• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

3.10 ALUR PENELITIAN

PENENTUAN LOKASI PENELITIAN

PENGAMBILAN SAMPEL SESUAI KRITERIA PENELITIAN

PENGUKURAN SAMPEL

HASIL DAN SIMPULAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian mengenai ukuran lebar, panjang lengkung gigi, dan tinggi palatum berdasarkan tipe maloklusi pada pasien ortodontik di RSGM FKG UNHAS. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara distributif menggunakan program SPSS (versi 16). Hasilnya sebagaimana tampak pada tabel 5.1 di bawah ini:

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik subjek

Karakteristik sampel Frekuensi (n) Persen (%) Mean ± SD Jenis kelamin

Laki-laki 37 29,6

Perempuan 88 70,4

Usia 19,68 ± 4,43

Lebar mesiodistal 30,73 ± 3,40

LLM Indeks Pont 38,64 ± 2,93

LLB Indeks Pont 48,06 ± 5,45

LLM Hasil Ukur 37,14 ± 3,11

LLB Hasil Ukur 50,33 ± 35,84

Panjang lengkung gigi 20,19 ± 2,30

Tinggi palatum 18,01 ± 2,21

Klas Maloklusi

Klas 1 tipe 1 34 27,2

Klas 1 tipe 2 14 11,2

38

Klas 1 tipe 3 1 0,8

Klas 1 tipe 6 56 44,8

Klas 2 divisi 1 18 14,4

Klas 3 2 1,6

Kategori panjang lengkung gigi

Sempit 84 67,2

Sedang 3 2,4

Lebar 38 30,4

Kategori tinggi palatum

Rendah 95 76

Sedang 7 5,6

Dalam 23 18,4

Total 125 100

Tabel 5.1 memperlihatkan distribusi karakteristik sampel penelitian dengan jumlah model studi sebanyak 125 model. Terlihat pada tabel 5.1 sebanyak 37 model studi laki-laki (29,6%) dan 88 perempuan (70,4%) menjadi sampel dalam penelitian ini.

Secara keseluruhan, rata-rata usia sampel dalam penelitian ini adalah 19 tahun, dengan rata-rata lebar mesiodistal gigi sebesar 30,73 mm, LLM indeks pont sebesar 38,44 LLB indeks Pont sebesar 48,06 LLM hasil ukur sebesar 37,14 mm, LLB hasil ukur sebesar 50,33 mm, panjang lengkung gigi sebesar 20,19 mm, dan tinggi palatum sebesar 18 mm.

Tabel 5.2 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan panjang lengkung gigi Karakteristik sampel

Kategori panjang lengkung gigi

Total Sempit Sedang Lebar

Jenis Kelamin

Laki-laki 25

(67,6%) 1 (2,7%) 11 (29,7%)

37 (100%)

Perempuan

59 (67%) 2 (2,3%) 27 (30,7%)

88 (100%)

Klas Maloklusi

Klas 1 tipe 1 8 (23,5%) 3 (8,8%) 23 (67,6%)

34 (100%)

Klas 1 tipe 2 12

(14,3%) 0 (0) 2 (14,3%) 14 (100%) Klas 1 tipe 3 1 (100%) 0 (0) 0 (0) 1 (100%

Klas 1 tipe 6 50

(89,3%) 0 (0) 6 (10,7%) 56 (100%) Klas 2 divisi 1 12

(66,7%) 0 (0) 6 (33,3%) 18 (100%)

40

Klas 3 1 (50%) 0 (0) 1 (50%) 2 (100%)

Kategori tinggi palatum

Rendah 66

(69,5%) 2 (2,1%) 27 (28,4%)

95 (100%)

Sedang 4 (57,1%) 0 (0) 3 (42,9%) 7 (100%)

Dalam 14

(16,7%) 1 (4,3%) 8 (30,4%) 23 (100%) Total

84 (100%) 3 (100%) 38 (30,4%)

125 (100%)

Pada tabel 5.2 terlihat distribusi jenis kelamin, klas maloklusi dan kategori tinggi palatum berdasarkan kategori panjang lengkung gigi. Terlihat baik jenis kelamin laki-laki, maupun perempuan paling banyak memiliki kategori panjang lengkung gigi sempit, yaitu sebanyak 25 model (67,6%) untuk laki-laki dan 59 model (67%) untuk perempuan. Adapun dari segi maloklusi, hampir tidak ada klas maloklusi dengan kategori panjang lengkung gigi sedang, kecuali klas 1 tipe 1 (sebanyak 3 model, 8,8%).

