BAB III REGRESI, SUBLIMASI, DAN IDENTIFIKASI SEBAGA
3.5 Rangkuman
Bentuk pengalihan berupa sikap pengalihan terhadap hasrat seksual dalam bentuk regresi, sublimasi, dan identifikasi terdapat pada ketiga tokoh yakni Ajo Kawir, Si Iteung, dan Mono Ompong. Regresi atau kembali ke masa kanak-kanak yang disebabkan oleh tekanan psikologis ditunjukkan dengan sikap menangis oleh ketiga tokoh. Tekanan psikologis yang dialami ketiga tokoh berkaitan dengan pengalaman traumatis mereka yaitu tindakan pelecehan seksual.
Sublimasi atau mengubah berbagai rangsangan yang tidak diterima entah itu dalam bentuk seks, kemarahan, ketakutan atau bentuk lainnya, ke dalam bentuk- bentuk yang bisa diterima secara sosial juga ditunjukkan lewat perilaku ketiga tokoh. Si Iteung memilih mengubah rangsangan yang tidak diterimanya dengan masuk ke sebuah perguruan silat, sedangkan Ajo Kawir dan Mono Ompong memilih bekerja sebagai sopir dan kernet truk. Dalam hal ini, ketiga tokoh mengubah orientasi hasrat seksual dan kemarahan mereka ke tindakan yang lebih positif karena ketiga tokoh secara sadar dapat mengontrol energi seksual mereka.
Identifikasi atau proses memperkuat harga diri dengan membentuk suatu persekutuan nyata atau maya dengan orang lain, baik seseorang maupun kelompok juga dilakukan oleh ketiga tokoh sebagai wujud sikap pengalihan terhadap hasrat seksual mereka. Ajo Kawir memilih untuk belajar dari kisah hidup
60
Iwan Angsa yang dianggap sukses dengan hidupnya menjadi seorang preman yang bertobat. Si Iteung dan Mono Ompong memilih untuk belajar dari sikap Ajo Kawir yang dapat menerima keadaanya. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan Ajo Kawir meloloskan id miliknya.
61 BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah struktur kepribadian tokoh pada novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan. Penelitian ini juga menggunakan analisis psikoanalisis untuk mengetahui bentuk manifestasi penyaluran id tokoh Ajo Kawir, Si Iteung, dan Mono Ompong.
Pelecehan seksual yang diterima semasa kecil merupakan pengalaman traumatis ketiga tokoh. Pelecehan seksual yang diterima oleh Ajo Kawir yaitu disuruh memperkosa wanita gila bernama Rona Merah oleh dua oknum polisi karena tertangkap basah sedang mengintip. Ajo Kawir melakukan identifikasi terhadap ayah Si Tokek yang bernama Iwan Angsa. Iwan Angsa dianggap berhasil menjadi pribadi yang disegani oleh banyak orang juga pribadi yang bertanggungjawab terhadap keluarganya. Pertemuannya dengan Si Iteung dalam suatu perkelahian merupakan awal hubungan asmara keduanya. Ajo Kawir yang tengah dilema karena keputusannya telah menantang Si Macan untuk berduel dan tengah jatuh cinta pada Si Iteung mengalami regresi yang ditunjukkan dari sikapnya menangis di emperan toko milik Wa Sami. Dominasi superego mempengaruhi ego yang ditandai dengan keputusannya menikahi Si Iteung. Pernikahannya dengan Si Iteung yang awalnya berjalan bahagia berubah setelah ia mengetahui Si Iteung tengah hamil. Kehamilan Si Iteung merupakan tamparan
62
keras yang memaksanya kembali mengingat pengalaman traumatis miliknya. Ia mengalihkan trauma miliknya dengan membunuh Si Macan. Superego berusaha mendominasi ego yang ditandai lewat sikapnya menyerahkan diri kepada polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setelah keluar dari penjara Ajo Kawir memutuskan untuk membeli sebuah truk dan bekerja sebagai sopir truk. Hal ini merupakan bentuk sublimasi yang terjadi pada Ajo Kawir sebagai bentuk manifestasi penyaluran id miliknya. Ia belajar dari kemaluannya untuk menjadi pribadi yang tenang dan berpikiran jernih dengan menjauhi segala macam bentuk masalah di sekitarnya. Dari pekerjaannya sebagai sopir truk, ia bertemu dengan Mono Ompong dan Jelita. Mono Ompong bekerja sebagai kernet truk miliknya hingga pada suatu hari memutuskan untuk berkelahi dengan sopir truk lain bernama Si Kumbang. Jelita bekerja sebagai kernet truk milik Ajo Kawir untuk menggantikan Mono Ompong yang tengah menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit tentara karena perkelahiannya dengan Si Kumbang. Dari tokoh Jelita ini Ajo Kawir kedapatan mimpi basah. Dalam mimpi itu Ajo Kawir melihat bahwa kemaluannya dapat berdiri dan kembali mengeras. Hal yang dirasakan oleh Ajo Kawir ketika sedang memimpikan Jelita ternyata berdampak pada kehidupan nyatanya. Hal ini membuktikan bahwa id miliknya mencoba menerobos batas ego. Dominasi id ini kemudian terealisasikan dengan sikapnya bercinta dengan Jelita di sebuah bilik kamar mandi pom bensin. Ajo Kawir yang telah mengalami kesembuhan pada kemaluannya memutuskan untuk kembali ke rumah dan menemui Si Iteung. Ego berkosilidasi dengan superego sehingga dapat menerima
63
pengalaman traumatisnya yang ditunjukkan dengan memilih untuk kembali pada Si Iteung.
