• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rangkuman

Dalam dokumen Kantor Bisnis Kualanamu (Halaman 129-136)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Rangkuman

Aerotropolis adalah suatu kota yang memiliki konsep dimana tata letak kota, infrastruktur, dan ekonominya berpusat pada bandara. Konsep ini dikembangkan oleh John D. Kasarda dimana aerotropolis muncul dari konsep aerocity yang merupakan konsep paling modern dalam pembangunan, pengelolaan, dan pengembangan fungsi bandar udara di suatu wilayah atau kota yang di dalamnya terdapat sejumlah kegiatan bisnis. Konsep aerotropolis harus memenuhi tiga syarat utama. Pertama adalah membangun wilayah sekitar bandara dengan hotel, perkantoran, ritel, factory outlet, dan pusat bisnis lainnya. Kedua, menyediakan transportasi yang beragam dan saling terhubung dengan bandara seperti kereta api, bus, jalan tol dan transportasi publik lainnya yang terhubung dengan bandara. Ketiga, menyediakan dan membangun fasilitas pengangkutan logistik di sekitar bandara.

Pemilihan lokasi perancangan dengan konsep aerotropolis terkait dengan literatur beberapa kawasan aerotropolis dimana kota aerotropolis dekat dengan bandara. Pada kasus ini, lokasi berada di dekat Bandara Internasional Kualanamu, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan peraturan RUTR Deli Serdang tahun 2025, lokasi yang dipilih memiliki fungsi tata guna lahan Perdagangan dan Jasa, dan Rekreasi Wisata Aktif. Mengacu pada literatur kawasan aerotropolis beberapa negara seperti Amsterdam, Hong Kong dan Korea Selatan dan peraturan tata guna lahan, fungsi bangunan yang akan dirancang adalah Kantor Bisnis Kualanamu.

Tema yang akan dipilih untuk perencanaan Kantor Bisnis Kualanamu adalah Tema Arsitektur Tropis. Alasan utama pemilihan tema ini adalah karena Negara Indonesia termasuk dalam iklim tropika basah, yang berarti kelembapan udara yang tinggi namun penguapan yeng terjadi sedikit dikarenakan pergerakan angin yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB I ini menyajikan beberapa topik yaitu latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika laporan.

1.1 Latar Belakang

Bandar udara merupakan prasarana penting bagi masyarakat dalam kegiatan transportasi udara, terutama Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Selain berperan dalam sektor transportasi, bandara juga berperan dalam kelangsungan pertumbuhan ekonomi daerah. Salah satu contohnya adalah Bandar Udara Internasional Kualanamu yang beroperasi di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Sejak resmi dibuka pada tahun 2013, bandara yang berjarak 39 km dari kota Medan ini menjadi bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Meningkatnya pengguna transportasi

udara serta peran Bandara Kualanamu yang merupakan “Main Hub” baik dalam transportasi maupun pergerakan pertumbuhan ekonomi, menjadikan lokasi sekitar bandara menjadi ladang usaha terutama bagi para pebisnis. Sehingga, beragam jenis jasa, pelayanan, dan fasilitas juga ikut meningkat.

Bandara Kualanamu dititikberatkan pada pengembangan pusat-pusat pelayanan kota baru dengan mengusung tema “New Development” yang mengarah ke konsep kawasan aerotropolis. Aerotropolis merupakan tata kota urban yang desain, infrastruktur, dan ekonominya berpusat pada sebuah bandar udara. Berdasarkan kajian dari Dewan Bandara Internasional (Airport Council International/ACI, 2010), aerotropolis berkembang secara organik dan dimulai dari bandara itu sendiri. Di mana bandara tak hanya sebatas sebagai penyokong kegiatan aviasi. Lebih dari itu, ada berbagai jenis kegiatan bisnis lainnya, sehingga bandara dan wilayah sekitarnya merupakan kawasan komersial yang terintegrasi. Semisal, perkantoran, perbelanjaan, pusat konvensi, hotel, hingga pusat hiburan.

