• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III REGRESI, SUBLIMASI, DAN IDENTIFIKASI SEBAGA

3.2 Regresi

Regresi adalah kembali ke masa-masa di mana seseorang mengalami tekanan psikologis. Dapat dikatakan pula pengulangan kembali tingkah laku yang cocok bagi tahapan perkembangan atau usia sebelumnya yakni perilaku kekanak- kanakan (Berry, 2001: 82). Bentuk pengalihan dari hasrat seksual ini memperlihatkan bahwa ketiga tokoh merasa nyaman dengan tingkah laku yang dapat dikategorikan sebagai perilaku anak kecil ketika sedang mengalami kecemasan. Rasa cemas mereka timbul karena ego mendapat dorongan dari id yang berupa hasrat seksual.

3.2.1 Regresi pada Tokoh Ajo Kawir

Regresi yang dialami oleh Ajo Kawir merupakan bentuk pengalihan trauma miliknya. Hal ini dapat dibuktikan dari tingkah laku kekanak- kanakan Ajo Kawir yaitu menangis. Ajo Kawir kedapatan menangis di emperan toko milik ibu Si Tokek. Sikap kekanak-kanakannya ini muncul karena rasa cemas. Ia merasa cemas jika perkelahiannya dengan Si Macan akan berujung pada kekalahan bahkan kematian. Ia yang tengah jatuh cinta kepada Si Iteung merasa takut jika kekalahannya membuat dirinya tidak bisa bertemu lagi dengan gadis yang dicintainya. Rasa cemas dan gelisah ini kemudian ia alihkan dengan menangis.

49

“Sudah lama Si Tokek tak melihat Ajo Kawir berurai air mata, tapi saat itu ia kembali melihatnya. Ia pergi ke toko dan kembali membawa sebotol bir yang telah terbuka, menyodorkannya kepada Ajo Kawir.” (Kurniawan, 2014: 96)

Ajo Kawir berencana untuk membatalkan tantangannya berkelahi dengan Si Macan, akan tetapi ia sudah terlanjur terang-terangan berteriak menantang Si Macan di kampungnya. Hal inilah yang membuat Ajo Kawir merasa dilema. Superego miliknya melarang untuk berkelahi dengan Si Macan, tetapi dorongan id miliknya mendominasi ego. Ego tersebut kemudian direalisasikan dalam bentuk kecemasan. Kecemasan yang timbul ini kemudian dialihkan dengan sikap menangis.

3.2.2 Regresi pada Tokoh Si Iteung

Regresi yang dialami oleh Si Iteung merupakan bentuk pengalihan trauma miliknya. Regresi atau tingkah kekanak-kanakan Si Iteung dapat dibuktikan dari dirinya yang tengah menangis sembari menahan kaki Ajo Kawir yang hendak pergi meninggalkan rumah. Hal ini bermula dari Ajo Kawir yang mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung seorang anak. Tentu anak dalam kandungannya bukanlah anak dari Ajo Kawir melainkan anak dari hubungannya dengan Budi Baik. Hubungannya dengan Budi Baik terjadi karena perkembangan superego miliknya. Superego yang beranggapan bahwa lelaki adalah teman dan suami berkembang menjadi lelaki seharusnya bisa memberikan keturunan terlebih kepuasan secara seksual. Si Iteung yang tidak mendapatkan pemenuhan superego dari Ajo

50

Kawir lantas mengalihkan superego nya pada Budi Baik. Kehamilan yang menimpa dirinya memicu timbulnya kembali pengalaman traumatisnya. Ia merasa bahwa dirinya telah mendapatkan pelecehan seksual dari Budi Baik. “Perek, gumamnya, sambil berbalik hendak pergi meninggalkan Iteung. Tapi Iteung dengan sigap menangkap kedua kakinya, memeluknya erat. Ajo Kawir hampir ambruk karenanya. Selama beberapa saat ia terus berusaha melangkah dan Iteung harus terseret oleh kakinya. Ia berhenti, sementara Iteung terus mendekap kedua kakinya, tak mau melepaskannya, dan terus menangis.” (Kurniawan, 2014: 157)

