• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user IV 24

1 Rangkuman Proses PDCA (lanjutan)

IV 27

IV 28

commit to user

V 1

Pada bab ini berisi tentang analisa dan interprestasi hasil dari pengolahan data yang telah dibuat. Data data penelitian yang telah diolah, kemudian dianalisis dan dijadikan pedoman dalam melakukan perbaikan.

Permasalahan kualitas simplisia tidak sesuai standar disebabkan beberapa

faktor seperti ditinjau dari segi , , dan .

Dari hasil penelitian, tidak semua permasalahan dapat diatasi. Ada beberapa permasalahan yang membutuhkan tindakan lebih lanjut. Berikut pada tabel 5.1 dilakukan pemetaan terhadap permasalahan yang dapat maupun yang belum dapat diselesaikan pada penelitian ini:

Peta Permasalahan Klaster Biofarmaka

Kadar Air Simplisia

Diatasi dengan penyusunan SOP pasca panen yang dilengkapi dengan formulir kegiatan pasca panen.

Perlu penelitian lebih lanjut yang berfokus pada prosedur standar sanitasi atau biasa disebut dengan

(SSOP)

Klaster tidak memiliki alat pengukur kadar air simplisia. Maka, penelitian selanjutnya dapat diarahkan untuk perancangan alat pengecek kadar air simplisia yang terjangkau harganya.

Dapat diatasi dengan penyediaan bahan pendukung agar simplisia terjaga kadar airnya, seperti dan kemasan kedap air. Keterangan:

: Masalah sudah teratasi : Masalah belum teratasi

commit to user

V 2

Peta Permasalahan Klaster Biofarmaka (lanjutan)

Simplisia yang Terjangkit Serangga

Dapat diatasi dengan penyusunan prosedur penyimpanan pada SOP pasca panen yang dilengkapi dengan formulir kegiatan penyimpanan.

Kondisi gudang penyimpanan yang kurang layak dapat diken dalikan dengan prosedur penutupan ventilasi dengan kasa pada tahap penyimpanan. Hal ini dilakukan agar serangga atau hewan pengerat tidak mudah masuk. Selain itu gudang dijaga agar tidak tercampur dengan bahan panen lain.

Bahan kemasan yang rusak, cacat, atau terkoyak karena hewan pengerat atau pun kemasan yang memang cacat produksi dapat dikendalikan dengan memilih kemasan kedap udara dan layak atau tidak cacat produksi. Pelaksanaan prosedur pada tahap penyimpanan jika dilakukan dengan benar, maka dapat mencegah hewan pengerat agar tidak mudah masuk dan merusak kemasan.

Keterangan:

: Masalah sudah teratasi : Masalah belum teratasi

1. Kadar Air Simplisia

Dari segi metode, kadar air simplisia Klaster Biofarmaka masih di atas 10% karena pengelolaan pasca panen tanaman Kumis Kucing belum dilakukan dengan prosedur baku pasca panen. Tahapan dari prosedur pasca panen yang sangat berpengaruh pada kadar air simplisia, yaitu tahap pengeringan, pngemasan, dan penyimpanan. Pada tahap pengeringan, permasalahan ini dikendalikan dengan prosedur menutup daun yang dijemur/dikeringkan dengan kain hitam. Kain hitam ini berfungsi untuk mempertahankan kandungan zat aktif daun agar tidak rusak oleh paparan sinar matahari langsung serta membantu menyerap panas agar

commit to user

V 3

simplisia kering sempurna secara menyeluruh. Kemudian dengan prosedur membolak balik daun setiap 4 jam sekali agar daun kering merata. Prosedur daun dijemur selama 3 hari atau sampai kadar air 10% agar simplisia kering sempuna. Simplisia yang kering sempurna ditandai dengan daun kering / simplisia yang mudah dihancurkan jika diremas, serta warnanya hijau kecokelatan atau hijau kelabu. Pada tahap pengemasan, permasalahan kadar air dikendalikan dengan

prosedur menyertakan ke dalam kemasan agar simplisia tetap kering dan

tidak lembab, kemudian menutup kemasan dengan menggunakan mesin pres. Pada tahap penyimpanan, permasalahan kadar air dikendalikan dengan prosedur melakukan penyimpanan simplisia yang sudah dikemas dengan disusun sesuai jenisnya. Penyimpanan juga dilakukan dengan metode FIFO (

) sesuai dengan tanggal masuk gudang. Selain itu, untuk permasalahan simplisia di gudang yang tidak terdapat data lama penyimpanan, diatasi dengan penyediaan formulir kegiatan penyimpanan. Formulir ini dimaksudkan sebagai alat untuk mendokumentasikan dan mengontrol kegiatan tersebut. Formulir ini juga memudahkan penelusuran proses, sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesalahan yang mengakibatkan naiknya kadar air produk.

