• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Analisis Laporan Keuangan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

4. Rasio Profitabilitas

Perhitungan rasio ini tidak dapat dilakukan mengingat Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah Kota Medan dimana pendapatan sekaligus sumber pembiayaannya sebagian besar diperoleh dari hasil realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang secara rutin disediakan oleh pemerintah. Di samping itu, peranan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan bukan untuk memperoleh keuntungan (nonprofit motive oriented), tetapi semata-mata pada fungsi sosial atau pelayanan masyarakat (public service oriented). Karena keinginan mengejar laba tidak inklusif di dalam usaha dan kegiatan lembaga pemerintahan, maka dalam akuntansi pemerintahan pencatatan laba rugi tidak perlu dilakukan. Tetapi apabila dilihat dari segi surplus/defisit, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan mengalami peningkatan surplus pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 747. 596. 803, 66. Hal ini menandakan pengelolaan keuangan dalam bentuk anggaran yang disediakan oleh pemerintah semakin baik.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian pada bab III tentang analisis rasio laporan keuangan pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, peneliti mengambil lima kesimpulan.

1. Likuiditas rumah sakit dalam dua tahun berturut-turut (tahun 2006-tahun 2007) mengalami kenaikan kecuali cash ratio. Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan satu persatu secara terperinci.

a. Current ratio rumah sakit pada tahun 2006 adalah 121 % dan pada tahun 2007 mengalami kenaikan tajam sebesar 99 % menuju posisi 220 %. Hal ini berarti jaminan aktiva lancar terhadap hutang lancar rumah sakit mengalami peningkatan dan berada dalam posisi aman karena berada diatas 200 %.

b. Cash ratio rumah sakit pada tahun 2006 adalah 59 % dan pada tahun 2007 mengalami sedikit penurunan sebesar 11 % menuju posisi 48 %. Hal ini menunjukkan bahwa menurunnya kemampuan rumah sakit dalam membayar hutang lancarnya dengan aktiva yang paling likuid, yaitu kas dan bank yang tersedia.

c. Quick ratio rumah sakit pada tahun 2006 adalah 115 % dan pada tahun 2007 mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 83 % ke posisi 198 %. Hal ini menunjukkan kemampuan rumah sakit dalam melunasi hutang lancarnya semakin baik. Apabila hal ini terus dipertahankan, maka

rumah sakit akan mudah mendapatkan pinjaman dari pihak yang memberi atau berperan dalam proses pinjaman, seperti kreditor dan pihak/lembaga pemberi pinjaman lainnya.

2. Dari rasio solvabilitas terlihat bahwa kondisi rumah sakit selama dua tahun ini (tahun 2006-2007) kurang begitu baik.

a. Total debt to equity ratio rumah sakit pada tahun 2006 adalah 2,52% dan pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 3,31%. Hal ini menunjukkan bahwa modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang rumah sakit mengalami penurunan.

b. Total debt to total assets ratio rumah sakit selama dua tahun juga kurang begitu baik, dimana terjadi peningkatan hutang untuk membiayai operasional rumah sakit sebesar 0,75 %. Semakin besar rasio ini semakin tidak baik. Hal ini menunjukkan risiko finansial yang harus ditanggung rumah cukup besar karena beban bunga yang harus ditanggung juga cukup besar. Dengan kata lain, kecil kemungkinan rumah sakit akan mendapat kemudahan dalam mendapatkan pinjaman dari kreditur.

3. Ditinjau dari segi aktivitasnya, kondisi rumah sakit juga kurang begitu baik. Hal ini dapat terlihat dari:

a. perputaran aktiva rumah sakit dari tahun 2006-2007 mengalami sedikit penurunan sebanyak 0,18 poin, menunjukkan kurang efektifnya rumah sakit dalam menggunakan aktivanya untuk meningkatkan pendapatan, b. penurunan tajam perputaran piutang rumah sakit sebesar 25,8 poin serta

menggambarkan bahwa kurang efektifnya kemampuan rumah sakit dalam melakukan penagihan piutang kepada pihak-pihak yang terlibat,

c. perputaran persediaan juga mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar 283,99 poin, hal ini menggambarkan bahwa rumah sakit mendapat kesulitan dalam menjual persediaan berupa obat-obatan.

4. Dilihat dari sisi profitabilitas, tidak dapat ditarik kesimpulan. Karena Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kota Medan, yang fungsinya lebih dominan pada fungsi sosial atau pelayanan masyarakat (public service oriented). Akan tetapi pengelolaan keuangan dalam bentuk anggaran yang disediakan pemerintah semakin baik. Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan mengalami peningkatan surplus pada tahun 2007 sebesar Rp. 747. 596. 803,66.

5. Dilihat dari sisi keuangan yang telah peneliti analisis, maka prestasi rumah sakit dalam mengelola keuangan dapat dikatakan baik dari sisi likuiditas & surplus pengelolaan anggaran, tetapi kurang begitu baik dari sisi solvabilitas dan aktivitas. Rumah sakit dalam keadaan likuid tetapi insolvable, yang artinya rumah sakit dapat memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tetapi kurang mampu memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya.

B. SARAN

Peneliti akan memberikan lima saran yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan di masa yang akan datang. 1. Dilihat dari keadaan likuiditas rumah sakit yang mengalami peningkatan,

maka penulis menyarankan agar rumah sakit dapat terus mempertahankan tingkat likuiditasnya dengan baik dari tahun ke tahun dan menambah jumlah aktiva lancar terutama kas dengan cara meningkatkan penjualan obat-obatan serta meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit sehingga Bed Occupancy

Rate (BOR) atau tingkat hunian rumah sakit bertambah.

2. Oleh karena kondisi solvabilitas rumah sakit kurang begitu baik, maka diharapkan manajemen rumah sakit dapat memaksimalkan pengendalian kebutuhan dana yang dibelanjai dengan hutang agar apabila terjadi likuidasi, rumah sakit tidak mengalami kesulitan dalam melunasi seluruh kewajibannya, terutama kewajiban yang bersifat jangka panjang.

3. Dalam usaha meningkatkan rasio aktivitas, manajemen harus dapat mengoptimalisasikan penggunaan aktiva untuk meningkatkan pendapatan, sehingga tidak ada asset rumah sakit yang menganggur, serta usahakan memberlakukan batas penagihan piutang yang jelas dan tegas kepada pihak yang terlibat.

4. Untuk lebih meningkatkan surplus anggaran rumah sakit, peneliti menyarankan perlu dilaksanakan minimalisasi belanja rumah sakit

(cost-minimalization). Upayakan untuk melakukan analisis biaya manfaat tiap kali

lainnya. Dengan catatan, minimalisasi belanja itu tidak mengganggu kelancaran serta keefektifan jalannya aktivitas operasional normal rumah sakit. Pemilihan program yang efektif dan efisien ini sangat membantu meringankan anggaran.

5. Diharapkan prestasi keuangan RSU Dr. Pirngadi Medan semakin ditingkatkan lagi dari tahun-tahun sebelumnya terutama dari segi solvabilitas dan aktivitas. Pengelolaan dan pengendalian keuangan dengan benar serta pengambilan keputusan keuangan yang cepat dan akurat akan meningkatkan prestasi rumah sakit. Dengan begitu, kegiatan operasional dan pelayanan rumah sakit akan berjalan semakin baik ke depannya.

Dokumen terkait