• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Evaluasi Pembelajaran

5. Ranah dan Teknik Penilaian Hasil Belajar

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instuksional, menggunakan klasikasi hasil, belajar dari Beyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Pelaksanaan evaluasi dengan berpegang kepada prinsip-prinsip yang ada dapat menggunakan berbagai teknik.

Teknik-teknik itu adakalanya berupaya mengumpulkan data obyektif dari siswa dan adakalanya dari pandangan orang luar (masyarakat) terhadap perencanaan pembelajaran di sekolah. Keduanya haruslah menjadi dasar pertimbangan dalam melakukan evaluasi. Karena bagaimana pun proses pendidikan itu dampaknya akan dirasakan bukan semata-mata oleh siswa itu sendiri, namun juga oleh masyarakat yang akan menerima dan memakai lulusan sekolah.22

Teknik evaluasi yaitu suatu cara atau prosedur memperoleh data dan keterangan yang berguna sebagai bahan evaluasi. Pelaksanaan teknik untuk semua kompetensi dasar yang dikategorikan dalam tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.23 Berikut uraian keenam aspek tersebut:

22

Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), h. 167.

23

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Hasil Belajar-Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010), cet. 15, h. 22.

19

1) Tipe Hasil Belajar Pengetahuan

Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan ini akan digali pada saat diperlukan melalui bentuk mengingat atau mengenal kembali.24 Tipe hasil belajar ini mengasah pengetahuan hafalan siswa berkaitan dengan pemahaman siswa nantinya. Hal ini berlaku bagi semua bidang ilmu, baik matematika, pengetahuan alam, ilmu sosial, maupun bahasa.

Dilihat dari segi bentuknya, tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan aspek pengetahuan adalah tipe melengkapi, tipe isian, dan tipe benar-salah. Karena lebih mudah menyusunnya, orang banyak memilih tipe benar-salah.

2) Tipe Hasil Belajar Pemahaman

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.

Karakteristik soal-soal pemahaman sangat mudah dikenal. Misalnya, mengungkapkan tema, topik, atau masalh yang sama dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya berbeda.25

3) Tipe Hasil Belajar Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, rumus, hukum,

24

Ibid, cet. 15, h. 23.

25

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Hasil Belajar-Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010), cet. 15, h. 25.

prinsip, generalisasi dan pedoman atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila terjadi proses pemecahan masalah.26

Dengan aplikasi dapat diketahuai kesanggupan siswa dalam menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode, prinsip- prinsip, rumusan-rumusan, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret. Pengukuran kemampuan ini umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) dan melalui pendekatan ini siswa dihadapkan pada suatu masalah yang perlu dipecahkan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya.27

4) Tipe Hasil Belajar Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. Analisis me- rupakan suatu kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe hasil belajar sebelumnya. Dengan kemampuan analisis diharapkan siswa mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang sesuatu dan dapat memilah atau memecahnya menjadi bagian-bagian yang terpadu baik dalam hal prosesnya, cara bekerjanya, maupun dalam hal sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah dikuasai siswa maka siswa akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.28

Kemampuan analisis ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu analisis unsur, analisis hubungan dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi.29

26

Ibid, cet. 15, h. 25.

27

Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), cet. 1 h. 44.

28

Nana Sudjana, op. cit., cet. 15, h. 27.

29

21

5) Tipe Hasil Belajar Sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daipada berpikir devergen. Dalam berpikir konvergen, pemecahan masalah atau jawabannya akan mudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Berpikir sintesis merupakan sarana untuk dapat mengembangkan berpikir kreatif.

Dalam hal ini sintesi merupakan kemampuan berpikir yang merupakan kebaliak kemampuan analisis: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola yang baru, yang dinyatakan dengan membuat suatu rencana, yang menuntut adanya kriteria untuk menemukan pola dan struktur organisasi yang dimaksud.30

6) Tipe Hasil Belajar Evaluasi

Evaluasi merupakan jenjang berpikir yang paling tinggi dalam ranah kognitif ini, yang merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal dan mempertanggung jawabkan pendapat berdasarkan kriteria tertentu.31 Oleh karena itu maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau stándar tertentu. Dalam tes esai, stándar atau kriteria tersebut muncul dalam bentuk frase ”menurut pendapat saudara” atau “menurut teori tertentu”. Frase yang pertama sukar diuji mutunya, setidak-tidaknya sukar diperbandingkan sebab variasi kriterianya sangat luas. Frase yang kedua lebih jelas standarnya.

30

Sudaryono, op. cit., h. 45.

31

Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam evaluasi, maka soal-soal yang dibuat harus menyebutkan kriterianya secara eksplisit.32

Kecakapan evaluasi seseorang setidaknya-tidaknya dapat dikategorikan ke dalam enam tipe:

a. Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen.

b. Dapat memberikan kesimpulan, juga keajengan logika dan organisasinya.

c. Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang dalam mengambil suatu keputusan.

d. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan mempertimbangkannya dengan karya lain yang relevan.

e. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan.

f. Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.

Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan cara berikut:

1) Tes tertulis, tes ini dilakukan secara tertulis baik soal maupun jawabannya. Tes tertulis ini biasanya berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan dan uraian.

2) Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara ucap sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga menimbulkan keberanian. Jawaban dapat berupa kata, fraase, kalimat maupun faragraf yang diucapkan.

3) Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.33

32

Nana Sudjana, op. cit., h. 23.

33

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Pembinaan Sekolah Dasar, Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar, h. 10.

