• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 1 Pasar Modal

2.1.4. Rasio Keuangan

Rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan angka-angka dalam laporan laba rugi dan neraca. Rasio keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan hubungan diantara berbagai macam akun yang berasal dari laporan keuangan yang dapat mencerminkan keuangan serta hasil operasional perusahaan.

Rasio keuangan digunakan untuk membandingkan risiko dan tingkat imbal hasil dari berbagai perusahaan untuk membantu investor dan kreditor dalam membuat keputusan investasi dan kredit yang baik. Terdapat empat kategori rasio yang digunakan untuk mengukur berbagai aspek dari hubungan risiko dan return yaitu rasio finansial yang terdiri dari liqidity rasio, debt ratio, profitabilty ratio, dan coverage ratio(White, 2002:126). Di antara keempat rasio tersebut, tidak ada satu rasio yang dapat memberikan informasi yang cukup mengenai kondisi dan kinerja perusahaan. Lain halnya jika analisis memakai sekelompok rasio, analisis tersebut dapat

mempertimbangkan kelayakannya. Rasio keuangan dapat diklasifikasikan berdasarkan ruang lingkup dan tujuan yang diinginkan menjadi lima kelompok rasio, yaitu likuiditas, aktivitas, profitabilitas, solvabilitas, profitabilitas (rentabilitas) dan rasio pasar.

Menurut Wild (2005: 38) rasio-rasio keuangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Rasio likuiditas (liquidity ratios) digunakan untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek yang digunakan untuk memenuhi kewajiban tersebut. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat sebelum atau atau pada saat jatuh tempo maka perusahaan tersebut berada dalam keadaan likuid. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan memiliki aktiva lancar yang lebih besar daripada utang lancar atau utang jangka pendeknya. Rasio likuiditas memiliki keterkaitan dengan rasio solvabilitas. Perusahaan yang terus-menerus dalam keadaan tidak likuid, kewajiban jangka pendeknya akan menumpuk. Tumpukan utang jangka pendek ini kemudian akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangya (solvable). Perusahaan yang insolvable mengandung resiko yang tinggi untuk ditanami investasi, karena perusahaan yang tidak mampu membayar utang akan disita kepemilikan hartanya. Rasio likuiditas dapat dihitung menggunakan rumus Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), dan Networking Capital (NWC).

2. Rasio aktivitas (activity ratios) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya dalam melakukan kegiatan operasinya atau melihat perputaran (turnover) aktiva. Rasio aktivitas ini disebut juga asset activity ratios atau turnover ratios. Rasio aktivitas dapat diukur dengan enam pendekatan, yaitu Total Asset Turnover, Total Fixed Asset Turnover, Average Collection Period, Account receivable Turnover, Inventory Turn Overn dan Day’s Sales in Inventory.

3. Rasio solvabilitas (solvency ratios) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam likuiditas jangka panjangnya atau dapat dikatakan kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka panjangnya. Rasio ini disebut juga sebagai rasio leverage karena merupakan rasio pengungkit yang menggunakan uang pinjaman untuk memperoleh keuntungan. Dengan rasio solvabilitas, dapat diketahui perbandingan penggunaan dana perusahaan yang berasal dari modal sendiri dengan dana yang berasal dari pihak luar atau pinjaman. Suatu perusahaan dikatakan dalam solvable apabila perusahaan mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar utangnya. Rasio ini menyangkut jaminan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang apabila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi tau dibubarkan. Rasio solvabilitas dapat diukur dengan menggunakan Debt ratio, Debt To Equity ratio, Long Term Debt To Equity Ratio, Long Term Debt To Capitalization Ratio, Times Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow To Net Income, dan Cash Return On Sales.

4. Rasio rentabilitas atau profitabilitas (profitabily ratios) menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabiltas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Keuntungan yang dimaksud dibagi menjadi dua yaitu rasio yang menunjukkan profitability dengan sales dan dalam hubungannya dengan investement. Profitabilty perusahaan dalam kaitannya dengan sales dapat ditunjukkan dengan gross profit margin dan net profit margin. Sedangkan profitablity dalam kaitannya dengan investement dapat ditunjukkan dengan return on asset (ROA) dan return on equity (ROE). Rasio profitabilitas dapat diukur dengan Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Operating Return On Assets (OPROA), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Operating Ratio (OPR).

