• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada hari pertama (2 November 2014, pukul 10.30 WIB) peneliti mulai kelapangan dengan mengunjungi Desa Sopokomil Kecamatan Silima Punggapungga Kabupaten Dairi. Awalnya peneliti sangat ragu-ragu dan merasa kuatir apakah nantinya masyarakat sekitar memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di desa sekitarnya. Sebelum sampai di Desa Sopokomil peneliti berencana untuk melakukan pendekatan dengan Kepala Desa Sopokomil terlebih dahulu. Untuk mempermudah pendekatan kepada Kepala Desa peneliti menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat Desa Sopokomil, kebetulan peneliti bisa berbahasa batak toba. Setelah itu peneliti mulai berani mengungkapkan kata- kata untuk memperkenalkan diri.

Peneliti merasa nyaman saat berbicara dengan Kepala Desa tersebut karena beliau sangat sopan ramah dan baik dan menerima peneliti sebagai tamu dengan senang. Hal inilah yang semakin membuka jalan untuk peneliti

memberanikan diri memberitahu maksud dan tujuan peneliti yang sebenarnya. Pagi itu hanya ada Bapak Kepala Desa dan istrinya di rumah. Awalnya peneliti sudah berkeliling mencari kantor kepala desa dan sebelum itu menanyakan kepada seorang Bapak dimana kantor kepala desa. Setelah itu peneliti pergi ke kantor kepala desa yang sudah ditunjukkan Bapak tadi. Dengan menemukan kantor kepala desa yang kosong dan tidak ada penghuni atau penjaganya peneliti langsung balik arah dan menanyakan kepada seorang Bidan Desa Sopokomil dimana rumah kepala desa. Karena sebelumnya peneliti berkenalan dengan bidan desa tersebut, peneliti dan bidan tersebut merasa nyaman saat komunikasi setelah itu peneliti bertanya langsung mengenai rumah kepala desa sopokomil. Secara langsung beliau langsung menghubungi kepala desa dan memberi tahu ada yang mau bertemu sama kepala desa tersebut. Dan peneliti disuruh datang kerumah dengan menunjukkan rumah yang berjarak 100 meter dari rumah bidan tersebut. Dengan senangnya peneliti mengucapkan terimakasih kepada bidan tersebut. Setelah sampai dirumah kepala desa peneliti memberanikan diri untuk memberitahu maksud dan tujuan sipeneliti. Dengan senang hati Bapak kepala desa memberikan izin untuk melakukan penelitian.

Hampir 3 jam peneliti ngobrol dengan Kepala Desa, dengan sadar dan senang hati peneliti pergi kewarung kecil untuk membeli sebungkus rokok kepada Bapak Kepala Desa dengan tujuan peneliti ingin melakukan pengembangan raport yang baik dengan beliau. Sebelumnya beliau sudah menyediakan minum bagi peneliti dan menawarkannya kepada peneliti untuk diminum. Jujur saja awal bertemu kepala desanya peneliti sangat kwatir dan takut sekali berbicara

dengannya karena melihat wajahmya yang agak cuek dan suaranya yang besar saat peneliti sapa sepeti membentak peneliti. Dengan berjalannya waktu peneliti akhirnya nyaman berbicara dengan beliau. Beliau bercerita bahwa belia baru diangkat sebagai kepala desa karna sebelumnya dia sebagai sekdes dan kepala desa sebelumnya habis masa jabatan. Beliau bercerita bahwa kepala desa sebelumnya sangat sombong dan galak. Bahkan setelah msa jabatannya habis hanya stempel aja yang diberikan kepada beliau selainnya masih dirumah kepala desa sebelumnya.

Sebelumnya peneliti ingin memperkenalkan Sekdes yang di angkat sebagai kepala desa, beliau bernama Jaferson sitorus memiliki satu istri dan satu anak perempuan yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Beliau masih muda. Kepala Desa sebelumnya marga simbolon. Jam terus berputar sehingga sudah menandakan hari itu sudah agak sore peneliti memutuskan untuk memulai penelitiannya diesok harinya. Berhubung juga karena kepala desanya mempunyai kerjaan pada sore itu. beliau mengatakan besok aja dilanjut datang aja pagi karena biasanya pagi- pagi banyak orang di rumah untuk ditanya . peneliti menjawab iya dan mengangguk tanda setuju dengan perkataan beliau dan peneliti mengucapkan terimakasih lalu pamit pulang.

