• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rasio Profitabilitas PT. Bank SUMUT

BAB IV PENUTUP

3.3 Rasio Profitabilitas PT. Bank SUMUT

Menurut Sofyan Marwanyah dan Eka Dyah Setyaningsih, rasio profitabilitas bank adalah rasio yang menunjukan kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan/laba pada periode tertentu. Analisis ini dapat mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.

Rasio profitabilitas disebut juga rasio rentabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Profitabilitas sangat penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap

badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan tersebut akan lebih terjamin.

Menurut Kasmir (2019:199) tujuan penggunaan profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan adalah:

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

B. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas Rasio ini terdiri dari:

a. Return On Assets b. Return On Equity c. Gross Profit Margin d. Net Profit Margin e. Rate Return On Loan

f. Interest Margin on Earning Assets g. Interest Margin on Loan

h. Laverage Multiplier i. Assets Utilization

43

j. Interest Expense Ratio k. Cost of Fund

l. Cost of Money

m. Cost of Loanable Fund n. Cost of Operable Fund o. Cost of Efficiency

Berikut merupakan jenis-jenis rasio profitabilitas yang peneliti gunakan dalam menganalisis, yaitu:

a. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk melihat kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki (Kasmir 2008). Standar BI untuk rasio ini berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No: 6/10/PBI/ 2004 adalah lebih dari 1,5%.

b. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang ada untuk mendapatkan laba (Kasmir 2008). Standar BI untuk rasio ini berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No: 6/10/PBI/2004 adalah lebih dari 12%.

c. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktivaproduktifnya untuk menghasilkanpendapatan bunga bersih.Pendapatanbunga bersih diperoleh

dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Standar yang ditetapkan BankIndonesia untuk ratio ini adalah lebih dari 6%.

d. Belanja Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Belanja Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efsiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Beban operasional merupakan biaya bunga yang diberikan pada nasabah sedangkan pendapatan operasional adalah bunga yang didapatkan dari nasabah. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk ratio ini dengan batasmaksimum yaitu 90%.

3.4 Non performing Loan (NPL)

Menurut Ismail (2013) Non Performing Loan (NPL) adalah kondisi dimana debitur sudah tidak dapat membayar kewajibannya terhadap bank yaitu dalam membayar angsuran yang sudah dijanjikan diawal.

Menurut Kasmir (2013) Non Performing Loan (NPL) adalah kredit yang didalamnya terdapat hambatan yang disebabkan oleh 2 unsur yakni baik dari pihak perbankan dalam menganalisis maupun dari pihak nasabah yang dengan sengaja atau tidak sengaja dalam kewajibannya tidak melakukan pembayaran.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besar kecilnya persentase kredit bermasalah pada suatu bank yang dikarenakan oleh ketidaklancaran nasabah dalam melakukan pembayaran kredit. Dalam Peraturan BI Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai rasio NPL yaitu melebihi 5% maka bank tersebut dapat dikatakan tidak

45

sehat dan akan menyebabkan turunnya profitabilitas dan tingkat bagi hasil suatu bank. Apabila rasio NPL berada dibawah 5% maka potensi keuntungan yang didapat akan semakin besar maka profitabilitas dan tingkat bagi hasil akan naik.

3.5 Analisis Kredit Macet Pada PT. Bank SUMUT Kantor Pusat Tahun 2018-2020 Dengan Menggunakan Rasio Profitabilitas dan Non Performing Loan (NPL)

3.6.1 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan dan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank. Rasio ini menggambarkan kemampuan bank dalam memanfaatkan seluruh dana yang dimiliki untuk memperoleh laba secara maksimal. Rasio Proftabilitas yang dianalisis oleh penulis terdiri dari rasio Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

Tabel 3.3

Rasio Profitabilitas PT. Bank SUMUT Tabel Rasio Profitabilitas Tahun 2018-2020

Keterangan 2018 2019 2020

Sumber: Laporan Tahunan PT. Bank SUMUT, 2020

a. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk melihat kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari aset yang dimilikinya.