5. Rasio pasar (market ratios) menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis per saham. Rasio pasar didasarkan pada perkiraan laba per saham di masa yang akan datang, sehingga dapat diketahui berapa lama investasi suatu saham akan kembali. Rasio pasar dapat diukur dengan beberapa pendekatan yaitu Dividend Yield, Dividend Per Share (DPS), Earning Per Share (EPS), Dividen Payout Ratio (DPR), Price Earning Ratio (PER), Book Value Share (BVS), dan Price To Book Value.

Salah satu keunggulan dari rasio adalah dapat digunakan untuk membandingkan hubungan return dan risiko dari perusahaan dengan ukuran yang berbeda. Rasio juga dapat menunjukkan profil suatu perusahaan, karakteristik ekonomi,

strategi bersaing dan keunikan karakteristik operasi, keuangan dan investasi. Menurut Harahap Sofyan (2007 : 298) secara umum keunggulan rasio keuangan terdiri dari:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang mudah ditafsirkan dan mudah dibaca.

2. Merupakan pengganti sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disajikan secara rinci dan rumit.

3. Dapat mengetahui posisi perusahaan di tengah persaingan industri.

4. Sangat bermanfaat sebagai bahan dalam pengambilan pengambilan keputusan dan model prediksi.

5. Menstandarisir size perusahaan.

6. Lebih mudah untuk melihat perbandingan perusahaan dengan perusahaan lain atau untuk melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series;

7. Lebih mudah dalam melihat tren perusahaan dan melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Menurut Harahap Sofyan (2007:299) selain memiliki keunggulan, analisis rasio juga mempunyai kelemahan atau keterbatasanantara lain: 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat sesuai dengan kepentingan

penggunanya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik, yaitu:

a.Bahan perhitungan laporan keuangan banyak mengandung tafsiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjekti.

b.Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan adalah nilai perolehan (cost) dan bukan harga pasar.

c.Klasifikasi dalam laporan keuangan dapat berdampak pada rasio. d.Metode pencatatan yang dilakukan setiap perusahaan berbeda-beda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, maka akan menimbulkan

dalam menghitung rasio.

4. Akan terjadi kesulitan jika terdapat data yang tidak sesuai.

5. Perusahaan-perusahaan tidak memakai standar akuntansi yang sama, maka bila dibandingkan hasilnya kurang akurat.

Dari jenis-jenis rasio di atas, peneliti menggunakan rasio profitabilitas sebagai variabel yang mempengaruhi return saham, khususnya ROA dan ROE.

2.1.4.1.Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) sering disebut juga sebagi Retun on Investment (ROI). Rasio ini berfungsi untuk mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia, daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan. Menurut Van Horne (2005: 24) ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA =

Lababersihstelahpajakdanbunga

Semakin besar ROA atau ROI berarti perusahaan semakin produktif dan semakin efektifmenggunakan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan laba, laba yang semakin meningkat juga akan meningkatkan tingkat pengembalian (return) kepada investor (Van Horne, 2005:24). Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor untuk berinvestasi di dalam perusahaan.

2.1.4.2.Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total modal sendiri (ekuitas). Modal sendiri berasal dari setoran modal pemilik, laba ditahan, dan cadangan lain yang dikumpulkan perusahaan. Menurut Van Horne (2005: 24), secara matematis ROE dapat dirumuskan sebagi berikut:

ROE =

LabaBersihSetalahPajakdanbunga

EkuitasPemegangSaham

Semakin tinggi suatu ROE, maka semakin efektif suatu perusahaan dalam mengelola dana investasi yang ditanamkan investor. Hal ini juga akan berdampak positif terhadap harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Kenaikan ROE biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan, dan kenaikan harga saham akan diikuti juga oleh kenaikan return yang mungkin diterima investor (Muljono, 2000:74).

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin besar kapitalisasi pasar semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan dengan nilai penjualan dan kapitalisai pasar.

Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 2 kategori yaitu perusahaan besar dan perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam kondisi ini arus kas perusahaan sudah positif dan diangap mempunyai prospek yang bagus dalam jangka waktu yang lama. Dalam penelitian Abdul Naser (2009) disebutkan bahwa perusahaan dianggap lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding dengan total aset yang kecil.

Ukuran perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor. Perusahaan yang besar akan lebih dikenal masyarakat yang berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan tersebut. Kemudahan dalam mendapatkan informasi akan meningkatkan kepercayaan investor dan mengurangi faktor ketidakpastian yang berarti risiko lebih

kecil.Pada umumnya perusahaan besar memiliki reporting responsibility yang tinggi dan kemampuan memperoleh laba yang tinggi yang mengindikasikan bahwa return juga akan meningkat (Scoot, 2006:137).

Dokumen terkait