• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) (Penelitian Di SDIT Ummul Quro’ Dan SDN Sukadamai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) (Penelitian Di SDIT Ummul Quro’ Dan SDN Sukadamai"

Copied!
322
0
0

Teks penuh

(1)

NADIA JA’FAR ABDAT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

NADIA JA’FAR ABDAT

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Bersama ini saya :

Nama Lengkap : Nadia Ja’far Abdat

N R P : P.051040031

Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul : HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) DAN SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) (Penelitian di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor), adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Februari 2007

Yang Menyatakan :

(4)

Judul Tesis : Hubungan Proses Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dan Sekolah Dasar Negeri (SDN)

(Penelitian di SDIT Ummul Quro’ dan SDN Sukadamai 3 Bogor).

N a m a : Nadia Ja’far Abdat N R P : P.051040031

Program studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN)

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Ir. Ismail Pulungan, M.Sc Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, MS

Ketua Anggota

Mengetahui :

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dr. Ir. Amri Jahi, M.Sc Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc

(5)

Penulis dilahirkan di Solo, pada tanggal 16 Agustus 1968, sebagai anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari ayah Ja’far Ali Abdat dan Ibu Badriyah Umar Abdat.

Penulis telah menikah dengan Yunus Ahmad Abdat, SE pada tahun 1995 dan telah dikaruniai 1 putri, Amani Karimah (10 tahun) dan 2 putra, Miqdad (7 tahun) dan Ammar Muhammad (5 tahun).

Pendidikan Sarjana (S1) ditempuh di Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Islam Univeritas Ibn Khaldun Bogor, lulus pada tahun 1992. Kesempatan menempuh pendidikan Pascasarjana (S2) pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) diperoleh pada tahun 2004, dengan bantuan biaya dari Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Provinsi Jawa Barat.

(6)

petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul : “Hubungan Proses Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) (Penelitian di SDIT Ummul Quro dan di SDN Sukadamai 3 Bogor), sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Tesis ini terselesaikan atas dukungan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih yang tulus ingin penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Ir. Ismail Pulungan, MSc, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing.

2. Bapak Dr. Ir. Amri Jahi, MSc, selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan.

3. Departemen Pendidikan Nasional, c.q. Dirjen Dikti Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan bantuan biaya BPPS penuh selama penulis menjadi mahasiswa di Sekolah Pascasarjana IPB.

4. Keluarga Besar Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, mulai dari Rektor, Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) beserta jajarannya, hingga seluruh staf di FAI UIKA.

5. Kepala Sekolah SDIT Ummul Quro, Bapak Moh. Furqon Zahidi, S.S dan Bapak Ari Ariansyah selaku Wakasek, Kepala Sekolah SDN Sukadamai 3 Bogor, Bapak Drs. Pipip Rosida beserta seluruh jajarannya.

6. Suami, Yunus Ahmad Abdat, SE dan putra-putri tercinta yang telah memberikan dukungan yang tak terhingga.

(7)

memberikan balasan dengan kebaikan yang lebih banyak dari apa yang telah diberikannya kepada penulis.

Terakhir, meskipun tesis ini masih jauh dari sempurna, tetapi mudah-mudahan dapat memberi sedikit manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Atas segala kekurangan dan kekhilafan penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat-Nya bagi kita semua, amin.

Bogor, Februari 2007

(8)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya

(9)
(10)

iv

KATA PENGANTAR ……….………. i

DAFTAR TABEL ……….… vi

DAFTAR GAMBAR ………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ………... x

PENDAHULUAN Latar belakang ………... 1

Masalah Penelitian ……… 5

Tujuan Penelitian ……….…….. 6

Kegunaan Penelitian ……….. 7

Definisi Istilah ………... 8

TINJAUAN PUSTAKA Proses Pembelajaran ……….. 11

Karakteristik Anak Sekolah Dasar ….……… 19

Faktor-faktor Yang mempengaruhi Prestasi Belajar…..….... 21

Umur ……….. 24

Jenis Kelamin ………. 25

Minat ………. 26

Motivasi ………. 28

Pendidikan Dalam Keluarga ………... 31

Kompetensi Guru ……….. 32

Prestasi Belajar ………...… 36

KERANGKA BERFIKIR ……….. 43

METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel ….……….. 46

Rancangan Penelitian ….……… 47

Data dan Instrumentasi ……….. 48

Pengumpulan Data ………..……… 52

Analisis Data ……….. 53

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Dasar Islam Terpadu ……… 54

Sekolah Dasar Negeri Sukadamai 3 Bogor ………….……… 60

Proses Pembelajaran ……… 64

Faktor-faktor Internal Siswa Sekolah Dasar ……...……….. .. 71

(11)

NADIA JA’FAR ABDAT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

NADIA JA’FAR ABDAT

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

Bersama ini saya :

Nama Lengkap : Nadia Ja’far Abdat

N R P : P.051040031

Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul : HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) DAN SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) (Penelitian di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor), adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Februari 2007

Yang Menyatakan :

(14)

Judul Tesis : Hubungan Proses Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dan Sekolah Dasar Negeri (SDN)

(Penelitian di SDIT Ummul Quro’ dan SDN Sukadamai 3 Bogor).

N a m a : Nadia Ja’far Abdat N R P : P.051040031

Program studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN)

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Ir. Ismail Pulungan, M.Sc Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, MS

Ketua Anggota

Mengetahui :

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dr. Ir. Amri Jahi, M.Sc Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc

(15)

Penulis dilahirkan di Solo, pada tanggal 16 Agustus 1968, sebagai anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari ayah Ja’far Ali Abdat dan Ibu Badriyah Umar Abdat.

Penulis telah menikah dengan Yunus Ahmad Abdat, SE pada tahun 1995 dan telah dikaruniai 1 putri, Amani Karimah (10 tahun) dan 2 putra, Miqdad (7 tahun) dan Ammar Muhammad (5 tahun).

Pendidikan Sarjana (S1) ditempuh di Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Islam Univeritas Ibn Khaldun Bogor, lulus pada tahun 1992. Kesempatan menempuh pendidikan Pascasarjana (S2) pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) diperoleh pada tahun 2004, dengan bantuan biaya dari Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Provinsi Jawa Barat.

(16)

petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul : “Hubungan Proses Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) (Penelitian di SDIT Ummul Quro dan di SDN Sukadamai 3 Bogor), sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Tesis ini terselesaikan atas dukungan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih yang tulus ingin penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Ir. Ismail Pulungan, MSc, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing.

2. Bapak Dr. Ir. Amri Jahi, MSc, selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan.

3. Departemen Pendidikan Nasional, c.q. Dirjen Dikti Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan bantuan biaya BPPS penuh selama penulis menjadi mahasiswa di Sekolah Pascasarjana IPB.

4. Keluarga Besar Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, mulai dari Rektor, Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) beserta jajarannya, hingga seluruh staf di FAI UIKA.

5. Kepala Sekolah SDIT Ummul Quro, Bapak Moh. Furqon Zahidi, S.S dan Bapak Ari Ariansyah selaku Wakasek, Kepala Sekolah SDN Sukadamai 3 Bogor, Bapak Drs. Pipip Rosida beserta seluruh jajarannya.

6. Suami, Yunus Ahmad Abdat, SE dan putra-putri tercinta yang telah memberikan dukungan yang tak terhingga.

(17)

memberikan balasan dengan kebaikan yang lebih banyak dari apa yang telah diberikannya kepada penulis.

Terakhir, meskipun tesis ini masih jauh dari sempurna, tetapi mudah-mudahan dapat memberi sedikit manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Atas segala kekurangan dan kekhilafan penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat-Nya bagi kita semua, amin.

