TOPIK PENELITIAN
B. Rasio Solvabilitas
Menurut Harahap (2008:303) “Rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.” Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang.
xxxvi
xxxvi
Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin kondisi keuangan yang baik pula dalam jangka panjang.
Jadi rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Dengan demikian rasio solvabilitas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.
1. Total Debt to Assets Ratio
Total Debt to Total Assets Ratio adalah perbandingan Hutang dengan Total Aktiva. Rasio ini menunjukkan berapa total aktiva yang tersedia untuk menjamin hutang perusahaan. Semakin tinggi Debt Ratio semakin besar pinjaman yang digunakan dalam menghasikan keuntungan perusahaan.
Rumus untuk menghitung Total Debt to Assets Ratio dapat digunakan sebagai berikut :
Total Debt to Assets Ratio = Total Debt Total Assets
Tabel 3.4
Total Debt to Assets Ratio
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Total Debt 3.628.473.275.921 4.519.035.644.418
Total Assets 7.201.591.422.486 9.081.357.260.004
Total Debt to Assets Ratio Tahun 2010 = 3.628.473.275.921 7.201.591.422.486 = 0,50 kali
xxxvii
xxxvii
Total Debt to Assets Ratio Tahun 2011 = 4.519.035.644.418 9.081.357.260.004
= 0,49 kali
Dari perhitungan dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2010 sebesar 0,50 kali yang berarti bahwa setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,50,-. Sedangkan pada tahun 2011 sebesar 0,49 kali yang berarti setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,49,-. Jika dibandingkan tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi penurunan rasio sebesar 0,01 di mana memberikan indikasi baik bagi perusahaan sebab perusahaan dinilai dapat memenuhi kewajibannya dan dapat memperbesar laba.
2. Debt to Equity Ratio
Menurut Kasmir (2008:157) “Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.” Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang.
Rumus untuk menghitung Total Debt to Equity Ratio dapat digunakan sebagai berikut :
Total Debt to Equity Ratio= Total Hutang (Debt) Ekuitas (Equity)
xxxviii
xxxviii Tabel 3.5
Total Debt to Equity Ratio
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Total Debt 3.628.473.275.921 4.519.035.644.418
Equity 3.573.118.146.565 4.499.321.615.586
Total Debt to Equity Ratio Tahun 2010 = 3.628.473.275.921 3.573.118.146.565
= 1,02 kali
Total Debt to Equity Ratio Tahun 2010 = 4.519.035.644.418 4.499.321.615.586
= 1,01 kali
Dari perhitungan di atas dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2010 sebesar 1,02 kali yang berarti bahwa setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 1,02,-. Sedangkan pada tahun 2011 sebesar 0,01 kali yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 1,01,-. Jika dibandingkan tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi penurunan rasio sebesar 0,01 yang disebabkan oleh terjadinya kenaikan total hutang.
3. Long Term Debt to Equity Ratio
Menurut Kasmir (2008:159) “ Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.” Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
xxxix
xxxix
Rumus untuk menghitung Long Term Debt to Equity Ratio dapat digunakan sebagai berikut:
Long Term Debt to Equity Ratio = Long Term Debt Equity
Tabel 3.6
Long Term Debt to Equity Ratio
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Total Long Term Debt 2.250.328.862.302 2.436.145.492.836
Equity 3.573.118.146.565 4.499.321.615.586
Long Term Debt to Equity Ratio Tahun 2010 = 2.250.328.862.302 3.573.118.146.565
= 0,63 kali
Long Term Debt to Equity Ratio Tahun 2010 = 2.436.145.492.836
4.499.321.615.586
= 0,54 kali
Dari perhitungan di atas dapat dilihat rasio hutang jangka panjang pada tahun 2010 sebesar 0,63 kali yang berarti bahwa setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0,63,-. Sedangkan pada tahun 2011 sebesar 0,54 kali yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0,54,-. Jika dibandingkan tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi penurunan rasio sebesar 0,09.