Sikap kekanak-kanakan Si Iteung berhubungan dengan rasa cemas dan takut jika Ajo Kawir mengetahui perihal kehamilannya bahkan memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah dan tidak akan kembali lagi. Hal ini terbukti dengan sikap Ajo Kawir yang memutuskan pergi dari rumah dalam keadaan marah setelah mengetahui dirinya hamil. Sikap cemas yang dialami oleh Si Iteung merupakan ego yang timbul akibat dorongan dari superego miliknya.

Superego Si Iteung mengalami sebuah dinamika timbul dan

tenggelam. Hal ini dapat dibuktikan dari superego Si Iteung yang beranggapan bahwa lelaki adalah teman dan suami berkembang menjadi lelaki seharusnya dapat memberikan keturunan terlebih kepuasan secara seksual. Dominasi superego mempengaruhi ego yang berujung pada kehamilan. Kehamilan yang menimpa dirinya membuat ia ditarik kembali untuk mengingat pengalaman traumatisnya. Si Iteung berusaha membangun kembali superego nya yang beranggapan bahwa lelaki adalah teman dan suami dengan cara mengalihakan ego nya kepada Budi Baik. Dominasi ego

51

kemudian direalisasikan dengan menghajar Budi Baik hingga tewas. Perbuatannya ini kemudian ia pertanggungjawabkan dengan menyerahkan diri kepada polisi.

3.2.3 Regresi pada Tokoh Mono Ompong

Regresi yang dialami oleh Mono Ompong merupakan bentuk pengalihan trauma miliknya. Regresi atau tingkah kekanak-kanakan Mono Ompong dapat dibuktikan dari sikapnya yang meringkuk, menangis seseunggukan dan mengunci diri dalam kabin truk milik Ajo Kawir. Sikapnya yang menangis di dalam kabin truk milik Ajo Kawir merupakan bentuk pengalihan dari pengalaman traumatisnya. Perasaan malu karena pernah mendapatkan pelecehan seksual dari temannya kembali muncul. Ia takut jika kekalahannya dalam duel melawan Si Kumbang hanya akan membuat dirinya malu untuk yang kesekian kalinya. Perasaan cemas dan takut merupakan ego yang timbul karena dorongan superego miliknya. Ego kemudian direalisasikan dalam bentuk sikap menangis.

“Si Bocah meringkuk di dalam kabin truk, menangis sesenggukan. Ajo Kawir menyuruhnya membuka pintu kabin, yang dikunci dari dalam, tapi Si Bocah bergeming. Gerimis turun. Ajo Kawir menggedor-gedor pintu, dan Si Bocah tetap tak beranjak. Ajo Kawir berteriak-teriak, Sialan kau, buka pintu! Si Bocah tetap meringkuk, menangis sesenggukan. Gerimis semakin lebat. Ajo Kawir dan Jelita terpaksa berlindung di emperan warung tutup.” (Kurniawan, 2014: 190)

Sikap kekanak-kanakan Mono Ompong muncul akibat timbulnya kecemasan jika tidak bisa bertemu dengan Nina. Ia takut jika perkelahiannya dengan Si Kumbang berujung pada kekalahan yang

52

menyebabkan dirinya tidak bisa bertemu dengan wanita yang dicintainya. Di sisi lain, superego Mono Ompong untuk dapat memperoleh pengakuan dari orang lain memaksanya untuk tidak lari dari perkelahiannya dengan Si Kumbang. Dominasi superego mempengaruhi ego. Hal ini dapat dibuktikan dari sikap Mono Ompong yang kemudian tetap menerima tantangan Si Kumbang untuk berduel dengannya. Pada akhirnya ia menang dalam perkelahian itu dengan luka di sekujur tubuhnya dan harus menjalani rawat inap di rumah sakit.

Dokumen terkait