• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran rasio aktivitas dilakukan dengan menilai tingkat perputaran total aktiva, perputaran aktiva tetap, perputaran piutang, dan pengumpulan piutang. Berdasarkan hasil analisis terhadap rasio aktivitas perusahaan dapat dikatakan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki masih kurang baik. Hal ini lebih lanjut akan dijelaskan pada komponen rasio aktivitas. Hasil perhitungan aktivitas pada PT Alam Karya Unggul Tbk dan rata-rata industri dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perkembangan rasio aktivitas tahun 2008-2012

Perusahaan Rasio Tahun Rata-rata

2008 2009 2010 2011 2012 AKKU Perputaran Total Aktiva 0.19 0.08 0.10 0.22 0.15 0.15 Perputaran Aktiva Tetap 0.28 0.10 0.13 0.28 0.20 0.20 Perputaran Piutang 1.36 2.48 3.53 4.84 3.59 3.16 Collecting Periode 269.35 147.12 103.26 75.34 63.42 131.70 Rata-rata Industri Perputaran Total Aktiva 0.87 0.76 0.74 0.78 0.84 0.80 Perputaran Aktiva Tetap 2.43 2.68 3.62 4.12 3.23 3.21 Perputaran Piutang 12.60 11.92 5.79 6.17 5.08 8.31 Collecting Periode 79.77 64.66 68.43 64.21 67.67 68.95

Sumber: Laporan Keuangan PT Alam Karya Unggul Tbk dan industri sejenis (diolah) a. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)

Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan untuk melakukan penjualan perusahaan dan memperoleh keuntungan (laba). Perputaran aktiva yang lambat menunjukkan aktiva yang dimiliki terlalu besar apabila dibandingkan dengan kemampuan menjualnya. Rasio perputaran

15 total aktiva menunjukkan apakah suatu perusahaan sudah dapat menghasilkan nilai penjualan sesuai dengan total aktiva yang dimiliki.

Pada Tabel 5 terlihat perkembangan nilai rasio ini selama 5 periode yaitu tahun 2008 sampai 2012, perputaran total aktiva cenderung mengalami kenaikan meskipun pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 0,11. Berdasarkan hasil analisis perhitungan nilai rasio perputaran total aktiva selama 5 periode menunjukkan rata-rata sebesar 0.15 per tahunnya yang berarti setiap Rp100 total aktiva yang dimanfaatkan akan menghasilkan penjualan sebesar Rp0.15, maka hal ini sangat merugikan karena perusahaan belum mampu menginvestasikan aktivanya secara optimal karena penjualan yang dilakukan PT Alam Karya Unggul Tbk masih dibawah jumlah total aktiva yang dimiliki perusahaan dan bila dibandingkan dengan rataan industri yang memiliki nilai rata-rata rasio 0.80 maka dapat dikatakan perusahaan kurang baik dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dalam rangka menghasilkan pendapatan.

b. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari penggunaan aktiva tetapnya. Nilai rasio yang semakin besar menunjukkan semakin efisiennya pemanfaatan aktiva tetap. Pada Tabel 5 terlihat perkembangan nilai rasio ini selama 5 periode yaitu tahun 2008 sampai 2012, perputaran aktiva tetap cenderung mengalami kenaikan meskipun pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 0.18.

PT Alam Karya Unggul Tbk memiliki nilai rata-rata rasio ini sebesar 0.20 kali, artinya bahwa dalam satu periode produksi aktiva tetap yang digunakan untuk melakukan penjualan sebanyak 0.20 kali, nilai ini menunjukkan perusahaan kurang efisien dalam mengoperasikan aktivanya untuk melakukan penjualan. Selain itu bila dibandingkan dengan rasio perputaran aktiva tetap rataan industri yang memiliki nilai rata-rata sebesar 3.21 kali maka dapat dikatakan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva tetapnya untuk menghasilkan pendapatan masih kurang baik.

c. Rasio Perputaran Piutang (Receiveble Turn Over)

Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan penjualan perusahaan dan besarnya piutang yang belum ditagih. Perusahaan yang mempunyai kesulitan dalam penagihan, berarti perusahaan mempunyai saldo piutang yang besar dan rasio yang rendah. Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit dan prosedur penagihan yang baik, maka saldo piutangnya rendah dan rasionya tinggi.

