• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gini Rasio Kabupaten Subang

Dalam dokumen INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012 (Halaman 41-49)

Grafik 1.1. Inflasi Kabupaten Subang Tahun 2012

2.3. Gini Rasio Kabupaten Subang

Meratanya distribusi pendapatan adalah salah satu aspek dari keberhasilan pembangunan. Pengukuran distribusi pendapatan didekati dengan nilai pengeluaran konsumsi, karena data mengenai pendapatan sangat sulit didapatkan.

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 95 Pengeluaran konsumsi dibagi ke dalam dua kelompok pengeluaran konsumsi yaitu pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi bukan makanan. Masyarakat yang memiliki pendapatan yang tinggi umumnya memiliki pengeluaran konsumsi non makanan yang tinggi. Dengan kata lain akan terjadi pergeseran pola konsumsi dari konsumsi makanan menuju konsumsi bukan makanan apabila terjadi penambahan pendapatan pada suatu kelompok masyarakat. Hal tersbut diakibatkan oleh elastisitas permintaan makanan yang umumnya rendah. Ketika berada pada titik jenuh konsumsi makanan maka orang cenderung untuk membelanjakan pendapatannya terhadap konsumsi non makanan (yang umumnya memiliki elastisitas permintaan yang tinggi). Sehingga seringkali pola konsumsi juga digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat.

Ada beberapa analisis yang digunakan dalam mengukur distribusi pengeluaran, salah satunya adalah analisis gini rasio. Gini Rasio merupakan indikator yang menggambarkan kesenjangan antar kelompok pengeluaran penduduk. Ukuran kesenjangan indeks gini berada pada kisaran 0 sampai dengan 1, semakin tinggi indeks gini rasio maka semakin tinggi pula ketimpangan pendapatan di wilayah tersebut. Indeks gini bernilai 0 menggambarkan bahwa di wilayah tersebut terjadi pemerataan sempurna, sedangkan apabila indeks gini bernilai 1 maka terjadi ketimpangan yang sempurna. Apabila indeks gini Rasio kurang dari 0,4 maka dikategorikan memiliki ketimpangan yang rendah, nilai indeks gini rasio yang berada pada range antara 0,4 sampai dengan 0,5 maka dikategorikan memiliki ketimpangan

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 96 sedang (moderat), sedangkan apabila memiliki indeks gini rasio lebih dari 0,5 maka dikategorikan memiliki ketimpangan tinggi.

Walaupun berfluktuasi, secara umum indeks gini Kabupaten Subang nilainya selalu di bawah 0,4. Artinya di Kabupaten Subang ketimpangan pendapatan yang terjadi selalu dalam kategori rendah dengan kemerataan yang cukup tinggi.

Pada tahun 2012 angka Gini Rasio Kabupaten Subang mencapai 0,254, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan angka gini rasio tahun 2011 yang mencapai 0,261. Penurunan ini mengindikasikan bahwa antara tahun 2011-2012 di Kabupaten Subang terjadi perbaikan pemerataan pengeluaran penduduk. Hal ini terjadi akibat meningkatnya rata-rata pengeluaran riil penduduk miskin yang memiliki laju peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pegeluaran riil penduduk kaya.

Walaupun tidak selamanya penurunan koefisien gini dapat diinterpretasikan sebagai membaiknya distribusi pendapatan, akan tetapi kalau melihat struktur pengeluaran tahun 2012 dan 2011 maka terlihat terjadi perbaikan distribusi pendapatan di Kabupaten Subang.

