• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

II. Rangkuman Hasil Wawancara

Pelaksanaan wawancara ini dilakukan pada tanggal 12 Mei 2007. Subyek wawancara yakni para guru maupun siswa yang ada di sekolah SMA Pangudi Luhur yogyakarta. Maksud dari wawancara ini lebih fokus pada pengumpulan data-data serta mendukung data yang sudah diperoleh lewat Pedoman Kerja sekolah maupun data sekolah 2007.

A. Kepala Sekolah

Br. Herman, FIC telah telah berkecimpung di bidang pendidikan selama 53 tahun. Dan sekarang beliau menjabat sebagai kepala sekolah di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta (± 4 tahun). Br. Herman, FIC menyebutkan bahwa hubungan antara sesama para rekan guru dalam Sekolah SMA Pangudi Luhur terjalin dengan baik, akrab, kerjasama dan saling mendukung satu dengan yang lain. Demikian juga dengan antar siswa maupun siswa dengan para guru. Br. Herman mengatakan bahwa guru-guru yang ada di Sekolah SMA Pangudi Luhur patut dibanggakan dalam hal mengusahakan kerjasama maupun dalam menciptakan persaudaran. Para rekan guru sangat suka bekerja keras serta saling mengunjungi satu dengan yang lain.

Dalam mengusahakan suasana belajar di kelas, para guru cukup proaktif dan mereka hadir sepenuhnya. Mereka memiliki sikap pengabdian serta pemberian diri sepenuhnya. Terbuka terhadap masukan orang lain serta mau berusaha keras. Hadir tepat waktu dan boleh dikatakan prosentasi kehadiran mereka rata-rata 99 %. Apabila guru tidak hadir, tentu saja karena ada alasan tertentu atau hal yang sangat penting. Mereka harus mendapat izin dari kepala sekolah maupun wakil kepala sekolah.

Sebagaimana sebuah lembaga pendidikan, Sekolah SMA Pangudi Luhur dalam prospek mencapai tujuan sekolah selalu mengacu kepada dokumen yakni pendidikan Kristen. Hal itu terlaksana sebagaimana dengan anjuran atau pedoman dari MNPK. Kemudian diterjemahkan dalam Yayasan Pangudi Luhur hingga ke Sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Pangudi Luhur. Tujuan, visi maupun misi dari sekolah SMA Pangudi Luhur selalu bertitik tolak dari pedoman pendidikan yang dianjurkan oleh KWI.

Berkaitan dengan Sekolah Katolik yang terkesan elit, Br. Herman menanggapi bahwa komentar seperti itu ada dan sudah biasa. Sekarang tergantung dari orang-orang yang memberi komentar. Kalau dikatakan sekolah Katolik elit, harus dilihat dari situasi dan tempat. Kalau memang sekolah itu butuh sarana prasarana yang memadai dan hal itu menuntut demi pembelajaran, tidak ada salahnya. Sekolah akan mengusahakan yang terbaik dan pasti akan dipenuhi. Tentu saja juga didukung dengan tempatnya yang memadai dan barangkali berada di pusat kota. Didukung lagi dengan keadaan sekolah yang siswanya antara kelas menengah ke atas. Bukan berarti sekolah SMA Pangudi Luhur tidak menerima siswa dari kalangan yang kurang mampu. Ada pertimbangan lain apabila mereka yang hadir di sekolah ini adalah dari kalangan yang kurang mampu. Di satu sisi

(3)

mereka akan mengalami kesulitan dalam proses belajar maupun dalam menjalin relasi dengan sesama siswa. Mereka akan mengalami beban psikologis. Daya tangkap merekapun akan beda dengan siswa lainnya. Selain itu pembicaraan antar mereka pun akan berbeda. Misalkan, mereka yang sudah biasa bergaul dan pandai main internet, sementara yang lainnya sangat jarang bahkan ketinggalan dengan teknologi yang canggih, maka akan terjadi perbedaan yang mencolok. Tetapi bagaimana pun sekolah tetap merangkul mereka yang yang kurang mampu. Sebab misi para Bruser FIC adalah “option for the poor”. Kendatipun misi itu ada, para Br FIC memberi solusi lain untuk membentu mereka yang kurang mampu. Mereka mengarahkan kepada sekolah-sekolah kejuruan. Sekolah kejuruan akan membantu mereka untuk mempermudah memperoleh kerja. Bagi mereka yang masuk SMA diharapkan akan melanjut ke jenjang yang lebih tinggi.