Pelecehan seksual yang diterima oleh Si Iteung yaitu perilaku cabul yang dilakukan oleh gurunya setelah jam sekolah berakhir. Pelecehan seksual ini kemudian menjadi pengalaman traumatis baginya. Ia berusaha mengalihkan traumanya dengan berlatih ilmu bela diri di perguruan silat Kalimasada. Akan tetapi, usahanya tersebut gagal setelah ia mendapatkan tindakan yang serupa dari teman seperguruannya yang bernama Budi Baik. Ia seolah ditarik kembali untuk mengingat pengalaman traumatisnya. Keinginannya berlatih ilmu bela diri merupakan sublimasi yang adalah bentuk manifestasi penyaluran id miliknya. Kehadiran Ajo Kawir menimbulkan superego pada dirinya. Ia mulai beranggapan bahwa lelaki adalah teman dan juga suami. Si Iteung mencoba melakukan identifikasi yang ditandai lewat kedekatannya dengan Ajo Kawir. Superego Si Iteung mengalami perkembangan dari anggapan lelaki adalah teman dan juga suami berkembang menjadi lelaki seharusnya dapat memberikan keturunan terlebih kepuasan secara seksual. Si Iteung yang tidak mendapatkan pemenuhan
superego nya dari Ajo Kawir lantas mencari pemenuhan lewat tokoh Budi Baik.
Hubungannya dengan Budi Baik tersebut berakhir pada kehamilan yang menimpanya. Si Iteung mengalami regresi yang ditandai dengan sikapnya menangis menahan kepergian Ajo Kawir. Ajo Kawir memutuskan pergi dari rumah setelah mengetahui Si Iteung tengah hamil. Kehamilan dan kepergian Ajo Kawir ini memicu timbulnya kembali pengalaman traumatis miliknya. Si Iteung berusaha membangun superego nya yaitu lelaki adalah teman dan suami dengan
64
mengalihkan ego nya pada Budi Baik dengan menghajarnya hingga tewas. Pada akhirnya Si Iteung menyerahkan diri kepada polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut.
Pelecehan seksual yang pernah diperoleh oleh Mono Ompong semasa kecil yaitu sikap temannya yang memelorotkan celana olahraganya di depan teman- temannya. Pelecehan seksual ini menjadi pengalaman traumatis baginya. Kegemarannya berkelahi merupakan pengalihan traumanya, sekaligus sebagai interalisasi nilai superego bahwa perkelahian merupakan jalan termudah agar seorang lelaki mendapatkan pengakuan dari lelaki lainnya. Mono Ompong mencintai seorang gadis di desanya yang bernama Nina. Superego miliknya mengalami perkembangan yaitu anggapan bahwa seorang lelaki dapat memperoleh pengakuan bahwa dari lelaki lain jika ia kuat dalam bercinta. Sublimasi yang tejadi pada dirinya ditandai dengan ia yang memutuskan untuk berhenti dari sekolah dan menjadi seorang kernet truk milik Ajo Kawir. Pertemuannya dengan Ajo Kawir merupakan bentuk identifikasi. Ia menjadikan Ajo Kawir sebagai panutan dalam hidupnya karena Ajo Kawir yang dapat mengalahkan semua lawannya dalam sebuah perkelahian. Perilaku Mono Ompong yang mudah tersulut emosinya juga gemar berkelahi membangkitkan kembali traumamilik Ajo Kawir. Mono Ompong sering mendapatkan nasihat dari Ajo Kawir untuk berhenti berkelahi dan menjauhi segala macam masalah. Dominasi dari superego Mono Ompong membuatnya menerima tawaran Si Kumbang untuk berkelahi. Di sisi lain, ia merasa dilema karena jika ia kalah dalam perkelahiannya dengan Si Kumbang maka ia tidak akan dapat bertemu lagi
65
dengan Nina. Kecemasannya ini berujung pada sikapnya yang mengunci diri dalam kabin truk milik Ajo Kawir sembari menangis sesenggukan. Hal ini merupakan bentuk regresi yang terjadi pada Mono Ompong. Superego miliknya kembali menguat setelah mendapatkan nasihat dari Ajo Kawir. Ia memutuskan untuk tidak menjadi pecundang dengan lari dari perkelahiannya dengan Si Kumbang. Pada akhirnya ia memenangkan perkelahian dengan luka serius pada kakinya sehingga harus menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit tentara.