Bogor, Februari 2007

(18)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya

(19)
(20)

iv

KATA PENGANTAR ……….………. i

DAFTAR TABEL ……….… vi

DAFTAR GAMBAR ………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ………... x

PENDAHULUAN Latar belakang ………... 1

Masalah Penelitian ……… 5

Tujuan Penelitian ……….…….. 6

Kegunaan Penelitian ……….. 7

Definisi Istilah ………... 8

TINJAUAN PUSTAKA Proses Pembelajaran ……….. 11

Karakteristik Anak Sekolah Dasar ….……… 19

Faktor-faktor Yang mempengaruhi Prestasi Belajar…..….... 21

Umur ……….. 24

Jenis Kelamin ………. 25

Minat ………. 26

Motivasi ………. 28

Pendidikan Dalam Keluarga ………... 31

Kompetensi Guru ……….. 32

Prestasi Belajar ………...… 36

KERANGKA BERFIKIR ……….. 43

METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel ….……….. 46

Rancangan Penelitian ….……… 47

Data dan Instrumentasi ……….. 48

Pengumpulan Data ………..……… 52

Analisis Data ……….. 53

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Dasar Islam Terpadu ……… 54

Sekolah Dasar Negeri Sukadamai 3 Bogor ………….……… 60

Proses Pembelajaran ……… 64

Faktor-faktor Internal Siswa Sekolah Dasar ……...……….. .. 71

(21)

v

DI SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 ……...……. 82 Umur ……… 83 Jenis Kelamin ………...

Minat ……… Motivasi ……… Hubungan Antara Faktor Eksternal Dengan Prestasi Belajar Siswa

Di SDIT Ummul Quro dengan SDN Sukadamai 3 Bogor …… 92 Jarak Antara Rumah dan Sekolah ………. Tingkat Pendidikan Ayah ………. Tingkat Pendidikan Ibu ………. Pekerjaan Ayah ………. Status Ekonomi Keluarga ……….

PEMBAHASAN ... 105 SIMPULAN DAN SARAN

(22)

vi

2 Peubah, Indikator dan Pengukurannya……….. 48 3 Perbandingan Struktur Kurikulum Diknas dan SDIT Ummul Quro (UQ) 57 4 Prestasi Tahfidzul Qur’an di SDIT Ummul Quro……… 58 5 Peningkatan Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro……… 59 6 Prestasi Penunjang Siswa SDIT Tiga Tahun Terakhir……….. 60 7 Peningkatan Jumlah Siswa SDN Sukadamai 3 ………. 62 8 Prestasi Penunjang Siswa SDN Sukadamai 3………... 64 9 Perbedaan Proses Pembelajaran antara SDIT Ummul Quro

dengan SDN Sukadamai 3……….. 65 10 Latar Belakang Pendidikan dan Kesesuaian Bidang Ajar

Pada Guru di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3……….. 66 11 Keikutsertaan Dalam Pelatihan Guru SDIT Ummul Quro

dan SDN Sukadamai 3………. 67 12 Keterampilan guru dan keterlaksanaan dalam menyusun

rencana dan mengelola proses pembelajaran di SDIT Ummul Quro

dan SDN Sukadamai 3……….. 68 13 Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

Berdasarkan Umur... 72 14 Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3

Berdasarkan Jenis Kelaminnya... 72 15 Minat Belajar Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 73 16 Motivasi Belajar Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 74 17 Jarak Antara Rumah dengan Sekolah Siswa SDIT Ummul Quro

dan SDN Sukadamai 3... 75 18 Tingkat Pendidikan Ayah dan Ibu Di SDIT Ummul Quro

dan SDN Sukadamai 3... 75 19 Pekerjaan Ayah di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 76 20 Status Ekonomi Keluarga Siswa Di SDIT Ummul Quro

dan SDN Sukadamai 3... 77 21 Tabel Kontingensi Nilai TUC di SDIT Ummul Quro

(23)

vii

dan SDN Sukadamai 3 Selama Proses Pembelajaran ……….. 81 25 Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3.... 82 26 Hubungan antara Umur dengan Prestasi Kognitif Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 83 27 Hubungan antara Umur dengan Prestasi Afektif Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 84 28 Hubungan antara Umur dengan Prestasi Psikomotor Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 84 29 Distribusi Jenis Kelamin Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 85 30 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Kognitif Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 86 31 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Afektif Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 87 32 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Psikomotor Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 87 33 Hubungan antara Minat dengan Prestasi Kognitif Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 88 34 Hubungan antara Minat dengan Prestasi Afektif Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 89 35 Hubungan antara Minat dengan Prestasi Psikomotor Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 89 36 Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Kognitif Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 90 37 Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Afektif Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 91 38 Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Psikomotor Siswa

(24)

viii

41 Hubungan antara Jarak rumah dan Sekolah dengan Prestasi

Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 93 42 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Kognitif

Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 94 43 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Afekitif

Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 95 44 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi

Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 96 45 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 97 46 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 98 47 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Psikomotor

Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 99 48 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Kognitif Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 100 49 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Afektif Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 100 50 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Psikomotor Siswa

SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 101 51 Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi

Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 102 52 Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi

Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3... 103 53 Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi

(25)

ix

2 Proses Mencapai Prestasi ……… 40 3 Kerangka Berfikir tentang Hubungan Proses Pembelajaran

(26)

x

2 Lembar Pengamatan dan Penilaian Keterampilan Guru dalam

Menyusun Rencana Pengajaran ………. 114 3Lembar Pengamatan dan Penilaian Keterampilan Melaksanakan

(27)

penting”. Semua orang dari kalangan mana pun akan membenarkan pernyataan ini. Berbekal pendidikan yang memadai dan seimbang antara unsur-unsur jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrowi, manusia akan dapat mengembangkan potensi (fitrah) dirinya yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT guna meningkatkan harkat dan martabatnya.

Konferensi Pendidikan Islam Dunia I di Mekkah pada tahun 1977 merekomendasikan bahwa pendidikan harus dapat melayani seluruh pertumbuhan manusia dalam segala aspek seperti spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmu pengetahuan, bahasa, baik secara individu maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspek tersebut terhadap kebaikan pencapaian kesempurnaan (Autumn Issue,1988:i)

Undang-Undang SISDIKNAS 2003 juga mengamanatkan hal yang senada. Pada bab II pasal 3 dinyatakan sebagai berikut :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Untuk mencapai target hasil pendidikan yang sempurna dan bermartabat, keseimbangan antara kebutuhan fisik dan non-fisik, duniawi dan ukhrowi sangat perlu diperhatikan. Hasil Konferensi Pendidikan Islam Dunia dan amanat UU SISDIKNAS di atas sejalan dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Mujadalah : 11 yang artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat”.

(28)

(Arifin, 1987:33 ).

Sebagai aktivitas yang memerlukan waktu yang panjang, proses pendidikan erat hubungannya berbagai faktor, baik internal dari dalam diri peserta didik maupun eksternal. Proses pembelajaran, sumber daya manusia (pendidik), serta lingkungan merupakan sebagian dari faktor-faktor pendukungnya. Proses ini harus diterapkan di semua lingkungan tempat seorang anak tumbuh dan berkembang yang dimulai dari pendidikan keluarga (informal), pendidikan sekolah (formal), serta pendidikan di masyarakat (non-formal).

Keluarga merupakan institusi utama yang memiliki peran penting dalam proses tumbuh kembang anak. Lingkungan fisik dan psikis yang diciptakan oleh orang tua dibutuhkan sebagai pendukung keberhasilan belajar siswa. Di sekolah, proses pembelajaran perlu memperhatikan segala sesuatu yang berada dari dalam diri siswa (internal) maupun yang berada di luar diri siswa (eksternal). Faktor internal siswa, baik fisik maupun psikis merupakan faktor utama, sedangkan faktor eksternal yang sangat urgen dalam aktivitas pembelajaran seperti metode dan media yang relevan serta fasilitas yang memadai pun perlu diperhatikan.