Siswa-siswa Sekolah SMA Pangudi Luhur 99 % beragama Katolik, selebihnya beragama Kristen dan Islam serta Budha. Maka dalam pelaksanaan pendidikan Agama tidak mengalami kesulitan. Mereka yang berada di luar agama Katolik dengan sendirinya dapat mengikuti kegiatan keagamaan Katolik tanpa ada unsur paksaan. Apabila mereka kurang bersedia untuk terlibat, sekolah tetap menghargai kebebasan mereka. Namun dari pengalaman selama ini, mereka justru senang dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan sekolah. Kata-kata sumbang seperti mengkristenkan ataupun katolisasi, sekolah tidak pernah berbuat demikian. Sekolah sangat menjunjung tinggi kebebasan mereka dalam memilih agamanya.

Terjalinnya kerjasama yang baik antar para guru serta pengabdian yang sungguh-sungguh, Br. Herman menambahkan bahwa itu semua karena disemangati oleh spiritualitas Kristen yakni Yesus sendiri. Sebagaimana spiritualitas Yesus yang dihidupi para Br. FIC ditampilkan lewat pelaksanaan karya-karya mereka. Kesaksian yang ditampilkan akan memberi pengaruh bagi mereka yang dilayani. Sehinga para guru pun disemangati oleh spiritualitas yang sama. Br. Herman menambahkan bahwa saya mengajar di sini bukan membawakan diri saya sendiri tetapi menampilkan hidup para Bruder FIC. Jadi dalam hal ini saya harus hidup sesuai dengan semangat FIC. Penghayatan terhadap spiritualitas Kristen akan mendorong para guru untuk lebih giat dalam tugas mereka. Sehingga tugas guru sebagai penentu utama tercapainya cita-cita sekolah dapat terwujud. Menjadi pesan kepala sekolah kepada para rekan guru agar mereka sungguh-sungguh memberi diri dengan sepenuhnya dan mengatakan baik tidaknya sekolah itu adalah tergantung para guru.

Br. Herman mengatakan bahwa tidak terlalu banyak mengalami hambatan dalam mendampingi peserta didik. Kalaupun ada, lebih pada hal- hal kecil. Diantara para guru masih ada yang kurang peka, dan harus dikomando. Mengalami kekurangan tenaga, misalkan soal kebersihan. Akan tetapi semua kesulitan dapat dilalui dengan baik karena kerjasama yang terjalin dengan rekan guru lainnya.

B. Guru

Bagi guru-guru di sekolah SMA Pangudi Luhur, peranan guru adalah mengajar, mendidik, mendampingi serta melatih anak didik. Panggilan menjadi

(4)

guru adalah panggilan sebagai pendidik, yang sungguh-sungguh mendidik peserta didik. Tugas guru bukan hanya mentransfer ilmu sebanyak-banyaknya akan tetapi mendidik anak didik. Mendididik anak adalah membantu anak didik, dari yang kurang baik menjadi baik dan selanjutnya yang baik dipertahankan dan dikembangkan. Mengingat perkembangan zaman yang semakin pesat dan perkembangan teknologi yang semakin canggih, anak cenderung terbawa arus. Mereka ingin hidup enak, nikmat, serba instan dan kurang sabar maka dala m hal ini dibutuhkan guru yang benar-benar mau mendampingi anak didik dengan penuh kesabaran.

Dengan situasi siswa yang cenderung hidup serba enak dan kurang sabar, serta butuh konsentrasi dalam belajar, guru harus berusaha untuk menciptakan suasana pendidikan yang kondusif agar peserta didik merasa kerasan serta dapat berkonsentrasi. Ibu Yos Wahyu mengatakan bahwa dalam belajar itu tidak cukup hanya hadir fisiknya saja melainkan harus hadir sepenuhnya dan perlu konsentrasi. Sehingga mereka dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran tersebut.

