• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rangkuman Hasil Analisa Terhadap 4 (empat) Putusan Hakim Pengadilan Negeri Balige

Berdasarkan pembahasan terhadap Putusan Hakim pada Pengadilan Negeri Balige telah melakukan penelitian terhadap 4 (empat) putusan hakim, dengan kajian apakah tujuan hukum dapat di kaji melalui sudut pandang yaitu: 109

1. Aliran etis yang menganggap bahwa pada prinsipnya tujuan hukum itu semata-mata hanya untuk mencapai keadilan.

109

Achmad ali, Menguak Tabir hukum (suatu kajian filosofis dan sosiologis), (Chandra Pratama, Jakarta). 1993 Hal.83

2. Aliran Utilitis, yang menganggap bahwa pada prinsipnya tujuan bahagian masyarakat.

3. Aliran Normatif yuridis, yang menganggap bahwa pada prinsipnya tujuan hukum itu adalah untuk menciptakan kepastian hukum.

Dalam Praktek Peradilan sangat sulit bagi seorang hakim untuk mengakomodir ketiga asas tersebut di dalam suatu putusan Hakim memutus suatu perkara, secara kasuistis selalu dihadapkan pada ketiga asas tersebut yaitu asas kepastian hukum, asas keadilan dan asas kemanfaatan, dalam menghadapi keadaan ini. Hakim harus memilih salah satu asas ini untuk memutuskan suatu perkara dan tidak mungkin ketiga asas tersebut tercakup sekaligus

Dalam menjatuhkan putusan Hakim lebih cenderung mengarah kepada asas kepastian hukum, maka secara otomatis hakim akan menjauh dari titik keadilan sebagai contoh dalam penelitian penulis terhadap putusan Hakim Pengadilan Negeri Balige yang masing-masing telah berkekuatan hukum tetap, yang pembuktian telah dilakukan oleh Jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri Balige, tetapi dalam putusan tersebut telah melakukan kajian terhadap terhadap isi putusan hanya mengenai amar putusan barang bukti berupa Narkotika yang dirampas untuk Negara, yang seharusnya di rampas untuk di musnahkan sesuai surat tuntutan penuntutan umum,

Selanjutnya pelaksanaan tugas dan kewenangan seorang hakim dilakukan dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan selalu berpegang pada hukum, undang-undang dan nilai-nilai berkeadilan dalam masyarakat sebagai contoh Penanganan Tindak Pidanan Narkotika yang terjadi di wilayah Hukum Kabupaten

Toba Samosir yang dilihat dari asas kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan hukum untuk tercapai Penegakkan hukum yang diajukan Jaksa Penuntut Umum untuk tercapai tujuan hukum yang dimaksud tersebut yakni :

1. Berkas Perkara penyidik;

Tujuan penyidikan tindak pidana menyiapkan hasil pemeriksaan penyidikan menjadi berkas perkara yang akan di serahkan penyidik kepada penuntut umum sebagai intansi yang bertindak dan berwenang melakukan penuntutan terhadap tindak pidana, untuk di limpahkan ke Pengadilan untuk di sidangkan setelah penyidik berpendapat pemeriksaan telah selesai dan sempurna110

Untuk berkas perkara dari Polres Toba Samosir di kirimkan ke kejaksaan Negeri Balige untuk di limpahkan ke Pengadilan Negeri Balige sebagaimana Penyidikan Berkas perkara Nomor : BP/05/V/2014/Res narkoba tertanggal 05 Pebruari 2014 melanggar Pasal 114 ayat (1) subs pasal 111 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atas nama tersangka Victor Maruli Tua Simanjuntak, Penyidikan Berkas perkara Nomor : BP/12/VII/2014/Res narkoba tertanggal 01 Mei 2014 melanggar Pasal 114 ayat (1) subs pasal 111 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atas nama tersangka Johan Arifin Simbolon, Penyidikan Berkas perkara Nomor : BP/06/V/2014/Res narkoba tertanggal 05 Pebruari 2014 melanggar Pasal 114 ayat (1) subs pasal 111 ayat (1) subs pasal 127 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

.