Pada Tabel 5 terlihat trend perkembangan rasio perputaran piutang perusahaan yang cenderung mengalami peningkatan dengan nilai tertinggi pada tahun 2011 sebesar 4.84. Secara keseluruhan rata-rata rasio perputaran piutang pada PT Alam Karya Unggul Tbk adalah 3.16. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan melakukan kegiatan penagihan piutang kurang lebih sebanyak 3 kali. Nilai rataan industri pada rasio ini sebesar 8.31 kali, artinya kegiatan penagihan piutang perusahaan yaitu 3 kali dapat dikatakan lebih lama dibandingkan dengan kegiatan penagihan piutang pada industri yang sama yaitu 8 kali.

16

d. Periode Pengumpulan Piutang (Collection Periode)

Rasio ini menunjukkan berapa lama waktu yang dibutukan perusahaan untuk mengumpulkan piutangnya. Semakin kecil hari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengumpulkan piutangnya maka akan semakin baik untuk perusahaan. Trend perkembangan rasio ini PT Alam Karya Unggul Tbk bergerak menurun secara keseluruhan yang berarti semakin kecil waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan piutang. Hal ini pada dilihat pada Tabel 5.

Nilai rata-rata periode pengumpulan piutang yang dimiliki PT Alam Karya Unggul Tbk sebesar 131.70 dalam satu periode, artinya bahwa perusahaan dapat melakukan pengumpulan piutang sebanyak 3 kali dalam satu tahun. Nilai rata-rata waktu pengumpulan piutang perusahaaan yang melebihi kebijakan kredit yang diberlakukan perusahaan yaitu 60 hari mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam menagih atau mengumpulkan piutang masih kurang baik. Pada Tabel 5 terlihat bahwa rasio rata-rata pengumpulan piutang PT Alam Karya Unggul Tbk bergerak menurun secara keseluruhan yang berarti semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan piutang. Nilai rataan industri pada rasio ini sebesar 68.95 hari, artinya waktu pengumpulan piutang perusahaan dapat dikatakan lebih lama dibandingkan dengan waktu pengumpulan piutang pada industri yang sama.

Analisis Du Pont

Analisis Du Pont menunjukkan bagaimana rasio aktivitas dan profit margin berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva yang dimiliki perusahaan serta melihat tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yang dihasilkan. ROE digunakan untuk menganalisis cara meningkatkan prestasi perusahaan dan untuk melihat efektivitas pengelolaan sumber daya untuk memaksimumkan tingkat pengembalian yang diharapkan bagi pemegang saham. Komponen yang mempengaruhi nilai ROE dapat dilihat pada Tabel 6.

Berdasarkan hasil analisis Du Pont, perkembangan nilai ROE PT Alam Karya Unggul Tbk selama periode 2008-2012 mengalami fluktuasi akan tetapi terjadi penurunan tajam pada tahun 2011 dimana nilai ROE mencapai -149.85%. ROE perusahaan selama 5 tahun bernilai negatif. Hal ini menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang kurang baik karena perusahaan belum mampu mengelola secara efektif sumberdaya perusahaan dalam upaya memaksimalkan tingkat keuntungan perusahaan.

Tabel 6 Perkembangan nilai ROE serta komponen yang mempengaruhinya periode 2008-2012

Tahun ROA Pengganda Tingkat

Keuangan ROE 2008 -18.95% 1.62 -30.73% 2009 -17.43% 1.67 -29.03% 2010 -16.50% 1.91 -31.58% 2011 -75.58% 1.98 -149.85% 2012 -19.15% 2.71 -51.87% Rata-rata -29.52% 1.98 -58.61%

17 Kecenderungan nilai ROE yang berfluktuatif dikarenakan nilai tingkat pengembalian aktiva (ROA) yang juga berkembang secara fluktuatif dengan nilai rata-rata untuk periode 2008-2012 sebesar -29.52%. ROA perusahaan selama 5 tahun juga bernilai negatif. Hal ini dikarenakan selama periode 2008-2012 perusahaan mengalami rugi. Kerugian perusahaan ini disebabkan karena nilai penjualan tidak mampu menutupi nilai harga pokok penjualan dan beban usaha. Pada tahun 2009 terjadi penurunan nilai ROA sebesar 59.08% dari tahun sebelumnya karena rugi bersih mengalami peningkatan sebesar 51.04 % dimana rugi bersih pada tahun 2010 sebesar Rp4 683 276 255 sementara untuk tahun 2011 rugi bersih mencapai Rp8 893 325 227. Tahun 2012 rugi bersih yang ditanggung perusahaan mencapai Rp2 027 005 099.

