• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 ii

INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG

2012

(INFLASI DAN GINI RATIO)

Kerjasama

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

(BAPPEDA) KAB. SUBANG

Dan

(2)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke khadirat Alloh SWT. Publikasi “Indikator Makro Kabupaten Subang Tahun 2012” dapat diterbitkan . Publikasi Indikator Makro ini memuat Data Inflasi dan Gini Ratio. Disamping itu Publikasi ini berisi tabel–tabel pokok yang disertai dengan ulasan–ulasan sehingga memudahkan konsumen data dalam memahami dan menafsirkan data yang disajikan.

Diharapkan publikasi ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh pengguna yang berkepentingan. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini. Kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan dan kesempurnaan analisis di masa yang akan datang.

Subang, Oktober 2012 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN SUBANG,

Soegiri Soetardi, MA NIP. 19600423 198312 1002

(3)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. Inflasi 1

1.1. Umum 48

1.2. Metodologi 56

1.3. Inflasi Kab. Subang Tahun 2012 67

II. Gini Rasio 76

2.1. Umum 76

2.2. Metodologi 78

(4)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 v Tabel 1.1. IHK dan laju Inflasi di Kabupaten Subang Bulan

Oktober 2012 menurut Kelompok Pengeluaran (IHK 2007=100)

68

Tabel 1.2. Perbandingan Inflasi Beberapa Kota Inflasi di Jawa Barat

74

Tabel 2.1. Gini Rasio Kabupaten Subang Menuru Daerah, 2011-2012

83

Tabel 2.2. Perbandingan Gini Ratio Antar Wilayah di Kabupaten Subang Tahun 2011-2012

(5)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 vi

Grafik 1.1. Inflasi Kabupaten Subang Tahun 2012 68

Grafik 1.2. Andil Inflasi/Deflasi Beberapa Komoditi Oktober 2012

(6)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 vii

Lampiran 1.1. Inflasi Subang 2012 menurut Kelompok Pengeluaran 95

Lampiran 1.2. IHK Subang menurut Kelompok Pengeluaran Tahun

2012

97

Lampiran 1.3. Andil Inflasi Subang Tahun 2012 99

Lampiran 2.1. Persentase Pengeluaran Konsumsi Menurut Jenis

Pengeluaran Tahun 2010-2012

101

Lampiran 2.2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran dan

Tipe Wilayah Tahun 2011

102

Lampiran 2.3. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Golongan

Pengeluaran dan Tipe Wilayah Tahun 2011

103

Lampiran 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran dan

Tipe Wilayah Tahun 2012

104

Lampiran 2.5. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Golongan

Pengeluaran dan Tipe Wilayah Tahun 2012

105

Lampiran 2.6. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Golongan

Pengeluaran dan Tipe Daerah Tahun 2011

106

Lampiran 2.7. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Golongan

Pengeluaran dan Tipe Daerah Tahun 2012

107

Lampiran 2.8. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan dan

Tipe Daerah Tahun 2012

108

(7)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 viii

Lampiran 2.10. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan dan

Kategori Wilayah Tahun 2012

110

Lampiran 2.11. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan dan

Kategori Wilayah Tahun 2012

(8)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 1

I.

INFLASI

1.1 UMUM

Di dalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintah Daerah

memerlukan perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukannya. Dengan adanya pergeseran perencanaan pembangunan ke Pemerintah Daerah, maka jika selama ini data dan indikator-indikator yang tersedia hanya sampai tingkat Nasional dan Provinsi, maka Pemerintah daerah memerlukan tersedianya indikator sampai tingkat Kabupaten/Kota. Data dan indikator-indikator pembangunan yang diperlukan adalah yang sesuai dengan kebutuhan disetiap daerah sehingga dapat direncanakan pembangunan yang berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat.

Inflasi merupakan salah satu data makro ekonomi yang

mencerminkan kondisi ekonomi di suatu wilayah. Seperti indikator

ekonomi lainnya lainnya, inflasi dapat digunakan sebagai early warning

system sehingga dapat dijadikan alat untuk memonitor secara dini anomali perubahan harga yang terjadi di masyarakat yang diakibatkan oleh adanya konsumsi masyarakat yang berlebihan pada hari-hari raya agama, karena dampak kebijakan pemerintah atau lainnya. Monitoring harga biasanya dilakukan pada komoditi tertentu yang strategis seperti beras, minyak goreng, gula dan sebagainya.

(9)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 2 Pada tahun 2007 BPS telah menyelenggarakan salah satu kegiatan Nasional yang penting yaitu Survei Biaya Hidup (SBH) 2007 di 66 kota di Indonesia termasuk diantaranya 7 kota di Jawa Barat yaitu Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok dan tasikmalaya. Tujuan dari SBH 2007 adalah untuk mendapatkan diagram timbang dan paket komoditas baru, yang akan digunakan dalam penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar 2007, sebagai ganti diagram timbang dan paket komoditas tahun 2002 yang kurang sesuai lagi. IHK yang akan dihasilkan berdasar tahun dasar yang baru, merupakan salah satu indikator makro ekonomi, yang dapat diambil manfaatnya oleh masing-masing Pemerintah Daerah

Mengingat SBH 2007 hanya dilakukan di 66 kota di Indonesia, padahal disadari bahwa dampak pembangunan tidak hanya dirasakan di 66 kota tersebut tetapi juga dirasakan di wilyah lainnya termasuk Kabupaten Subang, maka dirasakan perlu oleh Pemerintah Kabupaten Subang untuk menghitung tersendiri IHK dengan memanfaatkan data SBH 2007 tersebut, yaitu menggunakan atau meminjam hasil SBH 2007 untuk menghitung IHK atau inflasi.

1.1.1 Cakupan

a. Penghitungan Diagram Timbang dan penyusunan paket komoditas IHK

di Kabupaten Subang menggunakan hasil Survei Biaya Hidup 2007 dari Kota yang dekat dengan Kabupaten Subang yaitu Kota Tasikmalaya.

(10)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 3 Asumsinya bahwa pola konsumsi masyarakat di Kabupaten Subang sama dengan pola konsumsi masyarakat di Kota Tasikmalaya. Paket komoditas IHK masing-masing kota diperkirakan meliputi sekitar 284 - 441 jenis barang/jasa yang dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok Bahan Makanan; Makan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau; Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar; Sandang; Kesehatan; Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga; Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan.

b. Komoditas yang dicakup dalam pengumpulan data Harga Konsumen didasarkan pada Paket Komoditas yang telah disusun berdasar paket komoditas dari Kota Tasikmalaya.

1.1.2 Jenis Kuesioner/Daftar Isian

Dalam pengumpulan data harga konsumen, ada 5 jenis kuesioner/daftar isian (HK-1.1, HK-1.2, HK-2.1, HK-2.2, dan HK-3) yang di gunakan dengan tujuan dan frekuensi pencacahan yang berbeda-beda. Jenis Kuesioner / daftar isian tersebut adalah :

a. Daftar HK-1.1

Daftar isian HK-1.1 berisi jenis barang seperti beras, ikan asin/kering, telur, bawang, cabe, minyak goreng, gula pasir, semen dan emas perhiasan. Jenis barang tersebut merupakan kebutuhan pokok yang dikonsumsi setiap hari oleh rumah tangga dan diperkirakan sering

(11)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 4 berfluktuasi harganya setiap saat. Waktu pencacahan dengan daftar isian ini adalah mingguan pada hari Senin dan Selasa (selama 2 hari).