110

M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan penerapan KUHAP. (Pustaka Kartini,Jakarta.1985). Hal. 83

atas nama tersangka Rozali, Penyidikan Berkas perkara Nomor : BP/20/XI/2014/Res narkoba tertanggal 13 september 2014 melanggar Pasal 114 ayat (1) subs pasal 111 ayat (1)subs pasal 127 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atas nama tersangka Baringin Pardede.

2. Surat Dakwaan

Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi Hakim dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan.111 Perumusan dakwaan didasarkan dari hasil pemeriksaan pendahuluan yang dapat disusun tunggal, kumulatif, alternatif maupun subsidair.112 Dakwaan disusun secara tunggal apabila seseorang atau lebih mungkin melakukan satu perbuatan saja. Apabila terdakwa didakwa dengan dakwaan bentuk tunggal, sebenarnya hal ini mengandung resiko besar oleh karena apabila dakwaan tersebut gagal dibuktikan Jaksa Penuntut Umum di persidangan maka terdakwa jelas akan dibebaskan oleh majelis Hakim.113 Sebagaimana Surat Edaran Jaksa Agung Nomor. SE-004/J.A/11/1993 tentang pembuatan surat dakwaan. Dalam surat edaran tersebut terdapat beberapa jenis surat dakwaan diantaranya:114

1. D

akwaan tunggal artinya surat dakwaan ini hanya satu tindak pidana saja yang

111

M. Yahya Harahap, ibid. 414-415.

112

Rusli Muhammad, Potret Lemabaga Pengadilan Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006), hal. 125.

113

Lilik Mulyadi , Hukum Acara Pidana Suatu Tinjauan Khusus Terhadap Surat Dakwaan, Eksepsi dan Putusan Peradilan, (Bandung; PT Citra Adytia Bakti,1996), hal. 56

114

Surat Edaran Jaksa Agung Muda Pidana Umum Nomor SE-004/J.A/11/1993 tentang Pembuatan Surat Dakwaan, tertanggal 22 November 1993.

didakwakan, karena tidak dapat kemungkinan untuk mengajukan alternatif atau dakwaan pengganti lainnya.

2. D

akwaan alternatif artinya dalam surat dakwaan ini terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis-lapis yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada dakwaa lainnya. Bentuk dakwaan ini dipergunakan apabila belum didapat kepastian tentang tindak pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan. Dalam dakwaan alternatif, meskipun dakwaan terdiri beberapa lapisan, hanya satu dakwaan saja yang dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu lagi.

3. D

akwaan subsidair artinya dakwaan yang terdiri dari beberapa lapisan dakwaan yang disusun secara berlapis denga maksud lapisan yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya. Sistematik lapisan disusun secara berurut dimulai dari tindak pidana yang yang diancam dengan pidana tertinggi sampai dengan pidana yang dincam dengan pidana terendah.

4. D

akwaan kumulatif artinya dalam surat dakwaan ini didakwakan beberapa tindak pidana sekaligus kesemua dakwaan harus dibuktikan satu demi satu. Dakwaan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas dan dituntut pembebasan dari dakwaan tersebut. Dakwaan ini dipergunakan dalam hal terdakwa melakukan beberapa tindak pidana yang masing-masing merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri.

5. D

akwaan kombinasi disebut dakwaan kombinasi karena didalam bentuk ini dikombinasikan atau digabungkan antara dakwaan kumulatif dengan dakwaan alternatif atau subsidair.

Sebagai dasar Surat Dakwaan jaksa Penuntut umum dalam Penyidikan Berkas perkara Nomor : BP/05/V/2014/Res narkoba tertanggal 05 Pebruari 2014 melanggar Pasal 114 ayat (1) subs pasal 111 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atas nama tersangka Victor Maruli Tua Simanjuntak, Penyidikan Berkas perkara Nomor : BP/12/VII/2014/Res narkoba tertanggal 01 Mei 2014 melanggar Pasal 114 ayat (1) subs pasal 111 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atas nama tersangka Johan Arifin Simbolon, Penyidikan Berkas perkara Nomor : BP/06/V/2014/Res narkoba tertanggal 05

Pebruari 2014 melanggar Pasal 114 ayat (1) subs pasal 111 ayat (1) subs pasal 127 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atas nama tersangka Rozali, Penyidikan Berkas perkara Nomor : BP/20/XI/2014/Res narkoba tertanggal 13 september 2014 melanggar Pasal 114 ayat (1) subs pasal 111 ayat (1) subs pasal 127 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atas nama tersangka Baringin Pardede, menggunakan Surat Dakwaan Alternatif .