Nilai jual konsep Aerotropolis adalah lokasi yang berdekatan dan konektivitas yang cepat antara suppliers, costumers, dan mitra perusahaan nasional maupun internasional. Konsep aerotropolis akan memberikan manfaat diantaranya penghematan dari sisi biaya

pengeluaran maupun waktu di bandara bagi maskapai penerbangan dan pengguna, memaksimalkan pengembalian aset untuk bandara dan daerah tersebut, serta dapat memacu laju perekonomian, seiring dengan mudahnya konektivitas antara barang dan manusia. Pengembangan konsep ini memiliki potensi bisnis yang cukup besar jika konsep ini terwujud. Keberadaan aerotropolis juga akan memberikan nilai tambah di mata investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera Utara.

Berdasarkan kutipan Konsep Aerotropolis dan Penerapannya di Dunia (Antonius Lisliyanto, 2015), di Negara Malaysia konsep aerotropolis dikembangkan melalui superkoridor, yang membentang sepanjang 50 kilometer, mulai dari Kuala Lumpur hingga bandara Kuala Lumpur International Airport (KLIA) yang berada di daerah Sepang, Negara Bagian Selangor. Adapun yang menjadi penghubung utama adalah kereta bandara ekspres dan jalan bebas hambatan. Di China penerapan konsep aerotropolis terlihat pada kawasan Sky City yang berada di sekitar Hong Kong International Airport. Kawasan bisnis ini tak hanya menjadi penopang kegiatan aviasi, melainkan telah berkembang menjadi kawasan bisnis yang telah terintegrasi, termasuk di dalamnya taman hiburan kelas dunia Disney Land Hong Kong serta kawasan perumahan Tung Chung yang merupakan daerah tempat tinggal bagi para pegawai yang bekerja di kawasan bisnis tersebut. Di Belanda konsep ini dapat dilihat pada distrik bisnis Zuidas, yang berada di dekat bandara Schiphol Amsterdam. Terdapat kantor pusat berbagai perusahaan global yang berbasis di Eropa, yang di antaranya adalah ABN Amro dan ING Bank. Lokasi tersebut juga memiliki kawasan hunian bagi para professional yang bekerja di distrik bisnis serta memiliki tempat- tempat hiburan, cafe dan restoran yang berkelas.

Jika ditinjau kembali, konsep yang akan diterapkan di kawasan Bandara Kuala Namu tidak jauh berbeda dari kota-kota yang disebutkan diatas. Diantaranya adalah fasilitas yang berkaitan dengan bisinis, yaitu ruang perkantoran bagi para pebisnis. Terdapat juga beberapa fasilitas penunjang, seperti pusat kuliner, mini market, dan tempat beribadah. Kantor Bisnis Kualanamu merupakan sebuah kantor sewa yang menyediakan fasilitas berupa ruang untuk para pebisnis dalam mengembangkan usahanya, serta membuka lapangan pekerjaan dalam perihal perdagangan dan jasa. Fungsi utamanya adalah menyediakan layanan informasi, promosi, dan transaksi yang berhubungan dengan kegiatan bisnis perdagangan. Perancangan kantor ini diharapkan berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemasukan

tempat beribadah) yang berhubungan guna menciptakan pengalaman ruang bagi penggguna kantor ataupun pengunjung.

Berikut ini beberapa alasan pemilihan topik permasalahan/kasus proyek/tema terkait dengan perencanaan Kantor Dagang dan Bisnis di kawasan Bandara Kualanamu.

 Seiring dengan perkembangan kawasan Kualanamu Kabupaten Deli Serdang, pemerintah diharapkan menyediakan fasilitas yang mendukung peningkatan ekonomi daerah tersebut, seperti: kantor bisnis, penginapan, rumah sakit, sekolah, pusat rekreasi dan pangan, dan sebagainya. Kantor bisnis bisa menjadi peluang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemasukan daerah tersebut. Berikut ini merupakan kutipan oleh Bambang Priyo Jatmiko tahun 2014 dalam artikelnya yang berjudul “Aerotropolis, Konsep Pengembangan Kawasan Berbasis Aviasi” yaitu tabel beberapa negara yang menerapkan konsep aerotropolis,

Tabel 1.1 Kawasan Aerotropolis

Negara Aerotropolis Fasilitas

Belanda Zuidas Perkantoran, permukiman,

lifestyle

Hong Kong Sky City Perkantoran, permukiman,

hiburan

Malaysia KLIA Aerotropolis Industri, perkantoran, permukiman

Uni Emirat Arab Dubai World Central Perkantoran, permukiman, lifestyle

India Bengal Aerotropolis Perkantoran (Business Park), lifestyle

Amerika Serikat (AS) Memphis Aerotropolis Pergudangan, perkantoran, permukiman

Dari berbagai sumber yang diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep aerotropolis tidak lepas dari fasilitas perkantoran.

