Dalam penjelasan Kitab Undang Hukum Acara Pidana, penyidikan merupakan serangkaian tindakan penyidikan. Pasal 4 dan Pasal 15 Perkap nomor 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana mengatur tentang dasar dilakukannya penyidikan dan tahap-tahap kegiatan penyidikan.
Pasal 4 Perkap Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana menyebutkan, dasar dilakukan penyidikan ;
1. Laporan polisi/pengaduan 2. Surat perintah tugas
3. Laporan Hasil Penyelidikan (LHP) 4. Surat Perintah Penyidikan
5. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP)
Pasal 15 Perkap Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana yang menyebutkan tahapan penyidikan terdiri dari: Penyelidikan, pengiriman SPDP, upaya paksa, pemeriksaan, gelar perkara, penyelesaian
38 berkas perkara, penyerahan berkas pekrara ke penuntut umum, penyerahan tersangka dan barang bukti; serta penghentian penyidikan.26
Penyidikan menurut R.Soesilo dalam arti luas meliputi penyidikan, pengusutan dan pemeriksaan sekaligus rangkaian tindakan-tindakan terus menerus tidak ada pangkal permulaan dan penyelesaiannya sedangkan dalam arti sempit tindakan-tindakan dari bentuk represif dari reserse kriminal Polri yang merupakan pemeriksaan perkara pidana. 27 Dari pendapat R.Soesilo diatas arti dari tindakan terus menerus yaitu penyidikan sendiri diawali dari sebuah penyelidikan dan penyelesaiannya di akhiri di pengadilan sampai hakim yang memutuskan.
Penyidikan didahului pemberitahuan penuntut umum, secara formal melalui mekanisme Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).
Pasal 109 Kitab Undang Hukum Acara Pidana, tidak ada ketegasan kapan waktunya penyidik diberitahukan kepada penuntut umum. Dalam Pasal 75 Kitab Undang Hukum Acara Pidana harus dibuat berita acara pelaksanaan.
Dalam penyidikan apabila tidak menemukan bukti yang cukup bukanlah peristiwa pidana maka penyidikan dihentikan demi hukum, maka penyidik mengeluarkan Surat Perintah Pemberhentian Penyidikan dan ketika SPPP sudah dikeluarkan maka diberitahukan kepada Penuntut Umum baik tersangka maupun keluarganya. Namun, jika keluarganya tidak menerima surat perintah
26 Tolib Effendi, Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana Perkembangan dan Pembaharuan di Indonesia, (Malang: Setara Press, 2014), halaman. 83
39 penghentian penyidikan maka bisa mengajukan praperadilan berdasarkan Pasal 77 butir a Kitab Undang Hukum Acara Pidana. Apabila berkas selama penyidikan tidak lengkap maka Penuntut Umum menyerahkan kembali ke penyidik. Apabila penyidik menyerahkan hasil penyidikan dalam waktu 14 hari penuntut umum tidak mengembalikan berkas tersebut maka penyidikan dianggap selesai.