Analisis Trend Kondisi Keuangan PT Alam Karya Unggul Tbk

Perkembangan suatu perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan menggunakan metode analisis trend. Melalui analisis trend dapat diketahui kecenderungan atau perkembangan dari posisi keuangan maupun hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan, apakah meningkat, menurun atau cenderung tidak bergerak.

Periode pengamatan dari penelitian terhadap PT Alam Karya Unggul Tbk untuk analisis trend adalah 9 tahun, yaitu tahun 2004 sampai tahun 2012. Dalam Penelitian ini tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar adalah tahun 2004 karena tahun tersebut merupakan tahun awal atau pertama periode perusahaan setelah melakukan IPO atau penawaran saham kepada public dan tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Perkembangan Kondisi Neraca

Analisis trend terhadap laporan neraca dilakukan terhadap komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kondisi keuangan peusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tercermin dari komponen yang digunakan untuk menilai likuiditas perusahaan, yaitu aktiva lancar dan hutang lancar. Kondisi keuangan jangka panjang perusahaan dilihat dari komponen yang digunakan untuk menilai solvabilitas perusahaan yaitu total aktiva, total hutang dan ekuitas. Hasil analisis trend terhadap neraca perusahaan dapat dilihat pada Tabel 7. Kencenderungan perkembangan kondisi neraca PT Alam Karya Unggul Tbk periode 2004-2012 dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 7 Analisis trend terhadap neraca tahun 2004-2012

Komponen Persentase (%) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Aktiva Lancar 100.00 72.99 87.10 107.34 57.13 10.59 10.34 9.74 7.61 Aktiva Tidak Lancar 100.00 152.99 193.26 184.93 179.96 174.54 151.16 56.33 45.08 Kewajiban Lancar 100.00 195.51 557.92 656.43 588.32 457.46 504.77 216.74 245.24 Kewajiban Tidak Lancar 100.00 120.73 167.98 172.25 64.22 70.77 0.30 1.50 9.28 Ekuitas 100.00 102.88 101.88 101.77 77.85 57.47 43.68 17.48 11.51 Sumber: Laporan Keuangan PT Alam Karya Unggul Tbk (diolah)

18

Pada Gambar 2 dapat dilihat kondisi neraca PT Alam Karya Unggul Tbk periode 2004-2012. Terlihat pada Gambar 2 bahwa perkembangan aktiva lancar cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2005 aktiva lancar perusahaan mengalami penurunan sebesar 27.01% yang disebabkan karenan penurunan nilai kas dan setara kas sebesar Rp7 143 586 908 dari tahun 2004. Tahun berikutnya yaitu 2006 dan 2007 nilai aktiva lancar perusahaan kembali meningkat yang disebabkan karena terjadinya peningkatan nilai persediaan. Penurunan nilai aktiva lancar kembali terjadi di tahun 2008 yang disebabkan karena penurunan nilai piutang usaha sebesar Rp8 957 421 351 dan penurunan nilai persediaan sebesar Rp6 203 522 291 dari tahun 2007. Pada tahun 2009 nilai aktiva lancar turun sebesar 46.54% dari tahun 2008 sehingga nilai aktiva lancar menjadi Rp2 143 505 394. Penurunan ini disebabkan karena terjadinya penurunan nilai piutang usaha sebesar Rp4 922 255 862 dan nilai persediaan sebesar Rp4 338 470 956. Pada tahun-tahun berikutnya nilai aktiva lancar tidak jauh berbeda dari tahun 2009, nilai aktiva lancar perusahaan mencapai Rp2 092 717 319 (2010), Rp1 971 884 258 (2011), Rp1 539 880 712 (2012). Pada perkembangan tahun 2011 dan 2012, nilai aktiva lancar yang cenderung menurun juga dipengaruhi oleh nilai kas dan setara kas yang menurun.