Selain hal tersebut dibutuhkan juga pendidik yang memiliki kompetensi keilmuan, sikap dan keterampilan yang sesuai kebutuhan dan didukung oleh peranserta keluarga dan masyarakat dalam hal pengamalan dan pemanfaatan pengetahuan yang telah dicapai.

Pada kenyataannya tidak semua proses pendidikan berjalan baik serta menghasilkan manusia yang bermartabat. Berbagai kendala dihadapi seiring dengan laju perkembangan arus informasi dan globalisasi di segala bidang kehidupan. Di satu sisi perkembangan arus informasi dan globalisasi membawa dampak positif yaitu mempercepat perkembangan aspek kognitif serta membangun fasilitas yang semakin canggih. Namun di sisi lain perkembangan yang terlepas dari nilai-nilai dan norma agama, budaya serta moral bangsa memberi dampak negatif dalam tindakan dan perilaku manusia.

(29)

menjadi perhatian yaitu sebagai berikut: (1) kebijakan pendidikan, (2) perkembangan anak Indonesia, (3) guru, (4) relevansi pendidikan, (5) mutu pendidikan, (6) pemerataan pendidikan, (7) manajemen pendidikan, dan (8) pembiayaan pendidikan. Namun, setelah lebih dari 30 tahun penelitian tersebut berlalu, upaya untuk melakukan perubahan belum banyak membuahkan hasil (Tilaar, 2004:1).

Atas dasar permasalahan pendidikan di atas yang di antaranya adalah perkembangan anak,guru, dan mutu pendidikan, maka tindakan operasional yang dapat dilakukan adalah menyangkut peningkatan kualitas SDM. Pengelolaan proses pembelajaran yang di antaranya adalah ketepatan dalam pemilihan metode dan media pembelajaran, serta isi materi pelajaran, yang dapat membangun seluruh aspek mental, spiritual serta psikomotor peserta didik sebagai bentuk operasional dari pencapaian tujuan pendidikan yang holistik, mutlak diperlukan.

Untuk menyelenggarakan pendidikan yang holistik tersebut, diperlukan proses pembelajaran yang dapat mengintegrasikan seluruh aspek dalam pendidikan yang meliputi kognitif, afektif yang berlandaskan nilai-nilai dalam ajaran agama, serta psikomotor siswa dalam satu kesatuan. Keberadaan sumber daya manusia (pendidik) yang dapat menguasai keterpaduan tersebut sangat dibutuhkan. Peran guru yang dapat menyentuh nilai-nilai moral yang terkandung dalam setiap mata pelajaran dan mengkaitkannya dengan keimanan, akhlak serta ibadah sangat diperlukan sebagai wujud usaha untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional.

Untuk itu perlu disiapkan guru-guru yang memiliki kompetensi keilmuan serta keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sehingga dapat menjalin keterpaduan ilmu dalam satu kesatuan proses pembelajaran yang akan menghasilkan para siswa yang beriman dan berilmu pengetahuan serta memiliki sikap dan keterampilan yang positif dalam mengembangkan ilmunya pada masa yang akan datang.

(30)

dan ketakwaan dalam setiap mata pelajaran sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Sedangkan di sekolah umum pelajaran agama masih diberikan secara terpisah dengan jumlah 3 jam pelajaran dalam sepekan.

(31)

Berlangsungnya proses pembelajaran tidak akan pernah terlepas dari lima faktor pendidikan yaitu : (1) faktor tujuan , (2) faktor pendidik, (3) faktor anak didik, (4) faktor alat, dan (5) faktor lingkungan. Sehubungan dengan itu, untuk mengetahui target pencapaian hasil belajar siswa tidak dapat dilakukan hanya dengan cara melihat salah satu faktor di atas, tetapi harus secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan jangka panjang seperti yang diamanatkan oleh UU SISDIKNAS 2003 bab II pasal 3, langkah-langkahnya harus dimulai sejak dini, yaitu perumusan tujuan serta penyelenggaraan proses pembelajaran yang mengarah kepada pencapaian tujuan tersebut. Selain itu harus diperhatikan faktor-faktor internal siswa baik fisik maupun psikis, serta faktor-faktor-faktor-faktor eksternal yaitu peranserta serta keadaan keluarga sebagai lingkungan yang terdekat dengan siswa, metode dan media pembelajaran serta interaksi antara siswa dengan guru.

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan proses pembelajaran antara di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dengan Sekolah Dasar Negeri (SDN) ?

2. Adakah perbedan prestasi belajar antara siswa di SDIT dengan di SDN ? 3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor internal siswa SD terhadap

prestasi belajar ?

(32)

Dalam dunia pendidikan, usaha untuk mencapai hasil terbaik dapat dilakukan melalui proses pembelajaran yang baik dengan memperhatikan perbedaan karakteristik internal yang dimiliki oleh setiap anak.

Proses pembelajaran berlangsung di bawah kendali setiap guru. Kebijakan guru untuk mendesain pembelajaran merupakan perwujudan dari kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing guru tersebut. Kompetensi guru sebagai pengelola proses pembelajaran ini, akan mengantarkan siswa mencapai hasil belajar yang diharapkan.

Sehubungan dengan itu maka penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai proses pembelajaran yang berlangsung di Sekolah Dasar Islam Terpadu dan Sekolah Dasar Negeri yang tidak terlepas dari unsur internal siswa, unsur guru, serta peranserta orang tua. Secara lebih spesifik penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

(1) Menemukan perbedaaan proses pembelajaran antara di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dengan Sekolah Dasar Negeri (SDN)

(2) Melihat perbedaan prestasi belajar antara siswa di SDIT dengan di SDN (3) Menemukan hubungan antara faktor-faktor internal anak SD dengan

prestasi belajar

(33)

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan pendidikan khususnya di lingkungan tempat dilaksanakannya penelitian. Secara umum penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan dalam usaha-usaha perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia.

Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan andil yang besar terhadap hal-hal berikut ini :

(1) Bagi guru, dapat memberi masukan tentang seberapa jauh faktor-faktor internal dan eksternal siswa berhubungan dengan prestasi belajar siswa, sehingga dapat menjadi motivasi dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

(2) Bagi lembaga-lembaga pendidikan, dapat memberi masukan dalam memilih pendekatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik dan tingkat perkembangan peserta didik.

(3) Bagi para penyelenggara Pendidikan Keguruan, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam usaha pengembangan kompetensi guru yang sesuai dengan kebutuhan.

(4) Bagi masyarakat khususnya orang tua diharapkan dapat memberikan wawasan tentang dukungan yang dapat diberikan kepada siswa dalam usaha meningkatkan prestasi belajarnya

(34)

Untuk memberikan batasan yang jelas dan memudahkan pengukuran maka perlu dibuat definisi istilah yang akan dipergunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini. Istilah yang penting untuk diberikan definisi adalah yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam penyelenggaraan sebuah kegiatan pembelajaran yang dimulai dari pelaksanaan appersepsi sampai kepada evaluasi. Proses pembelajaran yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini meliputi :

1) Tujuan Pembelajaran : adalah perumusan target yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran berakhir.

2) Appersepsi : adalah suatu kegiatan di awal kegiatan pembelajaran yang mencoba mengkaitkan antara materi yang telah diberikan dengan materi yang akan diberikan berikutnya.

3) Metode pembelajaran : adalah cara atau stategi yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran

4) Media pembelajaran : adalah alat-alat pendukung yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran

5) Interaksi antara siswa dengan guru, adalah suasana interaksi antara siswa dengan guru yang terjadi di dalam sebuah proses pembelajaran.