Semakin besar nilai ROA maka semakin baik, karena semakin efektif suatu bank dalam menghasilkan laba dari aset yang dimilikinya. Standar BI untuk rasio ini berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No: 6/10/PBI/ 2004 adalah lebih dari 1,5%

Rumus Return on Assets (ROA):

Sumber: Sujarweni (2020:101)

Berikut adalah grafik pertumbuhan Return on Assets (ROA) Bank SUMUT Tahun 2018-2020:

47

Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai Return On Assets (ROA) pada Bank SUMUT cenderung berfluktuasi selama tiga tahun terakhir. Nilai ROA tertinggi terjadi pada tahun 2019 dan terendah terjadi pada tahun 2020.

Nilai ROA Bank SUMUT tahun 2019 sebesar 2,21% lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yaitu sebesar 2,09%. Hal ini dipengaruhi oleh Aset dan Laba Sebelum Pajak yang meningkat dari tahun sebelumnya.

Kemudian nilai ROA Bank SUMUT pada tahun 2020 adalah 1,89%, ini mengalami penurunan sebesar 0,32% dibandingkan dengan posisi tahun 2019 yaitu sebesar 2,21%. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah aset dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Nilai Return On Asset (ROA) bank SUMUT termasuk baik karena sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh BI, akan tetapi kinerja manajemen Bank SUMUT masih perlu ditingkatkan lagi dalam menghasilkan laba dari aset yang dimilikinya agar laba yang dihasilkan PT.

Bank SUMUT dapat meningkat disetiap tahunnya.

b. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk melihat kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba dari ekuitas yang dimilikinya. Semakin besar nilai ROE maka semakin baik, karena semakin efektif suatu bank dalam menghasilkan laba dari modal keseluruhan yang dimilikinya. Standar BI untuk rasio ini berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No: 6/10/PBI/2004 adalah lebih dari 12%.

Rumus Return On Equity (ROE):

Sumber: Wastam Wahyu (2018:50)

Berikut adalah grafik pertumbuhan Return On Equity (ROE) Bank SUMUT Tahun 2018-2020:

Grafik 3.2 Return On Equity (ROE)

Sumber: Peneliti, 2020

Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai Return On Equity (ROE) pada Bank SUMUT mengalami penurunan setiap tahunnya selama tiga tahun terakhir. Nilai ROE tertinggi terjadi pada tahun 2018 dan terendah terjadi pada tahun 2020. Nilai ROE Bank SUMUT tahun 2018 sebesar 17,65%, kemudian mengalami penurunan sebesar 0,4% di tahun 2019 menjadi sebesar 17,25%. Nilai ROE Bank SUMUT tahun 2020 mengalami penurunan lagi sebesar 2,05% dibandingkan dengan posisi tahun 2019 yaitu

17.65%

49

menjadi sebesar 15,20%. Penurunan ini dikarenakan laba tahun berjalan yang menurun dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya.

Nilai Return On Equity (ROE) bank SUMUT termasuk baik karena sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh BI, akan tetapi dengan terjadinya penurunan rasio di setiap tahunnya, hal ini mengindikasikan bahwa kinerja manajemen Bank SUMUT masih perlu ditingkatkan lagi dalam menghasilkan laba dari modal keseluruhan yang dimilikinya.

c. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkanpendapatan bunga bersih.Pendapatanbunga bersih diperoleh dari pendapatanbunga dikurangi beban bunga. Semakinbesar rasio ini maka semakin baik, dimana terjadinya peningkatan pendapatan bungaatas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan kondisi bermasalah semakin kecil di dalam suatu bank. Standar yang ditetapkan BankIndonesia untuk ratio ini adalah lebih dari 6%.

