma dapat dijadikan salah satu dasar pertimbangan untuk melakukan kontrol yang efektif dalam usaha pencegahan infeksi selanjutnya (Hossain et al. 2007). Selama ini penelitian tentang mikoplasmosis pada bebek masih sangat jarang dilakukan di beberapa negara termasuk Indonesia, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi penyakit akibat infeksi Mycoplasma pada bebek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seroprevalensi mikoplasmosis pada bebek di Kecamatan Cipunegara Subang.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi serologis

Mycoplasma gallisepticum pada bebek di kecamatan Cipunegara Kabupaten Subang.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi prevalensi serologis tentang gambaran penyakit Mycoplasma pada bebek di Kecamatan Cipunegara Kabupaten Subang.

Dokumen terkait