Tibahlah esok harinya peneliti berkunjung kembali kerumah kepala desa itu, yang sudah memiliki izin untuk melakukan penelitian. Masih dengan perasaan sedikit ragu-ragu mungkin karena belum terbiasa, peneliti langsung menuju rumah kepala desa, kebetulan beliau pas berada dideapan rumahnya, peneliti langsung menyapa dan memberikan senyuman kepada beliau dan istrinya. Setelah itu

peneliti dikasih duduk dan beliau menanyakan data-data apa saja yang dibutukkan oleh si peneliti. Kemudian peneliti menjawabnya dengan agak grogy.

Setelah itu peneliti mulai bertanya kepada kepala desa mengenai identitas diri secara mendalam. Kemudian data penduduk, sejarah mengenai Desa Sopokomil. Karena beliau cukup terbuka orangnya peneliti tidak begitu sulit mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Hanya saja masalah data penduduk yang tidak ada pada beliau karena masih di tempat kepala desa sebelumnya. Dengan baik peneliti bertanya dimana data tersebut bisa di dapatkan, beliau menjawabnya dengan memberitahu data itu ada di kantor Camat yang ada di Parongil Kecamatan Silima Punggapungga.

Peneliti berencana untuk pergi ke kantor camat esok harinya karena peneliti masih ingin mendapatkan informasi mengenai Tokoh agama, Ormas, dan juga LSM yang ada di Desa Sopokomil. Semua data itu di kasih tau oleh beliau. Beliau juga memberi tahu kepada peneliti bahwa masyarakat desa disini semua terbuka dan baik-baik. Dengan bercanda Beliau juga mengatakan nanti kalau ada yang agak aneh-aneh sama kamu kasih tau sama saya biar kita kasih dia pelajaran. Peneliti senyum saja dan menganggukkan kepala tanda setuju.

Jam terus berputar ketika peneliti melihat jam dingding yang ada dirumah kepala desa, kepala desa mengajak peneliti keluar dengan menaiki kereta si peneliti. Peneliti bertanya tujuan mereka mau kemana. Rupanya beliau mau menunjukkan rumah dari beberapa yang saya tanya yaitu seperti rumah sintua tokoh agama dan juga rumah dari ketua dan anggota kelompok tani. Saya sempat

bertanya pengurus LSM ada tidak di desa ini, beliau berkata dulu ada tapi mereka tidak aktif lagi, kemungkinan di Desa Parongil masih ada yang aktif coba disitu aja nanti kamu cari. Peneliti hanya menjawab iya. Setelah siap menunjukkan rumah yang mau dijadikan peneliti sebagai informan, beliau membawa peneliti kelapo tuak dengan rasa takut karena peneliti tidak biasa dengan lapo tuak. Peneliti hanya diam saja. Dan Kepala Desa memperkenalkan saya kepada orang-orang yang ada di lapo tuak tersebut dan menwarkan segelas tuak kepada peneliti. Agar merasa nyaman peneliti menerimanya dan mengucapkan terimakasih. Setelah itu Bapak Kepala Desa menawarkan kepada saya mengenai informan saya karena banyak masyarakat sekitar dilapo tuak tersebut, peneliti hanya tersenyum dan mengangguk tanda setuju dan merasa senang. Setelah itu saya melihat bahwa mereka sangat bersahabat ketika melihat mereka bernyanyi di lapo tuak yang disebut dengan “marmitu”. Hari mulai gelap dengan perasaan senang peneliti mengetahui banyak informan yang ditawarkan oleh kepala desa, akhirnya peneliti pamit pulang dan melanjutkan penelitian esok harinya.

Hari berikutnya di pagi hari Peneliti kembali lagi ke Desa Sopokomil dan menuju puskesmas yang ditempati oleh bidan yang pertama kali berkenalan dengan peneliti. Peneliti sendiri melakukan penelitiannya tanpa diawasi atau ditemani oleh kepala desa, karena kepala desa mempunyai urusan ke kantor camat. Sebelumnya peneliti sudah dari kantor camat untuk mendapatkan data-data dari penduduk. Maka dari itu peneliti sendiri datang ke rumah Bidan Desa Sopokomil. Tidak lama kemudian peneliti berrtanya mengenai tambang PT.DPM tersebut kepada beliau. Hari inilah peneliti mendapatkan data dari informan.

Peneliti mencoba mewawancarainya, kakak udah lama disini bertugas apakah semenjak dibukanya PT.DPM ini kakak sudah disini? Beliau menjawab masih baru dek pokoknya belum lamalah katanya kepada si peneliti. Peneliti mulai bertanya tentang tambang DPM jadi bagaimana pemahaman kakak mengenai DPM ini dan apa tanggapan kakak akan kehadiran DPM ini? Mencoba memberikan pertanyaan langsung.