Rumus Net Interest Margin (NIM):

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011

NIM=Pendapatan bunga-beban bunga

Rata-rata total aset x100%

Berikut adalah grafik pertumbuhan Net Interest Margin (NIM) Bank SUMUT Tahun 2018-2020:

Grafik 3.3

Net Interest Margin (NIM)

Sumber: Peneliti, 2020

Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa Net Interest Margin (NIM) pada Bank SUMUT mengalami penurunan setiap tahunnya selama tiga tahun terakhir. Nilai NIM Bank SUMUT tahun 2018 sebesar 7,36% kemudian mengalami penurunan sebesar 0,14% di tahun 2019 menjadi sebesar 7,22%.

Nilai NIM Bank SUMUT pada tahun 2020 mengalami penurunan lagi sebesar 0,42% dibandingkan dengan posisi tahun 2019 yaitu menjadi sebesar 6,80%. Hal ini disebabkan oleh penurunan pendapatan bunga dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Nilai Net Interest Margin (NIM) bank SUMUT termasuk baik karena sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh BI akan tetapi dengan terjadinya penurunan rasio di setiap tahunnya, hal ini mengindikasikan

7.36%

51

bahwa kinerja manajemen Bank SUMUT masih perlu ditingkatkan lagi dalam mengelola aset produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.

d. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan ratio yang sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur tingkat efsiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan kondisi bermasalahnya semakin kecil. Beban operasional merupakan biaya bunga yang diberikan pada nasabah sedangkan pendapatan operasional adalah bunga yang didapatkan dari nasabah. Semakin rendah rasio BOPO, porsi beban semakin kecil, sehingga bank memiliki semakin banyak laba. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk ratio ini dengan batas maksimum yaitu 90%.

Rumus Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO):

Sumber: Sujarweni (2020:101)

BOPO= Beban Operasional

Pendapatan Operasional x 100%

Berikut adalah grafik pertumbuhan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) bank SUMUT Tahun 2018-2020:

Grafik 3.4

Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Sumber: Peneliti, 2020

Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada bank SUMUT tahun 2018 sebesar 82,37% mengalami penurunan di tahun 2019 sebesar 1,99% sehingga menjadi sebesar 80,38%. Nilai BOPO tahun 2020 sama dengan tahun 2019 yaitu sebesar 80,38%. Hal ini dikarenakan Pendapatan Operasional dan Beban Operasional Lainnya sama pada kedua tahun tersebut.

Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) bank SUMUT termasuk baik karena sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh BI. Alangkah baiknya manajeman bank dapat lebih mengendalikan biaya operasionalnya, agar laba yang diperoleh bank semakin besar.

Biaya Operasonal Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Biaya Operasonal Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

53

3.6.2 NonPerforming Loan (NPL)

Rasio Non-Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kinerja bank dalam menarik kembali dana yang dipinjamkan kepada nasabah yang dilihat dari jumlah kredit bermasalah dengan seluruh kredit yang diberikan kepada nasabah. Yang termasuk kredit bermasalah yaitu kredit yang digolongkan ke dalam Kolektibiltas: Kurang lancar (KL), Diragukan (D) dan Macet (M). Semakin rendah nilai NPL maka semakin baik bank dalam mengelola kualitas kreditnya. Standar yang ditetapkan BankIndonesia untuk rasio ini adalah maksimal 5%, jika melebihi 5%, maka akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.

NPL Total Kredit dapat juga disebut NPL gross yaitu rasio yang membandingkan total kredit bermasalah yang berstatus (kurang lancar, diragukan, dan macet) dengan total kredit bank. Sedangkan untuk NPL netto yaitu rasio yang membandingkan total kredit berstatus macet terhadap total kredit bank.