Dari segi lingkungan, kadar air simplisia Klaster Biofarmaka masih di atas 10% karena kondisi gudang penyimpanan yang kurang layak. Gudang penyimpanan di klaster kurang layak disebabkan karena ventilasi yang tersedia kurang memadai serta gudang masih tercampur dengan bahan panen lain. Hal ini dikendalikan dengan prosedur penyimpanan simplisia diharuskan di gudang bersih, sirkulasi udaranya baik dan tidak lembab, suhu ruang tidak melebihi 30o. Kebersihan gudang juga sangat penting untuk menjaga agar kadar air simplisia agar tidak meningkat. Maka, penelitian selanjutnya dapat berfokus pada prosedur standar sanitasi atau biasa disebut dengan

(SSOP) baik sanitasi peralatan, gudang, dan operator pasca panen. Dari segi atau peralatan, kadar air simplisia Klaster Biofarmaka masih di atas 10% karena pemeriksaan kadar air masih secara manual / organoleptik. Klaster tidak memiliki alat pengukur kadar air untuk mengetahui secara akurat jumlah kandungan kadar air pada simplisia. Maka, penelitian

commit to user

V 4

selanjutnya dapat diarahkan untuk perancangan alat pengecek kadar air simplisia yang terjangkau harganya.

Dari segi material atau bahan, kadar air simplisia Klaster Biofarmaka masih di atas 10% karena belum tersedia bahan pendukung agar simplisia terjaga kadar airnya, seperti penyediaan dan kemasan kedap air. Selain itu, simplisia yang sudah tersimpan di gudang tidak terdapat data informasi lamanya penyimpanan, sehingga simplisia yang sudah disimpan terlalu lama tidak terdeteksi. Penyimpanan simplisia yang terlalu lama akan mengakibatkan simplisia menjadi meningkat kadar airnya. Tersedianya formulir kegiatan pasca panen tanaman obat di Klaster Biofarmaka Karanganyar. digunakan sebagai alat untuk mendokumentasikan data informasi simplisia dan mengontrol kegiatan pasca panen.

2. Simplisia yang Terjangkit Serangga

Dari segi metode, simplisia yang terjangkit serangga di Klaster Biofarmaka karena pengelolaan pasca panen belum dilakukan dengan prosedur baku pasca panen terutama untuk tahap penyimpanan. Maka dengan adanya prosedur yang baku, petani menjalankan kegiatan penyimpanan sesuai dengan prosedur yang benar. Selain itu, kendali terhadap kegiatan penyimpanan dilakukan dengan penyediaan formulir kegiatan penyimpanan yang dimaksudkan sebagai alat untuk mendokumentasikan dan mengontrol kegiatan tersebut.

Dari segi lingkungan, simplisia yang terjangkit serangga di Klaster Biofarmaka disebabkan karena kondisi gudang penyimpanan yang kurang layak. Hal ini dapat dikendalikan dengan prosedur penutupan ventilasi dengan kasa agar serngga atau hewan pengerat tidak mudah masuk. Selain itu gudang dijaga agar tidak tercampur dengan bahan panen lain.

Dari segi , simplisia yang terjangkit serangga di Klaster Biofarmaka disebabkan karena bahan kemasan yang mudah rusak. Kemasan cacat / terkoyak dapat disebabkan karena binatang pengerat atau pun kemasan yang memang cacat produksi. Hal ini dapat dikendalikan dengan memilih kemasan yang kedap udara dan layak atau tidak cacat produksi. Selain itu, dengan pelaksanaan prosedur pada tahap penyimpanan dengan benar untuk mencegah hewan pengerat agar tidak mudah masuk.

commit to user

V 5

Perancangan SOP diawali dengan pembuatan atau rancangan awal SOP

proses pasca panen dan dilengkapi dengan kegiatan pasca panen. Setelah itu dilakukan pelaksanaan terhadap rancangan SOP dan memantau proses pelaksanaan dalam proyek uji coba. Dari hasil pengamatan uji coba tersebut, terdapat beberapa hal yang tidak dapat diimplementasikan dengan baik, hal ini dikarenakan terdapat beberapa kendala. Kendala tersebut diatasi pada tahap pemeriksaan.