Catatan : apabila hari Selasa jatuh pada tanggal 1 dan hari Senin adalah tanggal terakhir bulan sebelumnya, maka pelaksanaan pencacahan tetap dimulai hari Senin. Dan hasil pencatatan pada hari Senin minggu terakhir dianggap minggu pertama bulan berikutnya.

b. Daftar HK-1.2

Daftar isian HK-1.2 berisi jenis barang seperti tepung terigu, daging sapi, ayam ras, daging sapi, ikan segar, susu kental manis, susu bubuk, sayuran segar, buah segar, garam, gula merah, kecap, minyak tanah, sabun cuci, bahan celana & baju dan batik. Jenis barang tersebut merupakan kebutuhan konsumsi sehari-hari rumah tangga dan harganya diperkirakan tidak begitu berfluktuasi dibandingkan dengan isi daftar HK-1.1.

Waktu pencacahan daftar isian ini adalah 2 mingguan atau 2 kali dalam sebulan pada minggu I dan minggu III. Waktu pencacahan (dalam minggu I atau III) dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis (selama 2 hari) Catatan:

Yang disebut minggu I adalah minggu dimana tanggal 1 nya jatuh pada hari Senin atau selasa.

(12)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 5

c. Daftar HK-2.1

Daftar isian HK-2.1 berisi jenis barang bahan makanan dan bukan makanan. Waktu pencacahan dengan daftar ini dilaksanakan setiap bulan, yaitu mulai hari Selasa yang terdekat dengan tanggal 15 sampai dengan hari Kamis (selama 3 hari).

d. Daftar HK-2.2

Daftar isian HK-2.2 berisi jenis barang bukan makanan, yang termasuk dalam kelompok perumahan dan sandang. Waktu pencacahan dengan daftar ini dilaksanakan setiap bulan, dimulai tanggal 5 sampai dengan 15 (selama 11 hari).

e. Daftar HK-3

Daftar isian HK-3 berisi jenis barang, seperti bahan bangunan,

perlengkapan rumah tangga, alat elektronik, suku cadang serta jasa. Waktu pencacahan dengan daftar ini dilaksanakan setiap bulan, dimulai tanggal 1 sampai dengan 10 (selama 10 hari).

1.1.3 Waktu Pencacahan/Observasi

Waktu pencacahan atau observasi data HK untuk setiap komoditi telah disesuaikan menurut fluktuasi harga yang sering terjadi pada akhir-akhir ini. Komoditi tersebut telah dikelompokkan ke dalam beberapa daftar isian dan waktu pencacahannya telah ditetapkan dalam mingguan, 2 mingguan dan bulanan.

(13)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 6

Daftar isian dan jadwal pencacahan HK Jenis

Daftar Isian

Frekuensi

Pencacahan Hari Pencacahan Lamanya

HK-1.1 mingguan Senin dan Selasa 2 hari

HK-1.2 2 mingguan Rabu dan Kamis dalam Minggu I & III 2 hari

HK-2.1 Bulanan Mulai hari Selasa yang terdekat dengan

tanggal 15, sampai dengan hari kamis 3 hari

HK-2.2 Bulanan Awal bulan, tanggal 5 s.d. 15 11 hari

HK-3 Bulanan Awal bulan, tanggal 1 s.d. 10 10 hari

1.1.4 Konsep dan Definisi

Dalam pengumpulan data HK ada beberapa konsep dan defenisi yang perlu diketahui oleh petugas pencacah. Konsep dan definisi ini sangat penting diketahui oleh petugas pengumpul data harga konsumen agar data harga yang dihasilkan adalah benar-benar data harga yang dimaksud dan konsisten antar waktu maupun antar daerah.

Harga Konsumen (HK)

Harga Konsumen (HK) adalah harga transaksi yang terjadi antara penjual (pedagang eceran) dan pembeli (konsumen) secara eceran. Eceran yang dimaksud adalah membeli suatu barang atau

jasa dengan menggunakan satuan terkecil untuk

(14)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 7 dengan satuan kg/liter, emas dengan satuan suku/gram dan sebagainya.

Dalam pencatan data HK perlu diketahui bahwa suatu komoditi bisa dijual dalam bentuk kemasan, misalkan dalam bentuk bungkus, botol, pak dan sebagainya. Demikian pula ada komoditi yang langsung dikenakan PPn atau pajak-pajak lain. Data harga yang dicatat adalah adalah yang benar-benar biasa dibayar, tanpa melihat bentuk kemasan, sudah dikenakan PPn atau belum dan sebagainya, sejauh satuannya adalah standar yang biasa di jual. Namun apabila suatu komoditi dibebani biaya tambahan lain, seperti dana, kupon, sumbangan dan sebagainya, maka biaya tersebut tidak perlu dimasukkan kedalam harga barang barang/jasa tersebut.

Satuan

Satuan yang digunakan dalam kuesioner adalah satuan standar. Apabila suatu daerah menggunakan satuan setempat yang berlainan dengan yang tersebut di dalam kuesioner haruslah dikonversikan ke dalam satuan standar yang dimaksud.

Contoh : kg, ons, meter, lembar, eksemplar, buah, helai, per orang, per pasien, dan sebagainya.

(15)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 8

Kualitas/Merek barang

Kualitas atau merek barang adalah merupakan spesifikasi barang. Satu macam barang dan jasa umumnya mempunyai lebih dari satu kualitas/merek.

Contoh:

- Ikan dalam kaleng merek mackarel, botan A1, sardines, dan sebagainya.

- Celana dalam pria merek hing’s, rider, dan sebagainya.

- Celana dalam wanita merek diana, amo, triumph, dan

sebagainya.

- Angkutan antar kota kualitas ekonomi, eksekutif, bisnis, dan sebagainya.

- Tarif PAM/PDAM kualitas rumah tangga sederhana, menengah,

mewah dan sebagainya. Pedagang Eceran

Pedagang eceran adalah orang/pihak yang menyerahkan barang/jasanya langsung kepada konsumen atas dasar harga yang telah disetujui bersama antara kedua belah pihak. Biasanya para konsumen/pembeli mengkonsumsi barang-barang yang dibeli tersebut dan tidak untuk diperdagangkan lagi.

(16)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 9

1.2 METODOLOGI

1.2.1 Penyusunan Paket Komoditas dan Diagram Timbang IHK. 1. Kota yang akan dijadikan sebagai rujukan dalam penghitungan

IHK Kabupaten Subang adalah Kota Tasikmalaya yang telah memiliki diagram timbang dan paket komoditas hasil SBH tahun 2007 serta rata-rata harga per jenis barang/jasa periode Januari- Desember 2007.