Berita acara penyidikan atau disebut dengan BAP diatur dalam Pasal 75 Kitab Undang Hukum Acara Pidana menyebutkannya hanya berita acara tetapi dalam penjelasan pasal 8 ayat 1 menjelaskan betapa pentingnya dalam membuat berita acara karena hal ini menyangkut wewenang keras dalam penyidikan dan sudah menjadi kewajiban administrative dalam tahap penyidikan. Dalam tahap penyidikan membuat Berita Acara Penyidikan tidak boleh terlewatkan karena didalamnya ada sebuah histori kasus. Selain itu juga pentingnya membuat Berita Acara Penyidikan adalah hasil temuan atau kumpulan bukti pada saat penyelidikan maupun penyidikan. Ada 11 jenis tindakan yang harus termuat dalam berita acara pemeriksaan hal ini termuat dalam Pasal 75 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana diantaranya berupa: pemeriksaan tersangka, penangkapan, penahanan, penggeledahan, pemasukan rumah, penyitaan benda, pemeriksaan surat, pemeriksaan saksi, pemeriksaan di tempat kejadian, pelaksanaan penetapan pengadilan, dan pelaksanaan tindakan lain berdasarkan undang-undang. Dalam pasal 75 ayat 2 Kitab Undang Hukum Acara Pidana dalam pembuatan Berita Acara
40 Pemeriksaan dilakukan oleh pejabat yang berwenang dan harus dibuat dengan kekuatan sumpah (Pasal 76 Kitab Undang Hukum Acara Pidana)
Penulis menarik dari berbagai referensi tentang penyidikan yang diatur dalam Pasal 1 butir 2 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana memiliki 3 unsur yaitu bukti yang dicari dan dikumpulkan, tindak pidana menjadi terang, dan tersangka ditemukan. Apabila dalam sebuah penyelidikan mencari untuk menemukan, lalu menjadi mengumpulkan didalam penyidikan. Ruang lingkup penyidikan sangat luas baik dilihat dari segi wewenang, tugas, dan kewajiban penyidik, hal ini tidak hanya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana tetapi juga dari berbagai peraturan yang relevan dengan penyidikan. Kerumitan dalam tahap proses penyidikan dilihat dari mencari dan mengumpulkan bukti menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau disebut dengan KUHAP. Pegawai Penyidik dilakukan oleh POLRI dan PPNS. Wewenang penyidik yang sudah diatur dalam Pasal 7 Kitab Undang Hukum Acara Pidana memiliki 10 wewenang yang harus dilakukannya diantaranya yaitu menerima laporan; melakukan tindakan pertama ketika di TKP; menyuruh berhenti dan memeriksa tanda pengenal tersangka; melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan surat; mengambil sidik jari; memanggil saksi; mendatangkan ahli; mengadakan penghentian penyidikan; melakukan wewenang lain yang diatur dalam undang-undang.
Wewenang penyidik dikenal sebagai tindakan projustisia atau dalam bahasa latin disebut dengan demi keadilan/demi hukum. Title projustisia selalu
41 dicantumkan dalam berita acara pemeriksaan. Dari pendapat penulis penyidikan memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Pemeriksaan tersangka oleh penyidik, dalam pemeriksaan terhadap tersangka ditahan dalam waktu 1x24 jam (pasal 112 Kitab Undang Hukum Acara Pidana). Ketika pemeriksaan tersangka tidak boleh adanya tekanan apapun dari pihak penyidik (pasal 117 Kitab Undang Hukum Acara Pidana)
2. Penyerahan alat bukti kepada penyidik. Untuk menemukan alat bukti ini ketika pada waktu penyelidikan. Alat bukti diatur didalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana yang diatur didalam Pasal 184 ayat 1 alat bukti yang sah ialah a. Keterangan saksi, b. Keterangan ahli, c. Surat d. Petunjuk e. Keterangan Terdakwa dan alat bukti yang terakhir adalah pengakuan dari Tersangka sendiri.
3. Pemeriksaan saksi, hal ini penyidik memanggil para saksi dipertemukan satu dengan yang lainnya pasal 116 ayat (2) Kitab Undang Hukum Acara Pidana. Dalam pemeriksaan saksi tidak disumpah terlebih dahulu.
Pemeriksaan saksi ketika disumpah di pengadilan.
4. Adanya hak-hak tersangka yang diatur dalam Kitab Undang Hukum Acara Pidana diantaranya yaitu :
a. Hak prioritas penyelesaian perkara Pasal 50 b. Hak persiapan pasal 51
c. Hak mendapatkan bantuan hukum sejak penahanan Pasal 54 d. Hak menghubungi
42 Pada dasarnya hak tersangka diperoleh pada saat proses penyidikan atau tahap pemeriksaan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981.