Perkembangan nilai aktiva tidak lancar PT Alam Karya Unggul Tbk cenderung naik pada periode 2004 hingga 2006 Aktiva tidak lancar meningkat sebesar 52.99% pada tahun 2005 yang disebabkan karena peningkatan aktiva tetap dimana pada tahun tersebut perusahaan melakukan pembelian tanah, perolehan mesin-mesin produksi baru dan pendirian bagunan pabrik. Tahun 2006 aktiva tidak lancar meningkat 40.27% dari tahun 2005 yang disebabkan karena peningkatan nilai aktiva tetap sebesar Rp7 142 204 040. Perkembangan aktiva tidak lancar pada tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan. Penurunan signifikan terjadi pada tahun 2011 dimana nilai aktiva tidak lancar turun sebesar Rp16 612 519 640 dari tahun 2010 atau turun sebesar 43.67% dari tahun dasar yaitu tahun 2004. Penurunan nilai aktiva tidak lancar ini terjadi karena pada bulan Agustus 2011 perusahaan melakukan penjualan tanah dan bangunan perusahaan senilai Rp14 895 942 009 serta akumulasi penyusutan atas bangunan senilai Rp 2 626 057 879, hal ini menyebabkan penurunan nilai aktiva tetap yang merupakan bagian dari aktiva tidak lancar.

2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 700 600 500 400 300 200 100 0 Tahun P e rs e n ta s e ( % ) Ak tiv a Lancar Ak tiv a Tidak Lancar Kew aj iban Lancar Kew aj iban Tidak Lancar Ek uitas Variable

Analisis Trend terhadap Perkembangan Neraca Tahun 2 0 0 4 -2 0 1 2

Gambar 2 Perkembangan kondisi neraca PT Alam Karya Unggul Tbk periode 2004-2012

19 Kewajiban lancar perusahaan berkembang dengan trend yang berfluktutif dimana mengalami trend kenaikan pada tahun 2004 hingga 2007 kemudian mengalami penurunan hingga tahun 2009 sempat mengalami peningkatan pada tahun 2010 akan tetapi kembali mengalami penurunan pada tahun 2011 dan 2012. Peningkatan kewajiban lancar yang signifikan terjadi pada tahun 2006 dimana nilai kewajiban lancar meningkat sebesar Rp9 727 566 089. Selama periode 2004 hingga 2012 nilai kewajiban lancar tertinggi terjadi pada tahun 2007 yang mencapai Rp17 619 793 892 dan nilai kewajiban lancar terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp5 817 696 181. Penurunan nilai kewajiban lancar signifikan terjadi pada tahun 2011 yang turun sebesar 57.06% dari tahun 2010. Penurunan ini terjadi karena pada tahun 2011 triwulan III perusahaan melakukan sebagian pelunasan atas utang lain-lain pihak ketiga sebesar Rp9 764 000 000. Tahun 2012 terjadi peningkatan nilai kewajiban lancar sebesar 13.14% dari 2011.

Kewajiban tidak lancar perusahaan memiliki trend yang berfluktuatif. Pada periode 2004 hingga 2007 trend kewajiban lancar cenderung meningkat kemudian menurun drastis pada tahun 2008 dan sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan kembali menurun pada periode selanjutnya. Selama periode 2004 hingga 2012 nilai kewajiban tidak lancar tertinggi terjadi pada tahun 2007 dimana nilai kewajiban tidak lancar perusahaan mencapai Rp1 716 872 254 kemudian menurun secara drastis di tahun 2008 yaitu turun sebesar 62.72%. Penurunan ini terjadi karena pada tahun 2008 hutang sewa guna usaha jangka panjang perusahaan turun sebesar Rp377 263 363 yang disebabkan karena perusahaan melakukan sebagian pelunasan atas hutang sewa guna usaha jangka panjang. Tahun 2009 terjadi peningkatan kewajiban tidak lancar sebesar 10.20% dibanding tahun 2008 yang terjadi karena peningkatan estimasi kewajiban atas imbalan kerja karyawan sebesar Rp139 713 089. Perkembangan selanjutnya pada tahun 2010 terjadi penurunan signifikan yaitu sebesar 99.58% dibanding tahun 2009 yang terjadi karena nilai penyisihan imbalan pasca kerja karyawan turun sebesar Rp702 365 657. Tahun 2011 dan 2012 kewajiban tidak lancar berkembang dengan kecenderungan meningkat meskipun nilainya tidak melebihi nilai kewajiban lancar pada tahun 2004 yang merupakan tahun dasar.