2. Paket komoditas yang ada di Kota Tasikmalaya diteliti kembali apakah barang/jasa tersebut juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat Kabupaten Subang, dan tersedia data harganya di (lokasi) pasar yang telah ditentukan.

3. Apabila ada jenis barang/jasa yang termasuk dalam paket komoditas IHK di Kota Tasikmalaya, ternyata tidak dikonsumsi di Kabupaten Subang, dilakukan penyesuaian atau modifikasi dengan cara :

a) Diganti langsung dengan jenis barang substitusinya.

b) Apabila substitusinya juga tidak ada karena barang tersebut tidak dikonsumsi di kota bersangkutan, maka jenis barang tersebut tidak perlu dimasukkan dalam paket komoditas yang akan digunakan untuk kota yang bersangkutan. Nilai konsumsi

komoditas tersebut tidak dihilangkan, tetapi akan

(17)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 10 4. Selanjutnya akan diperoleh paket komoditas IHK sekitar 284 - 441 jenis barang/jasa untuk Kabupaten Subang. Tahap berikutnya adalah melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh kualitas barang/jasa yang diwakili oleh sebanyak 1-3 kualitas untuk setiap jenis barang/jasa.

5. Menghitung rata-rata harga per jenis barang/jasa untuk tahun dasar (periode Januari – Desember 207 sebagai P’oi) di Kabupaten Subang

6. Menghitung Diagram Timbang pada tahun dasar (Januari – Desember 2007) dengan rumus :

oi

Q

oi

P

oi

P

oi

P'

oi

Q

oi

P'

dimana : oi oi

Q

P

'

= Nilai konsumsi barang/jasa i di Kota Subang

periode Januari – Desember 2007. oi

P

'

= Harga rata-rata barang/jasa i pada periode Januari – Desember 2007 di Kabupaten Subang. oi

P

= Harga rata-rata barang/jasa i pada periode Januari – Desember 2007 di Kota Tasikmalaya. oi

oi

Q

P

= Nilai konsumsi barang/jasa i di Kota Tasikmlaya, pada periode Januari-Desember 2007.

(18)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 11 Perbandingan antara P’oi dan Poi biasa disebut dengan faktor koreksi harga (FKH).

1.2.2 Pengumpulan Data Harga Tahun Dasar.

Untuk menyusun diagram timbang dan paket komoditas IHK,

diperlukan data harga/tarif dari sekitar 284 - 441 jenis barang/jasa yang tercakup dalam paket komoditas IHK, pada tahun dasar (Januari- Desember 2007) di Kabupaten Subang. Dalam hal ini setiap sub kelompok minimal diwakili 3 sampai 4 komoditas.

Data harga tersebut diperoleh dengan cara mengumpulkan data harga hasil pencacahan dengan daftar isian HK yang selama ini sudah dilakukan.

1.2.3 Penghitungan IHK Tahun Dasar.

Setelah paket komoditas dan diagram timbang IHK dengan

menggunakan tahun dasar Januari-Desember 2007 di Kabupaten Subang tersusun, maka kemudian dilakukan penghitungan IHK pada tahun dasar, dengan menggunakan rumus Modifikasi Laspeyres, yaitu :

100

Q

P

Q

P

P

P

k i oi oi k i oi oi oi mi

  1 1

Im

(19)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 12 Keterangan :

Im = IHK pada bulan ke-m (m : bulan Januari 2007, Februari 2007, …, Desember 2007).

Pmi = Harga komoditas i pada bulan ke–m

Poi = Harga rata-rata komoditas i pada periode tahun dasar (Januari-Desember 2007).

Poi.Qoi = Nilai konsumsi komoditas i pada tahun dasar, atau NKoi

k = Banyaknya komoditas yang termasuk dalam sub kelompok/kelompok/total pengeluaran.

1.2.4 Penghitungan IHK Periode Berjalan.

Setelah dilakukan penghitungan IHK tahun dasar, maka dapat dihitung IHK pada tahun berjalan dengan rumus sebagai berikut :

100

Q

P

Q

P

P

P

k i oi oi k i n i n i oi ni

   1 1 ( 1) ( 1)

In

Keterangan :

In = IHK pada bulan ke-n (n : bulan Januari 2008, Februari 2008, …, …, …).

(20)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 13 Pni = Harga komoditas i pada bulan ke–n

P(n-1)i = Harga komoditas i pada bulan ke-(n-1)

P(n-1)i.Qoi = Nilai konsumsi komoditas i pada bulan ke (n-1), atau biasa disebut NK(n-1)

P0i.Qoi = Nilai konsumsi komoditas i pada tahun dasar, atau biasa disebut NKoi

k = Banyaknya komoditas yang termasuk dalam sub kelompok/kelompok/total pengeluaran.

a. Indeks Harga Konsumen (IHK) Bulan Berjalan.

Indeks harga konsumen (IHK) bulan berjalan adalah perbandingan nilai konsumsi berjalan (NKn) dengan nilai konsumsi

dasar (NKD = NKo) dikalikan 100. Penghitungan IHK bulan berjalan

dapat dilakukan menurut jenis barang, sub kelompok, kelompok dan umum.

Formula IHK untuk jenis barang adalah sebagai berikut :

x100 NKD NK IHK i n i n i  dimana :

IHKi n = Indeks harga konsumen jenis barang i pada bulan

ke-n.

(21)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 14 NKD i = Nilai konsumsi dasar jenis barang i.

Formula IHK untuk sub kelompok adalah sebagai berikut :

x100 ΣNKD ΣNK IHK s sn sn  dimana :

IHKsn = Indeks harga konsumen pada sub kelompok s pada bulan

ke-n.

NKsn = Jumlah nilai konsumsi pada sub kelompok s pada bulan

ke-n.

NKDs = Jumlah nilai konsumsi dasar pada sub kelompok s.

Formula IHK untuk kelompok adalah sebagai berikut :

x100 NKD Σ NK Σ IHK k n k n k  dimana :

IHKk n = Indeks harga konsumen pada kelompok ke-k pada

bulan ke-n.

 NKk n = Jumlah nilai konsumsi pada kelompok ke-k pada

bulan ke-n.

(22)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 15

Formula IHK untuk umum adalah sebagai berikut :

x100 NKD Σ NK Σ IHK t n t n t  dimana :

IHKt n = Indeks harga konsumen umum di kota t pada bulan

ke-n.

 NKt n = Jumlah nilai konsumsi seluruh jenis barang (umum)

di kota t pada bulan ke-n.

 NKDt = Jumlah nilai konsumsi dasar seluruh jenis barang

(umum) di kota t. b. Sumbangan Inflasi / Deflasi.

Untuk mengetahui berapa persen dampak/pengaruh dari perubahan harga/tarif suatu jenis barang/jasa terhadap inflasi/deflasi umum di suatu kota digunakan formula share (sumbangan) inflasi/deflasi. Penjabaran formula share (sumbangan) inflasi/deflasi adalah sebagai berikut :

 

 

 

 

 

x100 NK Σ NK Bobot ; 100 Bobot RH Δ I/D S 1 n i 1 n i 1 n i 1 -n i in in      dimana :

(23)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 16 S (I/D)in = Share (sumbangan) inflasi/deflasi jenis barang i

terhadap inflasi/deflasi umum pada bulan ke-n.

