• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)Pengetahuan, sebagai komponen pertama dalam ranah kognitif mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).

(2)Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti menjelaskan kembali isi sebuah cerita.

(3)Penerapan merupakan kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan baru.

(4)Analisa yaitu kemampuan merinci suatu kesatuan di dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dan organisasinya dapat dipahami.

(5)Sintesa yaitu kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta bentuk baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana seperti penyusunan satuan pelajaran atau proposal penelitian ilmiah.

(6)Evaluasi merupakan kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai suatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung jawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan sesuatu.

2. Ranah afektif (affective domain) menurut taksonomi Kratwohl, Bloom dan kawan-kawan terdiri dari lima komponen meliputi:

(1)Penerimaan mencakup kepekaan yang akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.

(2)Partisipasi mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan.

(3)Penilaian/penentuan sikap mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. (4)Organisasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai

sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

(5)Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan untuk menghayati nilai- nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan hidup di berbagai bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas belajar/bekerja, tugas membina kerukunan keluarga, tugas beribadat, tugas menjaga kesehatan dirinya sendiri dan lain sebagainya.

3. Ranah psikomotorik (psycomotoric domain) menurut klasifikasi Simpson meliputi 7 komponen :

(1)Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri- ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara rangsangan- rangsangan yang ada.

(2)Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi, setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna merah.

(3)Gerakan terbimbing mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). (4)Gerakan yang terbiasa mencakup kemampuan untuk melakukan suatu

rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

(5)Gerakan kompleks mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efesien.

(6)Penyesuaian pola gerakan mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya dengan gaya bermain dari lawannya atau dengan kondisi lapangan.

(7)Kreativitas mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak- gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang berketrampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan utama. Oleh sebab itu berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan tergantung kepada bagaimana keterlaksanaan proses belajar mengajar tersebut serta sejauh mana faktor-faktor pendukung, khususnya guru dapat menjalankan perannya secara maksimal.

Setiap proses belajar mengajar akan selalu berakhir dengan perolehan hasil belajar atau yang biasa disebut dengan prestasi belajar. Prestasi dapat diketahui melalui sebuah kegiatan evaluasi yaitu pada saat seorang pembelajar (peserta didik) harus menggali kembali informasi-informasi yang telah diperolehnya. Untuk lebih jelas tentang berlangsungnya sebuah proses belajar, maka digambarkan dalam suatu diagram sederhana yang dikemukakan oleh Winkel (1987:295) berikut ini:

Fiksasi Retensi Evokasi

(encoding) (storage) (retrieval)

fase konsentrasi fase mengolah fase menyimpan fase menggali fase prestasi (fase 2) (fase 3) (fase 4) (fase 5) (fase 6)

Keluar Keluar Lupa

Gambar 2. Proses mencapai prestasi

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa prestasi akan dicapai setelah melalui suatu rangkaian kegiatan otak dalam sebuah proses belajar. Diawali dengan adanya motivasi sebelum memasuki fase konsentrasi, untuk mencapai prestasi diperlukan proses mengolah informasi (encoding), menyimpan (storage) setelah itu baru dapat dilakukan penggalian informasi yang hasilnya dapat dilihat dalam bentuk prestasi. Setinggi apa prestasi dicapai tergantung kepada kelancaran dalam melalui setiap fase tersebut.

Prestasi berhubungan erat dengan kapasitas kecerdasan seseorang. Howard Garder (1985) seorang tokoh psikologi populer mengemukakan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki 8 kecerdasan. Teorinya dikenal dengan sebutan Multipple Intellegence (Kecerdasan Majemuk).

Teori Kecerdasan Majemuk (Garder; Amstrong, 2003 : 2-4) membangun konteks yang tepat untuk memahami kemampuan kognitif siswa. Kurikulum KM dapat dirancang untuk mencakup seluruh tingkat kompleksitas kognitif Bloom. 8 Kecerdasan Majemuk yang dimiliki manusia tersebut meliputi :

1. Kecerdasan Linguistik, yaitu kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Misalnya sastrawan, wartawan, editor.

2. Kecerdasan Matematis-Logis, yaitu kemampuan menggunakan angka- angka dengan baik dan melakukan penalaran dengan benar. Misalnya ilmuwan, pemrogram komputer, ahli logika.

3. Kecerdasan Spasial, yaitu kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat dan mentransformasikan persepsi tersebut. Misalnya seniman, arsitek, dekorator.

4. Kecerdasan Kinestetis-Jasmani, yaitu keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan serta keterampilan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Misalnya, aktor, atlet, penari, pengrajin, pematung, dan lain-lain

5. Kecerdasan Musikal, yaitu kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah dan mengekspresikan misalnya : pendengar musik, kritikus musik, komposer dan penyanyi.

6. Kecerdasan Interpersonal, yaitu kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain. 7. Kecerdasan Intrapersonal, yaitu kemampuan memahami diri sendiri dan

bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.

8. Kecerdasan Naturalis, yaitu keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar.

Teori ini berpendapat bahwa setiap manusia memiliki potensi pada setiap kecerdasan di atas, namun demikian pada umumnya hanya akan ada satu atau dua kecerdasan saja yang dominan dimiliki oleh seseorang. Dari sini munculllah ahli- ahli dalam berbagai bidang. Berdasarkan pandangan ini maka akan diperoleh

seseorang yang cerdas dalam bidang eksak belum tentu cerdas pula dalam bidang sosial. Atau seseorang yang kecerdasan kognitifnya mendominasi biasanya pada kecerdasan yang lain agak berkurang.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa sebenarnya setiap orang adalah cerdas dan memiliki potensi untuk berprestasi pada bidangnya masing-masing. Untuk itu diperlukan dukungan dari lingkungan tempat individu tersebut tumbuh dan berkembang.

Dokumen terkait