 Bandara Kualanamu masih terbilang baru dan memiliki lahan kosong yang dapat dikembangkan sekaligus sebagai generator dalam bidang usaha.

 Tema yang diusulkan berkaitan dengan Teknologi Bangunan yaitu Arsitektur Tropis. Pemilihan tema tersebut terkait dengan kawasan yang berada di daerah tropis.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari perancangan Kantor Bisnis Kualanamu adalah: 1. Untuk merencanakan dan merancang kantor bisnis di kawasan Kualanamu

2. Untuk merancang kantor bisnis dengan penerapan tema arsitektur tropis di kawasan Kualanamu

Adapun tujuan dari perancangan Kantor Bisnis Kualanamu adalah:

1. Bangunan memiliki fasilitas yang mendukung kebutuhan pengguna tetap (seperti pengelola, karyawan, dsbg) maupun pengguna tidak tetap (seperti pengunjung). 2. Bangunan menjadi mudah di akses dan terintegrasi dengan bangunan sekitar.

1.3 Masalah Perancangan

Dalam sebuah perancangan, permasalahan yang muncul berbeda-beda karena lokasi dan fungsi bangunan sekitar kawasan mempengaruhi perancangan. Bedasarkan latar belakang diatas, diperoleh perumusan masalah perancangan sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang kantor bisnis yang dapat memenuhi kebutuhan kantor dan fasilitas penunjang bagi pengguna bangunan.

2. Bagaimana merancang kantor bisnis dengan penerapan tema arsitektur tropis.

1.4 Pendekatan

Adapun pendekatan yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah perancangan adalah dengan menggunakan metoda studi kepustakaan dan observasi lapangan, dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi lapangan, dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung pada lokasi perancangan dan untuk mengetahui kondisi lahan yang berhubungan dengan kasus perancangan.

3. Studi literatur atau pustaka, untuk mendapatkan data dari pustaka-pustaka yang berhubungan dengan judul perancangan. Sebagai bahan informasi yang berupa literatur untuk materi laporan.

1.5 Lingkup / Batasan

Lingkup/batasan dalam perencanaan dan perancangan “Kantor Bisnis Kualanamu” ini adalah:

1. Perancangan kantor dagang dan bisnis dipengaruhi oleh peraturan, asumsi kelayakan, dan program ruang.

2. Perancangan memperhatikan aspek-aspek seperti perencanaan tapak, bentukan massa bangunan dengan kawasan sekitar, sirkulasi, pemakai dan pengunjung, kebutuhan ruang, konektivitas antar bangunan dan sebagainya.

3. Kajian arsitektur akan dibatasi oleh tema dan penerapannya, dalam kasus ini yaitu arsitektur tropis.

1.6 Kerangka Berpikir

Berikut ini merupakan kerangka berpikir dari perencanaan Kantor Bisnis Kualanamu,

Latar Belakang

Kasus Proyek

Maksud dan Tujuan Judul

Permasalahan Pengenalan

Studi Banding Kantor Dagang/Bisnis dan Tema

Arsitektur Tropis Analisis Konsep Pra-desain Desain Data Program Tekno Kawasan Peraturan Batasan Literatur Tema Feedba ck

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I - Pendahuluan

Berisi kajian latar belakang pembangunan gedung kantor dagang dan bisnis Kualanamu, maksud dan tujuan, masalah perancangan, lingkup dan batasan, dan metode pendekatan.

BAB II - Tinjauan Pustaka

Pembahasan mengenai terminologi judul, lokasi, tinjauan fungsi, elaborasi tema.

Dalam dokumen Kantor Bisnis Kualanamu (Halaman 129-136)

Dokumen terkait