• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.3. Rancanga Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 4 dengan 3 ulangan. Terdapat dua faktor yang di teliti yaitu lama perendaman (L) dan konsentrasi KNO3(K).

Faktor lama perendaman (L), terdiri atas tigataraf yaitu : L1 = 3jam

L2 = 6 jam L3 = 9 jam

Faktor konsentrasi KNO3(K), terdiri atas empattaraf yaitu : K1 = 0,5g l air-1

K2 = 1,0 g l air-1 K3 = 1,5 g l air-1 K4 = 2,0 g l air-1

15 Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan tiga ulangan, secara keseluruhan terdapat 36 unit perlakuan. Susunan kombinasi perlakuan antara lama perendaman dan konsentrasi KNO3dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Susunan KombinasiPerlakuan Lama Perendaman dan Konsentrasi KNO3Terhadap Viabilitas Kelengkeng.

No Kombinasi Perlakuan Lama Perendaman (jam) Konsentrasi KNO3 (g l air-1) 1 2 3 4 L1K1 L1K2 L1K3 L1K4 3 3 3 3 0,5 1,0 1,5 2,0 5 6 7 8 L2K1 L2K2 L2K3 L2K4 6 6 6 6 0,5 1,0 1,5 2,0 9 10 11 12 L3K1 L3K2 L3K3 L3K4 9 9 9 9 0,5 1,0 1,5 2,0

Model matematis dari rancangan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Yij = μ +Li+ Kj+ (LK)ij+ εij

Yij = Hasil pengamatan dari faktor lama perendaman (L) taraf ke- i, faktor konsentrasi KNO3(K) taraf ke- j.

μ = Rata-rata umum

Li = Pengaruh faktorlama perendaman (L) taraf ke- i (i = 1,2,3) Kj = Pengaruh faktor konsentrasi KNO3(K) taraf ke-j (j = 1,2,3,4) (LK)ij = Pengaruh interaksi antaralama perendaman (L) taraf ke- i

dengan faktor faktor konsentrasi KNO3(K) taraf ke- j

εij = Galat percobaan dari faktor L taraf ke- i dan faktor K taraf ke-j ulangan ke- k.

Apabila hasil uji F ternyata berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjutan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil), pada tingkat peluang 0,05 yaitu:

BNT0,05= t0,05; dB galat Dimana:

KTg = Kuadrat Tengah Galat t = Diperoleh dari Tabel t0.05

dBgalat = Derajat Bebas Acak r = Ulangan

3.4. Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Benih

Benih lengkeng yang digunakan terlebih dahulu harus diseleksi agar benih yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, seleksi benih dapat dilakukan dengan cara seleksi benih yang hampir sama ukurannya dipilih untuk dilakukan perendaman dengan memakai larutan KNO3 dengan konsentrasi yang telah ditentukan.

b. Persiapan Media

Media yangdigunakan untuk perkecambahan benih ialah tanah lapisan atas (top soil) kemudian tanah dibersikan dari segala kotoran dengan menggunakaan ayakan sebanyak satu kali ayakan, lalu tanah dan pupuk kandang dicampur dengan perbandingan 3 : 1. Dan kemudian media kecambah dimasukan kedalam baskom perkecambahan dengan diameter 20 cm dan tinggi 12 cm.

c. Perendaman Benih

Setelah benih diseleksi dan dipilih benih yang hampir sama besarnya selanjutnya di lakukan perendaman benih yang terdapat tiga taraf yaitu : 3 jam, 6

17 jam, dan 9 jam untuk masing-masing perlakuan. Perendaman dilakukan dengan cara benih lengkeng dimasukukan kedalam baskom yang berisikan larutan KNO3

dengan konsentrasi yang telah ditentukan yaitu : K1= 0,5 g l air-1K2= 1,0g l air-1, K3= 1,5g l air-1 dan K4= 2,0g l air-1.

d. Pengecambahan Benih

Benih yang telah direndamdengan air yang telah bercamburkan konsentrasi KNO3 direndam seperti perlakuan selama 3 jam, 6 jam, dan 9 jam kemudian diletakkan kedalam baskom perkecambahan dengan diameter 20 cm dan tinggi 12 cm yang telah berisikan tanah dengan campuran pupuk kandang 3 : 1, dan kemudian dilakukan pengamatan mulai dari perkecambahan awal hingga berumur 27 hari untuk mengetahui indeks vigor dan viabilitasnya.

3.5. Pengamatan

a. Potensi Tumbuh (PT)

Nilai Potensi tumbuh di peroleh dengan mengamati jumlah benih yang menunjukkan gejala tumbuh yaitu munculnya akar dan plumula yang menembus kulit benih. Pengamatan dilakukan setiap hari, dinyatakan dalam persen sesuai rumus berikut ini :

PT = ∑ benih yang menunjukkan gejala tumbuh

∑ benih yang di tanam x100%

b. Daya Berkecambah (DB)

Daya kecambah adalah kemampuan benih untuk berkecambah norma dalam keadaan yang menguntungkan setelah waktu yang ditentukan. Benih dianggap normal apabila akar primer cukup kuat bila di tumbuhkan dalam tanah,

hipokotil dalam kondisi baik dan epikotil lebih kurang mempunyai satu daun primer dan satu tunas ujung yang sempurna. Pengamatan dilakukan pada hari ke-23, dan ke-27, yang dinyatakan dalam persen sesuai rumus berikut ini:

DB = ∑ KN Pengamatan I + ∑ KN Pengamatan II

∑ benih yang di tanam x100%

Keterangan: DB = Daya Berkecambah KN = Kecambah Normal c. Kecepatan Tumbuh (KcT)