4. Timed Interest Earned
Timed Interest Earned merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana
pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak 31
xl
xl
mampu membayar biaya bunga tahunannya. Apabila perusahaan tidak mampu membayar bunga, dalam jangka panjang akan menghilangkan kepercayaan dari kreditur. Semakin tinggi rasio ini semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru pada kreditur, demikian pula sebaliknya.
Rumus untuk menghitung Times Interest Earned dapat digunakan sebagai berikut :
Times Interest Earned = Earned Before Interest and Tax (EBIT) Biaya Bunga (Interest)
Tabel 3.7 Times Interest Earned
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Earning Before Interest and Tax 1.366.220.739.893 1.680.764.119.663
Interest 165.636.888.145 166.887.548.333
Times Interest Earned Tahun 2010 = 1.366.220.739.893 165.636.888.145 = 8,25 kali
Times Interest Earned Tahun 2011 = 1.680.764.119.663 166.887.548.333 = 10,07 kali
Dari perhitungan di atas dapat dilihat Times Interest Earned pada tahun 2010 sebesar 8,25 kali yang berarti bahwa setiap Rupiah laba bersih perusahaan dijadikan jaminan untuk membayar bunga sebesar Rp 8,25,-. Sedangkan pada tahun 2011 sebesar 10,07 kali yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 10,07,-. Jika
xli
xli
dibandingkan tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi kenaikan rasio sebesar 1,82 yang disebabkan oleh terjadinya kenaikan laba bersih sebelum pajak perusahaan. C. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antar tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antar penjualan dan berbagai unsure aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap, dan aktiva lainnya. Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
1. Total Assets Turn Over
Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19). Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan.
Rumus untuk menghitung Total Assets Turn Over dapat digunakan sebagai berikut :
Total Assets Turn Over = Penjualan Total Aktiva
xlii
xlii Tabel 3.8 Total Assets Turn Over
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Penjualan 5.519.581.879.493 6.451.118.061.056 Total Aktiva 7.201.591.422.486 9.018.357.260.004 Total Assets Turn Over Tahun 2010 = 5.519.581.879.493
7.201.591.422.486
= 0,77 kali
Total Assets Turn Over Tahun 2011 = 6.451.118.061.056 9.018.357.260.004 = 0,72 kali
Dari hasil perhitungan tersebut di atas, maka diketahui bahwa Total Assets Turnover perusahaan pada periode tahun 2010 menunjukkan keadaan 0,77 kali. Artinya dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 0,77 kali atau setiap Rp 1,00 aktiva selama satu tahun menghasilkan revenue/ pendapatan sebesar Rp. 0,77.
Pada tahun 2011 dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva dalam satu tahun perputarannya 0,72 kali atau setiap 1,00 aktiva selama satu tahun menghasilkan revenue/pendapatan sebesar Rp0,72. Bila dibandingkan dengan tahun 2010, tahun 2011 mengalami penurunan 0,05 kali, sehingga turun pula tingkat efektivitas dalam mengerjakan sumber-sumber dananya. Maka dapat disimpulkan bahwa Total Assets Tunover pada PT. Perkebunan Nusantara III periode tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan.
xliii
xliii
2. Working Capital Turn Over
Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2009:16).
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha.periode perputaran modal kerja (working capital turn over period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
Rumus untuk menghitung Working Capital Turn Over dapat digunakan sebagai berikut :
Working Capital Turn Over = Penjualan
Aktiva Lancar – Hutang Lancar
Tabel 3.9
Working Capital Turn Over
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Penjualan 5.519.581.879.493 6.451.118.061.056 Aktiva Lancar 1.707.554.451.751 2.388.855.261.533 Hutang Lancar 1.378.144.413.619 2.082.890.151.582
Working Capital Turn Over Tahun 2010 = 5.519.581.879.493
1.707.554.451.751-1.378.144.413.619
= 16,76 kali
xliv
xliv
Working Capital Turn Over Tahun 2011 = 6.451.118.061.056
2.388.855.261.533-2.082.890.151.582 = 21,08 kali
Dari hasil perhitungan tersebut di atas, maka diketahui bahwa Working Capital Turnover perusahaan pada periode 2010 menunjukkan keadaan 16,76 kali. Artinya dana yang tertanam pada modal kerja dalam satu tahun berputar 16,76 kali atau setiap Rp 1,00 modal kerja selama satu tahun menghasilkan revenue atau pendapatan Rp 16,76 .