RHin =

=

RHin – 100.

Persentase perubahan relatif harga jenis barang i pada bulan ke-n.

Boboti (n-1) = Bobot jenis barang i pada bulan ke-(n-1).

NKi (n-1) = Nilai konsumsi jenis barang i pada bulan

ke-(n-1).

 NKi (n-1) = Jumlah nilai konsumsi dari seluruh jenis barang

(umum) pada bulan ke-(n-1). c. Laju Inflasi / Deflasi Per bulan.

Untuk mendapatkan laju inflasi/deflasi setiap bulan, penjabaran formulanya adalah sebagai berikut :

 

 

 

 

x100 100 IHK IHK atau , 100 x IHK IHK IHK I/D L 1 n n 1 n 1 n n n                dimana :

L (I/D)n = Laju inflasi/deflasi pada bulan ke-n.

IHKn = Indeks harga konsumen pada bulan ke-n.

(24)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 17

d. Laju Inflasi / Deflasi Kumulatif.

Untuk menghitung laju inflasi/deflasi kumulatif beberapa bulan dapat digunakan metode Cummulative, point to point, atau average to average.

Formula untuk laju inflasi/deflasi dari bulan a hingga bulan l dengan metode Cummulative adalah sebagai berikut :

 

 

 

 

l I/D L ... b I/D L a I/D L C I/D L     dimana :

L (I/D)-C = Kumulatif inflasi/deflasi dari bulan a hingga bulan l.

L (I/D)a = Laju inflasi/deflasi bulan a.

L (I/D)b = Laju inflasi/deflasi bulan b.

L (I/D)l = Laju inflasi/deflasi bulan l.

Formula untuk laju inflasi dari bulan b hingga bulan k dengan metode point to point adalah sebagai berikut :

 

x100 100 a IHK k IHK PTP I/D L  

dimana :

L (I/D)PTP = Kumulatif inflasi/deflasi dari bulan b hingga bulan k.

(25)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 18 IHKl = Indeks harga konsumen bulan k.

IHKa = Indeks harga konsumen bulan a.

Formula untuk laju inflasi/deflasi selama periode y dengan metode average to average adalah sebagai berikut :

 

n Χn IHK ... Χ2 IHK Χ1 IHK x IHK n yn IHK ... y2 IHK y1 IHK y IHK ; 100 100 x x IHK y IHK ATA I/D L          





dimana :

L (I/D)ATA = Kumulatif inflasi/deflasi selama periode y. y

IHK = Rata-rata indeks harga konsumen pada periode y.

x

IHK = Rata-rata indeks harga konsumen pada periode x.

IHKy1 = Indeks harga konsumen pada bulan 1 pada

tahun y.

IHKy2 = Indeks harga konsumen pada bulan 2 pada

tahun y.

IHKyn = Indeks harga konsumen pada bulan n pada

(26)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 19 IHKx1 = Indeks harga konsumen pada bulan 1 pada

tahun x.

IHKx2 = Indeks harga konsumen pada bulan 2 pada

tahun x.

IHKxn = Indeks harga konsumen pada bulan n pada

tahun x.

n = Banyaknya bulan. e. Laju Inflasi/Deflasi “Year on Year”

Laju inflasi/deflasi year on year (yoy) adalah perbandingan indeks harga konsumen (IHK) bulan l pada tahun y terhadap IHK bulan l pada tahun (y-1) yang berarti adalah laju inflasi dari bulan (l+1) pada tahun (y-1) hingga bulan l pada tahun y.

Formula untuk laju inflasi/deflasi year on year adalah sebagai berikut :

 

x100 100 1) -(y l IHK ly IHK YOY I/D L  





dimana :

L (I/D)YOY = Kumulatif inflasi/deflasi dari bulan (l+1) pada tahun (y-1) hingga bulan l pada tahun y.

IHKly = Indeks harga konsumen bulan l pada tahun y.

(27)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 20

1.3 INFLASI KABUPATEN SUBANG TAHUN 2012

Dari hasil pendataan harga konsumen di Kabupaten Subang tercatat bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Oktober 2012 mengalami kenaikan sebesar 0,97 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 129,55 pada bulan September menjadi 130,80 pada bulan Oktober 2012. Inflasi pada bulan Oktober 2012 dipicu oleh naiknya harga barang dan jasa yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran. Dari tujuh kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran yaitu perumahan, kesehatan, pendidikan dan transportasi tidak mengalami perubahan indeks, kelompok pengeluaran untuk sandang mengalami deflasi -0,01, sedangkan dua kelompok pengeluaran lainnya yaitu bahan makanan dan makanan jadi mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 2,29 persen disusul oeh kelompok bahan makanan sebesar 1,87 persen.

Jika diamati Grafik 2.1. terlihat gerakan inflasi selama tahun 2012 (year to date) yaitu dari bulan Januari sampai Oktober 2012 dimana terjadi akumulasi inflasi sebesar 2,82 persen dengan rata-rata inflasi perbulannya sebesar 0,28 persen. Sedangkan infasi selama dua belas bulan terakhir (year on year) yaitu dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Oktober 2012 terjadi akumulasi inflasi sebesar 1,63 persen.

(28)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 21 -0,40 -0,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

Grafik 1.1. Inflasi Kabupaten Subang Tahun 2012

Tabel 1.1. IHK dan laju Inflasi di Kabupaten Subang Bulan Oktober 2012 menurut Kelompok Pengeluaran (IHK 2007=100)

Kelompok Pengeluaran IHK Sept 2012 IHK Okt 2012 Inflasi Okt 2012 Inflasi Tahun 2012 Inflasi y-on-y 2012 Andil Inflasi Tahun 2012 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Umum 129,55 130,80 0,97 2,82 2,62 2,82 1. Bahan Makanan

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

3. Perumahan, Air, listrik, Gas dan Bahan Bakar 4. Sandang

5. Kesehatan

6. Pendidikan, rekreasi & Olahraga

7. Transpor, Komunikasi & jasa keuangan 165,75 120,63 136,83 130,68 94,16 102,04 122,04 168,84 123,39 136,84 130,66 94,16 102,04 122,04 1,87 2,29 0,00 -0,01 0,00 0,00 0,00 6,70 3,23 1,23 0,14 -2.25 2,57 0,64 5,65 3,26 1,38 0,14 -2.26 2,56 0,64 1,54 0,77 0,28 0,01 -0,08 0,24 0,08

(29)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 22 Pada Tabel 2.1. dapat dilihat bahwa Inflasi selama tahun 2012 (year to date) dipicu oleh naiknya harga barang dan jasa yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada sebagian besar kelompok pengeluaran. Dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok pengeluaran mengalami inflasi sedangkan kelompok pengeluaran sisanya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 6,07 persen disusul oeh kelompok pengeluaran untuk makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 3,23 persen dan kelompok pengeluaran untuk pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 2,57 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi terjadi pada kelompok pengeluaran untuk kesehatan sebesar -2,25 persen.