Informan yang bernama kristiani br Sihite (40 tahun) itu sambil tersenyum menjawab pertanyaan sipeneliti:

“bah langsung ke intinya yah dek hehehe, iya kalau setau kakak tambang DPM itu merupakan salah satu usaha penggalian yang menghasilkan timah dan seng dan pertambangan ini juga bisa meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat dan juga akan berdampak negatif bagi masyarakat sekitar, yah kalau tanggapan kakak mengenai tambang DPM ini gimana yah dek.. kakak setuju kok adanya tambang ini karena akan memberikan kemajuan nantinya pada masyarakat sekitar, apalagi terlihat semenjak mulai dibukanya tambang tersebut uang disini banyak sekali. Cuma dari semua itu pasti adalah nanti dampak negatif pada masyarakat dimasa yang akan datang misalnya masalah air dan juga tanah yang dulu sebagai lahan pertanian sudah dijadikan area pertambangan dan jalan”

Setelah banyak ngobrol dengan informan, tiba-tiba ada orang yang ingin berobat kepada informan tersebut, dengan berpikir peneliti langsung menjadikan orang tersebut sebagai informan kedua, beliau bernama Swarni sinaga (45 tahun), peneliti memberikan pertanyaan yang agak berbeda yaitu apakah dampak yag terjadi saat ini semenjk adanya tambang DPM ini? Beliau mengatakan:

“kalau berbicara dampak pasti ada yang positif dan negatif , yang saya tau positifnya dulu yah, banyaknya uang di desa ini sehingga

kebutuhan masyarakat bisa tercukupi bahkan bisa menabung tanpa menunggu hasil dari pertanian dan ada juga lapangan pekerjaan dan perbaikan jalan, kalau yang negatif ya itulah banyak lahan pertanian yang dijadikan jalan menuju tambang dan juga menjadi area tambang dan juga banyak anak kecil yang sudah dijadikan sebgai buruh”.

Hari ini peneliti mendapatkan sekaligus dua informan dari kalangan yang berbeda dan mendapatkan data yang berbeda. Peneliti kembali kelapangan pada hari berikutnya dimana peneliti berkunjung kerumah sintua yaitu tokoh agama yang sangat menolak kehadirn tambang tersebut. Peneliti memberanikan diri untuk mengetok pintunya dan memberikan salam kepada pemilik rumah , kemudian pintunya dibuka oleh Ibu sintua, peneliti memperkenalkan dirinya dan salaman, sama seperti hari pertama peneliti agak grogi untuk bertanya, tetapi dengan memberanikan diri peneliti mengatakan maksud dan tujuannya, dengan senang hati beliau mengizikan peneliti untuk bertanya. Sebelumnya peneliti memperkenalkan informan yang ini, beliau br Sitorus seorang sintua di gereja HKBP. Beliau menyambut peneliti dengan baik dengan memberikan segelas minuman. Susah berbicara banyak peneliti langsung bertanya mengenai tambanag DPM tersebut. Beliau mengatakan:

“saya sangat menolak akan adanya tamabang DPM ini karena akan mengganggu ibadah gereja, PT.DPM ini akan menggunakan lahan yang luas untuk dijadikan area pertambangan dan juga jalan menuju pertambangan. Lagi pula akan banyak dampak yang dibuat oleh adanya tambang ini misalnya pencemaran air dan udara. Sumber mata air yang disini akan terganggu dan tercemar akibat tambang ini”.

Pada hari itu juga peneliti banyak mendapatkan data yang menolak kehadiran tersebut seperti kelompok tani dan juga LSM yang ada di Parongil juga

menolak kehadiran tambang tersebut karena PT.DPM tidak melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat. Dari sinilah peneliti mengenal masyarakat desa sopokomil dan mendapatkan informan. Ada masyarakat yang tidak mau diwawancarai tetapi sipeneliti harus sabar dan tidak boleh memaksakan kehendak masyarakat sekitar. Begitulah untuk hari-hari selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan informasi dan kelengkapan data. Dalam mencari informan untuk diwawancarai ada mudah dan ada susahnya, karena seringkali informan disibukkan dengan berbagai alasan seperti tidak mau ditanya dan ada juga yang sibuk dengan pekerjaan rumah dan perkerjaan ladangnya.

Dokumen terkait