2. Faktor internal siswa yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa baik fisik maupun psikis. Faktor fisik meliputi :

1) Umur, adalah satuan usia dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai siswa duduk di kelas VI Sekolah Dasar.

2) Jenis kelamin, perbedaan jenis kelamin antara siswa laki-laki dan perempuan

Faktor psikis yang memiliki hubungan secara langsung terhadap prestasi belajar yaitu:

(35)

melakukan suatu kegiatan

3. Faktor eksternal siswa yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi : 1) Jarak antara rumah dan sekolah, jauhnya jarak yang ditempuh siswa dari

rumah ke sekolah dalam kilometer.

2) Pendidikan orang tua, merupakan latar belakang tingkat pendidikan orang tua yaitu ayah dan ibu. Dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan ketentuan Dinas Pendidikan yang tertera dalam UU Sisdiknas No 2 tahun 1989 yaitu :

• Pendidikan Dasar ( setingkat SD dan SMP ) • Pendidikan Menengah ( setingkat SMA ) • Pendidikan Tinggi ( Diploma dan Sarjana )

3) Pekerjaan ayah, bidang pekerjaan yang dijalankan oleh ayah

4) Status ekonomi keluarga, adalah kemampuan ekonomi keluarga dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan jenis pekerjaan orang tua.

4. Prestasi belajar siswa ialah kemampuan akademik dan non akademik yang dimiliki oleh siswa yang ditunjukkan dalam hasil belajar. Prestasi belajar meliputi tiga domain yaitu :

1) Prestasi kognitif ialah kemampuan intelektual seseorang yang ditunjukkan melalui prestasi akademik yang dicapai. Prestasi yang dimaksud adalah hasil Tes Uji Coba (TUC) Ujian Nasional ditambah pelajaran Pendidikan Agama Islam :

(1) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) (2) Bahasa Indonesia (BI)

(3) Matematika (Mtk)

(4) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) (5) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) (6) Pendidikan Agama Islam (PAI)

2) Prestasi afektif ialah kemampuan seseorang untuk menentukan sikap/penilaian terhadap suatu hal berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Indikator yang digunakan adalah :

(36)

(3) Mampu belajar bersama (4) Bersikap sopan

(5) Aktif selama KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) (6) Merapikan perlengkapan sendiri

(7) Belajar dengan tekun (8) Berkata dengan baik

(9) Menyelesaikan tugas tepat waktu (10) Mampu mengendalikan marah

(37)

Dalam Ketentuan Umum UU Sisdiknas 2003 pasal 1 nomor 20 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran dalam konteks pendidikan formal merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar mulai dari perencanaan sampai kepada evaluasi.

Rangkaian kegiatan tersebut meliputi tujuan yang dirumuskan dalam standar kompetensi dan indikator pencapaian, penentuan materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metoda dan media yang akan digunakan, waktu yang dibutuhkan serta evaluasi pembelajaran.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam berlangsungnya proses belajar adalah kondisi internal siswa yang meliputi fisik dan psikis serta terjalinnya interaksi antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini peranan guru sebagai figur utama di sekolah sangat besar karena kedudukannya sebagai orang dewasa lebih memiliki pengalaman, lebih memahami nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan. Peranan siswa sebagai peserta didik lebih banyak menerima pengaruh dan sebagai pengikut.

Najati (2000:174-205) mengemukakan bahwa metode belajar dalam Al-Qur’an meliputi peniruan, pengalaman praktis serta berfikir, sedangkan prinsip-prinsip belajar dalam Al-Qur’an meliputi 6 hal yaitu dorongan (motivasi), pengulangan, perhatian, partisipasi aktif (active learning), distribusi belajar (tenggang waktu untuk beristirahat) serta bertahap dalam merubah perilaku (proses belajar bukanlah suatu pekerjaan yang instant). Dalam hal peniruan, orang tua/pendidik merupakan figur utama yang akan dijadikan panduan oleh anak didik dalam bertindak dan berperilaku, sehingga perilaku orang tua/pendidik merupakan ujung tombak bagi pembentukan perilaku anak didik.

(38)

jauh Bandura dan Walters (Mustafa,2005:1)) menyarankan bahwa kita belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang kita terima. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" - pembelajaran melalui pengamatan. Di sinilah letak peran penting orang tua dan guru sebagai teladan dan figur terbaik bagi anak-anak didiknya.

Berbeda dengan Bandura, Bloom (Winkle, 1987:170) mengemukakan bahwa proses belajar tidak hanya melalui peniruan tetapi banyak aspek lain dari individu yang menjadi kekuatan untuk belajar. Bloom menyatakan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan manusia didukung oleh berbagai kemampuan atau aspek-aspek kepribadian yang dimiliki oleh setiap manusia yaitu aspek kognitif meliputi pengetahuan, penerapan, pemahaman, analisa sintesa dan evaluasi; aspek afektif yang mencakup penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup; serta aspek psikomotorik yang mencakup persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian dan kreativitas.

Dalam bagian lain dikemukakan pula bahwa aspek dinamik-afektif manusia memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas berdasarkan hasrat/ kehendaknya, tidak selalu merupakan hasil peniruan. Dengan demikian meskipun secara sosial manusia cenderung pada peniruan seperti yang dikemukakan Bandura di atas, tetapi dengan menggunakan kemampuan kognitif dan dinamik-afektifnya manusia dapat mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu aktivitas. Dalam proses pendidikan hal ini merupakan hak peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dirinya.

(39)

memiliki kehendak sebagaimana yang dikemukakan oleh Carl R. Rogers (1969). Rogers (1969) lebih menekankan kepada grup/kelas bukan berorientasi pada kebebasan pribadi, artinya dengan membuat iklim belajar yang bebas sehingga para pelajar termotivasi serta dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dengan nyaman . Teori ini lebih mementingkan aspek non biologis, yaitu eksplorasi pikiran dan perhatian pelajar.

Interaksi yang terjalin antara siswa dengan lingkungannya lebih beralasan karena siswa mau menjalin interaksi tersebut serta karena stimulus positif yang diberikan oleh guru. Dengan demikian siswa dapat lebih banyak memperoleh pengalaman belajar yang berkesan sehingga akan bertahan lebih lama dalam ingatannya. Kondisi ini memungkinkan siswa untuk memperoleh prestasi yang lebih baik ketimbang siswa yang hanya duduk diam dan mendengarkan.

Najati (2000:203) mengemukakan bahwa praktek tidak hanya penting dalam mempelajari keahlian yang bercorak gerakan saja, tetapi juga dalam ilmu-ilmu teoritis dan dalam mempelajari perilaku moral, keutamaan, nilai-nilai dan tata krama perilaku sosial. Lebih lanjut dikemukakan hasil suatu kajian eksperimental, bahwa orang-orang yang membaca sendiri huruf dan kalimat yang ada di hadapannya lebih cepat dalam menghafalnya ketimbang orang-orang lain yang hanya mendengarkan pelatih membacakan huruf dan kalimat itu dan pada saat yang sama melihat huruf dan kalimat itu di layar film yang ada di depan mereka.

Terkait dengan hasil eksperimen di atas, Maslow (Mangkunegara, 2000:94) memberikan 5 klasifikasi kebutuhan yang harus dipenuhi berdasarkan prioritas tuntutannya yaitu :

1. Kebutuhan faal (materi), yaitu kebutuhan fisiologis agar manusia bisa hidup, misalnya : makan, minum, pakaian, perumahan dan kesehatan 2. Kebutuhan rasa aman, misalnya : mengunci rumah, berjalan di tempat

yang aman, menyimpan barang-barang berharga dengan baik, dan lain-lain 3. Kebutuhan sosial, sayang menyayangi, misalnya : berumah tangga,

(40)

menjaga harga dirinya, dan lain-lain

5. Kebutuhan akan realisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menunjukkan keberadaan diri dan kemampuannya.