Inflasi selama Januari sampai dengan Oktober 2012 sebesar 2,82 persen dipengaruhi oleh tujuh kelompok pengeluaran masyarakat tetapi hanya empat kelompok pengeluaran yang memberikan sumbangan inflasi terbesar yaitu bahan makanan mempunyai sumbangan terbanyak sebesar 1,54 persen, disusul oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang menyumbang inflasi sebesar 0,77 persen, kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar menyumbang sebesar 0,28 persen, dan kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga menyumbang sebesar 0,24 persen. Sedangkan kelompok kesehatan memberikan sumbangan deflasi sebesar -0,08 persen.

Jika kita telaah gejolak harga menurut komoditi, selama bulan Oktober 2012 tercatat beberapa komoditi mengalami kenaikan dan

(30)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 23 penurunan harga. Seperti terlihat pada Grafik 2, beberapa komoditi yang mempunyai andil kenaikan terbesar terhadap inflasi yaitu mie instant mempunyai andil inflasi sebesar 0,46 persen, daging sapi sebesar 0,44 persen, soto sebesar 0,07 persen kue basah sebesar 0,06 persen, beberapa komoditi lainnya seperti tahu mentah, roti manis, tempe, bubur kacang hiju dan lainnya memberikan sumbangan terhadap infasi dibawah 0,05 persen. Sedangkan beberapa komoditi yang tercatat mempunyai andil berupa deflasi pada Oktober 2012 adalah beras mempunyai andil sebesar -0,13 persen, air kemasan sebesar -0,07 persen dan telur ayam ras yang mempunyai andil deflasi sebesar -0,04 persen. Sedangkan beberapa komoditi lainnya seperti cabe merah, cabe rawit, es, minyak goreng dan emas masing-masing mempunyai andil deflasi sebesar -0,01 persen.

-0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

Grafik 2.2. Andil Inflasi/Deflasi Beberapa Komoditi

Oktober 2012

(31)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 24 Inflasi bulan Oktober 2012 dapat diuraikan menurut kelompok pengeluaran dan jenis komoditi yang memberikan andil inflasi atau deflasi sebagai berikut:

Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada bulan Oktober 2012 mengalami kenaikan IHK dari 165,75 pada September menjadi 168,84 pada Oktober 2012 atau terjadi inflasi sebesar 1,87 persen. Besarnya Inflasi pada kelompok bahan makanan ini utamanya dipicu oleh naiknya harga tiga sub kelompok pengeluaran yaitu daging dan hasil-hasilnya sebesar 9,91 persen, sub kelompok pengeluaran sayur-sayuran sebesar 6,90 persen dan sub kelompok pengeluaran untuk kacang-kacangan sebesar 5,02 persen,. Sedangkan sub kelompok yang mengalami deflasi dalam kelompok pengeluaran bahan makanan ini pada bulan yang sama adalah sub kelompok padi-padian, bumbu-bumbuan dan telur, susu dan hasil-hasilnya yang mengalami deflasi masing-masing sebesar -1,73 persen, -0,93 persen dan -0,88 persen.

Kelompok bahan makanan memberikan andil inflasi sebesar 0,44 persen terhadap inflasi secara keseluruhan. Komoditi yang mengalami kenaikan harga pada kelompok ini antara lain tepung terigu , mie kering instant, daging sapi, telur itik, bawang putih, kelapa, tomat sayur dan kelapa.

(32)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 25

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada bulan Oktober 2012 mengalami kenaikan IHK dari 120,63 pada September menjadi 123,39 pada Oktober 2012 atau terjadi inflasi sebesar 2,29 persen. Besarnya Inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau ini dipicu oleh naiknya harga makanan jadi sebesar 4,00 persen dan diimbangi oleh turunnya harga sub kelompok pengeluaran makanan yang tidak mengandung alkohol sebesar -1,97 persen.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberikan andil inflasi sebesar 0,55 persen terhadap inflasi secara keseluruhan. Komoditi yang mengalami kenaikan harga pada kelompok ini antara lain bubur kacang hijau, kue basah, mie, roti manis dan soto

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada bulan Oktober 2012 mengalami kenaikan IHK dari 136,83 pada September menjadi 136,84 pada Oktober 2012 atau terjadi inflasi sebesar 0.00 persen. Besarnya Inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar ini dipicu oleh naiknya harga sub kelompok pengeluaran penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,04 persen.

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan memberikan andil inflasi sebesar 0,01 persen terhadap inflasi secara keseluruhan. Komoditi

(33)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 26 yang mengalami kenaikan harga pada kelompok ini adalah sabun cair/cuci piring.

Kelompok Sandang

Kelompok Sandang pada bulan Oktober 2012 mengalami penurunan IHK dari 130,68 pada September menjadi 130,66 pada Oktober 2012 atau terjadi deflasi sebesar 0.01 persen. Besarnya deflasi pada kelompok sandang ini dipicu oleh turunnya harga sub kelompok sandang laki-laki sebesar 0,11 persen.

Kelompok sandang memberikan andil deflasi sebesar 0,00 persen terhadap inflasi secara keseluruhan. Komoditi yang mengalami penurunan harga pada kelompok ini adalah celana dalam pria dan daster.

Kelompok kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olah raga, dan transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang merupakan kelompok pengeluaran masyarakat lainnya komponen pembentuk inflasi, selama bulan Oktober 2012 tidak menunjukkan kenaikan atau penurunan IHK yang berarti bahwa ketiga kelompok pengeluaran tersebut selama Oktober 2012 tidak mempunyai andil terhadap inflasi bulan Oktober 2012 dan semua komoditi dalam kelompok pengeluaran tersebut tidak mengalami perubahan harga.

(34)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 27

Perbandingan Inflasi dengan Kota IHK di Jawa Barat

Dalam penyusunan tahun dasar IHK, Kabupaten Subang meminjam pola konsumsi Kota Tasikmalaya yang mempunyai pola konsumsi relatif lebih mirip dengan Kabupaten Subang dibandingkan kota-kota inflsi lainnya di Jawa Barat. Seperti dapat dilihat pada Tabel 2, dibandingkan dengan inflasi di kota lainnya di Jawa Barat, pada bulan Oktober 2012 Kabupaten Subang mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,97 persen sedangkan Kota Bekasi mengalami deflasi terendah sebesar -0,29 persen.