Pada Gambar 2 terlihat tingkat ekuitas PT Alam Karya Unggul Tbk mengalami kecenderungan yang meningkat pada tahun 2004 hingga 2007 dan mengalami penurunan pada periode 2008 hingga 2009. Pada tahun 2004 hingga 2007 terjadi peningkatan ekuitas karena perusahaan masih menghasilkan laba sehingga saldo laba tersebut menjadi komponen dari ekuitas atau modal sendiri. Penurunan nilai ekuitas terjadi karena adanya akumulasi defisit perusahaan yang terjadi karena perusahaan mengalami kerugiaan selama periode 2008-2012 sehingga kerugian tersebut mengurangi nilai ekuitas perusahaan. Perkembangan nilai ekuitas perusahaan sebagai berikut Rp26 426 777 733 (2008), Rp19 511 274 326 (2009), Rp14 827 998 071 (2010), Rp5 934 682 844 (2011), Rp3 907 677 745 (2012).

Perkembangan Kondisi Laba Rugi

Analisis trend terhadap laporan laba rugi perusahaan dilakukan pada komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (laba). Komponen-komponen tersebut antara lain penjualan, beban pokok penjualan, beban usaha dan laba (rugi) bersih. Hasil

20

analisis trend terhadap neraca perusahaan dapat dilihat pada Tabel 8. Kencenderungan perkembangan kondisi laba rugi PT Alam Karya Unggul Tbk peride 2004 hingga 2012 dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 8 Analisis trend terhadap laporan laba rugi tahun 2004-2012

Komponen Persentase (%) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Penjualan 100 114.25 100.10 103.27 36.13 11.47 13.20 11.50 7.18 Beban Pokok Penjualan 100. 124.16 109.95 106.61 70.86 13.86 25.40 23.73 16.84 Beban Usaha 100 160.55 190.75 198.52 340.96 138.43 83.13 89.53 96.78 Laba Bersih Usaha 100 58.87 4.76 -1.52 -321.99 -224.57 -185.68 -352.60 -80.37

Sumber: Laporan Keuangan PT Alam Karya Unggul Tbk (diolah)

Pada Gambar 3 terlihat bahwa trend komponen penjualan berkembang secara fluktuatif selama periode 2004 hingga 2007 dimana terjadi peningkatan penjualan pada tahun 2005 dan 2007 dan pada tahun berikutnya yaitu 2008 hingga 2012 trend penjualan terus mengalami penurunan. Nilai penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2005 dimana penjualan mencapai Rp25 513 656 484 atau naik sebesar 14.25% dari tahun 2004. Peningkatan ini seluruhnya dikontribusikan dari gelas plastik. Pada tahun 2005, penjualan gelas plastik meningkat 20% dibandingkan tahun 2004, peningkatan penjualan ini terjadi karena adanya peningkatan volume penjualan di tahun tersebut akan tetapi pada tahun yang sama terjadi penurunan pada penjualan botol PC Gallon dan Hotfill sebesar 28%. Penurunan volume penjualan tersebut terjadi karena perusahaan melakukan penyesuaian terhadap harga jual sebagai akibat dari meningkatnya harga bahan baku untuk produk tersebut. Nilai penjualan kembali meningkat di tahun 2007 yaitu sebesar 3.16% dari tahun 2006 yang disebabkan karena nilai penjualan dari segmen botol gallon dan botol plastik meningkat. Peningkatan penjualan botol Gallon merupakan hasil dari implementasi strategi portofolio perusahaan untuk meningkatkan omset dari segmen botol PC Gallon karena margin yang didapat lebih baik. Sebaliknya pada tahun yang sama, terjadi penurunan penjualan gelas plastik yang terjadi karena daya beli masyarakat menurun dan ketatnya persaingan sebagai akibat banyaknya kompetitor yang bermain di sektor plastik dan kemasan. Perkembangan selanjutnya tahun 2008 penjualan perusahaan mencapai Rp8 069 528 042 dan mengalami penurunan sebesar 68.25% pada tahun 2009 menjadi Rp2 562 014 001. Penurunan penjualan ini terjadi karena semakin ketatnya iklim persaingan yang ada di sektor industri plastik dan kemasan. Tahun 2010 penjualan meningkat dibanding tahun 2009 menjadi Rp2 948 900 092 akan tetapi masih dibawah jumlah penjualan pada tahun dasar perbandingan yaitu tahun 2004, kenaikan penjualan ini terjadi karena adanya peningkatan pada penjualan jenis kemasan gelas plastik (cup) sebesar 65.8%. Pada tahun 2011, penjualan kembali mengalami penurunan menjadi Rp2 568 047 363 yang disebabkan karena menurunnya penjualan jenis botol plastik galon sebesar 51.8% dan tidak tercatat adanya penjualan jenis botol plastik pada tahun 2011. Perkembangan selanjutnya tahun 2012 terjadi penurunan penjulan sebesar 26.25% dari tahun 2012 dimana penjualan hanya mencapai Rp1 602 611 454.