Dari hasil pemeriksaan, beberapa prosedur mengalami perubahan yaitu pada tahap pengumpulan, pengeringan, dan pengamatan. Berikut beberapa revisi yang dilakukan:

1. Pada tahap pengumpulan diberi keterangan penjelas tentang keadaan karung, yaitu harus baru dan bersih. Selain itu dilakukan perubahan prosedur, yang awalnya tahap pengumpulan ini dimulai dari pengumpulan hasil panen dari lahan, diubah menjadi pengumpulan hasil panen yang sudah berada dalam karung. Hal ini disebabkan karena proses pengumpulan hasil panen dari lahan termasuk dalam proses budidaya.

2. Pada tahap pengeringan yang digunakan hanya pengeringan secara manual, kemudian peletakkan saat pengeringan yang pada rancangan awal sebesar 30 cm dari tanah, direvisi menjadi 50 cm dari tanah. Selain itu, mempertahankan prosedur menutup daun dengan kain hitam walaupun saat uji coba tidak tersedia kain hitam.

3. Pada tahap pengamatan, jangka waktu pengamatan yang pada kesepakatan FGD dan rancangan awal prosedur selama 3 bulan sekali diubah menjadi 1 bulan sekali. Hal ini disesuaikan dengan kebijakan klaster yang akan memulai melakukan kontrol secara intensif terhadap gudang maupun simplisia yang tersimpan di dalamnya.

Tahap selanjutnya merupakan tindak lanjut atas hasil evaluasi. Pada tahap ini

dibuat standardisasi prosedur yaitu (SOP) pasca

panen dan standardisasi formulir kegiatan pencatatan pasca panen yang berfungsi sebagai alat dokumentasi proses. Berikut penjelasannya:

commit to user

V 6

1. SOP Pengumpulan (KBF SOP 01) pada lampiran 1 dilengkapi dengan Formulir Pengumpulan Bahan Baku (KBF FORM 01) pada lampiran 2. SOP Pengumpulan ini memuat definisi dan tujuan dari proses pengumpulan, standar yang harus dicapai pada tahap ini, daftar acuan penyusunan prosedur, alat dan bahan yang dibutuhkan, dan prosedur kerja yang menjelaskan urutan langkah langkah bagaimana tahap ini dilakukan.

Pada tahap pengumpulan, sebelumnya klaster tidak melakukan pengelompok kan hasil panen sesuai dengan kelompok tani. Selain itu hasil panen itu tidak dicatat dengan jelas, terutama asal usulnya. Hal ini akan menyebabkan kesulitan dalam menelusuri data dan asal usul hasil panen tersebut jika terdapat hal hal yang tidak sesuai berkaitan dengan hasil panen. Maka prosedur di sini lebih ditekankan pada pendataan dan pengelompokkan hasil panen sesuai dengan asal asulnya atau dari kelompok tani apa. Tujuannya ialah jika terdapat hal hal yang tidak sesuai berkaitan dengan hasil panen, akan dengan mudah dilakukan penelusuran data dan asal usul hasil panen itu untuk perbaikan lebih lanjut.

Pada prosedur kerja juga diatur tentang cara pengisian formulir kegiatan pengumpulan bahan baku. Formulir tersebut berisi nomor, tanggal, asal panen, jumlah panen (kg), petugas, dan keterangan. Hal yang penting disini ialah pengisian asal panen dan jumlahnya. Tujuannya ialah untuk mendukung keabsahan data jika nantinya dilakukan penelusuran terhadap hasil panen yang tidak sesuai. Selain itu, dengan adanya data tersebut, dapat diketahui kelompok tani mana yang berpotensi atau tidak dengan melihat kondisi, kuantitas, dan kualitas hasil panen.

2. SOP Penyortiran Basah (KBF SOP 02) pada lampiran 1 dilengkapi dengan Formulir Pencucian dan Sortasi Basah (KBF FORM 02) pada lampiran 3. SOP Penyortiran basah ini memuat definisi dan tujuan dari proses penyortiran basah, standar yang harus dicapai pada tahap ini, daftar acuan penyusunan prosedur, alat dan bahan yang dibutuhkan, dan prosedur kerja yang menjelaskan urutan langkah langkah bagaimana tahap ini dilakukan. Pada tahap penyortiran basah dilakukan pemilihan layak tidaknya daun, membersihkan daun dari kotoran, serta pemilahan daun berdasarkan ukuran, sedangkan sebelumnya klaster belum memilahkan daun bedasarkan ukurannya. Prosedur di sini lebih ditekankan pada

commit to user

V 7

bagaimana cara penyortiran yang benar, sehingga menghasilkan Daun Kumis Kucing yang layak (tidak busuk), bersih dari bahan pengotor dan seragam ukurannya.