Konsep ini menyatakan bahwa jika kebutuhan yang paling urgen yaitu pada tingkat pertama belum terpenuhi, maka individu tidak akan melangkah untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Dalam perkembangan ilmu pendidikan yang sesuai dengan rumusan hasil Konferensi Pendidikan Islam (1977) dan tujuan Pendidikan Nasional, maka konsep Maslow di atas perlu dilengkapi dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (kebutuhan akan adanya Tuhan). Kebutuhan ini akan merupakan bagian integral dari tiap-tiap tingkatan kebutuhan di atas, tidak mendahului satu dengan yang lainnya.

Sehubungan dengan proses belajar, maka kebutuhan pada tingkat keempat dan kelima menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh para pendidik dan orang tua sehingga para siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang memadai. Percobaan seperti dikemukakan oleh Najati di atas cukup membuktikan pentingnya partisipasi aktif dalam proses pembelajaran yang didasarkan atas suri tauladan (contoh) yang baik dari pendidik dan orang tua.

Peran aktif siswa dalam pembelajaran ini sudah dikembangkan dalam sebuah metode pembelajaran yang dikenal dengan Quantum Learning (Belajar Sukses) dan Quantum Teaching (Mengajar Sukses) yang diluncurkan oleh Bobbi DePorter, dkk (1999). Dalam metode ini siswa sungguh-sungguh dihargai dan diakui eksistensinya, dikembangkan kemampuan intelegensinya, disentuh emosinya, sehingga tumbuh kreativitas dan rasa percaya diri yang dapat membantunya menuju keberhasilan belajar.

(41)

(penyedia bahan dan peluang belajar), katalisator (penghubung), guidance (pemandu) serta penunjuk di mana informasi itu berada dan bagaimana memahami dan menyajikan hasil informasi tersebut, dan sebagai evaluator (penilai) serta justificator (pembenar) dalam perannya, hanya menyiapkan sebuah rencana pembelajaran yang sesuai dengan kapasitas siswa, memberikan arahan kepada siswa untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkannya. Untuk dapat melaksanakan tugas ini diperlukan keterampilan dan kreativitas dalam mendesain proses pembelajaran sehingga hasilnya maksimal.

Sehubungan dengan fungsi guru di atas, Hamalik (2004:73) mengemukakan tentang beberapa hal penting yang harus dikuasai dan dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran, sebagai berikut :

1. Menguasai landasan kependidikan 2. Menguasai bahan pengajaran 3. Menyusun program pengajaran 4. Melaksanakan program pengajaran

5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Sardiman (2001:48) mengemukakan bahwa secara makro guru dituntut untuk dapat mengorganisasikan komponen-komponen yang terlibat di dalam proses belajar-mengajar, sehingga diharapkan terjadi proses pengajaran yang optimal. Sebagai visualisasi dapat dilihat dalam gambar 1. berikut :

2

1 4 5 6

3

Gambar 1. Proses Pembelajaran Instrumental input/

masukan alat

Raw input/ masukan mentah

Proses pengajaran Hasil langsung

Hasil akhir

(42)

Keterangan :

1. Masukan mentah : siswa/subyek belajar

2. Masukan alat : terdiri dari tenaga, fasilitas, kurikulum, sistem administrasi dan lain-lain. 3. Lingkungan, termasuk antara lain keluarga, masyarakat dan sekolah.

4. Proses pengajaran : merupakan proses interaksi antara unsur raw input, instrumental input dan juga pengaruh lingkungan.

5. Hasil langsung : merupakan tingkah laku siswa setelah belajar melalui proses belajar-mengajar, sesuai dengan materi/bahan yang dipelajarinya.

6. Hasil akhir : merupakan sikap dan tingkah laku siswa setelah ada di masyarakat.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran diperlukan peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik, karena pada dasarnya hasil pembelajaran terbaik adalah yang diperoleh melalui pengalaman. Namun dalam pelaksanaannya sering kali tidak disadari, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik. Guru pada umumnya kurang menyenangi situasi di mana peserta didik banyak bertanya mengenai hal-hal yang berada di luar konteks yang dibicarakannya (Mulyasa, 2004:106).

Gibbs (Mulyasa, 2004:106) mengemukakan bahwa berbagai penelitian menyimpulkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, penghargaan diri dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Hasil penelitian tersebut dapat ditransfer dalam proses pembelajaran.

Widada (Mulyasa, 2004:107) mengemukakan bahwa di samping penyediaan lingkungan yang kreatif, guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut :

1. Self esteem approach (pengembangan kesadaran akan harga diri). 2. Creative approach (mengembangkan problem solving, brainstorming,

inquiry dan role playing).

3. Value clarification and moral development approach (pengembangan potensi pribadi melalui pendekatan holistik dan humanistik menuju self actualization..

4. Multiple talent approach (pengembangan seluruh potensi peserta didik). 5. Inquiry approach (pengembangan potensi untuk menemukan konsep

atau prinsip ilmiah).

(43)

membuka intelegensi dan kreativitasnya).

Melalui metode yang dapat mengembangkan seluruh kompetensi siswa, pengembangan potensi diri siswa berjalan lebih cepat dari pada proses yang selama ini digunakan di sekolah-sekolah yang masih cenderung bersifat teacher centered. Di sekolah yang menggunakan pendekatan seperti dikemukakan Widada di atas, serta didukung dengan pendekatan individual, emosional dan spiritual, para siswa berkembang lebih cepat, aktif, kreatif serta kritis dalam menyikapi sesuatu hal. Hal ini sangat relevan dengan karakteristik siswa yang memang sedang berkembang pesat.

Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik apabila dirancang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa serta memenuhi komponen-komponen pembelajaran yang meliputi tujuan, materi, kegiatan, pendekatan pembelajaran yang digunakan, metode dan media yang disesuaikan serta evaluasi yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu hal penting yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa diperlukan ketulusan dan kreativitas guru untuk mendesain suasana belajar yang dapat membuat siswa merasa nyaman dan senang, sehingga materi pelajaran lebih mudah diserap.

Proses pembelajaran yang bersifat student centered memberi peluang kepada para siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya. Kegiatannya tidak terpusat pada materi tetapi pada proses sebagaimana dikemukakan oleh pakar pendidikan Islam Mahmud Yunus (1992:72) bahwa penguasaan terhadap metodologi pengajaran lebih penting dari pada pemberian materi pelajaran ( al-thariqah ahamm min al-madah). Materi yang sama apabila disampaikan dengan metode yang berbeda maka akan diperoleh hasil yang berbeda pula.

(44)

holistik, maka penanaman nilai-nilai spiritual (iman dan taqwa) dalam proses pembelajaran sudah merupakan sebuah kebutuhan yang harus mendapat perhatian. Penyelenggaraan kurikulum terpadu yaitu keterpaduan antara Iptek (Imu pengetahuan dan teknologi) dan Imtaq (Iman dan Taqwa) sangat relevan dengan bab II pasal 3 UU Sisdiknas. Melalui keterpaduan ini dirancang sebuah prestasi belajar siswa yang tidak hanya mengedepankan satu aspek saja yaitu kognitif, tetapi keseimbangan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor, sekaligus internalisasi nilai-nilai dalam ajaran agama dalam satu kesatuan proses dan hasil yang utuh dan terkendali.