21 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 400 300 200 100 0 -100 -200 -300 -400 Tahun P e rs e n ta s e ( % ) Penj ualan Beban Pok ok Penj ualan Beban Usaha Laba Ber sih Usaha Var iable

Analisis Trend t erhadap Perkembangan Laporan Laba Rugi Tahun 2004- 2012

Gambar 3 Perkembangan kondisi laba rugi PT Alam Karya Unggul Tbk periode 2004-2012

Perkembangan beban pokok penjualan pada PT Alam Karya Unggul Tbk cenderung fluktuatif dimana terjadi peningkatan pada tahun 2005 kemudian terus menurun hingga tahun 2009 dan kembali meningkat pada tahun 2010 akan tetapi kembali menurun pada periode 2011 dan 2012. Nilai beban pokok penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2005 yang mencapai Rp22 949 389 351 atau meningkat sebesar 24.16% dari tahun 2004. Peningkatan ini terjadi karena kenaikan harga bahan baku sebagai akibat dari naiknya harga minyak dunia. Nilai beban pokok penjualan terendah selama periode 2004-2012 terjadi pada tahun 2009 dimana nilainya mencapai Rp6 740 304 604 atau turun sebesar 48.54% dibandingkan tahun 2008 yang disebabkan karena adanya penurunan biaya bahan baku sebesar 93.72% dari tahun sebelumnya. Tahun 2010 terjadi peningkatan beban pokok penjualan karena biaya bahan baku meningkat 165.33% dari tahun 2009. Tahun 2011 nilai beban pokok penjualan mencapai Rp4 386 701 317 yang berarti turun 6.57% dari tahun 2010. Tahun 2012 nilai beban pokok penjualan turun sebesar 76.24% dari tahun 2008 dimana nilai pada tahun 2012 mencapai Rp3 112 179 620. Penurunan nilai ini terjadi karena pengelolaan persediaan yang lebih terkontrol.

Terlihat pada Gambar 3 perkembangan beban usaha perusahaan cenderung meningkat pada periode 2004-2008 dan menurun pada 2009-2010 lalu kembali meningkat pada 2011-2012. Nilai Beban usaha tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang mencapai Rp3 214 681 938 atau naik sebesar 71.75% dari tahun 2007 yang terjadi karena peningkatan beban administrasi dan umum sebesar Rp1 454 891 029. Tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 59.40% sehingga menjadi Rp1 305 181 585, penurunan ini terjadi karena penurunan beban penjualan sebesar 46% dan penurunan beban umum dan administrasi sebesar 59.8%. Pada tahun 2010, beban usaha kembali mengalami penurunan hingga mencapai Rp783 770 677 atau turun sebesar 39.95% dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2011 beban usaha mencapai Rp844 146 024 sedikit mengalami peningkatan dibanding tahun 2010. Tahun 2012 terjadi peningkatan beban usaha sebesar 8.09% dari tahun 2011.