Tabel 2.2. Perbandingan Inflasi Beberapa Kota Inflasi di Jawa Barat

No. Kota/Kab IHK Okt 2012

Inflasi Okt 2012 Tahun 2012 y-to-date Tahun 2012 y-on-y (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 2 3 4 5 6 7 Bogor Sukabumi Bandung Cirebon Bekasi Depok Tasikmalaya 135,03 134,68 128,46 138,36 132,12 132,90 136,73 0,27 0,42 0,34 0,09 -0,29 -0,14 0,18 3,96 3,57 3,93 2,99 3,05 3,62 3,74 4,44 4,55 5,30 4,20 4,42 4,61 4,93

(35)

Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 28 8 Subang Jawa Barat 130,80 131,86 0,97 0,02 2,82 3,56 2,62 4,73

Walaupun Kabupaten Subang mengalami inflasi tertinggi pada Oktober 2012, akan tetapi inflasi kabupaten Subang selama tahun 2012 (year to date) dan inflasi selama 12 bulan tahun 2012 (year on year) merupakan inflasi yang terendah dibandingkan inflasi kota IHK di Jawa Barat yaitu sebesar 2,82 persen dan 2,62 persen. Sementara itu inflasi tertinggi selama tahun 2012 (year to date) dan inflasi tertinggi selama 12 bulan Tahun 2012 (year on year) di alami oleh Kota Bogor sebesar 3,96 persen dan Kota Bandung sebesar 5,30 persen

(36)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 89

II. Gini Rasio

2.1. Umum

Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek dalam rangka mencapai kesejahteraan. Pengukuran keberhasilan pembangunan setidaknya meliputi tiga aspek yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja (Tri widodo).

Laju pertumbuhan ekonomi pada pelaksanaannya di daerah merupakan terjemahan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara makro akan meningkatkan kekokohan struktur perekonomian daerah.

Keberhasilan pembangunan ekonomi dengan tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada kenyataannya tidak dapat menggambarkan kesejahteraan rakyat pada seluruh kelompok masyarakat. Permasalahan yang sering dihadapi seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi adalah tidak meratanya distribusi pendapatan atau terjadi ketimpangan yang cukup tinggi antar kelompok masyarakat yang kaya dengan kelompok masyarakat yang miskin. Ketimpangan pendapatan antar golongan (kaya dan miskin) yang tinggi tentunya mendorong kecemburuan yang pada akhirnya menimbulkan konflik yang dapat menggangu pembangunan secara keseluruhan dalam berbagai aspeknya.

(37)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 90 Kabupaten Subang dengan laju pertumbuhan ekonomi mencapai 4,45 persen pada tahun 2011 dan dengan perkembangan sektor industri pengolahan yang terus meningkat dari tahun ke tahunnya dapat dikatakan cukup berhasil dalam menggerakkan roda perekonomian daerah. Pertanyaan yang harus dikaji lebih mendalam adalah apakah keberhasilan pembangunan ekonomi secara makro di kabupaten Subang juga menyebabkan kehidupan masyarakatnya lebih sejahtera? Apakah hasil pembangunan tersebut dinikmati oleh seluruh penduduk kabupaten Subang?

Untuk mengkaji permasalahan tersebut perlu diukur dengan melihat indikator-indikator yang menggambarkan kondisi secara umum permasalahan ketimpangan. Gini Rasio adalah salah satu indikator yang bisa menggambarkan kondisi ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat di kabupaten Subang.

Dalam rangka memenuhi indikator ketimpangan tersebut maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Subang dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang menyusun Publikasi dengan Judul “Gini Rasio Kabupaten Subang”.

(38)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 91

2.2. Metodologi

Koefisien Gini (Gini Rasio) adalah ukuran yang sering digunakan untuk menggambarkan ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat secara menyeluruh pada suatu daerah.

Koefisien Gini didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Untuk membentuk koefisien Gini, gambarlah grafik persentase kumulatif rumahtangga (dari termiskin hingga terkaya) pada sumbu horizontal dan persentase kumulatif pengeluaran (pendapatan) pada sumbu vertikal. Ini menghasilkan kurva Lorenz seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Garis diagonal mewakili pemerataan sempurna. Koefisien Gini didefinisikan sebagai A/(A+B), dimana A dan B seperti yang ditunjukkan pada grafik. Jika A=0 koefisien Gini bernilai 0 yang berarti pemerataan sempurna, sedangkan jika B=0 koefisien Gini akan bernilai 1 yang berarti ketimpangan sempurna. Koefisien Gini tidak sepenuhnya memuaskan.

(39)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 92

Kumulatif Penduduk (%)

GAMBAR 1 KOEFISIEN GINI MENURUT KURVA LORENZ

Formula yang digunakan untuk menghitung Koefisien Gini (Gini Rasio) adalah sebagai berikut:

GR = Koefesien Gini (Gini Rasio)

fpi = Frekuensi Penduduk dalam kelas pengeluaran ke i

Fpi = Frekuensi Kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas

pengeluaran ke i Ku m u latif Pen g elu ar an ( %)

(40)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 93 Fpi-1 = Frekuensi Kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas

pengeluaran ke i-1

Daimon dan Thorbecke (1999:5) berpendapat bahwa penurunan ketimpangan (perbaikan distribusi pendapatan) selalu tidak konsisten dengan bertambahnya insiden kemiskinan kecuali jika terdapat dua aspek yang mendasari inkonsistensi tersebut.

� Pertama, variasi distribusi pendapatan dari kelas terendah meningkat secara drastis sebagai akibat krisis.

� Kedua, merupakan persoalan metodologi berkaitan dengan keraguan dalam pengukuran kemiskinan dan indikator ketimpangan.

Beberapa kriteria bagi sebuah ukuran ketimpangan yang baik misalnya: � Tidak tergantung pada nilai rata-rata (mean independence). Ini berarti bahwa jika semua pendapatan bertambah dua kali lipat, ukuran ketimpangan tidak akan berubah. Koefisien Gini memenuhi syarat ini.

� Tidak tergantung pada jumlah penduduk (population size independence). Jika penduduk berubah, ukuran ketimpangan seharusnya tidak berubah, jika kondisi lain tetap (ceteris paribus). Koefisien Gini juga memenuhi syarat ini. � Simetris. Jika antar penduduk bertukar tempat tingkat pendapatannya, seharusnya tidak akan ada perubahan dalam ukuranketimpangan. Koefisien Gini juga memenuhi hal ini.

(41)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 94 � Sensitivitas Transfer Pigou-Dalton. Dalam kriteria ini, transfer pandapatan dari si kaya ke si miskin akan menurunkan ketimpangan.

Gini juga memenuhi kriteria ini.

Ukuran ketimpangan yang baik juga diharapkan mempunyai sifat:

� Dapat didekomposisi

Hal ini berarti bahwa ketimpangan mungkin dapat didekomposisi (dipecah) menurut kelompok penduduk atau sumber pendapatan atau dalam dimensi lain. Indeks Gini tidak dapat didekomposisi atau tidak bersifat aditif antar kelompok. Yakni nilai total koefisien Gini dari suatu masyarakat tidak sama dengan jumlah nilai indeks Gini dari sub-kelompok masyarakat (sub-group).

� Dapat diuji secara statistik

Seseorang harus dapat menguji signifikansi perubahan indeks antar waktu. Hal ini sebelumnya menjadi masalah, tetapi dengan teknik bootstrap interval (selang) kepercayaan umumnya dapat dibentuk.

2.3. Gini Rasio Kabupaten Subang

Meratanya distribusi pendapatan adalah salah satu aspek dari keberhasilan pembangunan. Pengukuran distribusi pendapatan didekati dengan nilai pengeluaran konsumsi, karena data mengenai pendapatan sangat sulit didapatkan.