Nilai kecepatan tumbuh dapat dihitung berdasarkan pengamatan jumlah benih yang berkecambah normal setiap harinya dari hari ke-13 sampai hari pengamatan terakhir hari ke-27 yang dinyatakan dalam persen perlakuan dan di hitung dengan rumus :

KcT = N1 D1+ N2 D1+ ⋯ Nn Dn

Keterangan : KcT = Kecepatan Tumbuh

N1...Nn= Jumlah kecambah normal1,2…n setelah perkecambahan D1...Dn = Jumlah hari pengamatan setelah perkecambahan (27 hari) d. Keserempakan Tumbuh (KsT)

Perhitungan keserempakan tumbuh dilakukan terhadap kecambah normal kuat pada hari ke-25 yaitu antara pengamanan I (hari ke-23) dan pengamatan II (hari ke-27) setelah tanam dan dinyatakan dalam persen. Keserempakan tumbuh dihitung dengan menggunakan rumus persamaan sebagai berikut :

KsT = ∑ Kecambah normal kuat

19 e. Vigor Kecambah (VK)

Vigor kecambah digunakan untuk mengetahui kemampuan benih untuk tumbuh dengan baik. Pengamatan dilakukan pada hari ke-27 dinyatakan dalam persen, sesuai dengan rumus berikut :

VK = ∑ kecambah vigor yang normal (kuat)

20 4.1. Pengaruh Lama Perendaman

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2 sampai 10) menunjukkan bahwa lama perendaman berpengaruh nyata terhadap vigor kecambah, dan berpengaruh tidak nyata terhadap potensi tumbuh, daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh benih lengkeng.

Rata-rata potensi tumbuh, daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh dan vigor kecambah benih lengkeng pada berbagai lama perendaman setelah diuji lanjut dengan BNT0,05disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Potensi Tumbuh, Daya Berkecambah, Kecepatan Tumbuh, Keserempakan Tumbuh dan Vigor Kecambah benih lengkeng pada berbagai lama perendaman

Parameter Lama Perendaman (Jam) BNT0.05 3 (L1) 6 (L2) 9 (L3)

Potensi Tumbuh (%) (35,65) (35,19) (40,74) -Arcsin√x 36,45 36,17 39,56

Daya Berkecambah (%) (35,33) (33,23) (40,84) -Arcsin√x 36,23 34,90 39,59

Kecepatan Tumbuh (%/etmal) (1,62) (1,56) (1,85)

-Arcsin√x 7,17 7,05 7,72 Keserempakan Tumbuh (%) (22,69) (21,30) (24,54) -Arcsin√x 28,05 27,21 29,49 Vigor Kecambah (%) (33,33) (31,48) (38,43) 3,49 Arcsin√x 35,01 ab 33,78 a 38,14 b

Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata pada uji lanjut BNT0,05

- ( ) = Data sebelum transpormasi

Tabel 2 menunjukkan bahwa vigor kecambah tertinggi ditunjukkan pada lama perendaman 9 jam (L3), yang berbeda nyata dengan lama perendaman 6 jam (L2), namun berbeda tidak nyata dengan lama perendaman (L1). Sedangkan

21

potensi tumbuh, daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan keserempakan tumbuh terbaik cenderung ditunjukkan pada lama perendaman 9 jam (L3), meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan lama perendaman 3 jam (L3) dan 6 jam (L2).

Rata-rata vigor kecambah benih lengkeng pada berbagai lama perendaman dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rata-rata Vigor Kecambah Benih Lengkeng pada berbagai Lama Perendaman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perendaman 9 jam (L3) menghasilkan vigor kecambah yang terbaik di bandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya persediaan makanan dalam biji dan pengaruh dari perendaman yang sangat singkat atau pun perendaman yang terlalu lama. Hal ini sesuai pendapat Delouche dalam Silomba (2006) menyatakan bahwa perlakuan perendaman dalam air berfungsi untuk mencuci zat-zat yang menghambat perkecambahan dan dapat melunakkan kulit benih. Perendaman dapat merangsang penyerapan lebih cepat.

33.33 31.48 38.43 20.0 22.5 25.0 27.5 30.0 32.5 35.0 37.5 40.0 3 6 9 V ig o r K e c a m b a h (%)

Menurut Schmidt (2000), Perendaman adalah prosedur untuk mengatasi dormansi fisik, selain itu ada resiko bahwa benih akan mati jika dibiarkan dalam air sampai seluruh benih menjadi permeabel. Oleh karena itu, perlu diperoleh waktu perendaman yang tidak merusak benih dan dapat membantu pematahan dormansi jika dikombinasikan dengan perlakuan lain. Menurut Sutopo (2002), setiap biji tanaman mempunyai kisaran waktu yang tertentu untuk bisa berkecambah. Pada proses perkecambahan lama perendaman diketahui cukup membantu perkecambahan biji.

Menurut Copeland (1976) dalam Abidin (1993), mengemukakan bahwa ketika proses imbibisi berlangsung maka air akan masuk kedalam biji melalui kulit biji, kemampuan mengalami difusi dan masuk kedalam jaringan. Dengan masuknya air kedalam biji maka sel akan menjadi bengkak dan menyebabkan pecahnya dormansi.

Benih yang telah menunjukkan gejala tumbuh seperti tumbuhnya akar atau plumula dikatakan sudah ada potensi untuk tumbuh. Potensi tumbuh adalah persentase benih yang menunjukkan gejala tumbuh dalam pengujian langsung, dinyatakan hidup apabila akar dan plumula tumbuh dan menembus kulit, potensi tumbuh sangat dipengaruhi oleh faktor fisiologis, lingkungan dan umur simpan benih (Sadjad, 1980).

Dokumen terkait