Rumus Non Performing Loan (NPL):

Sumber: Darmawi (2011:16)

NPLgross=Kredit bermasalah

Total Kredit x 100%

NPLnett=Kredit Macet

Total Kredit x 100%

Tabel 3.4

Rasio Non Performing Loan (NPL) PT. Bank SUMUT Tabel NPL Tahun 2018-2020 (Rp Juta)

Keterangan 2018 2019 2020

Sumber: Laporan Tahunan PT. Bank SUMUT, 2020 a. Kredit Macet Pada PT. Bank SUMUT Kantor Pusat

Dalam praktek perbankan salah satu masalah yang pasti ditemui dan harus dihadapi oleh pihak Bank adalah masalah kredit macet, yaitu keadaan dimana debitur sudah tidak sanggup lagi untuk membayar seluruh atau sebagian kewajibannya kepada pihak bank seperti yang telah di janjikan sebelumnya sehingga hal tersebut dapat menyebabkan pihak bank mengalami kesulitan dalam mengelola keuangannya. Setiap bank pasti pernah mengalami permasalahan kredit, yaitu kredit macet. Demikian juga dengan PT. Bank SUMUT Kantor Pusat.

Pada PT. Bank SUMUT Kantor Pusat besaran kredit macet yang ada di Tahun 2018 adalah sebesar Rp 759.035.000 kemudian mengalami kenaikan di Tahun 2019 menjadi sebesar Rp 926.905.000 dan kemudian mengalami penurunan di Tahun 2020 menjadi sebesar Rp 787.305.000.

55

Kredit macet PT. Bank SUMUT Kantor Pusat di Tahun 2018 sebesar Rp 759.035.000 mengalami kenaikan di Tahun 2019 menjadi sebesar Rp 926.905.000 dikarenakan meningkatnya pihak debitur yang tidak sanggup dalam membayar seluruh atau sebagian kewajibannya kepada pihak bank seperti yang telah di janjikan sebelumnya. Hal tersebutlah yang menyebabkan naiknya angka kredit macet PT. Bank SUMUT Kantor Pusat di Tahun 2018.

Kemudian kredit macet PT. Bank SUMUT Kantor Pusat di Tahun 2019 sebesar Rp 926.905.000 yang mengalami penurunan di Tahun 2020 menjadi sebesar Rp 787.305.000. Dikarenakan menurunnya pihak debitur yang tidak sanggup dalam membayar seluruh atau sebagian kewajibannya kepada pihak bank seperti yang telah di janjikan sebelumnya. Hal tersebutlah yang menyebabkan turunnya angka kredit macet PT. Bank SUMUT Kantor Pusat di Tahun 2020.

Bank SUMUT berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan kualitas kredit maupun pembiayaan diantaranya dengan menerapkan prinsip kehati hatian dalam penyaluran kredit atau pembiayaan dan melaksanakan supervisi dan penagihan atas kredit bermasalah.

Berikut adalah grafik pertumbuhan Non Performing Loan (NPL) bank SUMUT Tahun 2018-2020:

Grafik 3.5

Non Performing Loan (NPL) PT. Bank SUMUT

Sumber: Peneliti, 2021

Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa Non Performing Loan (NPL) gross pada Bank SUMUT cenderung berfluktuasi selama tiga tahun terakhir. Nilai Non Performing Loan (NPL) gross Bank SUMUT pada tahun 2019 adalah 4,36% mengalami peningkatan sebesar 0,48% jika dibandingkan dengan posisi tahun 2018 sebesar 3,88%. Nilai NPL gross tahun 2020 adalah 3,54%, mengalami penurunan sebesar 0,82% jika dibandingkan dengan posisi tahun 2019 yaitu sebesar 4,36%. Penurunan ini disebabkan oleh adanya restrukturisasi dan penghapusan kredit.

Nilai Non Performing Loan (NPL) netto tahun 2019 adalah 1,77%

mengalami peningkatan sebesar 0,42% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 1,35%. Nilai NPL netto tahun 2020 adalah 2,24%

3.88%

57

mengalami peningkatan sebesar 0,47% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 1,77%.