Shariati (Agustian, 2001:xviii) mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk dua-dimensional yang membutuhkan penyelarasan kebutuhan kepentingan dunia-akhirat. Oleh sebab itu manusia harus memiliki konsep duniawi atau kepekaan emosi dan intelegensia yang baik (EQ / Emotional Quotient plus IQ / Intellegence Quotient) dan penting pula penguasaan rukhiyah vertikal atau Spiritual Quotient (SQ).

Pendapat Shariati bahwa manusia memiliki kebutuhan akan keberadaan Tuhan di atas sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-A'raaf : 172 yang artinya sebagai berikut :

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab : “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap (keesaan Tuhan)”.

(45)

mediator membawa siswa untuk mengenal Sang Pencipta serta melaksanakan ajaran-ajaran-Nya melalui ilmu pengetahuan dan pengalaman. Proses ini dilakukan untuk memberi makna pada materi pelajaran, dihubungkan dengan nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan agama.

Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Dalam psikologi perkembangan masa anak memasuki sekolah dasar dikategorikan pada usia 6 -12 tahun disebut sebagai masa bersekolah. Dalam hal perkembangan intelektual, Piaget (Hurlock,1992:162) menyebutnya sebagai masa concrete operations (operasional konkrit). Masa saat konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar sekarang menjadi konkrit dan tertentu. Oleh sebab itu pembelajaran pada masa ini mengharuskan para pendidik untuk memperagakan dan memberi contoh konkrit, sehingga anak memperoleh kejelasan dari apa yang ingin dicapai guru.

Pada usia ini anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan masa dewasanya. Oleh sebab itu peletakan dasar pengetahuan yang tepat melalui stimulasi positif dari pendidik sangat dibutuhkan. Para pendidik juga memandang periode ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi, suatu masa saat anak membentuk kebiasaan sukses, tidak sukses atau sangat sukses.

Hurlock (1992:166) mengemukakan bahwa kebiasaan anak untuk bekerja di bawah, di atas atau sesuai dengan kemampuannya cenderung menetap sampai dewasa. Penelitian telah membuktikan bahwa tingkat perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi terhadap perilaku berprestasi pada masa dewasa. Hal ini akan terjadi tidak hanya di bidang akademik tetapi di bidang-bidang lain pun akan demikian.

(46)

datang dapat dirancang dari sekarang.

Havighurst (1974:19) mengemukakan bahwa periode ini ditandai dengan tiga karakteristik yang memberinya dorongan kuat untuk keluar kepada lingkungan yang lebih luas. Ketiga karakteristik tersebut adalah : (1) kepercayaan diri seorang anak untuk keluar dari rumah menuju kepada peer group-nya, (2) kepercayaan secara fisik untuk masuk ke dalam dunia permainan dan keterampilan yang memerlukan kekuatan fisik (otot), dan (3) kepercayaan mental untuk memasuki dunia orang dewasa berupa konsep-konsep, logika, simbolisme dan komunikasi.

Havighurst mengemukakan bahwa tugas-tugas perkembangan pada periode ini yang akan menjadi modal dasar bagi perkembangannya untuk berprestasi di masa yang akan datang. Tugas perkembangan tersebut meliputi :

1. Mempelajari keterampilan fisik yang dibutuhkan untuk bermain.

2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh.

3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya. 4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.

5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung.

6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.

7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai. 8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan

lembaga-lembaga.

9. Mencapai kebebasan pribadi.

Namun demikian, sekalipun setiap manusia ingin menguasai segala tugas perkembangannya dengan tepat, pada kenyataannya tidak semua orang dapat mencapainya. Terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi penguasaan tugas-tugas perkembangan yaitu :

1. Yang menghalangi

(47)

perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk menguasainya • Tidak ada motivasi

• Kesehatan yang buruk • Cacat tubuh

• Tingkat kecerdasan yang rendah 2. Yang membantu

• Tingkat perkembangan yang normal atau diakselerasikan

• Adanya kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan dan adanya bimbingan untuk menguasainya

• Motivasi

• Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh • Tingkat kecerdasan yang tinggi

• Kreativitas

Tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst tersebut, pada poin 1 (satu) sampai dengan poin 8 (delapan) merupakan tahap-tahap perkembangan yang wajar pada anak, namun perlu dicermati pada tugas perkembangan poin 9 (sembilan). Sebagai bangsa yang beragama dan bermoral hendaknya para orang tua dan pendidik (guru) mewaspadai kebebasan yang dikehendaki oleh anak sehingga tidak keluar dari ruang lingkup tatanan sosial, moral dan agama.

Melihat tugas-tugas perkembangan seperti dikemukakan di atas, selayaknya orang tua dan pendidik berusaha sebaik-baiknya untuk dapat memberi kesempatan dan dukungan agar anak dapat mempelajari dan melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan tepat serta menghindarkan anak dari faktor-faktor yang menghambat.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

(48)

1997:44).

Kekuatan-kekuatan lain tersebut dapat berupa kesehatan fisik, kondisi emosi yang dapat menggambarkan kesiapan siswa dalam menghadapi berbagai hambatan dalam belajar, keseluruhan proses pembelajaran, juga termasuk kondisi spiritual yang dapat menjadi motivasi yang sangat kuat sehingga seseorang mau berusaha mencapai kesuksesan dengan cara yang baik dan benar. Kekuatan-kekuatan tersebut dapat menjadi positif manakala diberikan arahan dan bimbingan oleh pendidik.

Goleman (1997:45) juga mengemukakan bahwa yang mendukung kesuksesan belajar adalah kecerdaan emosional yang memiliki ciri-ciri seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi; mengendalikan dorongan hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir; berempati dan berdo’a. Kemampuan tersebut dapat dikembangkan pada anak-anak, apabila diupayakan terus menerus untuk mengajarkannya.

Syah (1995:87) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu faktor internal siswa, faktor eksternal siswa dan faktor pendekatan belajar yang digunakan oleh siswa.

1. Faktor internal yaitu segala sesuatu yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini meliputi dua hal yaitu : (a) aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani siswa. Kondisi tubuh siswa yang lemah, sedang dalam keadaan tidak sehat, dapat menurunkan kualitas kemampuan siswa sehingga materi yang dipelajari tidak dapat diserap dengan baik. (b) aspek psikologis, yaitu kondisi psikis siswa yang di antaranya meliputi tingkat dan tipe kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi.

(49)

bahwa selamatnya masyarakat serta kuat dan kokohnya bangunan tidak terlepas dari sehatnya anggota masyarakat dan cara mempersiapkannya. Pernyataan ini mengandung makna bahwa kondisi masyarakat yang sehat yaitu terdidik, berakal dan bijak turut mempengaruhi keberhasilan sebuah usaha pendidikan

3. Pendekatan Belajar. Pendekatan ini sangat berkaitan erat dengan motivasi belajar siswa. Pendekatan belajar yang dimaksud meliputi ;

(1) Surface yaitu pendekatan permukaan. Maksudnya adalah siswa belajar hanya berorientasi untuk mencapai kelulusan semata. Siswa memiliki pendekatan belajar ini pada umumnya motivasi belajarnya rendah, berapa pun hasil yang dicapai tidak terlalu penting meskipun hanya dapat mencapai kelulusan dengan nilai minimal. Belajar bagi para siswa di wilayah ini hanya merupakan pemenuhan kewajiban yang harus dilakukan oleh anak pada usia sekolah serta memenuhi keinginan orang tua.