3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum.

Tuntutan (Ancaman pidana) adalah hukuman atau sanksi pidana yang diancamkan kepada orang yang melakukan suatu perbuatan pidana. Jadi untuk setiap tindak pidana selalu ada ancaman pidana bagi mereka yang melanggarnya. Ancaman pidana ini berbeda-beda untuk setiap tindak pidana, bisa berupa pidana mati, pidana penjara, atau pidana kurungan maupun pidana denda. Ancaman pidana ini bisa dilihat dari bunyi pasal-pasal dalam setiap undang-undang yang mengatur mengenai tindak pidana, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, maupun di luar KUHP Untuk setiap tindak pidana disebutkan maksimal ancaman pidana yang dapat dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana.115

115

https://sektiekaguntoro.wordpress.com/2011/12/29/ancaman-pidana-tuntutan-pidana-dan-putusan-pidana/ di akses pada hari sabtu, tanggal 30 mei 2015, jam . 15.30 WIB.

, dalam penulisan ini tindak pidana yang dilanggar adalah Undang-Undang No.35 tahun 2009 Tentang Narkotika sebagaimana dalam berkas Penyidikan Polres Toba samosir

Setiap orang tanpa hak atau melawan hokum menawarkan untuk di jual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara, dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, di pidana penjara seumur jidup atau di pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.1.000.000.000.-(satu milyar rupiah) dan paling banyak Rp.10.000.000.000.- (sepuluh milyar Rupiah)

Pasal 111 ayat (1)

Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika Golongan I, dalam bentuk tanaman di pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.800.000.000.-(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.8.000.000.000.- (delapan milyar Rupiah)

Pasal 127 ayat (1) Setiap penyalah guna :

a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun;

Dari rumusan ketentuan terdakwa dapat di persalahkan melakukan tindak pidana melanggar pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, harus memenuhi Unsur-unsur sebagai berikut :

Bahwa yang dimaksud dengan setiap orang ialah siapa saja manusia sebagai subjek hukum yang dapat di pertanggung jawabkan atas perbuatan pidana yang telah dilakukannya sebagaiamana di dalam surat Dakwaan;

2. Tanpa Hak Melawan hukum

Bahwa tanpa hak artinya tidak berwenang untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak mendapat ijin dari instansi yang berwenang untuk melakukan suatu perbuatan, dalam hal ini tidak memperoleh ijin dari departeman kesehatan, dan tidak pula di dasarkan atas kepentingan yang sah seperti untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan melawan hukum artinya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang dalam hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika;

3. Menawarkan untuk di jual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyarahkan Narkotika golongan I;

Bahwa unsur menawar untuk di jual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyarahkan Narkotika golongan I adalah tindakan-tindakan atau perbuatan yang dilarang oleh pasal ini untuk dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum dan dari berbagai macam perbuatan yang dilarang tersebut adalah bersifat alternatif yaitu jika melakukan salah satu dari perbuatan-perbuatan itu telah dapat di kenakan pasal ini, dimaksud golongan I adalah termasuk di dalam tanaman ganja (cannabis satia) yang dalam daftar lampiran Undang-undang Nomor 35 Tahun tenatng Narkotika berada pada nomor 8 (delapan);

4. Menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk Tanaman;

Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, bahwa norma hukum yang dilarang dalam pasal ini adalah Menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk Tanaman. Bahwa norma hukum dalam pasal ini bersifat alternatif yaitu jika melakukan salah satu dari perbuatan dalam pasal ini telah dapat di kenakan pasal ini;