Tabel 3.1. Gini Rasio Kabupaten Subang Menurut Daerah Tahun 2011-2012

Tahun

Gini Rasio

Kota Desa Kota + Desa

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 97

2011 0,278 0,251 0,261

2012 0,262 0,246 0,254

Jika angka gini ratio ditinjau menurut tipe daerah maka penduduk yang tinggal diperkotaan memiliki ketimpangan pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di pedesaan. Pada tahun 2012 gini rasio penduduk Kabupaten Subang yang tinggal di perkotaan mencapai 0,271 sedangkan angka gini rasio di daerah pedesaan mencapai 0,258. Ada korelasi positif antara jenis lapangan pekerjaan dengan tinggi rendahnya koefisien gini. Umumnya penduduk di pedesaan memiliki pekerjaan yang lebih homogen dibandingkan dengan penduduk perkotaan yang relatif lebih bervariasi. Persentase lapangan usaha pertanian di pedesaan juga lebih tinggi dibandingkan dengan diperkotaan. Pada tahun 2012, 47,30 persen penduduk pedesaan bekerja pada lapangan usaha pertanian. Sedangkan di perkotaan yang bekerja pada lapangangan Usaha pertanian hanya mencapai 21,09 persen, mayoritas pekerjaan penduduk perkotaan adalah perdagangan yang mencapai 31,10 persen disusul pertanian, industri pengolahan (16,67 persen), dan jasa kemasyarakatan sebanyak 11,37 persen.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka terjadi penurunan Gini rasio di kedua tipe daerah, baik perkotaan maupun pedesaan, hal ini menggambarkan terjadinya perbaikan distribusi pendapatan di kedua tipe daerah tersebut.

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 98 Terlihat di kedua tipe wilayah tersebut, bahwa laju pendapatan kelompok masyarakat miskin lebih cepat dibandingkan dengan laju pendapatan kelompok masyarakat yang kaya, terlihat juga perbaikan pendapatan di kedua kelompok masyarakat tersebut. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan distribusi pendapatan di wilayah perkotaan maupun pedesaan.

Tabel 3.2. Perbandingan Gini Ratio Antar Wilayah di Kabupaten Subang Tahun 2011-2012 Wilayah Gini Rasio 2011 2012 (1) (2) (3) Pegunungan 0,220 0,261 Pedataran 0,262 0,273 Pesisir 0,291 0,214 Total 0,261 0,254

Kabupaten Subang memiliki tiga kategori wilayah, yaitu pegunungan, pedataran dan pesisir. Bila dilihat dari ketiga wilayah tersebut maka wilayah pedataran memiliki gini rasio yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua wilayah lainnya yaitu mencapai 0,273 sedangkan wilayah pegunungan dan pesisir memiliki angka gini rasio sebesar 0,261 dan 0,214.

Penduduk di wilayah pedataran memiliki pekerjaan yang lebih heterogen dibandingkan penduduk di kedua wilayah lainnya, walaupun pertanian masih

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 99 merupangan pekerjaan mayoritas penduduk di pedataran akan tetapi persentasenya lebih sedikit bila dibandingkan dengan penduduk di kedua wilayah lainnya. Pada tahun 2012 penduduk pedataran memiliki pekerjaan dalam sektor pertanian sebanyak 36,79 persen, sektor perdagangan 18 persen dan industri pengolahan sebanyak 16 persen. Sedangkan di pegunungan mayoritas penduduknya adalah petani yang mencapai 44,67 persen, perdagangan 21,80 persen dan industri pengolahan hanya 7,52 persen. Walaupun jumlah pedagang memiliki persentase yang cukup tinggi, tapi umumnya adalah pedagang kecil. Demikian pula di daerah Pesisir, mayoritas penduduknya adalah petani (42,69 persen).

Dibandingkan tahun 2011 di wilayah pesisir mengalami perbaikan koefisien gini. Walaupun demikian belum bisa dikatakan bahwa laju distribusi pendapatan di Pesisir megalami perbaikan lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lainnya. Perbaikan ini bukan hanya karena adanya peningkatan pengeluaran dan konsumsi penduduk miskin akan tetapi juga karena terjadi penurunan pengeluaran dan konsumsi penduduk kaya.

Di kedua wilayah lainnya, walaupun terjadi peningkatan pengeluaran dan konsumsi penduduk miskin, ketimpangan malah sedikit meningkat, hal ini disebabkan karena laju peningkatan pengeluaran dan konsumsi penduduk kaya di wilayah pegunungan dan pedataran lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan pengeluaran dan konsumsi penduduk miskin di kedua wilayah itu.

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 101

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 95

Dalam dokumen INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012 (Halaman 41-49)

Dokumen terkait