(42)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 95 Pengeluaran konsumsi dibagi ke dalam dua kelompok pengeluaran konsumsi yaitu pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi bukan makanan. Masyarakat yang memiliki pendapatan yang tinggi umumnya memiliki pengeluaran konsumsi non makanan yang tinggi. Dengan kata lain akan terjadi pergeseran pola konsumsi dari konsumsi makanan menuju konsumsi bukan makanan apabila terjadi penambahan pendapatan pada suatu kelompok masyarakat. Hal tersbut diakibatkan oleh elastisitas permintaan makanan yang umumnya rendah. Ketika berada pada titik jenuh konsumsi makanan maka orang cenderung untuk membelanjakan pendapatannya terhadap konsumsi non makanan (yang umumnya memiliki elastisitas permintaan yang tinggi). Sehingga seringkali pola konsumsi juga digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat.

Ada beberapa analisis yang digunakan dalam mengukur distribusi pengeluaran, salah satunya adalah analisis gini rasio. Gini Rasio merupakan indikator yang menggambarkan kesenjangan antar kelompok pengeluaran penduduk. Ukuran kesenjangan indeks gini berada pada kisaran 0 sampai dengan 1, semakin tinggi indeks gini rasio maka semakin tinggi pula ketimpangan pendapatan di wilayah tersebut. Indeks gini bernilai 0 menggambarkan bahwa di wilayah tersebut terjadi pemerataan sempurna, sedangkan apabila indeks gini bernilai 1 maka terjadi ketimpangan yang sempurna. Apabila indeks gini Rasio kurang dari 0,4 maka dikategorikan memiliki ketimpangan yang rendah, nilai indeks gini rasio yang berada pada range antara 0,4 sampai dengan 0,5 maka dikategorikan memiliki ketimpangan

(43)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 96 sedang (moderat), sedangkan apabila memiliki indeks gini rasio lebih dari 0,5 maka dikategorikan memiliki ketimpangan tinggi.

Walaupun berfluktuasi, secara umum indeks gini Kabupaten Subang nilainya selalu di bawah 0,4. Artinya di Kabupaten Subang ketimpangan pendapatan yang terjadi selalu dalam kategori rendah dengan kemerataan yang cukup tinggi.

Pada tahun 2012 angka Gini Rasio Kabupaten Subang mencapai 0,254, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan angka gini rasio tahun 2011 yang mencapai 0,261. Penurunan ini mengindikasikan bahwa antara tahun 2011-2012 di Kabupaten Subang terjadi perbaikan pemerataan pengeluaran penduduk. Hal ini terjadi akibat meningkatnya rata-rata pengeluaran riil penduduk miskin yang memiliki laju peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pegeluaran riil penduduk kaya.

Walaupun tidak selamanya penurunan koefisien gini dapat diinterpretasikan sebagai membaiknya distribusi pendapatan, akan tetapi kalau melihat struktur pengeluaran tahun 2012 dan 2011 maka terlihat terjadi perbaikan distribusi pendapatan di Kabupaten Subang.

Tabel 3.1. Gini Rasio Kabupaten Subang Menurut Daerah Tahun 2011-2012

Tahun

Gini Rasio

Kota Desa Kota + Desa

(44)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 97

2011 0,278 0,251 0,261

2012 0,262 0,246 0,254

Jika angka gini ratio ditinjau menurut tipe daerah maka penduduk yang tinggal diperkotaan memiliki ketimpangan pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di pedesaan. Pada tahun 2012 gini rasio penduduk Kabupaten Subang yang tinggal di perkotaan mencapai 0,271 sedangkan angka gini rasio di daerah pedesaan mencapai 0,258. Ada korelasi positif antara jenis lapangan pekerjaan dengan tinggi rendahnya koefisien gini. Umumnya penduduk di pedesaan memiliki pekerjaan yang lebih homogen dibandingkan dengan penduduk perkotaan yang relatif lebih bervariasi. Persentase lapangan usaha pertanian di pedesaan juga lebih tinggi dibandingkan dengan diperkotaan. Pada tahun 2012, 47,30 persen penduduk pedesaan bekerja pada lapangan usaha pertanian. Sedangkan di perkotaan yang bekerja pada lapangangan Usaha pertanian hanya mencapai 21,09 persen, mayoritas pekerjaan penduduk perkotaan adalah perdagangan yang mencapai 31,10 persen disusul pertanian, industri pengolahan (16,67 persen), dan jasa kemasyarakatan sebanyak 11,37 persen.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka terjadi penurunan Gini rasio di kedua tipe daerah, baik perkotaan maupun pedesaan, hal ini menggambarkan terjadinya perbaikan distribusi pendapatan di kedua tipe daerah tersebut.

(45)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 98 Terlihat di kedua tipe wilayah tersebut, bahwa laju pendapatan kelompok masyarakat miskin lebih cepat dibandingkan dengan laju pendapatan kelompok masyarakat yang kaya, terlihat juga perbaikan pendapatan di kedua kelompok masyarakat tersebut. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan distribusi pendapatan di wilayah perkotaan maupun pedesaan.

Tabel 3.2. Perbandingan Gini Ratio Antar Wilayah di Kabupaten Subang Tahun 2011-2012 Wilayah Gini Rasio 2011 2012 (1) (2) (3) Pegunungan 0,220 0,261 Pedataran 0,262 0,273 Pesisir 0,291 0,214 Total 0,261 0,254

Kabupaten Subang memiliki tiga kategori wilayah, yaitu pegunungan, pedataran dan pesisir. Bila dilihat dari ketiga wilayah tersebut maka wilayah pedataran memiliki gini rasio yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua wilayah lainnya yaitu mencapai 0,273 sedangkan wilayah pegunungan dan pesisir memiliki angka gini rasio sebesar 0,261 dan 0,214.

Penduduk di wilayah pedataran memiliki pekerjaan yang lebih heterogen dibandingkan penduduk di kedua wilayah lainnya, walaupun pertanian masih

(46)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 99 merupangan pekerjaan mayoritas penduduk di pedataran akan tetapi persentasenya lebih sedikit bila dibandingkan dengan penduduk di kedua wilayah lainnya. Pada tahun 2012 penduduk pedataran memiliki pekerjaan dalam sektor pertanian sebanyak 36,79 persen, sektor perdagangan 18 persen dan industri pengolahan sebanyak 16 persen. Sedangkan di pegunungan mayoritas penduduknya adalah petani yang mencapai 44,67 persen, perdagangan 21,80 persen dan industri pengolahan hanya 7,52 persen. Walaupun jumlah pedagang memiliki persentase yang cukup tinggi, tapi umumnya adalah pedagang kecil. Demikian pula di daerah Pesisir, mayoritas penduduknya adalah petani (42,69 persen).

Dibandingkan tahun 2011 di wilayah pesisir mengalami perbaikan koefisien gini. Walaupun demikian belum bisa dikatakan bahwa laju distribusi pendapatan di Pesisir megalami perbaikan lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lainnya. Perbaikan ini bukan hanya karena adanya peningkatan pengeluaran dan konsumsi penduduk miskin akan tetapi juga karena terjadi penurunan pengeluaran dan konsumsi penduduk kaya.