23

Bentuk penilaian berupa tes tertulis terdiri atas bentuk objektif dan bentuk uraian. Bentuk objektif meliputi pilihan ganda, isian, benar salah, menjodohkan, serta jawaban singkat. Agar diperoleh hasil penilaian yang objektif, hendaknya guru dapat menggunakan uraian terbatas dengan pemberian alternatif kunci pokok jawaban yang mungkin dijawab siswa untuk setiap soal. Secara rinci penilaian siswa bisa dilakukan dengan:

a. Ulangan harian umumnya diberikan setelah selesainya satu materi pembelajaran tertentu.

b. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran.

c. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester

d. Tugas kelompok dimaksudkan sebagai latihan bagi siswa dalam mengembangkan kompetensi kerja kelompok.

e. Kuis merupakan tes yang membutuhkan waktu singkat yaitu berkisar 10-15 menit. Pertanyaan hanya merupakan hal yang prisnsip saja dan bentuk jawaban merupakan isian singkat.

f. Ulangan blok merupakan tes pada akhir beberapa materi pelajaran dengan bahan semua materi pokok yang telah diberikan.

g. Pertanyaan lisan, pertanyaan yang diberikandan dijawab dengan ucapan, berupa pengetahuan atau pemahaman tentang konsep.

h. Tugas individu dimaksudkan sebagai latihan bagi siswa untuk mengembangkan wawasan dan kompetensi berfikir.34

34

b. Ranah Afektif (Sikap)

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. 35 Dalam penilai proses hasil belajar guru lebih banyak mengukur siswa dalam penguasaan aspek kognitif daripada dua aspek lainnya.

Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.36 Meskipun bahan pengajaran berisi ranah kognitif, sebaiknya ranah afektif juga dimasukan menjadi bagian dari bahan pengajaran tersebut dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut:

- Sikap terhadap mata pelajaran. - Sikap terhadap guru/pengajar. - Sipak terhadap proses pembelajaran.

- Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.

- Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran.37

Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.

35

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, h. 30.

36

Nana Sudjana, op. cit., h. 30.

37

25

a. Penerimaan (receiving); yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.

b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya.

c. Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tsb.

d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ke dalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristik.

Penilaian sikap dilakukan melalui teknik non tes berupa observasi, penilaian diri, penilaian antarteman, dan jurnal yang dijelaskan sebagai berikut.

1) Observasi atau pengamatan adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada suatu situasi tertentu.38 Observasi pengamatan terhadap obyek yang dilakukan secara berkesinambungan

38

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. 1, h. 357.

baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada tiga jenis observasi, yaitu:

a. Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan tanpa perantara atau secara langsung terhadap obyek atau kegiatan.

b. Observasi tidak langsung, yaitu observasi yang dilakukan terhadap suatu obyek melalui perantara suatu alat atau cara, baik dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun buatan.

c. Partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut serta atau melibatkan diri dalam situasi suatu obyek. 39

2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan perilaku keseharian peserta didik. Instrumen yang digunakan berupa lembaran penilaian diri.

3) Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap perilaku keseharian peserta didik. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.

4) Jurnal/Catatan Guru merupakan catatan pendidik didalam dan diluar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi.40

c. Ranah Psikomotorik (Keterampilan)

Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya dalam

39

Lukmanul Hakiim, op. cit., h. 167.

40

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Pembinaan Sekolah Dasar, op.cit., h. 9.

27

kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Penilaian psikomotor tampak dalam bentuk ketermpilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.41. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:

1) Gerak refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2) Keterampilan pada gerakan dasar.

3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan kete-patan.

5) Gerak-gerak skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada kete-rampilan yang kompleks.

6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpreatif.42

Aspek keterampilan dapat dinilai dengan beberapa cara yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengmatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana terjadi.43 Dalam penilaian ini biasanya siswa diminta untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya kemudian mengaplikasikannya dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Tes ini biasanya digunakan pada mata pelajaran seperti, olahraga, seni tari, kesenian, dan lainnya.

2) Penilaian projek merupakan penilaian untuk mendapatkan gambaran kemampuan menyeluruh/umum secara konseptual, mengenai kemampuan siswa dalam menerapkan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu. Penilaian projek terhadap tugas yang mengandung

41

Nana Sudjana, op. cit., h. 31.

42

Nana Sudjana, op. cit., h. 30.

43

Masnur Muslich, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konseptual, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 95

investigasi dan harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan. 44 Penilaian projek sangat dianjurkan karena membantu mengembangkan ketrampilan berpikir tinggi (berpikir kritis, pemecahan masalah, berpikir kreatif) peserta didik.

3) Penilaian portofolio merupakan suatu kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang telah ditetapkan.45 Portofolio digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau secara terus menerus perkembangan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bidang tertentu. Dengan demikian penilaian portofolio memberikan gambaran secara menyeluruh tentang proses & pencapaian hasil belajar peserta didik.

Portofolio merupakan bagian terpadu dari pembelajaran sehingga guru mengetahui sedini mungkin kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam menguasai kompetensi pada suatu tema. Selama proses ini diperlukan bimbingan guru melalui catatan-catatan tentang karya peserta didik sebagai masukan perbaikan lebih lanjut. Kumpulan karya anak sejak draf sampai laporan akhir berserta catatan catatan sebagai masukan guru inilah, yang menjadi potofolio.46

Penilaian dilakukan secara holistik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk setiap jenjang pendidikan, baik selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) maupun setelah pembelajaran usai dilaksanakan

44

Ibid., h. 95

45

Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), cet. 1 h. 83.

46

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Pembinaan Sekolah Dasar, op.cit., h. 9

29

(penilaian hasil belajar). Pada jenjang pendidikan dasar, proporsi pembinaan karakter lebih diutamakan dari pada proporsi pembinaan akademik.

Dokumen terkait