Para guru di SMA Pangudi Luhur adalah guru yang harus bisa mendidik anak tentang nilai- nilai humaniora. Membentuk anak didik untuk menghidupi nilai- nilai moral. Guru bidang studi tidak hanya mengajarkan pemngetahuan saja tetapi juga aspek moralnya. Bidang studi apapun bisa memberikan pesan moral entah itu melalui narasi, vocabulary, maupun grammmer. Semua dapat diarahkan demi pembentukan sikap anak, tutur Ibu Yos Wahyu. Jadi guru harus berusaha untuk menjadi guru yang benar-benar memberikan diri sepenuhnya. Siswa tidak cukup hanya mengerti dan mengetahui tetapi harus bisa menghubungkan dengan kenyataan hidup sehari- hari sehingga pengetahuan benar-benar menjadi milik siswa.

Menjalani panggilan sebagai guru, perlu untuk berefleksi dan bertanya bagaimana supaya bisa menjadi guru yang baik. Maka perlu untuk melihat dan mendengar. Dengan banyak melihat dan mendengar, maka akan memperoleh banyak masukan berkaitan dengan tugas-tugas sebagai guru serta dalam pembentukan diri. Guru harus bisa menjadi teladan karena guru menjadi pusat perhatian. Dalam bersikap, tutur kata, berpakaian, guru akan menjadi teladan. Jadi mengahayati panggilan sebagai guru tidak semudah membalik tangan, harus berani melalui proses yang tentu proses itu tidak selalu mudah. Dalam mendampingi siswa juga perlu adanya pendekatan, baik itu siswa yang baik maupun yang nakal serta menjengkelkan. Dengan pendekatan yang dilakukan diharapkan semakin mudah mengenal siswa dan masuk ke pengalaman siswa. Sebagai guru jangan membuat asing di hadapan siswa tetapi menjadi bagian dari siswa dengan demikian akan mudah masuk ke dalam diri siswa.

Seorang guru perlu untuk memiliki sikap konsekuen dan tegas. Kalau “tidak” dengan satu orang anak, harus juga “tidak” dengan anak lain. Hal ini dimaksudkan agar guru tidak terkesan membeda-bedakan ataupun plinplan. Guru harus mempunyai sikap yang tegas dan jujur. Seorang guru juga harus merangkul semua siswa, baik itu yang kristiani maup un yang bukan kristiani. Oleh sebab itulah Sekolah Katolik diminati dan karena Sekolah Katolik hadir untuk semua orang.

(5)

Hubungan antar guru terjalin kerjasama yang baik dan saling mendukung. Masing- masing guru mempunyai tugas baik yang berhubungan dengan akademik serta yang berhubungan dengan penanganan siswa. Tetapi kendatipun demikian, masing- masing guru dapat menjalin kerjasama karena sadar akan pentingnya tugas mereka dalam mendampingi anak didik. Para guru menyadari bahwa tujuan utama mereka adalah demi menghantar anak didik memperoleh pribadi yang lebih dewasa. Dalam menjalin kerjasama itu, mereka saling terbuka sehingga dalam penyampaian materi terhadap anak didik dapat berkelanjutan. Suasana kekeluargaan menyemangati mereka sehingga tidak merasa sendirian atau jalan sendiri-sendiri.

Dalam pembentukan pribadi para guru, sekolah memberi kesempatan untuk memperdalam hidup rohani mereka setiap tahunnya. Sekali setahun ada rekoleksi para guru dan sekali dua tahun ada retret. Selain kegiatan kerohanian pendalaman iman juga diadakan di sekolah. Pengembangan para guru dalam bidang akademik maupun wawasan dan pengetahuan, mereka diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan seminar, maupun diskusi bersama dengan sesama guru bidang studi dalam Yayasan Pangudi Luhur. Dalam penerimaan guru yang mengajar di sekolah tersebut menjalani seleksi yang ketat agar benar-benar menjadi calon guru yang bermutu. Calon guru akan melalui masa training yang kemudian diseleksi dan apabila cocok dan pantas sebagai guru, akan segera diangkat menjadi guru tetap sebagaimana ketentuan yang berlaku dan apabila tidak sesuai dengan harapan maka akan di drop out.