(2) Deep yaitu pendekatan mendalam. Maksudnya adalah siswa belajar dengan motivasi ingin mendalami pengetahuan karena merasa membutuhkannya. Pendekatan ini berdampak kepada hasil belajar yang biasanya cenderung baik karena diawali dengan motivasi yang baik. Siswa yang melakukan pendekatan belajar ini biasanya telah memiliki motivasi intrinsik yang cukup baik. Ia faham dengan makna belajar bagi pemenuhan kewajiban terhadap Tuhan karena belajar pun dapat menjadi ibadah dan secara sosial belajar dapat pula meningkatkan kualitas hidupnya dalam masyarakat demi menjelang masa depannya (Q.S. Al-Mujadalah :11)

(50)

jenis ini memiliki dampak negatif yaitu apabila siswa gagal meraih ambisinya maka dapat berakibat terjadinya depresi yang membahayakan kelangsungan pendidikan dan masa depannya.

Faktor yang dominan dalam mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar berbeda antara seorang siswa dengan siswa yang lain. Tentang pendekatan belajar yang digunakan seseorang juga tergantung pada apakah motivasi belajarnya termasuk intrinsik atau ekstrinsik. Faktor motivasi tersebut juga merupakan pengaruh dari pola didik yang diterapkan oleh orang tua dan guru kepada anak didik.

Proses pembelajaran yang dikondisikan dengan memperhatikan tujuan secara universal, memperhatikan berbagai kebutuhan siswa serta ditunjang dengan kompetensi profesional dari seorang pendidik maka akan membuahkan hasil yang baik. Sebaliknya jika proses pembelajaran hanya memperhatikan salah satu aspek dari seluruh aspek mental yang dimiliki siswa maka hasil yang akan diperolehnya pun tidak akan dapat mencapai tujuan universal yang telah ditetapkan.

Akibatnya hasil pendidikan menjadi tidak seimbang, di satu sisi terbangun kemampuan siswa yang tinggi, tetapi sisi-sisi lain tidak tersentuh. Hal ini akan menjadi penyebab kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan tidak mencapai apa yang diharapkan yaitu manusia yang bermartabat, yang berakhlak mulia dan berilmu pengetahuan, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam UU Sisdiknas 2003.

U m u r

Umur bagi seorang anak Sekolah Dasar, menggambarkan kesiapan mental dan kematangan dalam belajar. Secara logika, dengan bertambahnya umur seorang siswa, maka bertambah tingkat kematangan dan kesiapan mental dalam belajar yang sesuai dengan jenjang kelas yang ditempuhnya.

(51)

faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis. Disebutkan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan kemampuan seseorang berhubungan dengan umur. Pertama, adalah mekanisme belajar dan kematangan otak, organ-organ sensual, dan otot organ-organ tertentu. Kedua, adalah akumulasi pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar yang lain. Dengan demikian umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan aktivitas otak dan otot manusia.

Secara psikologis, para ahli psikologi pun menyatakan bahwa umur yang dianggap matang secara mental untuk memasuki jenjang SD ini adalah 6 tahun. Hurlock (1992:146) mengatakan bahwa hal yang wajib untuk anak berusia enam tahun di Amerika adalah masuknya anak ke kelas satu SD. Hurlock juga menyatakan bahwa pada umur tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa, dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu, baik keterampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler.

Jenis Kelamin

Terdapat perbedaan yang jelas antara laki-laki dan perempuan, baik secara fisik maupun psikis. Dalam hal fisik, laki-laki memiliki postur, daya tahan dan kekuatan tubuh yang lebih besar dibandingkan perempuan. Hal ini sudah dirasakan bahkan oleh anak-anak sendiri. Nolan (1977; Hurlock, 1992:167) menyatakan : "Secara diam-diam anak-anak belajar dari televisi bahwa anak laki-laki lebih berharga dari pada anak perempuan." Anggapan tersebut merupakan stereotip yang berkembang di masyarakat secara turun temurun. Di sisi lain, anak perempuan dengan kelemah lembutan fisiknya, memiliki kekuatan lain yang tidak dimiliki oleh laki-laki dalam tugas-tugas tertentu.

(52)

laku yang mencolok antara anak laki-laki dan perempuan. Di rumah atau pun di sekolah, anak laki-laki lebih sering melanggar peraturan dari pada anak perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena mereka merasa dirinya lebih kuat dan juga pada umumnya orang tua lebih memberi kebebasan dalam bergerak kepada anak laki-laki.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat (Hurlock, 1992:167) tentang perilaku masalah anak di sekolah menunjukkan buruknya perilaku anak laki-laki dari pada anak perempuan dalam hal penyesuaian diri dan perhatian yang kurang dari rata-rata. Hal ini merupakan keadaan yang dapat berdampak terhadap prestasi belajarnya.

M i n a t

Dalam kehidupan manusia akan selalu berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain, benda, situasi atau aktivitas-aktivitas yang terdapat di sekitarnya. Dalam berhubungan tersebut ada kemungkinan individu bersikap menerima, membiarkan atau menolaknya. Apabila individu tersebut menaruh minat, maka ia akan menyambut dan bersikap positif terhadap obyek tersebut dan melanjutkan dengan hubungan lebih jauh. Namun jika tidak berminat maka ia cenderung akan menghindarinya dan bersikap negatif terhadap obyek tersebut.

Shaleh & Wahab (2004:262) menyatakan secara sederhana, minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.

Crow & Crow (Shaleh & Wahab,2004:264) berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat yaitu :

1. Dorongan dari dalam diri individu, misalnya dorongan untuk makan, rasa ingin tahu terhadap sesuatu

2. Motif sosial, misalnya minat terhadap pakaian timbul karena adanya persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain

(53)

terhadap aktivitas tersebut.

Hurlock (1992:107) membahas bahwa minat yang berkembang pada anak usia sekolah sangat mempengaruhi perilaku tidak saja selama periode ini tetapi juga sesudahnya. Menurutnya minat yang muncul dalam tingkah laku anak tidak dapat diabaikan begitu saja. Minat yang muncul pada akhir masa kanak-kanak dapat diterangkan sebagai berikut :

1. Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas cita-cita. Misalnya saja seorang anak yang menaruh minat pada masalah kesehatan dan fungsi tubuh manusia, akan bercita-cita menjadi perawat atau dokter.

2. Minat dapat dan memang berfungsi sebagai pendorong yang kuat.

3. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang . Misalnya anak yang berminat pada pelajaran matematika akan berusaha keras untuk mendapat nilai baik dalam mata pelajaran itu, sedangkan anak yang kurang berminat cenderung kurang berhasil pada bidang ini.

4. Minat yang terbentuk pada masa kanak-kanak sering kali menjadi minat seumur hidup karena minat menimbulkan kepuasan. Anak cenderung mengulang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan minatnya dan dengan demikian menjadi kebiasaan yang dapat menetap sepanjang hidup. Misalnya minat melukis atau minat pada musik bag orang dewasa biasanya berasal dari minat pada masa kanak-kanaknya.

Minat-minat yang umum pada masa kanak-kanak yang dikemukakan oleh Hurlock yaitu minat terhadap penampilan, pakaian, nama dan julukan, agama, tubuh manusia, kesehatan, seks, sekolah, pekerjaan masa depan, simbol status dan otonomi diri. Minat-minat tersebut semuanya dapat mengarah kepada tercapainya cita-cita yang berhubungan dengan perilaku mereka ketika masa kanak-kanak.

(54)

Stanford (Mangkunegara, 2000:93) mengemukakan definisi motivasi adalah sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu. Motivasi dapat pula diartikan sebaga energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri

Dalam kehidupan, sering didapatkan manusia yang melakukan pekerjaan dengan bersungguh-sungguh, tetapi banyak pula yang santai, bahkan tidak sedikit yang tidak berbuat apa pun. Dengan demikian, maka akan berbeda pula sesuatu yang diperoleh, tergantung kepada seberapa besar tingkat usaha yang dilakukannya. Hal itu disebabkan karena adanya motivasi dalam diri seeorang.

Sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan oleh para siswa di sekolah, Padmowihardjo (1994:52), mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah setiap usaha yang dilakukan untuk menimbulkan motif pada diri seseorang untuk belajar.

Dalam sebuah Studi Motivasi McClelland (Mangkunegara, 2000:97) mengemukakan adanya tiga macam kebutuhan manusia yaitu :

1. Need for Achievment, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. 2. Need for Affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan

dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

3. Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain.

Berkaitan dengan prestasi akademik, dari ketiga motivasi tersebut yang paling menopang adalah motivasi berprestasi, karena motivasi ini dilandasi oleh persaingan di antara teman untuk memperoleh nilai yang tinggi.

(55)

bila memakai prestasi orang lain sebagai ukuran keunggulan disebut “social comparision standard”.

Menurut McClelland motivasi berprestasi adalah usaha gigih untuk mencapai keberhasilan dalam segala aktivitas kehidupan. Selain itu McClelland juga mengartikan motivasi berprestasi sebagai “standar of excellent”. Motivasi berprestasi merupakan kecenderungan dalam individu untuk mencapai prestasi secara optimal.

Motivasi berprestasi merupakan hasil belajar yang diperoleh dari pengalaman emosional, terutama berkaitan dengan usaha untuk menghasilkan sesuatu secara sempurna. Timbulnya motivasi berprestasi adalah dari lingkungan keluarga, di mana pola asuh, gaya hidup, cara orang tua mendidik, serta latar belakang pendidikan orang tua memberi pengaruh pada timbulnya motivasi berprestasi.

McClelland (1953:68) mengemukakan bahwa latar belakang keluarga mempengaruhi pembentukan motivasi berprestasi anak. Motivasi berprestasi kemudian berkembang terus setelah individu berinteraksi dan mendapat pengalaman dari lingkungan yang lebih luas, dan motivasi akan berkembang dengan cepat setelah seseorang merasa terus berkompetisi dengan orang lain. Maka faktor persaingan sangat berperan dalam perkembangan motivasi

Rohwer (Mangkunegara, 2000:84) mengemukakan dua jenis motivasi yaitu :

1. Motivasi intrinsik berasal dari dorongan untuk bertindak secara efisien dan kebutuhan untuk berprestasi secara baik (excellence). Komponen motivasi berprestasi intrinsik adalah sebagai berikut :

(1) Dorongan ingin tahu

(56)

dorongan rasa ingin tahu yang berasal dalam diri (intrinsik) (2) Tingkat Aspirasi

Tingkat aspirasi seseorang turut menentukan tingkat motivasi dalam belajar. Level aspirasi merupakan perkiraan standar diri mengenai perasaan berhasil atau gagal dalam melakukan sesuatu. Seseorang yang memperkirakan dirinya berhasil melakukan sesuatu tujuan akan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Orientasi keberhasilan dan kegagalan sangat penting bagi setiap mahasiswa, karena mereka memperkirakan hasil yang akan dicapainya

2. Motivasi ekstrinsik, motivasi ekstrinsik ini berkembang dalam kaitan dengan perilaku yang ditujukan untuk kehidupan sosial. Adapun ciri-ciri motivasi ekstrinsik adalah:

(1) Faktor kecemasan dalam berprestasi

Kecemasan sering dikaitkan dengan 3 hal berikut ini: a) pengalaman kegagalan, b) rangsangan fisik (phsyiological arousal), dan c) keadaan kognisi. Tiga faktor yang mempengaruhi kecemasan ini mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Pengalaman gagal sering mengakibatkan terjadinya tekanan emosi. Akibat kecemasan terhadap fisik adalah keluarnya keringat yang berlebihan, gangguan fungsi pencernaan. Sedangkan pengaruh kecemasan terhadap kognisi tampak pada rasa khawatir terhadap kegagalan, menyalahkan diri sendiri (2) Pencapaian tujuan karena dorongan dari luar

Pencapaian tujuan merupakan keadaan kognitif yang paling menentukan keberhasilan belajar seseorang bila dibandingkan dengan elemen lain. Pencapaian tujuan karena pengharapan penerimaan orang lain, misalnya dengan mendapat pujian atau hadiah dari orang lain. (3) Standar hasil yang ditetapkan oleh faktor luar

Penetapan standar keberhasilan dalam motivasi ekstrinsik bukan dari dalam dirinya, namun ditetapkan oleh orang lain karena takut kehilangan perhatian orang lain.

(57)

yang lebih sulit setelah berhasil memecahkan suatu tugas, usaha untuk berhasil ini lebih didorong oleh orang lain, bukan oleh dirinya sendiri. Motivasi yang berkembang pada anak Sekolah Dasar pada umumnya diawali dengan motivasi ekstrinsik yaitu pencapaian tujuan karena pengharapan penerimaan dari luar (dalam hal ini orang tua dan guru). Orang tua memotivasi dengan cara memberikan hadiah bila anaknya berhasil dan memberikan sanksi bila anaknya ternyata gagal. Motivasi intrinsik akan muncul kemudian seiring dengan perkembangan kemampuan kognitif serta pengalaman belajar yang menyenangkan sehingga memunculkan dorongan rasa ingin tahu yang besar.

Mangkunegara (2000:104) mengatakan bahwa terdapat 2 faktor yang sangat mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu tingkat kecerdasan (IQ) dan kepribadian. Artinya orang yang mempunyai motivasi berprestasinya tinggi bila memiliki kecerdasan yang memadai dan kepribadian yang dewasa mampu mencapai prestasi maksimal.

Pendidikan Dalam Keluarga

Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil tempat tumbuh dan berkembangnya cikal bakal generasi manusia yang akan datang. Di dalam sebuah keluarga tertumpu tanggung jawab pembinaan dan pendidikan yang pertama dan utama yang peran utamanya adalah ayah dan ibu. Keduanya memiliki fungsi yang setara dalam hal memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya.

Banyak hal di dalam keluarga yang merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan pendidikan di antaranya adalah faktor keutuhan atau keharmonisan keluarga, perhatian, kasih sayang, pemenuhan segala kebutuhan fisik, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, serta status sosial ekonomi dalam pandangan masyarakat. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, maka tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. (Daradjat, 1994:47).

Gambar

Gambar 1. Proses Pembelajaran
Gambar 2.  Proses mencapai prestasi
Tabel 9. Perbedaan Proses Pembelajaran antara SDIT Ummul Quro  dengan SDN Sukadamai 3
Tabel 29. Distribusi  Jenis Kelamin Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia atau masyarakat

Pemberian Tunjangan Pemeriksa Keimigrasian dihentikan apabila Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan

Kesimpulan: Setelah dilakukan intervensi fisioterapi dengan menggunakan modalitas berupa Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan terapi latihan pada

3) Variabel pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dan angkatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), hal ini menunjukkan

Sakti), serta Pihak Kemenhut juga dengan cepat membentuk Tim Monitoring (SK. Dirjen BUK SK.04/ VI-BUHT/2012), tetapi tidak segera cepat menjawab keputusan akhirnya, dan ini

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) menjadi lahan seluruh kegiatan kemasyarakatan dengan berbagai karakteristik dan potensi masyarakat yang menjadikan mereka warga

Perjanjian murabahah juga mengikat sesuai kebiasaan, dimana perjanjian tersebut mengikuti kebiasaan yang lazim dilakukan oleh masyarakat, sama seperti pembiayaan yang

Penulis memilih judul âPembuatan jaringan remote desktop connectionâ pada Penulisan Ilmiah ini, dikarenakan pengguna komputer di PT.German Center kesulitan dalam memindahkan data