Hasil analisis trend terhadap komponen laba bersih menujukkan perkembangan yang cenderung menurun dan berfluktuatif, hal ini dapat terlihat pada Gambar 3. Selama periode 2004-2007 laba bersih perusahaan terus mengalami penurunan dan periode 2008-2012 laba bersih bernilai negatif atau

22

dengan kata lain perusahaan mengalami kerugian. Hal ini terjadi karena nilai penjualan yang terus menurun karena banyaknya kompetitor dan tingginya beban pokok penjualan karena naiknya harga bahan baku. Pada tahun 2008, rugi bersih perusahaan mencapai Rp8 121 292 902 dan tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 30.26% sehingga menjadi Rp5 664 063 927. Penurunan nilai rugi bersih ini terjadi karena adanya penurunan beban usaha pada tahun 2009. Perkembangan selanjutnya, tahun 2010 rugi bersih perusahaan tercatat sebesar Rp4 683 276 255 atau turun sebesar 66.93% dibanding tahun 2009. Perusahaan mengalami rugi bersih terbesar pada tahun 2011 yang nilainya mencapai Rp8 893 325 227 atau meningkat sebesar 89.89% dari tahun 2010. Peningkatan rugi bersih terjadi karena perusahaan harus menanggung beban pajak penghasilan atas penjualan tanah dan bangunan sebesar Rp488 241 000, beban rugi penjualan aset tetap sebesar Rp2 505 884 130 dan beban penyisihan penurunan nilai piutang Rp298 503 899. Tahun 2012 perusahaan mengalami rugi bersih sebesar Rp2 027 005 099 yang berarti turun sebesar 77.20% dari tahun 2011.

Analisis Peramalan Kondisi Keuangan PT Alam Karya Unggul Tbk

Peramalan adalah seni dan ilmu memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu model matematis. Peramalan dapat memperkirakan bagaimana kondisi keuangan perusahaan di tahun berikutnya, sehingga dapat dilakukan perbaikan lebih dini agar kondisi keuangan perusahaan dapat berada dalam kondisi sehat.

Peramalan dilakukan terhadap komponen neraca dan laba rugi perusaaan dengan menggunakan software Minitab 16 dengan tiga model yaitu linear, quadratic, eksponetial growth. Model yang dipilih untuk peramalan yaitu model yang memiliki nilai MAPE, MSD, dan MSE terkecil karena merupakan standar error sehingga dipilih nilai terkecil agar hasil peramalan memiliki tingkat kesalahan yang kecil.

Peramalan Kondisi Neraca

Forecasting atau Peramalan terhadap kondisi neraca sangat dibutuhkan oleh PT Alam Karya Unggul Tbk. Peramalan tersebut berguna untuk memperkirakan bagaimana kondisi neraca perusahaan pada periode berikutnya. Komponen tersebut adalah aktiva lancar, akiva tidak lancar, kewajiban lancar, kewajiban tidak lancar dan ekuitas. Analisis terhadap komponen ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dana untuk masing-masing komponen. Hasil analisis peramalan terhadap kondisi neraca untuk tahun 2013-2014 dapat dilihat pada Tabel 9. Perkembangan komponen aktiva lancar dan aktiva tidak lancar selama periode 2004-2014 dapat dilihat pada Gambar 4 sementara perkembangan komponen kewajiban lancar, kewajiban tidak lancar dan ekuitas dapat dilihat pada Gambar 5.

Peramalan pada komponen aktiva lancar menggunakan model kuadratik karena memiliki tingkat kesalahan yang paling kecil dibanding dua model lainnya. Tahun 2013 aktiva lancar perusahaan diperkirakan mencapai Rp597 035 287dan

23 tahun 2014 mencapai Rp309 100 708. Grafik perkembangan aktiva lancar selama periode 2004-2014 dapat dilihat pada Gambar 4.

Tabel 9 Analisis forecasting terhadap neraca tahun 2013-2014 (dalam rupiah)

Komponen Tahun

2013 2014

Aktiva Lancar 597 035 287 309 100 708

Aktiva Tidak Lancar 3 467 368 505 1 453 817 861 Kewajiban Lancar 2 197 859 873 846 954 344 Kewajiban Tidak Lancar 5 023 426 1 570 363

Ekuitas 1 704 119 319 700 632 050

Sumber: Laporan Keuangan PT Alam Karya Unggul Tbk (diolah)

Komponen aktiva tidak lancar pada tahun 2013 diramalkan akan mencapai Rp3 467 368 505 dan Rp1 453 817 861 pada tahun 2014. Peramalan pada komponen ini menggunakan model kuadratik karena memiliki tingkat kesalahan

Dokumen terkait