Tabel 5.3 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan kategori tinggi palatum Karakteristik sampel

Kategori tinggi palatum

Total

Rendah Sedang Dalam

Jenis Kelamin

Laki-laki 28

(75,7%) 2 (5,4%) 7 (18,9%) 37 (100%)

Perempuan 67

(70,5%) 5 (5,7%) 16 (18,2%)

88 (100%)

Klas Maloklusi

41

Klas 1 tipe 1 27

(79,4%) 2 (5,9%) 5 (14,7%) 25 (100%)

Klas 1 tipe 2 11

(78,6%) 1 (3,3%) 2 (14,3%) 24 (100%)

Klas 1 tipe 3 0 (0) 0 (0) 1 (100%) 1 (100%

Klas 1 tipe 6 47

(83,9%) 4 (7,1%) 5 (8,9%) 56 (100%)

Klas 2 divisi 1 10

(55,6%) 0 (0) 8 (44,4%) 18 (100%)

Klas 3 0 (0) 0 (0) 2 (100%) 2 (100%)

Kategori panjang lengkung gigi

Sempit 66

(78,6%) 4 (4,8%) 14 (16,7%)

84 (100%)

Sedang 2 (66,7%) 0 (0) 1 (33,3%) 3 (100%)

Lebar 27

(71,1%) 3 (42,9%) 8 (21,1%) 38 (100%) Total

95 (100%) 7 (100%) 23 (100%)

125 (100%)

Tabel 5.3 memperlihatkan distribusi jenis kelamin, klas maloklusi, dan panjang lengkung gigi berdasarkan tinggi palatum. Pada tabel 5.3 terlihat bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki tinggi palatum rendah yang paling banyak, yaitu 28 model (75,7%) laki-laki dan 67 model (70,5%) perempuan. Pada tabel 5.2 klas maloklusi paling sedikit memiliki kategori tinggi palatum sedang. Klas 1 tipe 1, tipe 2, tipe 6 dan klas 2 divisi 1 paling banyak memiliki kategori tinggi palatum rendah. Klas 1 tipe 3 dan klas 3 memiliki kategori tinggi palatum dalam yang paling

42 banyak. Distribusi panjang lengkung gigi dan tinggi palatum memiliki nilai yang sama, seperti yang telah disebutkan pada tabel 5.2.

Tabel 5.4 Distribusi rata-rata lebar mesiodistal gigi, LLM, LLB Pont dan hasil ukur

Karakteristik sampel

Lebar mesiodistal gigi (mm)

LLM Pont(mm)

LLB Pont(mm)

LLM Hasil Ukur(mm)

LLB Hasil Ukur(mm)

Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD

Jenis kelamin

Laki-laki 31,58±2,51 39,45±3,13 49,31±3,92 38,81±3,53 48,52±3,81 Perempuan 30,44±3,67 38,295±2,79 47,52±5,93 37,25±2,83 51,09±42,69 Klas Maloklusi

Klas 1 tipe 1 31,73±1,98 39,64±2,46 49,52±3,09 36,74±2,73 45,57±3,13 Klas 1 tipe 2 29,89±8,17 39,65±3,23 49,56±4,04 37,35±3,67 48,34±4,78

Klas 1 tipe 3 33,8 42,2 52,8 36,5 46,5

Klas 1 tipe 6 29,96±1,99 37,26±2,58 45,88±6,55 39,03±2,68 55,39±53,2 Klas 2 divisi 1 31,96±2,42 39,92±3,02 50,43±4,17 36,06±3,25 46,01±4,23 Klas 3 30,78±2,62 39,5±3,25 49,4±4,1 35,7±4,24 43,95±3,61 Kategori panjang