5. Setiap penyalahguna Narkotika golongan I bagi diri sendiri.

Penyalah guna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum, secara tanpa hak artinya tidak berwenang untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak mendapat ijin dari instansi yang wenang untuk melakukan suatu perbuatan, yang dalam hal ini tidak memperoleh ijin dari departemen kesehatan, dan tidak pula di dasarkan atas kepentingan yang sah seperti untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan melawan hukum artinya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut dapat simpulkan bahwa ancaman hukumannya cukup berat bagi pelaku tindak pidana Narkotika namun Jaksa Penuntut umum berdasarkan alat bukti serta persesuaian barang bukti yang di hadirkan Jaksa Penuntut umum di persidangan di kaitkan dengan pasal 91 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika “

Kepala Kejaksaan Negeri setempat setelah menerima pemberitahuan tentang penyitaan barang Narkotika dan Prekusor Narkotika dari penyidik Kepolisiaan Negara Republik Indonesia atau penyidik Badan Narkotika Nasional (BNN), dalam

waktu paling lama 7 (tujuh) hari wajib menetapkan status barang sitaan Narkotika dan prekusor Narkotika tersebut untuk kepentingan pembuktian perkara, kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepentingan pendidikan dan pelatihan dan atau dimusnahkan.

Bahwa benda yang sifatnya terlarang dan benda yang dilarang untuk di edarkan hanya diselesaikan dengan 2 (dua) cara :

1. Benda tersebut di rampas untuk di pergunakan bagi kepentingan negara, yang dimaksud dengan benda yang dirampas untuk negara ialah benda yang harus di serahkan kepada departemen yang bersangkutan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 45 ayat 4 KUHAP).

2. Penyelesaian atas benda terlarang atau benda yang dilarang diedarkan untuk dimusnahkan116

Terhadap 4 (empat) berkas perkara yang telah di teliti, Penyidik Polres Toba Samosir telah meminta status barang bukti Narkotika ke Kejaksaan Negeri Balige dengan penetapan status untuk pembuktian perkara, oleh karena itu dalam tuntutan pidana tersebut mengenai status barang bukti tersebut jaksa Penuntut Umum menetapkan barang bukti berupa Narkotika tersebut dirampas untuk dimusnahkan telah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan

4. Putusan

Istilah Hakim artinya orang yang mengadili perkara dalam pengadilan atau Mahkamah; Hakim juga berarti Pengadilan. Berhakim artinya minta diadili perkaranya; mengahikimi artinya berlaku sebagai hakim terhadap seseorang; kehakiman artinya urusan hukum dan pengadilan, ada kalanya istilah hakim dipakai

116

oleh orang budiman, ahli dan orang bijaksana.117

Kewajiban peradilan tidak boleh menolak untuk memeriksa perkara (Mengadili), mengadili adalah serangkaian tindakan hakim, untuk menerima memeriksa dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak disidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang

Dengan demikian fungsi seorang hakim adalah seorang yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk melakukan atau mengadili setiap perkara yang dilimpahkan kepada pengadilan, seperti yang diatur dalam pokok-pokok kekuasaan kehakiman tercantum pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, yang diserahkan kepada badan-badan peradilan dan ditetapkan dengan Undang-Undang.

118

Hakim tidak boleh menolak perkara dengan alasan tidak ada aturan hukumnya atau aturan hukumnya kurang jelas. Oleh karena hakim itu dianggap mengetahui hukum. Jika aturan hukum tidak ada ia harus menggalinya dengan ilmu pengetahuan hukum., jika aturan hukum kurang jelas maka ia harus menafsirkannya. Hakim sebagai pejabat negara dan penegak hukum wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat serta

117

Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana: Teori, Praktik, Tehnik Penyusunan dan Permasalahannya. (Citra Adtya Bakti : Bandung 2010) hal. 125

118

dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memeprtimbangkan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa119

Seorang hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semanda sampai derajat ketiga, atau hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai, dengan ketua, salah seoarng hakim anggota, jaksa advokat, atau panitera120

Dasar Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan sebagaimana diketahui bahwa dalam setiap pemeriksaan melalui proses acara pidana, keputusan hakim haruslah selalu didasarkan atas surat pelimpahan perkara yang memuat seluruh dakwaan atas kesalahan terdakwa. Selain itu keputusan hakim juga harus tidak boleh terlepas dari hasil pembuktian selama pemeriksaan dan hasil sidang pengadilan. Dasar pertimbangan hakim harus berdasarkan pada keterangan saksi-saksi, barang bukti, keterangan terdakawa, dan alat bukti surat dan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, serta unsur-unsur pasal tindak pidana yang disangkakan kepada terdakwa

.