3.6.3 Hubungan Rasio Non Performing Loan (NPL) dengan Rasio Profitabilitas

Tabel 3.5

Rasio Profitabilitas dan Rasio NPL PT. Bank SUMUT

Keterangan 2018 2019 2020

Sumber: Laporan Tahunan PT. Bank SUMUT, 2020

Non Performing Loans (NPL) merupakan rasio kredit yang bermasalah terhadap total kredit yang disalurkan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam memanfaatkan seluruh dana yang dimiliki untuk memperoleh laba secara maksimal. Rasio NPL ini berbanding terbalik dengan rasio profitabilitas. Penelitian yangditunjukkan oleh Bahtiar Usman yangmenunjukkan bahwa Non PerformingLoan (NPL)

berpengaruh negatif terhadap perubahan laba, semakin tinggi NPL maka semakin besar resiko kredit yang disalurkan oleh bank sehingga mengakibatkan semakin rendahnya pendapatan yang akan mengakibatkan turunnya laba. Dan sebaliknya semakin rendah NPL maka semakin kecil resiko kredit yang disalurkan oleh bank sehingga dengan begitu dapat meningkatkan pendapatan dan juga akan menaikkan laba.

Dari data tabel diatas dapat kita lihat bahwa nilai dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross pada Bank SUMUT cenderung berfluktuasi selama tiga tahun terakhir, dimana hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah kredit yang bermasalah. Dapat kita lihat di tahun 2019 kredit bermasalah di Bank SUMUT mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan posisi tahun 2018.

Hal ini mengakibatkan rasio NPL di tahun 2019 mengalami kenaikan dibandingkan dengan rasio di tahun 2018, maka dengan begitu akan mempengaruhi rasio profitabilitasnya, dimana rasio profitabilitas di tahun 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi berbeda dengan nilai ROA, nilai ROA mengalami peningkatan disebabkan karena asset dan laba sebelum pajak meningkat dari tahun sebelumnya. Dan untuk rasio BOPO mengalami penurunan dipengaruhi oleh jumlah kredit lancar pada Bank SUMUT meningkat sehingga pendapatan bunganya juga meningkat.

Di tahun 2020 kredit bermasalah di Bank SUMUT mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi tahun 2019. Hal ini mengakibatkan rasio NPL di tahun 2020 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2019 maka

59

dengan begitu akan mempengaruhi rasio profitabilitasnya, dimana rasio profitabilitas pada tahun 2020 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi pada tahun 2020 total asset dan equity mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, hal ini mengakibatkan nilai rasio profitabitas Bank SUMUT menjadi turun. Untuk nilai rasio BOPO mengalami nilai yang sama dengan tahun sebelumnya, hal ini dipengaruhi oleh jumlah kredit lancar pada Bank SUMUT yang sama dengan tahun sebelumnya.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah penulis menganalisis mengenai Bank SUMUT di tahun 2018-2020 dengan menggunakan Rasio Profitabilitas dan Rasio Non Performing Loan (NPL) peneliti dapat menyimpulkan:

1. Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam dalam memanfaatkan seluruh dana yang dimiliki untuk memperoleh laba secara maksimal. Dapat kita lihat bahwa kinerja manajemen Bank SUMUT di tahun 2018 – 2020 sudah dalam keadaan baik, dapat dilihat dari rasio-rasio profitabilitasnya yang sudah memenuhi standar dari Bank Indonesia. Akan tetapi Bank SUMUT masih perlu meningkatkan lagi kinerjanya sehingga dapat memperoleh laba lebih maksimal lagi.

2. Rasio Non-Performing Loan (NPL) digunakan untuk menilai kinerja bank yang dilihat dari hubungan jumlah kredit bermasalah dengan seluruh kredit yang diberikan bank kepada nasabah. Dapat kita lihat bahwa kinerja manajemen Bank SUMUT di tahun 2018-2020 sudah dalam keadaan baik, hal ini dapat dilihat dari nilai NPL nya yang sudah memenuhi standar dari Bank Indonesia. Akan tetapi Bank SUMUT harus lebih berhati-hati dalam memberikan kredit kepada nasabahnya, agar resiko kredit macetnya dapat menurun.