Perlindingan hak tersangka tidak terlepas dari sebuah pelaksanaan asas-asas hukum pidana. Penyidik wajib menjamin terlaksananya hak-hak seseorang tersangka selama proses penyidikan langsung disinilah peran penyidik memberikan jaminan hak tersangka dalam perkara pidana.
Tindakan-tindakan dalam suatu penyidikan diantara lain : 1. Penangkapan
Dasar dikeluarkannya Surat Perintah Penangkapan diatur dalam pasal 5 ayat 1 b angka 1, pasal 7 ayat (1) huruf d, pasal 16, pasal 17, pasal 18, pasal 19, pasal 27 Kitab Undang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia. Setelah penangkapan dilakukan adanya sebuah pemeriksaan untuk mengetahui diadakannya penahanan kepada tersangka atau tidak dikarenakan waktu penangkapan 1x24 jam. Setelah adanya penangkapan dilakukan adanya surat salinan surat perintah penangkapan terhadap tersangka dan keluarganya. Setelah itu dibuatlah berita acara penangkapan yang didatandatangani oleh tersangka dan penyidik yang melakukan penangkapan.
2. Penahanan
Dasar dikeluarkannya penahanan pasal 17 ayat 1 huruf d, pasal 11, pasal 20, pasal 21, pasal 22, pasal 24 ayat 1 Kitab Undang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia. Apabila setelah dilakukannya penangkapan maka penyidik
43 melakukan penahanan apabila tersangka memiliki alat bukti yang cukup kuat melakukan suatu tindak pidana. Apabila tidak ditahan maka tersangka ditakutkannya melarikan diri, merusak dan menghilangkan barang bukti.
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan sendiri dilakukan oleh penyidik guna untuk mendapatkan keterangan kejelasan dari tersangka sendiri maupun saksi-saksi atau pihak yang terlibat. Sehingga peran penyidik dalam melakukan pemeriksaan yaitu membuat Berita Acara Pemeriksaan.
4. Penggeledahan
Dasar Penggeledahan dalam Pasal 1 butir 17, Pasal 5 ayat (1) angka 1, Pasal 7 ayat (1) huruf d, Pasal 11, Pasal 33, Pasal 125, Pasal 126, Pasal 127 Kitab Undang Hukum Acara Pidana, permintaan dari penyidik, surat izin penggeledahan dari ketua pengadilan negeri.
5. Penyitaan
Penyitaan dan pembuatan surat perintah penyitaan adalah laporan polisi, hasil pemeriksaan, laporan hasil penyelidikan yang dibuat oleh petugas atau perintah penyidik atau penyidik pembantu dan hasil penggeledahan.
Sedangkan yang berhak mengeluarkan surat perintah penyitaan adalah Kepala kesatuan atau pejabat yang ditunjuk selaku penyidik atau penyidik pembantu.
Benda-benda yang dapat disita antara lain :
1. Benda atau tagihan tersangka bila seluruh atau sebagian diduga di peroleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana.
44 2. Benda yang digunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau
untuk mempersiapkannya
3. Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan suatu tindak pidana.
Dasar penyitaan diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf I angka 1, Pasal 7 ayat (10), huruf d, Pasal 11, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, pasal 44, Pasal 128, Pasal 129, Pasal 130, pasal 131 kitab undang hukum acara pidana dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia. Setelah dalam rangkaian tindakan penyidikan diselesaikan maka kepolisian menyerahkan berkas perkara tersebut kepada penuntut umum yaitu penyerahan pada tahap pertama berkas perkara Pasal 8 ayat 3 sub a dan Pasal 110 ayat (1) Kitab Undang Hukum Acara Pidana. Apabila penuntut umum tidak mengembalikan hasil penyidikan dalam waktu 7 hari sesuai dengan Pasal 138 ayat (1) Kitab Undang Hukum Acara Pidana, Jaksa Penuntut Umum wajib memberitahukan kepada penyidik apakah berkas yang telah diserahkan sudah dianggap telah selesai (Pasal 110 ayat (4) Kitab Undang Hukum Acara Pidana.28