121

Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselengaranya negara hukum Republik Indonesia (Pasal 24 UUD 1945 dan Pasal 1 UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman). Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamh Agung dan

119

Pasal 5 Undang-Undang No.48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

120

Pasal 17 Undang-Undang No.48 Tahun 2009 Tentang kekuasaan Kehakiman.

121

peradilan di bawahnya yaitu : (1) lingkungan peradilan umum; (2) lingkungan peradilan agam; (3) lingkungan peradilan militer; (4) lingkungan peradilan tata usaha negara, serta oleh Mahkamh Konstitusi (Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 2 UU Nomor 49 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Berdasarkan bunyi putusan hakim diatas yaitu dalam hal ini Hakim memutus perkara ini dengan teori Pembuktian menurut Undang-undang secara negatif (Negatif Wettelijke Bewijs Theori), Sistem pembuktian undang-undang secara negatif ini adalah sebuah sistem pembuktian yang mengajarkan bahwa pembuktian harus didasarkan atas alat-alat bukti yang telah ditentukan dalam undang–undang diikuti oleh keyakinan Hakim. Jadi alat buktilah yang harus terlebih dahulu ada (didepan) baru memunculkan keyakinan hakim bukan sebaliknya (dibelakang). Keyakinan Hakim yang dimaksud disini adalah kayakinan yang timbul berdasarkan alat–alat bukti yang ada, jadi keyakinan itu haruslah berkorelasi dengan alat–alat bukti. Sistem pembuktian ini dengan demikian merupakan gabungan antara sistem pembuktian menurut undang-undang secara positif dengan sistem pembuktian keyakinan Hakim122

Keempat putusan Hakim Pengadilan Negeri Balige tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa seorang hakim dalam memeriksa dan memutus suatu perkara tidak selamanya terpaku pada satu asas saja, sehingga setiap perkara yang diajukan kepadanya atau secara kasuistis, putusan yang dijatuhkan oleh hakim dapat saja berubah-ubah dari asas yang satu ke asas yang lain dimana Hakim harus menggali

122

atau mencari dengan menggunakan nalar yang baik sehingga putusan yang di hasilkan juga baik atau tidak yang berpihak;

Sehingga Putusan yang dihasilkan, mempunyai asas kepastian hukum yang mempertahankan norma-norma hukum tertulis dari hukum positif yang ada, serta harus mempertimbangkan hukum yang hidup dalam masyarakat, sedangkan kemanfaatan lebih bernuansa dari segi ekonomi dengan dasar pemikiran hukum itu ada untuk masyarakat demi terciptanya ketaraturan dan ketertiban dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa asas kepastian hokum belum terwujud sebagaimana dalam keempat putusan Hakim Pengadilan Negeri Balige yang dalam Putusan menetapkan barang bukti berupa Narkotika di rampas untuk Negara, seharusnya menetapkan barang bukti Narkotika dalam putusa hakim tersebut Dirampas untuk dimusnahkan mengingat barang bukti tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga bila barang bukti di rampas untuk Negara akan menyulitkan jaksa penuntut umum dalam melaksanakan eksekusinya selaku eksekutor.

Hal ini terbukti di depan persidangan barang bukti berupa Narkotika tersebut diajukan kepersidangan semata-mata untuk kepentingan pembuktian perkara dan bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bukan kepentingan pendidikan dan pelatihan mengingat jumlah barang bukti berupa Narkotika tersebut bervariasi;

Sehingga keempat Putusan Hakim Pengadilan Negeri Balige dalam memutus terhadap barang bukti Narkotika di rampas Untuk Negara justru tidak memiliki Kepastian Hukum serta memunculkan permasalahan baru dan cendrung menyulitkan

dalam pelaksanaannya, sebab peraturan pelaksanaan Eksekusi Narkotika yang dirampas untuk Negara belum terbentuk.

Dokumen terkait