lengkung gigi

Sempit 29,91±3,51 37,72±2,3 46,81±5,64 37,9±2,55 52,26±43,53 Sedang 30,67±1,88 38,26±2,34 47,83±2,95 34,96±2,87 44,4±2,45 Lebar 32,73±2,30 40,68±3,23 50,83±4,06 37,52±4,09 46,5±5,13 Kategori tinggi

palatum

Rendah 30,68±3,72 38,66±2,93 48,01±5,91 38,20±2,86 51,90±40,98

43 Sedang 31,46±2,54 39,27±3,18 49,1±3,97 39,24±4,23 47,71±5,32 Dalam 30,97±2,07 38,33±2,97 47,91±3,72 35,2±2,54 44,63±2,94 Total 30,78±3,40 39,64±2,93 48,05±5,45 37,71±3,11 50,33±35,84

Tabel 5.4 memperlihatkan distribusi rata-rata lebar mesiodistal gigi, LLM dan LLB indeks pont, LLM dan LLB hasil ukur berdasarkan jenis kelamin, klas maloklusi, panjang lengkung gigi dan tinggi palatum. Terlihat pada tabel 5.4, hampir seluruh nilai rata-rata laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Klas maloklusi 2 divisi 1 memiliki lebar mesio distal gigi yang paling besar, yaitu 31,96 mm, dan diikuti dengan klas 1 tipe 1 dengan 31,73 mm. Klas 1 tipe 2 memiliki lebar mesiodistal gigi yang paling kecil, yaitu 29,89 mm. LLM dan LLB indeks Pont yang paling besar adalah klas 2 divisi 1 dengan nilai rata-rata 39,92 mm (LLM) dan 50,43 mm (LLB), serta yang paling sedikit adalah klas 1 tipe 6 dengan nilai rata-rata 37,26 mm (LLM) dan 45,88 mm (LLB). Sebaliknya, dari segi hasil ukur, LLM dan LLB klas 1 tipe 6 yang paling besar, yaitu 39,03 mm (LLM) dan 55,39 mm (LLB), serta yang paling kecil nilainya adalah klas 2 divisi 1. Hal ini menunjukkan bahwa klas 1 tipe 6 mengalami pelebaran ruang, sedangkan klas 2 divisi 1 mengalami penyempitan ruang.

Tabel 5.5 Distribusi rata-rata panjang lengkung gigi dan tinggi palatum

Karakteristik sampel

Panjang lengkung

gigi(mm) Tinggi palatum(mm)

Mean ± SD Mean ± SD

Jenis kelamin

Laki-laki 20,16±2,48 18,40±2,07

44

Perempuan 20,20±2,24 17,83±2,25

Klas Maloklusi

Klas 1 tipe 1 18,79±1,90 17,07±1,95 Klas 1 tipe 2 21,44±2,43 18,40±2,21

Klas 1 tipe 3 22,5 20,1

Klas 1 tipe 6 20,34±1,79 18,16±2,15 Klas 2 divisi 1 21,35±3,11 18,63±2,52

Klas 3 19,5±0,71 19,90±0,14

Total 20,19±2,30 18,01±2,20

Tabel 5.5 memperlihatkan distribusi rata-rata panjang lengkung gigi dan tinggi palatum berdasarkan jenis kelamin dan klas maloklusi. Terlihat pada tabel 5.5, laki-laki dan perempuan memiliki rata-rata panjang lengkung gigi yang hampir sama, yaitu 20,16 mm untuk laki-laki dan 20,20 mm untuk perempuan. Adapun tinggi palatum laki-laki sebesar 18,40 mm dan untuk perempuan sebesar 17,83 mm. Dari segi klas maloklusi, klas 1 tipe 2 memiliki rata-rata panjang lengkung gigi yang paling besar, yaitu sebanyak 21,44 mm diikuti dengan klas 2 divisi 1, yaitu sebesar 21,35. Rata-rata tinggi palatum yang paling besar adalah klas 3, yaitu 19,9 mm, diikuti dengan klas 2 divisi 1, yaitu 18,63 mm.

45

BAB V PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui ukuran lebar, panjang lengkung gigi dan tinggi palatum dengan tipe maloklusi pada pasien ortodontik di RSGM FKG UNHAS. Pada penelitian ini, didapatkan 125 model gigi yang sesuai dengan kriteria seleksi sampel penelitian, yang terdiri dari 37 model studi laki-laki (29,6%) dan 88 model studi perempuan (70,4%).