Pada prosedur kerja juga diatur tentang cara pengisian formulir kegiatan. Formulir tersebut memuat nomor, tanggal, jumlah panen (kg), lama sortasi, lama pencucian, berat setelah pencucian (kg), petugas. Namun, dalam tahap penyortiran basah, pengisian kolom formulir hanya sampai kolom lama sortasi. Untuk pengisian kolom selanjutnya dilakukan setelah tahap pencucian dan penimbangan basah. Tahap penyortiran basah, pencucian, dan penimbangan basah ini menggunakan satu formulir. Hal ini karena ketiga tahapan tersebut dilakukan dalam satu waktu.

3. SOP Pencucian (KBF SOP 03) pada lampiran 1 dilengkapi dengan Formulir Pencucian dan Sortasi Basah (KBF FORM 02) pada lampiran 3.

SOP Pencucian basah ini memuat definisi dan tujuan dari proses pencucian, standar yang harus dicapai pada tahap ini, daftar acuan penyusunan prosedur, alat dan bahan yang dibutuhkan, dan prosedur kerja yang menjelaskan urutan langkah langkah bagaimana tahap ini dilakukan. Tahap pencucian daun pada klaster awalnya dengan cara direndam. Proses pencucian dengan cara direndam akan menyebabkan senyawa aktif pada daun larut dalam air, selain itu kotoran yang sudah lepas cenderung akan menempel lagi. Maka, prosedur di sini lebih ditekankan pada cara pencucian yang benar, yaitu dengan air yang mengalir dan tidak direndam.

Pada prosedur kerja juga diatur tentang cara pengisian formulir kegiatan. Pengisian formulir pada tahap ini hanya pada kolom lama pencucian. Untuk kolom selanjutnya, diisi pada saat proses penimbangan basah selesai. Kolom lama pencucian ini digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dihabiskan saat mencuci. Dari data tersebut maka dapat digunakan sebagai alat kendali agar waktu pencucian tidak terlalu lama, sehingga kandungan zat pada Daun Kumis Kucing tidak banyak yang hilang.

commit to user

V 8

4. SOP Penimbangan Basah (KBF SOP 04) pada lampiran 1 dilengkapi dengan Formulir Pencucian dan Sortasi Basah (KBF FORM 02) pada lampiran 3. Awalnya di klaster tidak ada tahapan penimbangan basah. Dari hasil FGD, disepakati adanya tahapan penimbangan basah untuk mengetahui besarnya penyusutan berat setelah proses pengeringan. SOP Penimbangan basah ini memuat definisi dan tujuan dari proses penimbangan basah, standar yang harus dicapai pada tahap ini, daftar acuan penyusunan prosedur, alat dan bahan yang dibutuhkan, dan prosedur kerja yang menjelaskan urutan langkah langkah bagaimana tahap ini dilakukan. Prosedur di sini dilakukan untuk mengetahui berat bersih / berat awal daun yang akan diproses menjadi simplisia.

Pada prosedur kerja juga diatur tentang cara pengisian formulir kegiatan. Pengisian formulir pada tahap ini ialah pada 2 kolom terakhir, yaitu kolom berat berat setelah pencucian dan kolom petugas.

5. SOP Pelayuan / Peram (KBF SOP 05) pada lampiran 1 tidak dilengkapi dengan formulir.

SOP Pelayuan / peram ini memuat definisi dan tujuan dari proses pelayuan / peram, standar yang harus dicapai pada tahap ini, daftar acuan penyusunan prosedur, alat dan bahan yang dibutuhkan, dan prosedur kerja yang menjelaskan urutan langkah langkah bagaimana tahap ini dilakukan. Klaster awalnya belum melakukan tahapan pelayuan/peram, sehingga banyak ditemukan daun mengalami pembusukan saat proses pengeringan. Tahapan pelayuan/peram ini dilakukan karena jika setelah proses pencucian daun langsung dikeringkan / terkena panas matahari, maka daun akan cepat busuk. Prosedur yang terpenting ialah daun saat proses pelayuan ini jangan sampai saling bertumpuk terlalu tebal karena akan mempengaruhi kualitas daun.