Di kedua wilayah lainnya, walaupun terjadi peningkatan pengeluaran dan konsumsi penduduk miskin, ketimpangan malah sedikit meningkat, hal ini disebabkan karena laju peningkatan pengeluaran dan konsumsi penduduk kaya di wilayah pegunungan dan pedataran lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan pengeluaran dan konsumsi penduduk miskin di kedua wilayah itu.

(47)
(48)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 101

(49)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 95

LAMPIRAN 1.1. INFLASI SUBANG 2012 MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

INFLASI Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 Sum Average U M U M / T O T A L 0,39 0,33 0,15 0,08 -0,08 0,59 0,47 -0,15 0,07 0,97 0,00 0,00 2,82 0,28 I BAHAN MAKANAN 1,13 1,40 0,23 0,21 -0,37 1,14 1,59 -0,74 0,25 1,87 0,00 0,00 6,70 0,67 1 PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN

HASILNYA 2,05 2,46 0,97 -0,32 -2,70 3,05 1,99 0,63 -0,10 -1,73 0,00 0,00 6,29 0,63 2 DAGING DAN HASIL-HASILNYA -1,16 3,26 0,96 0,13 0,67 0,19 1,02 2,79 0,55 9,91 0,00 0,00 18,31 1,83 3 IKAN SEGAR 0,15 0,15 0,28 0,45 0,21 2,18 -0,18 0,10 0,40 -0,68 0,00 0,00 3,05 0,30 4 IKAN DIAWETKAN -0,38 0,12 0,02 0,05 0,00 0,01 0,01 0,82 0,00 2,63 0,00 0,00 3,30 0,33 5 TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 2,92 0,00 0,17 0,88 -0,16 0,66 6,91 -3,20 0,12 -0,88 0,00 0,00 7,41 0,74 6 SAYUR-SAYURAN -1,17 0,00 0,00 0,90 -1,09 -0,11 -2,26 1,70 0,45 6,90 0,00 0,00 5,33 0,53 7 KACANG - KACANGAN 0,12 0,00 0,00 0,02 -0,02 0,00 -3,42 -13,32 1,14 5,02 0,00 0,00 -10,47 -1,05 8 BUAH - BUAHAN 1,21 0,00 -3,88 0,99 0,00 1,42 0,00 0,00 0,00 -0,23 0,00 0,00 -0,49 -0,05 9 BUMBU - BUMBUAN 1,28 2,18 0,45 0,38 6,12 1,26 6,69 -0,72 1,02 -0,93 0,00 0,00 17,73 1,77 10 LEMAK DAN MINYAK 5,02 0,00 0,00 0,11 3,39 -2,87 -0,37 -2,58 0,02 1,44 0,00 0,00 4,16 0,42 11 BAHAN MAKANAN LAINNYA -1,44 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -1,44 -0,14

II MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

0,27 0,01 0,25 0,15 -0,02 0,20 0,00 0,08 0,01 2,29 0,00 0,00 3,23 0,32 1 MAKANAN JADI -1,16 0,00 0,40 0,21 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,00 0,00 0,00 3,45 0,34 2 MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 4,03 0,05 -0,05 0,11 -0,11 1,34 0,00 0,54 0,05 -1,97 0,00 0,00 3,98 0,40 3 TEMBAKAU DAN MINUMAN

BERALKOHOL 2,24 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,24 0,22

III PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR

0,39 0,00 0,26 0,00 0,05 0,00 0,47 0,01 0,04 0,00 0,00 0,00 1,23 0,12 1 BIAYA TEMPAT TINGGAL 0,97 0,00 0,70 -0,69 0,00 0,00 1,20 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,18 0,22 2 BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA -2,30 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -2,30 -0,23

(50)

Indikator Makro Kabupaten Subang 2012 96 4 PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 1,43 0,00 -0,12 2,92 0,50 0,00 0,00 0,13 0,38 0,04 0,00 0,00 5,28 0,53 IV SANDANG 0,24 0,00 0,08 -0,19 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 -0,01 0,00 0,00 0,14 0,01 1 SANDANG LAKI-LAKI 0,12 0,00 0,82 -0,77 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11 -0,11 0,00 0,00 0,17 0,02 2 SANDANG WANITA 1,44 0,00 -0,58 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,07 0,00 0,00 0,92 0,09 3 SANDANG ANAK-ANAK 0,33 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,33 0,03 4 BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAIN -0,39 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,39 -0,04

V KESEHATAN -2,44 0,00 -0,77 0,30 -0,12 0,78 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -2,25 -0,23

1 JASA KESEHATAN -6,37 0,00 -3,41 0,55 -0,55 3,53 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -6,24 -0,62 2 OBAT-OBATAN -8,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -8,05 -0,81 3 JASA PERAWATAN JASMANI 6,08 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6,08 0,61 4 PERAWATAN JASMANI DAN

KOSMETIKA 0,11 0,00 0,00 0,36 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,47 0,05

VI PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH

RAGA -0,15 0,00 -0,01 -0,03 0,00 2,75 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,57 0,26 1 PENDIDIKAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,72 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,72 0,37 2 KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 0,00 0,00 0,20 -0,20 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 REKREASI -1,18 0,00 -0,28 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -1,46 -0,15 5 OLAHRAGA 1,12 0,00 0,75 -0,75 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,13 0,11

VII TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 0,57 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,64 0,06 1 TRANSPOR 0,12 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,12 0,01 2 KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN -0,33 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,33 -0,03 3 SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 5,17 0,61 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5,78 0,58 4 JASA KEUANGAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Gambar

Grafik 1.1. Inflasi Kabupaten Subang Tahun 2012
Grafik 2.2.  Andil Inflasi/Deflasi Beberapa Komoditi   Oktober 2012
Tabel 2.2. Perbandingan Inflasi Beberapa Kota Inflasi di Jawa  Barat
GAMBAR 1 KOEFISIEN GINI MENURUT KURVA LORENZ
+3

Referensi

Dokumen terkait

maupu upun n mas masala alah-m h-masa asalah lah se secar cara a umu umum m ada adalah lah bah bahwa wa sua suatu tu ma masal salah ah tid tidak ak dapat semata-mata

Grafik rata-rata pengujian kekuatan geser dengan voltase 2.30 V menunjukkan grafik hubungan antara tegangan geser dan regangan yang terjadi pada benda kerja yang

Pembelajaran model kooperatif tipe course review horay yang dilaksanakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada siswa Kelas VA di SD Negeri 034

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa setelah mengikuti remediasi pembelajaran dengan.. model

Dengan demikian, permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah kepemimpinan, kompensasi, komunikasi, dan motivasi kerja berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap

Ijtihad Insya‟iy yaitu menetapkan hukum atas berbagai masalah baru yang belum pernah dikenal oleh Ulama-Ulama terdahulu karena memang belum ada pada zaman itu, atau dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang mempengaruhi kepemimpinan Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Bilato, Kecamatan Bilato,