Dari hasil penelitian yang ditunjukkan bahwa distribusi tipe maloklusi dalam penelitian ini, tipe maloklusi yang paling banyak adalah klas 1 tipe 6, sebanyak 56 model studi (44,8%) dan yang paling sedikit adalah klas 1 tipe 3, sebanyak 1 model studi (0,8%). Pada penelitian ini, tidak ditemukan klas 1 tipe 4, klas 2 divisi 2, dan pembagian klas 3, hal ini dimungkinkan karena tipe maloklusi ini bukan menjadi prasyarat tipe maloklusi yang harus ditangani atau dilakukan perawatan oleh mahasiswa kepaniteraan di kinik bagian ortodonsia RSGM FKG UNHAS. Secara keseluruhan, kategori panjang lengkung gigi yang paling banyak adalah kategori panjang lengkung sempit, yaitu sebanyak 84 model studi (67,2%) dan kategori tinggi palatum yang paling banyak adalah kategori palatum rendah, yaitu sebanyak 95 model studi (76%).

Pada penelitian yang dilakukan dari jumlah sampel model yang di teliti paling banyak adalah model studi dengan kasus maloklusi klas 1 tipe 6. Kasus maloklusi

klas 1 tipe 6 merupakan kasus maloklusi yang lebih mudah untuk ditangani dengan perawatan menggunakan alat ortodontik lepasan jika dibandingkan dengan kasus maloklusi klas 3. Menurut Ramara yang dikutip oleh Susanti crossbite merupakan salah satu kasus yang kompleks dan sulit untuk dilakukan perawatan.

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa cossbite (maloklusi klas 3) sebaiknya dirawat dengan kombinasi ortodontik dan bedah ortognatik setelah selesainya pertumbuhan rahang agar didapatkan hasil perawatan yang maksimal dan stabil.14 Oleh karena itu untuk pasien crossbite di RSGM FKG UNHAS sangat kurang dengan mengingat alat yang dipergunakan hanya alat ortodontik lepasan sehingga crossbite yang berat sangat sulit ditangani.

Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa klas 1 tipe 1 paling banyak memiliki kategori panjang lengkung gigi lebar, yaitu sebanyak 23 model (67,6%).

Klas 1 tipe 2, tipe 3, tipe 6, klas 2 divisi 1, dan klas 3 memiliki kategori panjang lengkung gigi sempit yang paling banyak. Hasil ini ditunjukkan pada tabel 5.2 yang memperlihatkan bahwa seluruh kategori tinggi palatum memiliki kategori panjang lengkung gigi sempit yang paling banyak. Menurut Pont yang dikutip oleh Paramesthi menyatakan bahwa terdapat hubungan antara keempat mesio distal insisivus permanen dengan panjang lengkung gigi maksila, hal ini dapat diartikan bahwa semakin besar jumlah mesiodistal insisivus permanen akan menyebabkan panjang lengkung maksila semakin besar pula, perbedaan ras juga dikaitkan dengan adanya perbedaan bentuk lengkung gigi.4

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebar mesio distal laki-laki lebih besar jika dibandingkan dengan lebar mesio distal perempuan, hal ini sesuai dengan

48 penelitian yang dilakukan oleh Desi pada tahun 2000 di Universitas Airlangga. Rata-rata ukuran mesio distal gigi insisif rahang atas laki-laki lebih besar dari perempuan.

Ukuran gigi pria lebih besar dari ukuran gigi wanita. Menurut Desi hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor kekuatan fungsional, kebiasaan makan, sikap tubuh dan trauma.13

Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa rata-rata panjang lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan didapatkan hasil yang hampir sama. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paramesthi didapatkan hasil bahwa rata-rata panjang lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda bermakna. Menurut pernyataan Burris dan Harris yang dikutip dari Paramesthi bahwa perbedaan panjang lengkung gigi lebih cenderung disebabkan oleh karena faktor ras dari pada jenis kelamin.4