Pada tahapan ini tidak dilengkapi formulir kegiatan karena merupakan tahapan transisi sebelum proses pengeringan dan tidak ada data yang perlu didokumentasikan.

6. SOP Pengeringan (KBF SOP 06) pada lampiran 1 dilengkapi dengan Formulir Pengeringan (KBF FORM 03) pada lampiran 4.

SOP Pengeringan ini memuat definisi dan tujuan dari proses pengeringan, standar yang harus dicapai pada tahap ini, daftar acuan penyusunan prosedur, alat

commit to user

V 9

dan bahan yang dibutuhkan, dan prosedur kerja yang menjelaskan urutan langkah langkah bagaimana tahap ini dilakukan. Sebelumnya prosedur pengeringan di klaster tidak tepat karena hanya menggunakan sinar matahari langsung, tanpa ditutup dengan kain hitam. Kain hitam ini berfungsi untuk mempertahankan kandungan zat aktif daun agar tidak rusak oleh paparan sinar matahari langsung dan menyerap panas agar simplisia kering sempurna secara menyeluruh. Maka, prosedur pada tahap ini ditekankan pada cara pengeringan yang benar. Hal ini dikarenakan proses pengeringan inilah yang menentukan kualitas simplisia dari tingkat kadar airnya dan lamanya ketahanan produk simplisia.

Pada prosedur kerja juga diatur tentang cara pengisian formulir kegiatan. Formulir tersebut memuat nomor, tanggal, jumlah (kg), waktu pengeringan, cara pengeringan, lokasi pengeringan, lama pengeringan, petugas. Hal yang terpenting dalam pengisian kolom ini ialah pada kolom waktu pengeringan, cara pengeringan, lokasi pengeringan, lama pengeringan. Waktu, cara, dan lokasi sangat menentukan lamanya proses pengeringan. Sangat penting dalam menentukan waktu pengeringan terutama jika pengeringan dilakukan secara manual atau dengan menggunakan sinar matahari langsung. Waktu pengeringan terbaik ialah saat pagi hari antara pukul 08.00 11.00 dan udara sekitar juga belum tercemar. Lokasi pengeringan juga berpengaruh terhadap lamanya proses pengeringan secara manual. Lokasi pengeringan seharusnya tidak terhalang pepohonan dan di tempat yang cukup tinggi dari permukaan tanah.

7. SOP Penyortiran Kering (KBF SOP 07) pada lampiran 1 dilengkapi dengan Formulir Penyortiran Kering (KBF FORM 04) pada lampiran 5.

SOP Penyortiran Kering ini memuat definisi dan tujuan dari proses penyortiran kering, standar yang harus dicapai pada tahap ini, daftar acuan penyusunan prosedur, alat dan bahan yang dibutuhkan, dan prosedur kerja yang menjelaskan urutan langkah langkah bagaimana tahap ini dilakukan. Prosedur disini lebih ditekankan pada bagaimana cara penyortiran kering agar simplisia yang tersortir telah kering sempurna (kadar air ≤10 dan bebas dari benda benda asing atau pengotor setelah proses pengeringan.

Pada tahap penyortiran kering dilakukan penyortiran antara simplisia yang sudah kering sempurna maupun yang belum. Apabila terdapat simplisia yang

commit to user

V 10

belum kering sempurna ikut terkemas maka akan mempengaruhi kadar air simplisia yang lain sehingga akan lembab dan timbul jamur. Simplisia yang sudah kering pun dibersihkan dari benda benda asing dan pengotor lainnya yang masih tertinggal.

Pada prosedur kerja juga diatur tentang cara pengisian formulir kegiatan. Formulir tersebut memuat nomor, tanggal, jumlah (kg), lama sortasi, berat setelah sortasi (kg), petugas, dan keterangan. Namun, dalam tahap penyortiran kering, pengisian kolom formulir hanya sampai kolom lama sortasi. Untuk pengisian kolom selanjutnya dilakukan setelah tahap penimbangan kering. Tahap penyortiran dan penimbangan kering ini menggunakan satu formulir. Hal ini karena kedua tahapan tersebut dilakukan dalam satu waktu.

8. SOP Penimbangan Kering (KBF SOP 08) pada lampiran 1 dilengkapi dengan Formulir Penyortiran Kering (KBF FORM 04) pada lampiran 5.