3. Rasio Non Performing Loan (NPL) secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Rasio Profitabilitas. Jika semakin besar nilai dari rasio NPL maka

61

akan mengakibatkan menurunnya Rasio Profitabilitasnya, yang juga berarti kinerja keuangan bank SUMUT mengalami penurunan. Begitu pula sebaliknya, jika nilai rasio turun, maka Rasio Profitabilitas bank SUMUT akan semakin meningkat, sehingga kinerja keuangan bank dapat dikatakan semakin baik. Nilai rasio NPL pada Bank SUMUT selama tahun 2018-2020 cenderung berfluktuasi selama tiga tahun terakhir, dimana NPL gross mengalami peningkatan ditahun 2019, dan mengalami penurunan di tahun 2020. Nilai NPL bank SUMUT sudah baik karena sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu nilai rasio tidak lebih dari 5%.

Ini berarti bahwa selama 3 tahun terakhir kondisi kredit bermasalah pada bank SUMUT sudah mulai membaik, hal ini berarti bahwa kinerja manajemen Bank SUMUT sudah dalam keadaan baik. Akan tetapi dengan nilai rasio profitabilitas di tahun 2020 yang tidak sesuai dengan ketentuan yang disimpulkan sebelumnya, hal itu dikarenakan terjadinya kenaikan asset dan equity ditahun 2020, sehingga menurunkan rasio profitabilitasnya.

Untuk menaikkan nilai rasio profitabilitas Bank SUMUT maka kinerja manajemennya perlu ditingkatkan lagi untuk tahun yang akan datang.

4.2 Saran

Dari kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka saran yang dapat peneliti berikan kepada Bank SUMUT adalah sebagai berikut:

1. Kondisi keuangan Bank SUMUT dilihat dari tahun 2018-2020 sudah cukup baik karena sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dengan demikian Bank SUMUT harus tetap menjaga kondisi

keuangannya agar terjaga dan diharapkan akan tetap meningkatkan kinerja manajeman perbankan yang baik sehingga dapat terus memantau pergerakan rasio keuangannya baik rasio Non Performing Loan (NPL) maupun rasio profitabilitasnya agar mengarah ke angka yang lebih baik lagi di tahun-tahun yang akan datang.

2. Bank SUMUT hendaknya meningkatkan target yang ditetapkan dalam menentukan batas maksimal rasio NPL dan profitabilitas yang ingin dicapai dan tetap meningkatkan kinerja semaksimal mungkin untuk memperbaiki kualitas kredit yang dimiliki sehingga berdampak baik pada tingkat kesehatan bank. Bank SUMUT juga dapat melakukan pengecekan tentang kondisi dari calon nasabahnya secara langsung dan memperhitungkan pergerakan uang dari kredit yang diberikan sehingga dapat memantau rasio NPLnya, yang berpengaruh terhadap laba yang dihasilkan nantinya.

63

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Thamrin dan Sintha. 2018. Bank dan Lembaga Keuangan Edisi 2.

Jakarta: Mitra Wacana Media.

Amelia, Ratih dkk. 2019. Keuangan dan Perbankan. Bandung: CV. Sadari.

Andrianto dkk. 2019. Manajemen Bank. Surabaya: CV. Penerbit Qiara Media.

Andrianto. 2020. Manajemen Kredit Teori dan Konsep Bank Umum. Pasuruan: CV Penerbit Qiara Media.

Darmawi, H. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Darmawan. 2020. Dasar-dasar Memahami Rasio dan Laporan Keuangan.

Yogyakarta: UNY Press.

Hasan, Nurul Ichsan. 2014. Pengantar Perbankan. Jakarta: Gaung Persada Press Group.

Hidayat, Wastam Wahyu. 2018. Dasar- dasar Analisa Laporan Keuangan.

Sidoharjo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Ismail. 2013. Manajemen Perbankan. Surabaya: Kencana

Kasmir. 2018. Analisis Laporan Keuangan Edisi Revisi. Depok: Rajawali Pers.

Kasmir. 2018. Analisis Laporan Keuangan Edisi Revisi. Depok: Rajawali Pers.

Dokumen terkait