Pada tahun 2011 dana yang tertanam pada modal kerja dalam satu tahun perputarannya 21,08 kali atau setiap Rp 1,00 modal kerja selama setahun dapat menghasilkan revenue sebesar Rp 21,08. Bila dibandingkan dengan tahun 2010, maka dana yang tertanam tahun 2011 mengalami kenaikan 4,31 kali sehingga efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya meningkat.
3. Fixed Assets Turn Over
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Fixed assets turn over mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003 : 17).
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan
xlv
xlv
halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.
Rumus untuk menghitung Fixed Assets Turn Over dapat digunakan sebagai berikut:
Fixed Assets Turn Over = Penjualan Aktiva Tetap
Tabel 3.10 Fixed Assets Turn Over
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Penjualan 5.519.581.879.493 6.451.118.061.056 Aktiva Tetap 1.326.975.883.144 1.884.865.106.250 Fixed Assets Turn Over Tahun2010 = 5.519.581.879.493
1.326.975.883.144
= 4,16 kali
Fixed Assets Turn Over Tahun 2011 = 6.451.118.061.056
1.884.865.106.250
= 3,42 kali
Dari hasil perhitungan tersebut di atas, maka diketahui bahwa Fixed Assets Turnover perusahaan pada periode tahun 2010 menunjukkan keadaan 4,16 kali. Artinya dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva t e t a p dalam satu tahun berputar 4,16 kali atau setiap Rp 1,00 aktiva selama satu tahun menghasilkan revenue/ pendapatan sebesar Rp 4,16.
Pada tahun 2011 dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva dalam satu tahun perputarannya 3,42 kali atau setiap 1,00 aktiva selama satu tahun
xlvi
xlvi
menghasilkan revenue/pendapatan sebesar Rp 3,42. Bila dibandingkan dengan tahun 2010, tahun 2011 mengalami penurunan 0,74 kali, sehingga turun pula tingkat efektivitas dalam menghasilkan pendapatan.
4. Inventory Turn Over
Invrentory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam
inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock (Riyanto, 2008:334). Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.
Rumus untuk menghitung Inventory Turn Over dapat digunakan sebagai berikut:
Inventory Turn Over = Penjualan Persediaan
Tabel 3.11 Inventory Turn Over
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Penjualan 5.519.581.879.493 6.451.118.061.056 Persediaan 121.949.485.706 187.093.118.445 Inventory Turn Over Tahun 2010 = 5.519.581.879.493
121.949.485.706
= 45,26 kali
xlvii
xlvii
Inventory Turn Over Tahun 2011 = 6.451.118.061.056
187.093.118.445
= 34,48 kali
Dari hasil perhitungan tersebut di atas, maka diketahui bahwa Inventory Turnover perusahaan pada periode tahun 2010 menunjukkan keadaan 45,26 kali. Artinya dana yang tertanam pada persediaan dalam satu tahun berputar 45,26 kali atau setiap Rp 1,00 aktiva selama satu tahun menghasilkan revenue/ pendapatan sebesar Rp 45,26.
Pada tahun 2011 dana yang tertanam pada persediaan dalam satu tahun perputarannya 34,48 kali atau setiap 1,00 aktiva selama satu tahun menghasilkan revenue/pendapatan sebesar Rp 34,48. Bila dibandingkan dengan tahun 2010, tahun 2011 mengalami penurunan 10,78 kali, sehingga turun pula tingkat efektivitas dalam menghasilkan pendapatan.