SOP Penyortiran Kering ini memuat definisi dan tujuan dari proses penimbangan kering, standar yang harus dicapai pada tahap ini, daftar acuan penyusunan prosedur, alat dan bahan yang dibutuhkan, dan prosedur kerja yang menjelaskan urutan langkah langkah bagaimana tahap ini dilakukan. Prosedur ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan berat daun saat basah dengan berat kering sebesar 5:1, atau 5 kg saat bobot basah dan 1 kg saat bobot kering.

Pada prosedur kerja juga diatur tentang cara pengisian formulir kegiatan. Pengisian formulir pada tahap ini ialah pada 2 kolom terakhir, yaitu kolom berat setelah sortasi, petugas, dan keterangan. Kolom keterangan disini digunakan untuk mencatat jumlah simplisia yang harus menjalani pengeringan ulang (jika ada).

9. SOP Pengemasan dan Pelabelan (KBF SOP 09) pada lampiran 1 dilengkapi dengan Formulir Pengemasan (KBF FORM 05) pada lampiran 6.

SOP Pengemasan dan Pelabelan ini memuat definisi dan tujuan dari proses pengemasan dan pelabelan, standar yang harus dicapai pada tahap ini, daftar acuan penyusunan prosedur, alat dan bahan yang dibutuhkan, dan prosedur kerja yang menjelaskan urutan langkah langkah bagaimana tahap ini dilakukan. Pada tahap pengemasan dan pelabelan di klaster, label produk memuat sedikit informasi tentang simplisia. Label produk seharusnya memuat informasi seperti

commit to user

V 11

no.kode, nama simplisia, tanggal penyimpanan, dan berat simplisia. Selain itu

penggunaan belum dilakukan oleh klaster ke dalam kemasan agar

simplisia tetap kering dan tidak lembab. Maka, prosedur di sini lebih kepada pemberian informasi tentang produk simplisia berupa label. Selain itu kemasan kedap udara dan pemberian untuk menjaga simplisia agar lebih tahan lama.

Pada prosedur kerja juga diatur tentang cara pengisian formulir kegiatan. Formulir tersebut memuat nomor, tanggal, no.label, jenis simplisia, jumlah (kg), waktu pengemasan, petugas. Formulir pada tahap ini berfungsi sebagai dokumentasi data yang sudah tercantum pada label kemasan simplisia. Dari data dalam formulir tersebut akan lebih memudahkan mengetahui berapa banyaknya simplisia yang dihasilkan, berapa yang akan masuk gudang, dan berapa yang akan dikirim.

10. SOP Penyimpanan (KBF SOP 10) pada lampiran 1 dilengkapi Formulir Penyimpanan (KBF FORM 06) pada lampiran 7.

SOP Penyimpanan ini memuat definisi dan tujuan dari proses penyimpanan, standar yang harus dicapai pada tahap ini, daftar acuan penyusunan prosedur, alat dan bahan yang dibutuhkan, dan prosedur kerja yang menjelaskan urutan langkah langkah bagaimana tahap ini dilakukan. Kondisi gudang penyimpanan klaster tidak layak sebab gudang tercampur dengan bahan panen lain dan ventilasi gudang yang kurang memadai tanpa adanya pelindung / kasa. Hal tersebut mempengaruhi tingkat kelembapan gudang yang dapat berakibat meningkatkan kadar air simplisia, serta memungkinkan terjadinya kontaminasi dari binatang pengerat dan serangga yang dapat mempengaruhi kualitas produk.

Selain itu, klaster tidak menerapkan (FIFO) dalam tahap

penyimpanan produk di gudang, hal ini mengakibatkan kenaikan kadar air simplisia sebab simplisia yang lebih awal masuk gudang memiliki kemungkinan lebih lama berada di dalam gudang. Maka, prosedur pada tahapan ini lebih ditekankan pada cara penyimpanan yang benar agar simplisia tetap awet dan terjaga kualitasnya. Cara penyimpanan tersebut meliputi cara penyusunan, yaitu

dengan metode FIFO ( ) sesuai dengan tanggal penyimpanannya

commit to user

V 12

jenisnya. Selain itu diatur juga tentang syarat kondisi gudang penyimpanan, yaitu bersih, tidak lembab, dan terlindung dari sinar matahari langsung.

Pada prosedur kerja juga diatur tentang cara pengisian formulir kegiatan. Formulir tersebut memuat nomor, jenis simplisia, no. label, tanggal masuk gudang,

Dokumen terkait