Para guru di SMA Pangudi Luhur menjalin relasi yang baik dengan para orang tua siswa. Dalam mendampingi anak didik, mereka sela lu berkontak dengan orang tua siswa. Misalkan, ketika siswa tidak hadir di sekolah, guru akan mencari tahu tentang keadaan siswa. Kadang kala ada kegiatan yang dikenal dengan “home visit” yang diadakan sekolah. Cara lain adalah sekolah mempunyai kesempatan untuk memanggil orangtua untuk berdialog dengan sekolah.

Sementara dalam hubungan dengan para alumni, para guru di sekolah tetap menjalin relasi yang baik serta dekat. Para alumni tidak merasa segan untuk hadir di sekolah mereka merasakan ikatan persaudaraan yang baik. Para alumni tidak segan-segan untuk mengungkapkan perasaan mereka kepada para guru. Misalkan, ketika mereka diterima di sebuah perguruan tinggi ataupun dikala mereka tela h berhasil. Tenaga para alumni juga tetap dibutuhkan seperti mendampingi kegiatan tae kwondo dan chiliders.

Dalam menciptakan suasana maupun hubungan peserta didik, para guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berkreasi, bebas berekspresi, serta diberi kepercayaan. Dalam kegiatan pendalaman iman yang diadakan sekali seminggu per tiap kelas, guru dan murid tidak ada pembedaan, semua mendapat giliran untuk mendapat tugas. Guru pun selalu terbuka terhadap persoalan siswa. Merupakan kebiasaan sekolah juga untuk mengadakan “correctio fraterna” demi memecahkan masalah- masalah yang dihadapi oleh siswa sehingga hubungan satu dengan yang lain dapat terjalin dengan baik. Semua ini merupakan hal penunjang dalam proses pembelajaran.

(6)

C. Siswa

Ketika beberapa orang siswa ditanyakan soal motivasi mereka memilih sekolah SMA Pangudi Luhur menjadi tempat mereka menimba ilmu, mereka memberi tanggapan yang bermacam- macam. Ada yang mengatakan bahwa tertarik untuk sekolah di SMA Pangudi Luhur, ada yang karena disuruh orang tuanya, ada karena memang sekolahnya terkenal sehingga ingin bergabung di sekolah tersebut. Ada juga yang mengatakan karena suasana kekeluargaannya yang terkenal baik. Merekapun ingin mengalami semua motivasi mereka itu. Ternyata setelah mereka menjalani dan bergabung dengan para guru dan siswa lainnya, mereka mengalami suasana yang saling mendukung serta kerjasama yang baik.

Selain motivasi di atas, ada juga karena tertarik dengan arsitekturnya yang kuno, aneh dan menarik. Ada karena memperoleh kesan, siswa SMA Pangudi Luhur ramah dan bersahabat. Semua motivasi awal ini menarik mereka untuk terus menjalani panggilan mereka sebagai siswa sekolah SMA Pangudi Luhur. Dari pengalaman yang telah mereka alami itu, mereka mengatakan bahwa sekolah di SMA Pangudi Luhur menyenangkan. Guru- guru terbuka untuk tempat bercurhat, kendatipun tidak semuanya. Guru mengerti dengan situasi siswa dan merangkul siswanya. Para guru memberi kebebasan kepada siswa sehingga siswa tidak merasa takut ketika berhadapan dengan guru. Ah…. yang jelas sekolah SMA Pangudi Luhur berbeda dengan sekolah yang pernah aku alami kendatipun sama-sama sekolah Katolik, tutur seorang siswa.

Selain pengalaman di atas, beberapa siswa juga mengatakan bahwa mereka puas dengan sarana belajar yang disediakan sekolah. Kendatipun biaya sekolah cukup mahal dan elit. Siswa sadar akan semua itu karena sekolahpun berani menyediakan sarana kendatipun cukup mahal. Sekolah SMA Pangudi Luhur adalah sekolah yang dilengkapi dengan ruang AC dan sarana pra sarana lainnya yang mendukung proses belajar mengajar.

Dokumen terkait