4.2 Saran
Dalam penelitian terhadap novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar
Tuntas karya Eka Kurniawan ini difokuskan pada struktur kepribadian dan bentuk
manifestasi penyaluran id. Adanya kedua fokus tersebut peneliti menemukan ada dinamika pada struktur kepribadian tokoh. Dinamika struktur kepribadian tokoh dipengaruhi oleh hasrat seksual para tokohnya. Hasrat seksual para tokoh tidak lepas dari tindakan pelecehan seksual yang diterima semasa kanak-kanak. Tindakan ini merupakan pengalaman traumatis ketiga tokoh.
Para tokoh berusaha memanifestasikan id mereka ke hal yang lebih positif. Dalam proses pengalihan tersebut memicu terjadi dinamika pada struktur kepribadian mereka. Sangat disarankan bagi peneliti selanjutnya yang menggunakan novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan ini untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan dinamika kepribadian.
66
Daftar Pustaka
Eka Kurniawan. 2014. Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Pustaka Widyatama. Yogyakarta.
Davidoff, Linda L. 1988. Psikologi: Suatu Pengantar, Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Hartono, Budi. 2003. “Dasar-dasar Psikoanalisis Freudian”. Dalam Anggadewi Moesono (ed). Psikoanalisis dan Sastra. Depok. Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian UI.
Horton, Paul B. 1999. Sosiologi Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Moesono, Anggadewi. 2003. Psikoanalisis dan Sastra. Depok: Universitas
Indonesia.
Mulyono, Y. Bambang. 1986. Kenakalan Remaja dalam Perspektif
Pendekatan Sosiologis, Psikologis, Teologis dan Usaha
Penanggulangannya. Andi Offset. Yogyakarta.
Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitan. Grafika Indonesia. Bandung.
Oktivita, 2009. “Perilaku Seksual Dalam Novel Saman Karya Ayu Utami: Tinjauan Psikologi Sastra”. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
Sarwono. 2000. Teori-teori PsikoanalisSosial. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Semiun, Yustinus. 2006.Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius.
67
Setiadi, Yustinus Wendi. 2012. “Dinamika Kepribadian Tokoh-tokoh Utama dalam Novel 3 Cinta 1 Pria karya Arswendo Atmowiloto: Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Sigmund Freud. 2014. Manifesto Seksualitas. Diterjemahkan dari Three
Essays on the Theory of Sexuality. Basic Books, 2000. Titah Surga.
Yogyakarta.
Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis. Muhamadiyah University Press. Surakarta.
Wellek, R & Warren, A. 1990. Teori Kesusastraan (Diindonesiakan oleh
Melani Budianta). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yulianti, Yeni. 2007. “Psikoanalisis Dalam Novel Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sumber Online
Royanto. 2015. “Psikologi Sastra”. https://rochyanto.wordpress.com/2015/ 04/15/91/ Diunduh pada Rabu, 23 September 2016 pukul 21.29 WIB DeLamater, John D. & Morgan Sill. 2005. “Jurnal of Sexual Desire in Later
Life”.http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00224490509552267/? journalCode=hjsr20 Diunduh pada Senin, 16 Mei 2016 pukul 21.18 WIB Budiman, Berry. 2014. “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas;
Novel Terbangsat yang Pernah Saya
Baca”.http://www.kompasiana.com/berry-budiman/seperti-dendam-rindu- harus-dibayar-tuntas-novel-terbangsat-yang-pernah-saya-
baca_54f452b6c8918 Diunduh pada Senin, 2 Mei 2016 pukul 11.34 WIB
Adiputra, “ofwan. . Teori Kepribadian . http://bkpemula.wordpress.com/
2012/02/01/teori-kepribadian/ Diunduh pada Rabu, 19 Oktober 2016 pukul 23.37WIB
68
PROFIL PENULIS
Gregorius Agung Rendra Prasastyo atau yang lebih akrab disapa Rendra lahir di Kulon Progo, 5 September 1994. Pria asal Yogyakarta ini merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia memiliki hobi bermain musik, mendengarkan musik, dan bermain game. Pada tahun 2006, ia lulus dari SD Kanisius Promasan. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan di SMP Kemasyarakatan Promasan dan lulus pada tahun 2009. Setelah lulus SMP, ia melanjutkan pendidikan sebagai siswa di SMA Seminari Mertoyudan yang kemudian memutuskan keluar pada tahun 2012. Setelah keluar dari Seminari, ia melanjutkan pendidikan di SMA Kristen Bentara Wacana dan dan lulus pada tahun 2013.
Setelah lulus SMA, ia memutuskan untuk kuliah di Universitas Sanata Dharma jurusan Sastra Indonesia. Selama menjadi mahasiswa, ia aktif dalam kegiatan Himpunan Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia (HMPS) dan Bengkel Sastra.