• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

H. Rasio Keuangan Perbankan

Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam persentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk engukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut (Selamet Riyadi, 2006:155).

Rasio keuangan perbankan meliputi:

1. Rasio Permodalan

Analisa rasio permodalan sering disebut sebagai analisa solvabilitas atau capital adequancy analysis. Analisa rasio ini untuk mengetahui apakah permodalan bank yang ada telah mencukupi untuk mendukung kegiatan bank yang akan dilakukan secara efisien dan

37 mampu untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan (Penni Mulyaningrum, 2008). Rasio ini terbagi atas:

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia saat ini mengacu pada ketentuan/standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking For International Settlement (BIS). Persamaan CAR dapat dituliskan sebagai berikut: (Slamet Riyadi, 2006: 161).

Menurut Hasibuan (2002), ketetapan CAR sebesar 8% bertujuan untuk:

1. Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan. 2. Melindungi dana pihak ketiga pada bank bersangkutan. 3. Untuk memenuhi ketetapan standar BIS Perbankan

International dengan formula sebagai berikut:

b. 4%modal inti yang terdiri dari shareholder equity, prefered stock, dan freereserves, serta

CAR = Modal x 100% ATMR

38 c. 4% modal sekunder yang terdiri dari subordinate debt, loan loss

provision, hybrid securities dan revolution reserves.

b. Aktiva Tetap Terhadap Modal (ATTM)

Rasio ini mengukur kemampuan manajemen bank dalam menentukan besarnya aktiva tetap dan inventaris yang dimiliki bank yang bersangkutan terhadap modal. Semakin tinggi rasio ini artinya modal yang dimiliki bank kurang mencukupi dalam menunjang aktiva tetap dan inventaris sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

2. Rasio Kualitas Asset

Rasio kualitas asset terdiri dari:

a. Aktiva Produktif Bermasalah (APB)

Rasio ini untuk menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas aktiva produktif yang menyebabkan PPAP yang tersedia semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.Aktiva produktif bermasalah adalah aktiva produtif dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Rasio ini

ATTM = Aktiva Tetap dan Inventaris x100% Modal

39 dapat dirumuskan sebagi berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001) :

b. Non Performing Loan

Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001).

Non Performing Loan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: Non Performing Loan Gross (NPLg) dan Non Performing Loan Net (NPLn). Menurut Slamet Riyadi (2006) NPLg adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan tingkat kolektibilitas 3 sampai 5 dibandingkan dengan total kredit yang diberikan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

APB = Aktiva Produktif Bermasalahx 100% Total Aktiva Produktif

NPLg = Kredit yang Diberikan (kol 3-5)x 100% Total Kredit yang Diberikan

40 Sedangkan Non Performing Loan Net (NPLn) dapat dirumuskan sebagai berikut:

3. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengn modal (modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total asset yang dimiliki bank pada periode tertentu (Slamet Riyadi, 2006:155). Rasio profitabilitas terdiri dari:

a. Net Interest Margin (NIM)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001). Menurut Slamet Riyadi (2006) Net Interest Margin adalah perbandingan antara Interest Income dikurangi Interest Expenses dibagi dengan Average Interest Earning Asset. Rasio NIM dapat dirumuskan sebagai berukit:

NPLn= Kredit yang Diberikan (kol 3-5) – PPAP Khusus (Kol. 3-5)x 100% Total Kredit yang Diberikan

NIM = Interest Income Interest Expensensx 100% Average Interest Earning Asset

41

b. Profit Mergin (PM)

Rasio ini merupakan salah satu parameter kinerja dari suatu bank terkait dengan produktifitas dari kegiatan operasionalnya. Semakin besarnya profit margin berarti semakin produktif sehingga akan memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan bank. Profit Margin adalah perbandingan antara biaya bunga dengan total asset, dapat dirumuskan sebagai berikut:

4. Rasio Likuiditas

Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo. Kewajiban tersebut merupakan kewajiban jangka pendek atau kewajiban jangka panjang yang sudah segera jatuh tempo. Rasio ini terbagi atas:

a. Loan To Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%. Persamaan LDR dapat dituliskan sebagai berikut: (Slamet Riyadi, 2006: 165).

PM = Biaya Bungax 100% Total Asset

LDR = Total kredit yang diberikan x 100% Total DPK

42

I. Pengertian Logit

Analisis Regresi logistik digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen terhadap variabel dependen yang berupa variabel kategorik (binomial, multinomial atau ordinal) atau juga untuk memprediksi nilai suatu variabel dependen (yang berupa variabel kategorik) berdasarkan nilai variabel-variabel independen(Uyanto, S. Stanislaus, 2006:225). SPSS menyediakan tiga prosedur regresi logistik yaitu:

1. Regresi Logistik Biner (binary logistic regression), adalah regresi logistik dimana variabel dependennya berupa variabel dikotomi atau variabel biner.

2. Regresi Logistik Multinomial (multinomial logistic regression) adalah regresi logistik di mana variabel dependennya berupa variabel kategorik yang terdiri lebih dari dua nilai.

3. Regresi Logistik Ordinal (ordinal logistic regression) adalah regresi logistik di mana variabel dependennya berupa variabel dengan skala ordinal.

Logit analysis merupakan bentuk khusus dari regresi dimana variabel dependennya nonmetrik dan terbagi menjadi dua bagian/kelompok (biner), walaupun formulasinya dapat saja meliputi lebih dari dua kelompok. Secara umum, penginterpretasian logit analysis sangat mirip dengan regresi linear (Hair dkk, 1998 dalam Liza Angelina, 2003).

43

Dokumen terkait