Pada penelitian ini juga didapatkan rata-rata tinggi palatum laki-laki lebih besar dari pada tinggi palatum perempuan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustini menemukan bahwa meskipun rata-rata tinggi palatum laki-laki lebih besar dari pada perempuan namun menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna, hal ini juga dinyatakan oleh Paramesthi bahwa rata-rata tinggi palatum laki-laki lebih besar daripada perempuan pada suku jawa , namun setelah dilakukan uji t tidak berpasangan ternyata tiak berbeda bermakna. Menurut Agustini hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian Lebret yang menunjukkan adanya perbedaan tinggi palatum antara laki-laki dan perempuan tetapi tidak bermakna.3,4

49 BAB VI

PENUTUP

6.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada model studi pasien ortodontik di RSGM FKG UNHAS , maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Lebar mesio distal gigi laki-laki lebih besar dibandingkan dengan lebar mesio distal gigi pada perempuan.

2. Laki-laki memiliki ukuran panjang lengkung gigi yang hampir sama dengan perempuan.

3. Tinggi palatum laki-laki lebih besar dibandingkan dengan tinggi palatum perempuan.

4. Kategori panjang lengkung gigi yang paling banyak adalah panjang lengkung gigi yang sempit sedangkan kategori tinggi palatum yang paling banyak adalah tinggi palatum yang rendah.

5. Tipe maloklusi klas 1 tipe 1 paling banyak memiliki panjang lengkung gigi yang lebih lebar dan tipe maloklusi klas 1 divisi 6 memiliki panjang lengkung gigi yang sempit serta tipe maloklusi klas 1 tipe 1, tipe 2, tipe 6 dan klas 2 divisi 1 paling banyak memiliki kategori tinggi palatum yang rendah.

6. Tipe maloklusi klas 2 divisi 1 memiliki lebar mesio distal gigi yang paling besar dibandingkan dengan tipe maloklusi yang lain.

50 6.2 SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi dalam menilai ukuran lebar dan panjang lengkung gigi serta tinggi palatum dengan tipe maloklusi karena pada penelitian ini tipe maloklusi yang diteliti masih terbatas dan belum mencakup keseluruhan dari tipe maloklusi yang ada dikarenakan evaluasi atau data yang diambil juga terbatas tiga tahun terakhir, diharapkan selanjutnya tipe maloklusi yang diteliti lebih kompleks lagi dengan rentan waktu yang lebih lama.

51 DAFTAR PUSTAKA

1. Lau PYW, Wong RWK. Risk and complications in orthodontic treatment.

Hong Kong Dental Journal [serial online] 2006 Jun;3(1):[internet]. Available from: URL: http://orthofree.com/cms/assets/22.pdf. Accessed November 30, 2011

2. Mokhtar M. Dasar-dasar ortodonti pertumbuhan dan perkembangan kraniodentofasial. Medan: Bina Insani Pustaka; 2002, p. 1-2

3. Agustini TF, Sutadi H, Soenawan H. Hubungan antara tinggi palatum dengan lebar intermolar dan panjang lengkung gigi posterior pada anak usia 12-14 tahun. Jurnal PDGI 2003;53(2):16-24

4. Paramesthi GAMDH, Farmasyanti CA, Karunia D. Besar indeks Pont dan Korhaus serta hubungan antara lebar dan panjang lengkung gigi terhadap tinggi palatum pada suku Jawa. [internet]. Available from:

URL:http://cendrawasih.a.f.staff.ugm.ac.id/wp-content/besar-indeks-pont- korkhaus-serta-hubungan-antara-lebar-dan-panjang-lengkung-gigi-terhadap-tinggi-palatum-pada-suku-jawa.pdf. Diakses Desember 2, 2011

5. Budiman JA, Hayati R, Sutrisna B, Soemantri ES. Identifikasi bentuk lengkung gigi secara kuantitatif. Dentika Dent J 2009;14(2):120-4

6. Rahardjo P. Ortodonti dasar. Surabaya: Airlangga University Press; 2009, p.

8-16

7. Michalska MK, Bacceti T. Duration of the pubertal peak in skeletal class 1 and III subjects. Angle Orthod.[serial online]

2010;80(1):[internet].Availablefrom:URL:http://www.angle.org/doi/pdf/10.2 319/020309-69.1. Accesed December 2, 2011.

Dokumen terkait